Volume 4, No. 1 Januari
2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI: �https://doi.org/
Paradigma Baru Sumber Daya Manusia
Dalam Konteks Global
Herdilah, Nena Aris Septiliani, Linda Septimia, Siti Rodiyah, Tadi
Universitas Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon, Indonesia
Abstrak: ����������
MSDM adalah suatu
bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organissi
perusahaan. Unsur MSDM adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan
organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik deskriptif
berdasarkan kejadian di lapangan. Sosok pemimpin merupakan sosok yang diharapkan mampu menjadi pengatur dinamika organisasi yang terdiri atas anggota
yang memiliki karakter yang
berbeda-beda. Seorang pemimpin wajib memiliki karakter kepemimpinan agar mampu menjalankan perannya dalam suatu organisasi
baik dala arti sempit maupun arti luas.
�������������������������������������������������������������������������������������
Kata Kunci: Kepemimpinan; Sumber Daya Manusia; Organisasi.
Abstract:
HRM is a field of management
that specifically studies human relations and roles in corporate organizations.
The HR element is a human being who is a workforce in the company. Humans
always play an active and dominant role in every organizational activity, because
humans become planners, actors, and determinants of the realization of
organizational goals. This research was conducted using a qualitative
descriptive method. Data collection was carried out using descriptive
techniques based on events in the field. A leader is someone who is expected to
be able to regulate the dynamics of an organization consisting of members with
different characters. A leader must have leadership character in order to be
able to carry out his role in an organization both in a narrow and broad sense.
Keywords: Leadership; Human Resources; Organization.
Article History��������������
Diterima����������� :
6 November 2022
Direvisi������������� :
10 Januari 2023
Publish������������� : 13 Januari
2023
�������������
PENDAHULUAN
Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah suatu proses pemanfaatan orang atau pegawai, yang meliputi menerima, menggunakan, mengembangkan, dan memelihara SDM yang ada agar dapat mendukung organisasi atau kegiatan organisasi. Ditentukan oleh suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Tamsah & Nurung, 2022).
MSDM adalah suatu bidang
manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organissi perusahaan. Unsur MSDM adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian, fokus yang dipelajari MSDM ini hanyalah masalah
yang berhubungan dengan tenaga kerja manusia
saja. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan
organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak mungkin
terwujud tanpa peran aktif karyawan
meskipun alat-alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya (Adamy, 2016). Manajemen Sumber Daya Manusia digunakan sebagai titik tolak berpikir
dan bertindak dalam merumuskan kebijaksanaan yang menyangkut manusia dalam organisasi, serta praktek-praktek yang seyogianya diterapkan, yang menyangkut kehidupan bekarya dalam organisasi
(Siagian, 2009). Fungsi manajemen,
sebagaimana dikemukakan
oleh Koontz et. al dalam (Tamsah & Nurung, 2022), yaitu
perencanaan, pengorganisasian,
kepegawaian, bimbingan dan pengendalian.
Sumber Daya Manusia adalah
faktor inti dari organisasi dan tim. Apapun bentuk dan tujuannya, sebuah organisasi didirikan berdasarkan berbagai visi yang bermanfaat bagi umat manusia,
dalam menjalankan misinya dikelola oleh manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan
faktor strategis dalam kegiatan semua lembaga/organisasi.
Selain itu, pengertian manajemen sumber daya manusia
adalah mengelola dan mengelola SDM sesuai dengan visi organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, manajemen
SDM juga merupakan bagian dari ilmu manajemen,
yang mengacu pada fungsi manajemen dalam pelaksanaan perencanaan, pengorganisasian, kepegawaian, kepemimpinan, dan pengendalian (Tamsah & Nurung, 2022).
Manusia adalah makhluk
yang paling mulia di muka bumi ini. Status demikian tidak hanya terlihat dalam nalarnya, kemampuan kognitifnya, serta berbagai ciri mental dan intelektual lainnya yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, tetapi juga karena manusia punya harkat dan martabat yang diharapkannya diakui dan dihargai oleh orang lain (Siagian, 2009). Manajemen harus menyadari bahwa manusia bukanlah
makhluk yang sederhana melainkan sangat kompleks, sehingga diperlukan upaya yang terus-menerus untuk mengenalinya dengan lebih baik,
termasuk oleh yang bersangkutan
sendiri sebagai insan yang mempunyai jati diri yang khas. Salah satu implikasi kenyataan tersebut ialah, bahwa dalam memperkerjakan
seseorang manajemen atau perusahaan menggunakan keseluruhan diri orang yang bersangkutan. Maksudnya, jika seorang bekerja sebagai juru ketik
misalnya, bukan hanya tangan dan jari-jarinya saja yang dipekerjakan dan dihargai, akan tetapi seluruh
diri pegawai tersebut. Bukan hanya otak seorang
manajer yang dibayar oleh perusahaan, akan tetapi keseluruhan kepribadian orang yang bersangkutan.
Dengan cara lain dapat dinyatakan, bahwa dengan bergabung
menjadi anggota suatu organisasi, seseorang tidak kehilangan jati dirinya (Siagian, 2009).
Perkembangan dunia serta perubahan struktural yang terjadi di berbagai aspek, telah menimbulkan
tantangan dan sekaligus peluang bagi perkembangan
dunia bisnis. Satu hal yang
merupakan prasyarat untuk dapat mengatasi
tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang bisnis yang timbul adalah dengan meningkatkan
daya saing. Daya saing strategi dicapai jika sebuah perusahaan
berhasil merumuskan serta menerapkan suatu strategi yang tepat. Saat ini berbagai
organisasi berusaha untuk meningkatkan daya saingnya dengan
membangun dan bersama-sama mencari sumber daya manusia yang dapat membawa kepada
pembentukan perubahan paradigma tentang pentingnya keberadaan sumber daya manusia
dalam suatu organisasi (Narutomo, 2012).
Peranan sumber daya
manusia menjadi semakin penting bila dikaitkan dengan Fungsi ini
terdiri dari tiga aktivitas penting, yaitu perencanaan, penarikan, dan seleksi sumber daya manusia. Sebenarya
para manajer bertanggung jawab untuk mengantisispasi
kebutuhan sumber daya manusia. Dengan
semakin berkembangnya perusahaan, para manajer menjadi lebih tergantung
pada departemen sumber daya manusia untuk
mengumpulkan informasi mengenai komposisi dan keterampilan tenaga kerja saat ini.
Meskipun penarikan tenaga kerja dilakukan
sepenuhnya oleh departemen sumber daya manusia,
departemen lain tetap terlibat dengan menyediakan deskripsi dari spesifikasi pekerjaan untuk membantu proses penarikan. Dalam proses seleksi, departemen sumber daya manusia melakukan
penyaringan melalui wawancara, tes, dan menyelidiki latar belakang pelamar. Tanggung jawab departemen sumber daya manusia untuk
pengadaan tenaga kerja ini semakin
meningkat dengan adanya hukum tentang
kesempatan kerja yang sama dan berbagai syarat yang diperlukan perusahaan. b. Performance Evaluation Penilaian
kinerja sumber daya manusia merupakan
tanggung jawab departemen sumber daya manusia dan para manajer. Para manajer menanggung tanggung jawab utama untuk
mengevaluasi bawahannya dan
departemen sumber daya manusia bertanggung
jawab untuk mengembangkan bentuk penilaian kinerja yang efektif dan memastikan bahwa penilaian kinerja tersebut dilakukan oleh seluruh bagian perusahaan. Departemen sumber daya rnanusia juga perlu melakukan pelatihan terhadap para manajer tentang bagaimana membuat standar kinerja yang baik dan membuat penilaian kinerja yang akurat. c. Compensation Dalam hal kompensasi/reward dibutuhkan suatu koordinasi yang baik antara departemen sumber daya manusia
dengan para manajer.
Para manajer bertanggung jawab dalam hal
kenaikan gaji, sedangkan departemen sumber daya manusia
bertanggung jawab untuk mengembangkan struktur gaji yang baik. Sistem kompensasi
yang memerlukan keseimbangan
antara pembayaran dan manfaat yang diberikan kepada tenaga kerja.
Pembayaran meliputi gaji, bonus, insentif, dan pembagian keuntungan yang diterima oleh karyawan. Manfaat meliputi asuransi kesehatan, asuransi jiwa, cuti, dan sebagainya. Departemen sumber daya manusia bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa kompensasi yang diberikan bersifat kompetitif diantara perusahaan yang sejenis, adil, sesuai. dengan hukum yang berlaku (misalnya:UMR), dan memberikan motivasi. d. Training
and Development Departemen sumber
daya manusia bertanggung jawab untuk membantu para manajer menjadi pelatih dan penasehat yang baik bagi bawahannya,
menciptakan program pelatihan
dan pengembangan yang efektif
baik bagi karyawan baru (orientasi) maupun yang sudah ada (pengembangan
keterampilan), terlibat dalam program pelatihan dan pengembangan tersebut, memperkirakan kebutuhan perusahaan akan program pelati han dan pengembangan, serta mengevaluasi efektifitas progam pelatihan dan pengembangan. Tanggung jawab departemen sumber daya manusia
dalam hal ini juga menyangkut masalah pemutusan hubungan kerja Tanggung jawab perkembangan global yang penuh dengan persaingan diantara organisasi. Salah satu cara yang dilakukan organisasi dalam menghadapi persaingan yaitu dengan memberdayakan dan menggali seluruh potensi SDM yang dimilikinya itu secara maksimal.
Sejalan dengan hal tersebut, maka
suatu organisasi perlu meningkatkan perhatiannya terhadap kualitas karyawannya, baik perhatian dari segi kualitas
pengetahuan dan keterampilan,
karir maupun tingkat kesejahteraannya, sehingga dapat meningkatkan prestasi dan motivasi pegawai untuk memberikan seluruh kemampuannya dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dalam konteks SDM global, manusia
sebagai sebuah asset yang akan diberdayakan maka SDM harus dikelola dengan secara baik melalui
konsep dasar ilmu MSDM. Sebagai bagian dari ilmu
MSDM, maka manusia sebagai sebuah asset diharapkan dapat dimanfaatkan kontribusinya secara optimal oleh organisasi untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam sebuah
paradigma keilmuan dikatakan ilmu manajemen merupakan ilmu yang paling sempurna karena hakikatnya ilmu ini akan
senantiasa dimanfaatkan dan
diimplementasikan kepada seluruh fungsi-fungsi yang ada didalam organisasi
seperti fungsi Human
Resource Management (HRM), pemasaran, produksi, keuangan bahkan untuk fungsi
Research and Development (R&D). Pembentukan SDM secara manajemen internasional merupakan bagian dari sebuah
program yang terencana untuk
mencapai suatu tujuan dimana penetapan
sasaran dan tujuan jangka Panjang serta arah Tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Strategi SDM pun dipergunakan
untuk menyeleraskan sumberdaya kearah perubahan lingkungan khususnya yang terjadi di pasar tenaga kerja, berkaitan
dengan pelanggan dan klien lainnya guna
memenuhi harapan para
stakeholders. Adapun substansi dalam
konsep SDM global ini adalah berkaitan dengan implementasi proses kegiatan yang berlangsung dalam MSDM menuju kearah MSDM global melalui mekanisme yang berurutan.
Sejalan dengan hal
tersebut, ada sejumlah hal yang mempengaruhi kinerja karyawan, salah satunya adalah dengan memberikan
pelatihan. Di dalam dunia pelatihan kerja dijumpai banyak konsep-konsep yang telah digunakan, antara lain tentang Sistem Latihan Kerja Nasional yang diberlakukan sejak tahun 1987 dalam sebuah Keputusan Menaker No.Kep.1331/MEN/87 tentang pola umum
pembinaan sistem latihan kerja nasional.
Menyadari begitu
pentingnya pengelolaan SDM dalam mencapai tujuan organisasi di era global ini, maka penulis
akan mendiskusikan materi mengenai pengelolaan sumber daya manusia dalam
upaya meningkatkan prestasi kerjanya.
METODE
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi
objek sesuai dengan apa adanya
(Sugiyono,
2018). Bentuk penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang memahami fenomena sosial pada kondisi alamiah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif kualitatif ini dilakukan untuk mendeskripsikan fakta maupun fenomena bahasa secara empiris
yang bersifat apa adanya.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik deskriptif
berdasarkan kejadian di lapangan. Alat pengumpulan data
pada penelitian ini adalah berasal dari jurnal ilmiah,
serta peneliti sebagai perencana, pelaksana, penganalisis, dan penafsir data penelitian. Data dibaca dengan cermat,
lalu data dipilih berdasarkan data yang sesuai kebutuhan peneliti. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengadakan studi kepustakaan dengan menggunakan kajian hermeneutika model Paul Ricoeur. Selanjutnya peneliti mengindentifikasi data
yang berkaitan dengan tujuan penelitian dan pada akhirnya merumuskan simpulan penelitian tersebut.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A. Paradigma Baru Sumber Daya
Manusia Dalam Konteks Global (Manajemen Sumber Daya Manusia)
1.
Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen adalah
ilmu dan seni mengatur proses penmafaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber daya lainya secara efektif
dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya
bagi perusahaan, jika peran aktif
karyawan tidak diikutsertakan. Mengatur karyawan adalah sulit dan kompleks , karena mereka
mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan, dan latar belakang yang heterogen yang dibawa kedalam organisasi. Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya seperti mengatur mesin, modal, atau gedung. MSDM adalah bagian dari manajemen.
Oleh karena itu, teori- teori manajemen
umum menjadi dasar pembahasanya. MSDM lebih memfokuskan pembahasanya mengenai pengaturan peranan manusia dalam mewujudkan
tujuan yang optimal. Pengaturan
itu meliputi masalah perencanan (human
resources planning), pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kemmpensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian tenaga kerja untuk membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Jelasnya MSDM mengatur tenaga kerja manusia sedimikian
rupa sehingga terwujud tujuan perusahaan, kepuasan karyawan, dan masyarakat (Adamy, 2016).
Manajemen sumber
daya manusia (human
resources management) adalah rangkaian
aktivitas organisasi yang diarahkan untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif. Manajer memiliki peran besar dalam
mengarahkan orang-orang yang berada
di organisasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan, termasuk memikirkan bagaimana memiliki manajemen sumber daya manusia
(MSDM) yang mampu bekerja secara efektif dan efisien. Memang sudah menjadi tujuan
umum bagian MSDM untuk mampu memberikan
kepuasan kerja yang maksimal kepada pihak manajemen perusahaan yang lebih jauh mampu membawa
pengaruh pada nilai perusahaan (company value) baik secara jangka pendek
maupun jangka panjang.
Pengertian manajemen
sumber daya manusia, menurut Samsudin dalam Marbawi Adamy, mengemukakan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan
aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan
agar sumber daya manusia dalam organisasi
dapat didayagunakan secara efektif dan efisien guna mencapai
berbagai tujuan. Sedangkan pengertian manajemen sumber daya manusia menurut
Hasibuan (2005:10) adalah �ilmu dan seni mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan , karyawan, dan masyarakat�. Dari berbagai definisi para ahli manajemen sumber daya manusia diatas
dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia
adalah suatu proses yang dilakukan oleh atasan untuk memperoleh, mempertahankan, dan mengembangkan
tenaga kerja, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas agar tenaga kerja dapat didayagunakan
secara efektif dan efisien guna mencapai
tujuan perusahaan (Adamy, 2016).
2.
Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen Sumber
Daya Manusia merupakan bagian dari fungsi
manajemen, maka sebelum mengemukakan pendapat-pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan manajemen sumber daya manusia,
perlu dijelaskan mengenai arti manajemen itu sendiri. Menurut
Hasibuan (2007:21), menjelaskan
secara singkat fungsi-fungsi manajemen sebagai berikut:
a.
Perencanaan
(Planning).
Merencanakan tenaga
kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan
perusahaan dalam mewujudkan tujuan.
b.
Pengorganisasian
(Organizing).
Menyusun suatu organisasi dengan mendesain struktur dan hubungan antara tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang dipersiapkan.
c.
Pengarahan
(Directing).
Kegiatan mengarahkan
semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
d.
Pengendalian
(Controlling).
Kegiatan mengendalikan
semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana.
e.
Pengadaan
Tenaga Kerja (Procurement).
Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
f. Pengembangan (Development).
Proses peningkatan keterampilan teknis , teoritis, konseptual,
dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
g.
Kompensasi
(Compensation).
Pemberian balas
jasa langsung (direct), dan
tidak langsung (indirect),
uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan.
h.
Pengintegrasian
(Integration).
Kegiatan untuk
mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.
i. Pemeliharaan (Maintenance).
Kegiatan untuk
memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar mereka mau bekerja sama
sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan sebagian besar kebutuhan ka ryawannya.
j. Kedisiplinan (Discipline).
Keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan - peraturan perusahaan dan norma � norma sosial.
k.
Pemutusan Hubungan Tenaga Kerja
(Separation).
Putusnya hubungan
kerja seseorang dari suatu perusahaan.
Pemutusan hubungan kerja ini dapat
disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya.
Fungsi-fungsi sumber daya manusia
diatas saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila terdapat ketimpangan dalam salah satu fungsi maka akan
mempengaruhi fungsi yang
lain. Fungsi-fungsi manajemen
sumber daya manusia tersebut ditentukan oleh profesionalisme departemen sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan
yang sepenuhnya dapat dilakukan untuk membantu pencapaian sasaran -sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan (Wahyuningsih et al., 2022).
3.
Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
a.
Tujuan Organisasional ditujukan untuk dapat mengenali
keberadaan manajemen sumber daya manusia
(MSDM) dalam memberikan kontribusi pada pencapaian efektivitas organisasi. Walaupun secara formal suatu departemen sumber daya manusia
diciptakan untuk dapat membantu para manajer, namun demikian para manajer tetap bertanggung jawab terhadap kinerja karyawan. Departemen sumber daya manusia membantu
para manajer dalam menangani hal-hal yang berhubungan dengan sumber daya manusia.
b.
Tujuan Fungsional ditujukan untuk mempertahankan kontribusi departemen pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya manusia menjadi
tidak berharga jika manajemen sumber daya manusia
memiliki kriteria yang lebih rendah dari
tingkat kebutuhan organisasi.
c.
Tujuan Sosial ditujukan untuk secara etis
dan sosial merespon terhadap kebutuhan-kebutuhan dan tantangan-tantangan masyarakat melalui tindakan meminimasi dampak negatif terhadap organisasi. Kegagalan organisasi dalam menggunakan sumber dayanya bagi keuntungan
masyarakat dapat menyebabkan hambatan-hambatan.
d.
Tujuan
Personal ditujukan untuk membantu karyawan dalam pencapaian tujuannya, minimal tujuan-tujuan
yang dapat mempertinggi kontribusi individual terhadap organisasi. Tujuan personal karyawan harus dipertimbangkan jika para karyawan harus dipertahankan, dipensiunkan, atau dimotivasi. Jika tujuan personal tidak dipertimbangkan, kinerja dan kepuasan karyawan dapat menurun dan karyawan dapat meninggalkan organisasi (Adamy, 2016).
4.
Perkembangan Paradigma Baru MSDM dalam Konteks Global
Manajemen paradigma
baru merupakan manajemen profesional gaya baru berbasis
perubahan (change), berwawasan
lingkungan (environment), bernuansa
kewirausahaan (entrepreneurship), yang berorientasi pada efektivitas pencapaian sasaran dan efisiensi penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan. Dapat diungkapkan lebih sederhana bahwa manajemen paradigma baru merupakan manajemen profesional gaya baru berbasis perubahan
(change) yang berorientasi pada efektivitas
dan efisiensi untuk mencapai tujuan. Filosofi manajemen paradigma baru merupakan suatu prinsip yang mendasari setiap tindakan dan perilaku organisasi atau manajerial untuk mencapai tujuan adalah sebagai
berikut. Pertama, Ekonomis, yaitu mendapatkan hasil (output) maksimal dengan pengorbanan biaya (input)
minimal, untuk mencapai ekonomis; Meningkatkan hasil; Menekan biaya. Kedua, Produktif,
yaitu menghasilkan nilai tambah (added value) dari setiap kegiatan
untuk mencapai optimalisasi produktivitas; Meningkatkan nilai tambah; Meningkatkan produktivitas (Soekarso, 2007).
Perubahan-perubahan
yang terjadi dalam lingkungan MSDM adalah kecenderungan-kecenderungan yang mencakup
keragaman angkatan kerja, teknologi, globalisasi, dan perubahan dunia jabatan dan kerja. Keragaman angkatan kerja akan terus
berubah secara dramatis akan lebih beragam
seperti angkatan kerja wanita, kelompok
minoritas, para pekerja manula memasuki dunia kerja. Perubahan teknologi akan terus menggeser pekerjaan dari suatu tempat ke
tempat lain dan berperan besar dalam meningkatkan
produktivitas, berkurangnya
tenaga kerja buruh kasar ke
tenaga kerja ahli, lingkungan yang semakin kompetitif serta menyusutnya peranan hirarki.
Perkembangan MSDM didorong oleh kemajuan peradaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan tuntutan daya saing
produksi barang dan jasa yang dihasilkan. MSDM sudah ada sejak
adanya kerja sama dan pembagian kerja diantara dua orang atau lebih dalam
mencapai tujuan tertentu. MSDM ini pada mulanya terpadu dalam manajemen atau belum menjadi
ilmu yang berdiri sendiri. Masalah-masalah ekonomis meliputi hal-hal berikut (Adamy, 2016):
a.
Semakin terbatasnya faktor-faktor produksi menuntut agar sumberdaya manusia dapat bekerja lebih
efektif dan efesien
b.
Semakin disadari bahwa sumber daya manusia
paling berperan dalam mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
c.
Karyawan akan meningkatkan moral kerja, kedisplinan, dan prestasi kerjanya jika kepuasan diperolehnya
dari pekerjaanya.
d.
Terjadinya persaingan yang tajam untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas di antara perusahaan.
e.
Para karyawan semakin menuntut keamanan ekonominya pada masa depan.
Manajemen Sumber
Daya Manusia Global adalah penggunaan sumber daya global untuk mencapai tujuan organisasi tanpa memandang batasan geografis. Manajemen SDM dalam bisnis global menggerakkan orang-orang, terutama
manajer-manajer dan profesional-profesional
utama, diseluruh dunia. Individu-individu yang menguasai beberapa bahasa dengan baik sangat dihargai, dan mereka akan bergerak di antara divisi-divisi di negara �negara yang mereka memikul tanggung jawab lebih dan mengalami pengembangan karir. Sebisa mungkin SDM global perlu dikembangkan (Mathis Robert & Jackson John, 2001). Bidang
manajemen SDM Global dikarakteristikan
oleh 3 pendekatan, yaitu:
a.
Manajemen SDM
global menekankan manajemen
lintas budaya yaitu melihat perilaku
manusia dalam organisasi dari perspektif internasional.
b.
Pengembangan hubungan insudtrial dan berusaha untuk menggambarkan dan membandingkan serta menganalisis sistem SDM di beberapa negara.
c.
Memberikan fokus pada aspek Manajemen SDM di perusahaan multinasional.
Pembentukan SDM secara global merupakan bagian dari sebuah
program yang terencana untuk
mecapai suatu tujuan dimana penetapan
sasaran dan tujuan jangka panjang serta arah tindakan
serta alokasi sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Wahyuningsih et al., 2022).
Dalam manajemen
paradigma baru, terdapat beberapa tahapan dalam manajemen
sumber daya manusia, yaitu (Soekarso, 2007):
a.
Perencanaan
(planning)
Dalam manajemen
paradigma baru, perencanaan merupakan fungsi manajerial yang strategis karena perencanaan membangun visi dan misi, proses merumuskan, dan menetapkan proyeksi serangkaian kegiatan organisasional secara rasional dan realistis untuk mecapai tujuan di waktu yang akan dating.
b.
Pengorganisasian
(organizing)
Pengorganisasian merupakan fungsi manajerial yang optimistis karena pengorganisasi adalah proses membangun organisasi yang dinamis dan efektif untuk mecapai
sasaran yang telah diproyeksikan sesuai perencanaan.
c.
Pengarahan
(actuating)
Pengarahan merupakan
fungsi manajerial yang dinamis karena pengarahan adalah proses mobilisasi Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya lain yang produktif dan efisien untuk mencapai
sasaran yang telah diproyeksikan sesuai perencanaan
d.
Pengendalian
(controlling)
Pengendalian merupakan
fungsi manajerial yang pragmatis karena pengendalian adalah proses memantau dan mengendalikan kegiatan organisasi yang ketat dan akurat agar kinerja mencapai tujuan yang telah diproyeksikan sesuai perencanaan (Kinerja = Rencana).
Cara melakukan bisnis global mungkin tidak perlu seragam,
tetapi implementasi secara global perlu didelegasikan sesuai dengan kebiasaan yang ada. Meskipun adanya
tuntutan dari kebiasaan lokal yang bisa ditoleransi sepanjang hal tersebut
tidak melanggar hal prinsip dari
perusahan. Salah satu contoh yaitu MC Donald, yang memperbolehkan cabang di
negara-negara lain untuk menciptakan
praktik bisnis, misalnya roti dan kemasan mereka sendiri untuk melayani selera lokal. Tanpa
pendekatan yang seimbang organisasi tidak akan mampu memenuhi
kebutuhan pasar lokal secara efektif. Singkatnya, pola pikir kepemimpinan global adalah kemampuan untuk mengambil pandangan global dan mampu menerapkan perspektif tersebut ke negara lain, dengan mempertimbangkan aspek budaya. membuat
sistem SDM global lebih dapat diterima (Soegoto, 2017).
Setiap organisasi
akan membutuhkan MSDM termasuk pada bidang pendidikan. Sekolah sebagai organisasi pendidikan bersifat dinamis dan kompetitif, sehingga lembaga pendidikan dihadapkan dengan persaingan sesama lembaga tidak hanya kepemilikan
sarana dan prasarana tetapi juga SDM. Pendidikan dapat
berjalan lancar dengan adanya manajemen
sumber daya manusia yang dikelola dengan baik. Sekolah
merupakan salah satu organisasi dibidang Pendidikan
yang sangat membutuhkan pengelolaan
SDM untuk dapat mewujudkan tujuannya.
Permasalahan yang terjadi biasanya masih terdapat beberapa guru yang tidak sesuai antara kompetensi
yang dimilikinya dengan mata pelajaran yang diajarkan, sumberdaya manusia belum mencukupi,
sarana prasarana Pendidikan
yang belum mencukupi, kurangnya kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan, belum jelasnya pelaksanaan manajemen sumber daya manusia
dan belum jelasnya proses perencanaan, perekrutan, dan prosedur seleksi sumber daya manusia.
Dalam konteks
manajemen sumber daya manusia, sebaiknya
sekolah mengimplementasikan
setiap tahapan MSDM, dapat ditandai dnegan adanya penyusunan
perencanaan sumber daya manusia, perekrutan
sumber daya manusia yang profesionalisme dan transparan, pelaksanaan seleksi sumber daya manusia yang cukup professional, pelaksanaan orientasi dan penempatan kerja yang memperhatikan kebutuhan sekolah dan kompetensi guru/karyawan, pelaksanaan pelatihan dan pengembangan yang terencana, penilaian kinerja. Sekolah juga diperbolehkan untuk mengembangkan muatan lokal yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan budaya setempat agar menjadi nilai tambah
dalam persaingan antar Lembaga Pendidikan. Tentunya
dalam menciptakan inovasi baru tersebut
diperlukan pendekatan yang seimbang sehingga mampu memenuhi kebutuhan Pendidikan ditengah-tengah
masyarakat umum.
B. Kepemimpinan Lintas Budaya
dan Keberagaman
1.
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan atau
pemimpin dalam bahasa Inggris berarti leadership atau leader memiliki banyak arti misalnya pimpinan, ketua, atau komandan.
Namun, dalam arti yang lebih dalam, pemimpin
yang dimaksudkan harus diartikan sebagai seorang yang memimpin sebuah organisasi atau institusi yang terlibat di dalamnya (Lensufiie, 2010). Griffin dan Ebert, dalam Sutarto Wijono,
mengatakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah
proses memotivasi orang lain untuk
mau bekerja dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Wijono, 2018). Kepemimpinan
(leadership) adalah bagian dari sebuah karakter/kepribadian, dan manusia telah diberikan wewenang untuk memimpin, bahkan menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan
untuk menjadi pemimpin. Kepemimpinan (khalifah)
adalah suatu proses yang memberi arti pada Kerjasama dan dihasilkan
dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Rusdiana & Jahari, 2020). Perilaku
kepemimpinan yang baik adalah yang berorientasi kepada dua arah sekaligus, yaitu mengacu kepada tujuan organisasi (goal
oriented), dan bersamaan juga memperhatikan
kebutuhan anggota yang dipimpinnya (member oriented) (Rusdiana & Jahari, 2020).
Aktivitas kehidupan
sehari-hari manusia selalu diperhadapkan dengan istilah organisasi dari bentuk, dan model yang berbeda-beda.
Setiap organisasi dibentuk karena adanya sebuah tujuan
(Badu & Djafri, 2017). Apapun
posisi kita di sebuah organisasi atau perusahaan, kata �kepemimpinan� pastinya sudah sangat akrab di telinga kita masing-masing. Logikanya, tanpa hadirnya kepemimpinan yang efektif, organisasi manapun akan kesulitan
untuk bekerja secara efisian. Mengapa demikian? Karena salah satu tujuan kepemimpinan
dibentuk untuk meraih tujuan yang sama dan satu secara
bersama-sama dengan anggota tim lainnya.
Dengan kata lain, penting bagi kepemimpinan tersebut untuk dapat mengendalikan semua anggota tim
agar melangkah ke arah dan tujuan yang sama.
2.
Pengaruh Budaya dan Keragaman serta Perilaku Kepemimpinan
Kemajuan teknologi
komunikasi telah membabat batas-batas yang mengisolasi
manusia. Lahirlah apa yang dinamakan masyarakat terbuka (open
society). Dunia yang terbuka telah
menciptakan apa yang disebut dunia tanpa batas. Manusia dewasa ini hidup di dalam
apa yang disebut global
village atau kampung global. Kini orang berkata-kata mengenainya perlu adanya global governance (Muhammad Ali Sibram, 2014). Berbagai
teori kepemimpinan terus mengalami perkembangan dan pengujian dalam satu budaya
hingga menimbulkan masalah utama mengenai
sejauh mana teori tersebut dapat digeneralisasikan dalam budaya berbeda. Terdapat tiga subjek
yang seringkali terkait dengan kepemimpinan, yaitu:
a.
Kepemimpinan lintas budaya mengenai
kepemimpinan lintas budaya melihat bagaimana budaya dengan berbagai cara dapat memengaruhi
pemimpin dan pengikut.
b.
Gender dalam kepemimpinan mengenai gender dalam kepemimpinan melihat bagaimana gender seringkali diulas dalam perilaku atau keterampilan dalam memimpin.
c.
Pengelolaan keanekaragaman dalam kepemimpinan mengenai pengelolaan keanekaragaman dalam kepemimpinan untuk melihat bagaimana
peran pemimpin membangun efektivitas bagi suatu organisasi.
Budaya yang beragam dan perilaku kepemimpinan dalam suatu organisasi dapat berdampak pada efektivitas organisasi. Efektivitas organisasi menjadi sasaran yang dicapai berdasarkan usaha bersama.
Nilai-nilai dan tradisi budaya yang melekat pada diri seorang pemimpin dapat memengaruhi sikap dan perilaku pemimpin sehingga diperlukan pemahaman mengenai perbedaan budaya untuk memudahkan
serta memfasilitasi upaya individu dan kolektif dalam mencapai tujuan bersama. Selain itu, perilaku kepemimpinan
dapat dipengaruhi oleh jenis organisasi, jenis industri, dan karakteristik posisi manajerial.
Dalam konteks
perkantoran, budaya kerja yang diimplementasikan pada
suatu organisasi merefleksikan kepemimpinan di dalamnya. Sebagai contoh, di perkantoran pemerintah memiliki budaya kerja �Budaya
Tepat Waktu, Tepat
Kinerja�. Maksud dari budaya kerja tersebut
telah memberikan kebebasan kepada pegawai untuk mengembangkan
ide dan gagasan secara bertanggung jawab, bersifat fleksibel, serta mempertahankan stabilitas kantor dengan orientasi pada pencapaian target yang telah ditetapkan.
Penerapan budaya
kerja tersebut menggunakan metode sebagai berikut: a) pendekatan kekeluargaan; b) pembinaan pegawai; c) pelatihan pegawai; d) pengawasan dan evaluasi. Metode lain yang digunakan dalam penerapan budaya kerja adalah
pelatihan bagi pegawai. Pelatihan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja agar mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Selanjutnya metode pengawasan dan evaluasi dapat dilakukan oleh pemimpin untuk menerapkan budaya kerja. Pengawasan dilakukan pemimpin sebagai bentuk evaluasi terhadap kinerja pegawai. Pemimpin menilai perilaku dan hasil pekerjaan yang dituntaskan pegawai sebagai kinerja (Armstrong, 2006).
Implementasi budaya
kerja dapat memiliki hambatan yang dapat berdampak pada berjalannya organisasi. Beberapa hambatan yang diidentifikasi terdapat dalam impelementasi budaya kerja perkantoran
pemerintah, antara lain: a)
perbedaan karakter individu; b) adanya pekerjaan yang tidak dapat selesai tepat
waktu; c) ketidakpahaman terhadap instrumen; d) rasa sungkan memberi teguran pada pegawai senior.
Adanya perbedaan
latar belakang budaya seperti suku, agama, dan ras yang sering dicampuradukan dalam urusan pekerjaan
menjadi hal yang paling dirasakan di perkantoran. Hal
yang sering dikaitkan seperti sikap dan tingkah individu dalam pekerjaan dilihat sebagai cerminan dirinya sebagai kelompok tertentu (Amarullah, 2021).
Berlakunya konsep
globalisasi terhadap dunia internasional saat ini membawa berbagai
konsekuensi yang sangat luas
dalam setiap aspek kehidupan manusia tanpa terkecuali,
termasuk dalam bidang pendidikan dengan seluruh komponen yang mendukung bidang pendidikan tersebut. Saat ini para pimpinan dalam rangka mengelola
organisasi pendidikan memerlukan visi dan perspektif global jika mereka berkeinginan mencapai sukses (Amarullah, 2021).
Sebuah kepemimpinan akan efektif bila
dapat mengakomodir budaya yang ada di lingkungannya sehingga kepemimpinan semacam ini dapat menjadi
kekuatan untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Dengan kata lain, kepemimpinan lintas budaya merupakan
kemampuan seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi dan memotivasi anggota kelompoknya yang berbeda budaya. Kepemimpinan lintas budaya menekankan dampak budaya pada kekuasaan pemimpin, karakteristik personal pada pencitraan
diri pemimpin dan pola interaksi antara pemimpin dengan bawahan. Lebih jauh lagi,
citra yang diciptakan oleh pemimpin dimungkinkan menjadi prototype pemimpin dan bawahan yang berhasil pada budaya di tempat tertentu (Muhammad Ali Sibram, 2014).
Seorang pemimpin
dalam konteks lintas budaya tentunya
dihadapkan pada situasi untuk memimpin dalam situasi dan kondisi yang berbeda dengan negara asal. Diversity atau keragaman tidak hanya terbatas
pada soal budaya saja, namun juga mencakup gender, usia, tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi, hingga orientasi seksual. Berada dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda membuat seorang pemimpin harus cermat dalam menginterpretasi
serta mengambil suatu tindakan tertentu agar tidak menimbulkan konflik di kemudian hari. Yakni segala tindakan
yang berlandaskan pada toleransi
multikultural dan tidak dihiasi oleh tendensi untuk merendahkan segala perbedaan yang ada (Subroto & Mas�ud, 2016).
Implementasi kepemimpinan
lintas budaya yang efektif di lembaga pendidikan antara lain, kepala sekolah dapat dikatakan sebagai pemimpin yang efektif apabila mampu mengeluarkan kinerja yang terbaik dari segenap staf
tanpa menimbulkan stres. Untuk mewujudkan
pemikiran tersebut, kepala sekolah sebaiknya menyiapkan serangkaian instruksi bagi para staf namun tetap harus
memegang prinsip untuk tidak menuntut
tenaga yang berlebihan dari staf. Maka
sebaiknya pemimpin tidak hanya membuat
instruksi saja, namun juga menerangkan bagaimana cara untuk mengaturnya agar staf mampu menyelesaikan
berbagai tugas dalam waktu yang bersamaan.
C. Budaya Organisasi
1.
Definisi
Salsah satu
kenyataan dalam dunia manajemen ialah, bahwa setiap organisasi
mempunyai karakteristik atau jati diri
yang khas. Artinya, setiap organisasi mempunyai �kepribadian� sendiri yang membedakannya dari organisasi-organisasi lain (Siagian, 2009).
Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dari organisasi yang lainnya ialah budayanya.
Budaya organisasi dapat diartikan sebagai suatu pola
asumsi-asumsi dasar yang
oleh suatu kelompok tertentu telah ditemukan atau telah dikembangkan melalui pelajaran untuk memecahkan masalah-masalah dalam adaptasi eksternal dan integrasi internal, dan yang telah
berjalan cukup lama dan dipandang sahih, oleh karena itu perlu untuk
diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memandang,
berfikir dan merasa dalam kaitannya dengan masalah-masalah tersebut (Tuala, 2020).
Menurut Lutans
(1995), dalam (Tuala, 2020), seluruh
organisasi mempunyai budaya, mereka berada dalam budaya
masyarakat khusus dan merupakan bagian dari masyarakat tersebut, suatu budaya organisasi adalah merupakan persepsi biasa yang dipegang oleh para anggota organisasi. Setiap orang dalam organisasi itu saling berbagi
didalam persepsi tersebut.
2.
Karakteristik Budaya Organisasi
Budaya mengimplikasikan
adanya dimensi atau karakteristik tertentu yang berhubungan secara erat dan interdependen. Budaya mempunyai dimensi mencolok yang dapat didefinisikan dan dapat diukur. Untuk itu
Robbins (1998), Riyuzen Praja
Tuala, mengemukakan tujuh Karakteristik Budaya Organisasi sebagai berikut:
a.
Inovasi dan
Pengambilan Resiko, yaitu sejauh mana para karyawan didorong untuk inovatif dan mengabil resiko.
b.
Perhatian, yaitu sejauh mana para karyawan diharapkan memperlihatkan presisi (kecermatan), analisis dan perhatian terhadap hal yang lebih rinci.
c.
Orientasi
Hasil, yaitu sejauh mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil, bukannya pada teknik dan proses
yang digunakan untuk mencapai hasil.
d.
Orientasi
Orang, yaitu sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam
organisasi tersebut.
e.
Orientasi
Tim, yaitu sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan dalam tim-tim kerja, bukannya individu-individu.
f. Kegresifan, sejauh
mana orang-orang itu agresif
dan kompetitif dan bukannya
santai-santai.
g.
Kemantapan, sejauh mana kegiatan organisasi menekankan dipertahankannya status quo dari
pada pertumbuhan.
3.
Fungsi Budaya dalam Organisasi
Sebagai nilai-nilai
dan norma-norma yang dijunjung
tinggi dan diterapkan oleh semua anggota organisasi,
tentunya budaya organisasi memiliki beberapa fungsi. Berikut ini adalah
5 fungsi budaya organisasi yang perlu kita ketahui mulai
dari sekarang.
a.
Fungsi budaya organisasi yang pertama adalah memiliki peran yang kuat dalam mendefinisikan
batasan-batasan yang sangat berarti
agar dapat membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya. Misalnya, budaya organisasi terhadap kinerja karyawan di organisasi A harus mencapai 100% secara minimum. Mungkin organisasi C belum tentu memiliki target yang sama, sehingga hal inilah yang membedakan organisasi A dan organisasi C.
b.
Kedua, fungsi budaya organisasi
akan membantu kita dalam menciptakan
rasa identitas bagi seluruh anggota organisasi. Sebagai contoh, dikarenakan budaya dalam organisasi
A sangat menekankan kedisiplinan
dan itu benar-benar diterapkan oleh para anggotanya, maka anggota dari
organisasi A akan memiliki rasa identitas bahwa mereka adalah
orang-orang yang disiplin.
c.
Selain itu, fungsi budaya
organisasi juga akan mendorong para anggota agar lebih mengedepankan kepentingan organisasi dibandingkan kepentingan pribadi mereka. Mereka sadar bahwa
kepentingan bersama dalam organisasi adalah hal yang harus diprioritaskan daripada kepentingan perseorangan.
d.
Fungsi budaya organisasi yang keempat adalah membantu meningkatkan stabilitas sistem sosial. Tidak hanya
itu, budaya organisasi juga dikenal sebagai pedoman dalam menyatukan organisasi dengan memberikan standar yang tepat tentang apa
yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan.
e.
Terakhir, fungsi budaya organisasi
dapat menjadi mekanisme akal dan kontrol yang memandu dan membentuk sikap dan perilaku karyawan.
Untuk meraih
semua fungsi budaya organisasi di atas, setiap organisasi
harus merancang konsep budaya organisasi
mereka dengan sangat matang.
4.
Jenis-jenis Budaya Organisasi
Hal penting lain yang perlu kita ketahui
adalah jenis budaya organisasi. Tidak akan ada
dua organisasi yang memiliki
budaya organisasi yang sama. Nilai-nilai serta kebijakan organisasi yang dibuat akan berbeda dengan
organisasi lainnya. Secara umum, ada
dua jenis budaya organisasi, antara lain:
a.
Budaya Organisasi yang Kuat.
Ini merupakan
jenis budaya organisasi yang kokoh dan kuat, dimana jenis
budaya organisasi ini mengacu pada situasi dimana karyawan dapat menyesuaikan diri dengan baik, menghormati
kebijakan organisasi, dan mematuhi semua pedoman organisasi yang berlaku. Dalam budaya organisasi yang kuat seperti ini,
setiap orang yang terlibat merasa sangat menikmati pekerjaan mereka dan menjadikan setiap tugas kerja sebagai
pembelajaran baru, serta mereka mencoba
untuk mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman sebanyak yang mereka bisa. Dengan
kata lain, setiap anggota organisasi benar-benar menerima peran dan tanggung jawab mereka dengan sukarela.
b.
Budaya Organisasi yang Lemah.
Dalam budaya
organisasi yang lemah, setiap anggota organisasi menerima peran dan tanggung jawab mereka hanya
karena rasa takut pada atasan atau pemimpin
mereka di dalam organisasi. Mereka takut terhadap segala kebijakan organisasi yang ada, sehingga apapun yang mereka lakukan semata-mata karena ada paksaan. Yang menyedihkannya, orang-orang yang terlibat
di dalam organisasi ini hanya menjadikan
organisasi sebagai platform
utama untuk mencari penghasilan. Namun, sejatinya mereka tidak pernah
merasa terikat dengan organisasi tersebut.
Kedua jenis
budaya organisasi di atas akan memberikan
dampak budaya organisasi terhadap para anggota organisasi dan pihak-pihak eksternal dari organisasi yang bersangkutan. Sebagai contoh, karyawan yang ada di dalam budaya
organisasi yang lemah akan menjalankan setiap pekerjaan dengan rasa berat hati. Rasa terpaksa yang dirasakan oleh karyawan tersebut akan berdampak
pada cara dirinya melayani dan menyelesaikan permasalahan pelanggan. Seringkali terjadi jika seorang karyawan
tidak tulus dalam membantu klien, maka klien
akan memberikan respon yang kurang memuaskan. Oleh karena itu, jenis dan bentuk budaya organisasi
akan sangat mempengaruhi organisasi dalam meraih kesuksesan.
5.
Implementasi Budaya Organisasi
Budaya organisasi
sebaiknya dilaksanakan melalui tiga tahapan
yang dimulai dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tahap perencanaan dimulai dari merumuskan
kondisi organisasi dan tujuan dari pembentukan
organisasi sesuai dengan visi dan misi dari organisasi
tersebut. Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja.
Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya-sumber dayanya secara tidak efektif.
Tahap pelaksanaan
dilakukan dengan melaksanakan budaya organisasi yang ada di sekolah. Pelaksanaan budaya organisasi ini meliputi kegiatan
kedisiplinan, kepemimpinan,
serta pelaksanaan dari aturan yang berlaku agar budaya organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Tahap Evaluasi
dari budaya organisasi adalah dengan melakukan penilaian kinerja dari suatu anggota
organisasi. Budaya berfungsi sebagai perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan. Akhirnya, budaya berfungsi sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan memberuk sikap serta perilaku
para karyawan. Budaya organisasi yang kohesi atau efektif tercermin
pada kepercayaan, keterbukaan
komunikasi, kepemimpinan
yang mendapat masukan, dan didukung oleh bawahan. pemecahan masalah oleh kelompok, kemandirian kerja, dan pertukaran informasi.
Bentuk dari
ketiga tahapan tersebut tentunya harus sejalan dengan
kondisi organisasi dan tujuan dari pembentukan
organisasi sesuai dengan visi dan misi dari organisasi
tersebut. Tebentuknya budaya organisasi dalam lingkungan pendidikan, dalam hal ini sekolah,
sejatinya diperlukan kerja sama yang komprehensif melalui setiap unsur sekolah,
baik itu kepala sekolah, pegawai/staf, guru dan murid dalam mengimplementasikan nilai-nilai normatif yang telah disepakati atau nilai yang telah dijadikan acuan dalam menjaga
stabilitas lingkungan sekolah secara psikologi dan sosial. Konsep budaya organisasi
disini keudian sangat berperan penting dalam menjaga struktur
mekanisme kerja secara teknis yang akan memperbaiki sistem administrasi sekolah, karena unsur budaya organisasi
memiliki pengaruh kepada masing-masing personal dalam
meningkatkan semangat kerja untuk menciptakan
suatu lingkungan kerja yang kondusif.
D. Proses Sosialisasi
dan Pendampingan
1.
Definisi Sosialisasi dan Pendampingan
Proses sosialisasi merupakan salah satu tugas perkembangan terpenting bagi anak-anak juga remaja. Menurut Hurlock (2008) tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar
suatu periode tertentu dari kehidupan
individu yang jika berhasil akan menimbulkan
rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan
dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya dan kalau gagal akan
menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Ditambahkan bahwa beberapa dari tugas-tugas
perkembangan itu muncul sebagai akibat dari sejumlah
faktor yaitu kematangan fisik, tuntutan budaya dari masyarakat, aspirasi individual. Namun pada umumnya tugas-tugas perkembangan muncul dikarenakan ketiga faktor tersebut secara sekaligus.
Sosialisasi sebagai
proses belajar seorang individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bagaimana keberlangsungan proses kehidupan masyarakat, baik dengan keluarga, teman sebaya, sekolah
maupun media massa. Unsur-unsur pengertian sosialisasi adalah sosialisasi merupakan cara belajar atau
suatu proses akomodasi dan
yang dipelajari adalah nilai- nilai, norma-norma,
ide-ide atau gagasan, pola-pola tingkah laku dan adat istiadat
serta keseluruhannya itu diwujudkan dalam kepribadiannya. Keseluruhannya itu merupakan segala aspek dari proses kehidupan manusia yang berhubungan erat dengan sosialisasi menyangkut keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi.
Sosialisasi juga sebagai proses belajar individu dalam kehidupan bermasyarakat, kehidupan yang berpedoman pada norma-norma. Norma merupakan kaidah, pokok, kadar atau patokan
yang diterima secara utuh oleh masyarakat guna mengatur kehidupan
dan tingkah laku sehari-hari, agar hidup ini terasa aman
dan menyenangkan. Norma sendiri
masih terbagi menjadi beberapa jenis seperti norma
agama, norma kesusilaan, norma hukum dan adat istiadat, sifatnya pun bermacam-macam seperti ringan lunak, memperbolehkan dan menggunakan sedikit paksaan dan bisa sebaliknya bersifat melarang sama sekali
bahkan menjadi tabu. Artinya dilarang menjamin atau melakukannya
karena diliputi kekuatan-kekuatan gaib yang lebih tinggi. Norma bisa juga berupa larangan-larangan dengan sanksi keras, hukuman
atau tindak pengasingan.
Pendampingan adalah
proses perjumpaan pertolongan
antara pendamping dan orang
yang didampingi. Perjumpaan
itu bertujuan untuk menolong orang yang didampingi agar dapat menghayati keberadaannya dan mengalami pengalamannya secara penuh dan utuh, sehingga dapat menggunakan sumber-sumber yang tersedia untuk berubah, bertumbuh, dan berfungsi penuh secara fisik
mental, spiritual dan sosial (Wiryasaputra,
2006 : 57). Pendampingan terutama mengacu pada semangat, tindakan memedulikan dan mendampingi secara generik. Biasanya, pendampingan mengacu pada hubungan bantuan psikologis secara informal sebagai lawan pada hubungan bantuan psikologis secara formal dan profesional. Pendampingan bisa dihubungkan dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh orang yang tidak berprofesi bantuan psikologis secara penuh waktu, namun
menginginkan layanannya lebih manusiawi (Wiryasaputra, 2006 : 59).
Tugas utama
seorang pendamping adalah membantu orang yang didampingi untuk mengalami pengalamannya secara penuh dan utuh. Dengan demikian
pendamping membantu orang
yang didampingi merayakan suka dan duka kehidupan
secara penuh dan utuh (Wiryasaputra, 2006 : 62). Pendamping tidak hanya melakukan
tindakan penyembuhan, melainkan juga pencegahan, peningkatan, pemulihan, dan pemberdayaan. Sebuah layanan yang
bersifat komprehensif artinya pendamping dapat membantu menghilangkan rasa susah, marah, terkejut, bingung, tertekan dan putus asa. Kemudian
pendamping dapat menolong klien menjadi pendamping bagi dirinya pada masa depan atau menolong
orang disekitarnya. Pendamping
juga menciptakan perubahan bagi klien dan lingkungannya (Wiryasaputra, 2006 : 73).
2.
Fungsi Sosialisasi dan Pendampingan
Fungsi Sosialisasi
sebagai berikut :
a.
Sudut pandang individu
Sosialisasi memiliki
fungsi bahwa setiap individu membutuhkan sarana pengenalan, pengakuan, dan penyesuaian diri terhadap nilai-nilai, norma, dan struktur sosial. Atas dasar tersebut, seorang individu bisa diterima
oleh masyarakat karena mampu menjadi anggota
masyarakat yang baik.
Masyarakat memiliki sebuah sistem sosial yang dapat menentukan anggota masyarakat tergolong anggota masyarakat yang baik atau buruk. Anggota
masyarakat yang baik adalah anggota masyarakat yang mampu memenuhi harapan umum dari anggota
masyarakat lainnya. Sementara, anggota masyarakat yang buruk adalah anggota masyarakat yang tidak atau belum mampu
memenuhi harapan umum dari anggota
masyarakat lainnya.
b.
Kepentingan masyarakat
Sosialisasi mempunyai
fungsi dari masyarakat sebagai sarana pelestarian, penyebarluasan, dan pewarisan nilai-nilai serta norma sosial. Nilai dan norma terpelihara dari generasi ke
generasi dalam masyarakat dapat menjadi ciri khas
atau karakteristik dari masyarakat tersebut.
Fungsi Pendampingan
menurut Purwasasmita,M
(2010) dan Wiryasaputra (2006), Dalam
melaksanakan tugasnya, seorang pendamping memiliki fungsi:
a.
Fungsi penyembuhan (Healing)
Fungsi ini
dipakai oleh pendamping ketika melihat keadaan yang perlu dikembalikan kekeadaan semula atau mendekati
keadaan semula. Fungsi ini dipakai
untuk membantu orang yang didampingi menghilangkan gejala-gejala dan tingkah laku yang disfungsional sehingga dia tidak
menampakkan lagi gejala yang mengganggu dan dapat berfungsi kembali secara normal sama seperti sebelum
mengalami krisis. Seperti alat pemersatu
apabila yang agent saling bertentangan atau konflik
b.
Fungsi membimbing (Guiding)
Fungsi membimbing
ini dilakukan pada waktu orang harus mengambil keputusan tertentu tentang masa depannya. Dalam hal ini, klien
sedang dalam proses pengambilan keputusan dan membantu dalam pemecahan masalah
c.
Fungsi menopang (Sustaining)
Fungsi ini
dilakukan bila klien tidak mungkin
kembali ke keadaan semula. Fungsi menopang digunakan sekarang sebagaimana adanya, kemudian berdiri diatas kakisendiri dalam keadaan baru,
bertumbuh secara penuh dan utuh.
d.
Fungsi memperbaiki hubungan (Reconceling)
Fungsi ini
dipakai untuk membantu klien bila mengalami konflik batin dengan
pihak lain yang mengakibatkan
putus dan rusaknya hubungan.
e.
Fungsi membebaskan ( Liberating,
empowering, capacity building)
Fungsi ini
dapat juga disebut sebagai �membebaskan�
(liberating) atau �memampukan�
(empowering atau memperkuat
(capacity building). Seperti mengurangi
hambatan-hambatan atau tekanan-tekanan yang terjadi didalam kegiatan belajar mandiri. D. Masalah-masalah MSDM Bagi
Perusahaan Multinasional/Perusahaan Global Banyak masalah yang dihadapi oleh perusahaan multinasional atau perusahaan global dikaitkan dengan tanggung jawab departemen SDM. Belajar untuk mengelola gugus kerja di berbagai Negara adalah sebuah tantangan besar. 1. Hambatan-hambatan kebudayaan Satu tantangan terbesar bagi MSDM Internasional, juga bagi keberhasilan bisnis internasional pada umumnya adalah mengatasi hambatan-hambatan signifikan yang
ditimbulkan oleh perbedaan-perbedaan
kebudayaan antara
Negara-negara. Bermacam-macam sikap
tentang peran bisnis, manajemen dan nilai-nilai yang berkaitan, juga tingkat pengembangan dan sikap terhadap pendidikan dapat memudahkan atau menghindari transfer produk, jasa dan praktikpraktik bisnis ke lokasi-lokasi
luar negeri. Semakin jauh nilai-nilai Negara asal dan perusahaan yang ditemukan di lokasi asing, semakin sulit untuk dapat
mentransfer produk, teknologi dan system-sistem manajemen. 2. Proses-proses Manajemen
Ketidakmampuan untuk menggabungkan gaya manajemen dan korporasi dalam usaha patungan
atau merger dan akuisisi serta penolakan yang ditemukan ketika berusaha melaksanakan gaya atau budaya
perusahaan induk di cabang luar negeri menunjukkan betapa pentingnya masalah ini dapat terjadi.
Bahkan sebuah survey yang dilaksanakan oleh Herald Tribune atas
perusahaan-perusahaan yang terlibat
dalam akuisisi lintas budaya menemukan
bahwa � perbedaan-perbedaan budaya di antara para manajer senior adalah satu hambatan
utama alam pekerjaan akuisisi�. Banyak masalah spesifik ini penting untuk
dikembangkan oleh praktik-praktik
SDM dalam lingkungan multinasional, meliputi isu-isu seperti metode-metode dan criteria-kriteria
untuk seleksi para karyawan, sifat tunjangan-tunjangan yang disediakan
bagi para karyawan, pentingnya kaitan keluarga dalam seleksi dan penempatan karyawan, dan sifat pendidikan serta persiapan pekerjaan untuk karyawan Negara tuan
rumah.3. 3. Masalah-masalah Organisasional
Pada saat ada peningkatan kebutuhan untuk jasa-jasa internasional dari fungsi MSDM Internasional (misalnya ketika kebutuhan akan peningkatan jumlah ekspatriat muncul), aktivitas-aktivitas ini mungkin bukan inti utama dari fungsi
SDM atau sebagian karena banyak jasa
ini dapat disediakan oleh para konsultan atau melalui bentuk-bentuk
bantuan temporer lainnya. Peran utama MSDM di perusahaan multinasional tipikal adalah untuk mendukung aktivitas-aktivitas perusahaan
(dan fungsi SDM local) di setiap
pasar domestic di mana perusahaan induk
berada. Fungsi MSDM mungkin lebih baik
didesentralisasi. Ketika perusahaan
terlibat dalam industry
global dan melaksanakan strategi bisnis
mendunia, kebutuhan koordinasi dan sentralisasi untuk konsistensi kebijaksanaan dan praktik SDM mendunia akan menjadi
lebih penting. Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan
pandangan internasional
yang seutuhnya, manajer SDM
Internasional haruslah : 1.
Secara eksplisit mengenal bagaimana cara negara asal mengelola sumber daya manusianya, yang merupakan fungsi nilai-nilai dan asumsi-asumsi budaya; 2. Memahami bahwa suatu cara
bukanlah yang lebih baik atau lebih
buruk daripada cara lainnya di seluruh dunia; 3. Mengambil tindakan untuk membuat perbedaan-perbedaan kebudayaan dapat dibicarakan dan karenanya dapat digunakan; 4. Mengembangkan suatu keyakinan bahwa cara yang lebih kreatif dan efektif dalam mengelola berasal dari pembelajaran
lintas budaya.
3.
Tujuan Sosialisasi dan Pendampingan
Apabila fungsi
sosialisasi dalam sebuah masyarakat sudah berjalan, secara signifikan tujuan sosialisasi dapat terwujud. Berikut adalah tujuan sosialisasi yang perlu diketahui:
a.
Setiap individu mendapatkan hak hidup dengan
baik di tengah-tengah masyarakat, hal itu terjadi selama
individu tersebut mampu menghayati nilai dan norma dalam kehidupan.
b.
Setiap individu dapat menyesuaikan tingkah lakunya dengan budaya yang dimiliki oleh masyarakat. Individu tersebut berarti sudah bisa dikatakan
memenuhi harapan masyarakat. Dalam lingkup masyarakat yang terikat kuat dengan
budaya, anggota masyarakat harus bisa mengaplikasikannya sebagai perilaku dan kebiasaan.
c.
Setiap individu dapat menyadari dan memahami peran dan posisinya dalam masyarakat. Hal itu akan membuat
individu tersebut dapat berperan aktif dan positif dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Setiap individu mampu menjadi anggota masyarakat yang baik sesuai nilai dan norma dari masyarakat.
e.
Keutuhan masyarakat bakal terwujud dan selalu terpelihara apabila setiap anggota masyarakat memiliki berinteraksi yang baik. Interaksi yang baik adalah interaksi yang berdasarkan pada pemenuhan peran masing-masing sebagai sesama anggota masyarakat.
Tujuan Pendampingan
sebagai berikut :
a.
Memastikan bahwa perubahan yang konkret terjadi dilingkungan tersebut;
b.
Memungkinkan
orang-orang yang diajak bekerja
untuk menggabungkan kepercayaan dan kemampuan dalam menangani masalah.
KESIMPULAN
Manajemen sumber daya manusia (human resources
management) adalah rangkaian
aktivitas organisasi yang diarahkan untuk menarik, mengembangkan, dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif.
Kepemimpinan merupakan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain sehingga dapat bertindak sesuai dengan koridor yang telah ditentukan bersama. Kepemimpinan (leadership)
menjadi kunci utama dalam sebuah
budaya organisasi. Sosok pemimpin merupakan sosok yang diharapkan mampu menjadi pengatur dinamika organisasi yang terdiri atas anggota
yang memiliki karakter yang
berbeda-beda. Seorang pemimpin wajib memiliki karakter kepemimpinan agar mampu menjalankan perannya dalam suatu organisasi
baik dala arti sempit maupun arti luas.
Cushway dan Lodge juga memberikan
definisi mereka terhadap budaya organisasi. Menurutnya, budaya organisasi adalah sistem nilai
yang dianut oleh anggota organisasi yang kemudian mempengaruhi cara mereka dalam bekerja,
berperilaku dan beraktivitas.
Intinya, semua definisi budaya organisasi di atas menekankan pada pembagian norma dan nilai yang memandu perilaku anggota organisasi itu sendiri
Pengertian sosialisasi adalah sosialisasi merupakan cara belajar atau suatu
proses akomodasi dan yang dipelajari
adalah nilai- nilai, norma-norma, ide-ide atau gagasan, pola-pola
tingkah laku dan adat istiadat serta
keseluruhannya itu diwujudkan dalam kepribadiannya. Keseluruhannya itu merupakan segala
aspek dari proses kehidupan manusia yang berhubungan erat dengan sosialisasi menyangkut keberhasilan ataupun kegagalan sosialisasi.
Adamy, M. (2016). Buku Ajar Manajemen Sumber Daya Manusia Teori,
Praktik Dan Penelitian. Unimal Press.
Amarullah, H. S. (2021). Kepemimpinan Lintas Budaya dan Keberagaman.
Mediaindonesia.Com.
https://mediaindonesia.com/opini/413857/kepemimpinan-lintas-budaya-dan-keberagaman.
Badu, S. Q., & Djafri, N. (2017). Kepemimpinan dan perilaku
organisasi. In Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Gorontalo: Ideas
Publishing.
Lensufiie, T. (2010). Leadership untuk profesional dan mahasiswa
(Vol. 103). Jakarta: Erlangga.
Mathis Robert, L., & Jackson John, H. (2001). Human Resource
Management (Terjemahan) Buku 2. Jakarta: Salemba Empat.
Muhammad Ali Sibram, M. (2014). Kepemimpinan pendidikan perspektif lintas
budaya. Jurnal Kepemimpinan Pendidikan Islam Multikultural, 2(1),
52�67.
Narutomo, T. (2012). Manajemen Perubahan dalam Paradigma Pengembangan
Sumber Daya Manusia Guna Mendukung Keunggulan Kompetitif Organisasi. Jurnal
Bina Praja: Journal of Home Affairs Governance, 4(1), 29�34.
Rusdiana, A., & Jahari, J. (2020). Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Bandung: Yayasan Darul Hikam, 2020.
Siagian, S. P. (2009). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Cetakan
kedua. In Rineka Cipta. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Soegoto, I. H. E. S. (2017). Tren Kepemimpinan Kewirausahaan dan
Manajemen Inovatif di Era Bisnis Modern. Yogyakarta: Andi.
Soekarso, S. (2007). Manajemen: Paradigma Baru dalam Menghadapi Perubahan.
The Winners, 8(2), 184�196. https://doi.org/10.21512/tw.v8i2.739.
Subroto, S., & Mas�ud, F. (2016). Peran Cultural Intelligence (CQ)
Dalam Kepemimpinan Lintas Budaya (Studi Fenomenologi pada Gandhi Memorial
Intercontinental School Semarang). Diponegoro Journal of Management, 5(4),
419�430.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Alfabeta.
Tamsah, H., & Nurung, J. (2022). Manajemen Sumber Daya Manusia.
Sumatra Barat: Mitra Cendekia Media.
Tuala, R. P. (2020). Budaya Organisasi dan Kepemimpinan di Lembaga
Pendidikan Islam. Lampung: Pusaka Media.
Wahyuningsih, D., Yunaningsih, A., & Satriawan, B. (2022). MSDM
Internasional. Purbalingga: Eureka Media Aksara.
Wijono, S. (2018). Kepemimpinan dalam perspektif organisasi.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Herdilah, Nena Aris Septiliani, Linda Septimia,
Siti Rodiyah, Tadi (2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |
������������������������������������������������������������������������������������