1154
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 1 No. 8 Desember 2020
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
MEMAHAMKAN SISWA TENTANG MATERI LUAS BANGUN DATAR
DENGAN PENDEKATAN OPEN ENDED MENGGUNAKAN MODEL
POTONGAN KERAMIK KELAS VII SEKOLAH INDONESIA RIYADH ARAB
SAUDI
Mashuri
SMK Negeri 2 Praya Tengah Lombok Tengah, Indonesia
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
27 November 2020
Diterima dalam bentuk revisi
10 Desember 2020
Diterima dalam bentuk revisi
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif
dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan
mendeskripsikan pembelajaran yang dapat memahamkan
siswa tentang luas daerah bangun datar dengan
pendekatan open ended menggunakan model potongan
keramik. Langkah-langkah pembelajaran dengan
pendekatan open-ended yang dapat memahamkan siswa
tentang materi luas bangun datar adalah: (1) guru
memberi masalah open-ended, (2) siswa menyelesaikan
masalah open ended secara individu, (3) siswa
melakukan diskusi kelompok untuk membahas hasil kerja
individu setiap anggota kelompok lalu dipilih salah satu
hasil kerja individu yang termudah disertai pemberian
alasan (Reasoning), dan (4) siswa melakukan diskusi
kelas, dengan cara perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Hasil
penelitian ini memperlihatkan adanya beberapa informasi
berikut: (1) pekerjaan siswa pada tes awal, dan tes akhir
tindakan menunjukkan bahwa kesalahan konsep maupun
kesalahan prosedur mula-mula banyak dijumpai pada
siklus I dan sudah berkurang pada siklus II, dan siswa
semakin paham materi luas bangun datar, (2) hasil
observasi menunjukkan bahwa aktifitas pembelajaran
berlangsung dengan kriteria baik pada siklus I dan
meningkat menjadi sangat baik pada siklus II. (3) respon
siswa terhadap pembelajaran materi luas daerah bangun
datar dengan pendekatan open ended menggunakan
model potongan keramik meningkat dari 88,85% pada
siklus I menjadi 89,17% pada siklus II , (4) keenam
siswa subyek wawancara yang terdiri dari masing-masing
dua siswa dari kelompok bawah, tengah dan atas
menyatakan senang setelah mengikuti pembelajaran
materi luas daerah bangun datar dengan pendekatan open
ended menggunakan model potongan keramik.
Kata kunci:
luas bangun datar; model
potongan keramik;
pendekatan open-ended
Memahamkan Siswa tentang Materi Luas Bangun Datar dengan Pendekatan Open
Ended menggunakan Model Potongan Keramik
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1155
Pendahuluan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 21
tahun 2016 tentang Standar Isi pada lampiran dua menyebutkan bahwa pendekatan
pemecahan masalah merupakan fokus pembelajaran Matematika yang mencakup
masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal,
dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian (Lestari, 2016). Dari pendapat Bush
dan Leinwand, Becker dan Shimada dan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 21 tahun 2006, dapat diartikan bahwa dalam proses pembelajaran siswa
perlu dilatih agar mampu memecahkan berbagai masalah dengan bermacam-macam
cara menggunakan pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang telah dimiliki
siswa. (Hayati, 2012) dalam penelitiannya tentang teselasi mengatakan bahwa
penggunaan media kertas berpetak dan pensil berwarna memiliki keterbatasan dalam
melakukan teselasi, karena siswa mengalami kesulitan menciptakan model ubin dalam
waktu singkat. Penggunaan metode ceramah, dimana guru memberi penjelasaian lisan
dan siswa hanya mendengarkan, menyebabkan materi tesselasi ini kurang menarik bagi
siswa. (Mahlobo Radley Kebarapetse, 2015) melalui penelitiannya tentang penggunaan
pendekatan open ended mendapatkan hasil post test yang lebih baik di sekolah
percobaan yang diberi tindakan dengan pendekatan open ended, dibandingkan hasil post
test di sekolah kontrol. Padahal dia memberi pre test dan post test yang sama, serta
jadwal kegiatan yang sama baik di sekolah percobaan maupun sekolah kontrol.
Mengingat pentingnya peranan materi bangun datar dalam matematika dan dalam
kehidupan sehari-hari, maka ketrampilan menyelesaikan masalah bangun datar perlu
ditekankan dengan diawali kegiatan memahamkan siswa tentang materi bangun datar.
Pembelajaran yang melatihkan kreativitas guru dan siswa perlu dikembangkan.
Demikian juga pembelajaran yang berfokus pada open ended task perlu diterapkan
sebagai solusi dari kesenjangan yang ada. Dari hasil pengamatan awal, peneliti merasa
prihatin dan ingin berupaya untuk lebih memahamkan siswa tentang materi bangun
datar menggunakan pendekatan pembelajaran dan memilih media yang tepat. Pada
kegiatan ini guru sebagai peneliti mencoba mencari pendekatan yang dapat membantu
siswa agar mampu memahami konsep bangun datar serta menggunakannya dalam
memecahkan masalah. (Bush W. S dan Leinwand S (Eds), 2013) menyatakan bahwa
menurut standar-standar NTCM, problem solving adalah intisari dari kekuatan
matematika.
Tujuan Penelitian ini adalah mendeskripsikan pembelajaran yang dapat
memahamkan siswa tentang luas daerah bangun datar dengan pendekatan open ended
menggunakan model potongan keramik. Agar berhasil, siswa tidak sekedar mempunyai
suatu pemahaman yang jelas tentang konsep-konsep matematika, tetapi mereka juga
harus mahir dengan ketrampilan-ketrampilan matematika dan yang lebih penting
mereka harus mampu menyampaikan alasan secara matematis. Satu cara untuk berpikir
tentang bagaimana masalah-masalah matematika berbeda satu dengan yang lain adalah
melalui derajat keterbukaan mereka. Tiga definisi diberikan sebagai berikut. Closed task
adalah tugas dengan satu jawaban benar dan satu cara untuk mendapatkan jawaban
Mashuri
1156 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
tersebut (Sudiarta & Putu, 2005). Open middle task adalah tugas dengan satu jawaban
benar tetapi mempunyai banyak cara untuk mendapatkan jawaban itu. Pendekatan open
ended dipilih karena menurut peneliti dengan pendekatan open ended siswa mendapat
kesempatan untuk mengoptimalkan pengetahuan yang telah dimiliki dan disusun
kembali disertai pemberian alasan (reasoning) yang sesuai dengan kemampuan siswa
untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Model potongan keramik dipilih karena
menurut penulis mudah diterapkan dan sesuai untuk pembelajaran luas daerah bangun
datar. Memahamkan materi dipilih peneliti karena untuk belajar topik baru,
menyelesaikan masalah baru dan yang tidak biasa, seorang siswa perlu memahami suatu
materi dan menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki. Materi luas daerah bangun
datar dipilih karena sangat bermanfaat untuk memecahkan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan menjadi pengetahuan prasyarat untuk mempelajari materi luas
permukaan dan volume bangun ruang. Selama pembelajaran berlangsung peneliti akan
memperhatikan respon siswa, karena bila siswa merasa senang dalam mengikuti proses
pembelajaran penulis yakin akan dapat diperoleh pemahaman yang baik terhadap materi
luas daerah bangun datar.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kualitatif (Sugiyono,
2016). Peneliti bermaksud melakukan kegiatan pembelajaran dan melakukan observasi
tentang aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Respon siswa
terhadap pembelajaran akan ditelusuri melalui angket dan wawancara. Peneliti akan
memaparkan hasil penelitian secara deskriptif sesuai fakta-fakta yang diperoleh di
lapangan (Moleong, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen
kunci, karena peneliti yang merencanakan, melaksanakan, mengumpulkan data,
menganalisa data, membuat kesimpulan dan membuat laporan. Penelitian ini akan
menghasilkan deskripsi berupa uraian yang menjelaskan prosedur pembelajaran materi
bangun datar menggunakan model potongan keramik melalui pendekatan open ended
dengan memperhatikan aspek pemberian alasan (reasoning).
Dalam penelitian ini, peneliti lebih mengutamakan proses pembelajaran daripada
hasil belajarnya. Desain penelitian dapat disempurnakan sesuai keadaan di lapangan
selama penelitian berlangsung. Dengan karakteristik tersebut, penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif seperti dinyatakan (Moleong, 2007). Jenis
Penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau
meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.
Penelitian tindakan kelas mempunyai beberapa karakteristik dan tujuan, yaitu (1)
penelitian berawal dari permasalahan praktis yang dialami oleh guru dalam
melaksanakan tugas sehari-harinya sebagai pengelola pembelajaran di dalam kelas, (2)
penelitian melalui refleksi diri artinya lebih menekankan pada proses pemikiran kembali
(refleksi) terhadap proses dan hasil penelitian secara berkelanjutan untuk mendapatkan
penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran,
Memahamkan Siswa tentang Materi Luas Bangun Datar dengan Pendekatan Open
Ended menggunakan Model Potongan Keramik
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1157
kekurangefektifan dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat
digunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus-siklus selanjutnya, (3) fokus
penelitian berupa kegiatan pembelajaran, dan (4) bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran (Suroso, 2014). Penelitian ini berangkat dari permasalahan yang diperoleh
peneliti melalui serangkaian langkah pada saat observasi awal. Berdasarkan hasil
observasi awal diperoleh beberapa masalah dalam proses pembelajaran yang selama ini
telah dijalankan di kelas. Selanjutnya peneliti menganalisis permasalahan yang ada,
melakukan kajian yang mendalam untuk mencari solusi, dan melakukan refleksi.
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah upaya untuk memperbaiki
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan karakteristik PTK, yaitu ingin memperbaiki
pembelajaran pada materi luas segitiga dan segiempat menggunakan model potongan
keramik dengan pendekatan open ended.
Penelitian ini dilaksanakan pada pertengahan semester genap di Sekolah
Indonesia Riyadh tahun pelajaran 2016/2017 pada siswa kelas VII yang berjumlah 32
siswa. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan
kualitatif. Analisis data kuantitatif yang dimaksudkan adalah data yang telah diperoleh
dianalisis dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan.
Teknik analisis data yang akan digunakan adalah model alir (flow model) yang
dikemukakan Miles dan Huberman (1992:18) dalam (Zabda & Nurkayati, 2016) yang
meliputi kegiatan (1) mereduksi data, hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi
yang jelas sehingga peneliti dapat menarik simpulan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan. (2) menyajikan data, Penyajian data dapat dibuat dalam bentuk
tabel dan atau uraian proses pembelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran,
serta hasil observasi dan wawancara. Data yang telah disajikan tersebut selanjutnya
dibuat penafsiran dan evaluasi untuk tindakan selanjutnya. Hasil penafsiran dan evaluasi
dapat berupa (a) perbedaan antara perencanaan penelitian dan pelaksanaan tindakan
penelitian, (b) perlunya perubahan tindakan, (c) alternatif tindakan yang dianggap tepat,
(d) persepsi peneliti, guru, dan teman sejawat mengenai tindakan yang telah
dilaksanakan, dan (e) kendala-kendala yang muncul dan alternatif pemecahannya. (3)
menarik kesimpulan serta verifikasi, penarikan kesimpulan adalah kegiatan memberikan
kesimpulan terhadap hasil penafsiran dan evaluasi. Verifikasi perlu dilakukan sebelum
menarik kesimpulan.
Kegiatan verifikasi merupakan kegiatan mencari validitas kesimpulan.
Kesimpulan yang kuat dapat diperoleh dari data yang valid. Kegiatan verifikasi juga
mencakup pencarian makna data serta pemberian penjelasan. Kegiatan yang dilakukan
adalah menguji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan makna yang ditemukan.
Kesimpulan data disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan.
Data hasil observasi aktifitas pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dan guru
dianalisis dengan menghitung skor rata-rata hasil observasi dengan rumusan sebagai
berikut:
Sr =
Keterangan:
Mashuri
1158 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
Sr = Rata-rata skor hasil observasi setiap pertemuan
So = Skor perolehan masing-masing observer
Bo = Banyak observer
Kemudian skor rata-rata hasil observasi setiap pertemuan yang diperoleh
selanjutnya diolah untuk mendapatkan skor rata-rata suatu siklus dengan rumusan
sebagai berikut.
SR = x 100 %
Keterangan:
SR = Persentase skor rata-rata hasil observasi suatu siklus
Sr = Rata-rata skor hasil observasi setiap pertemuan
BP = banyak pertemuan
Selanjutnya kesimpulan hasil analisis data disesuaikan dengan kriteria
keberhasilan hasil observasi. Adapun kriteria keberhasilannya sesuai dengan Arikunto
(Fatmahanik, 2012) adalah sebagai berikut:
Kriteria Standar
90%≤ SR≤ 100%
80% ≤ SR < 90%
70% ≤ SR< 80%
60% ≤ SR< 70%
0% ≤ SR < 60%
Dalam penelitian ini, kriteria keberhasilan yang ditetapkan untuk kegiatan
pembelajaran adalah persentase skor rata-rata minimal berada pada kategori baik. Hasil
tes siswa dianalisa, kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa ditelusuri penyebabnya,
kesalahan konsep dan kesalahan prosedur yang ada dicatat untuk dilakukan perbaikan
pada tindakan berikutnya. Kemudian pekerjaan siswa diperiksa dan diberi skor.
Pembelajaran dalam suatu tindakan dikatakan berhasil memahamkan siswa tentang luas
daerah bangun datar jika kesalahan konsep dan kesalahan prosedur dapat diminimalkan
yang didukung oleh hasil tes akhir siklus yang menunjukkan minimal 85 % dari siswa
kelas VII mendapatkan skor minimal 75. Kriteria ini dimodifikasi dari (Hobri, 2010)
dengan memperhatikan kriteria ketuntasan belajar yang telah ditetapkan oleh sekolah,
yaitu dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 75 seperti pada tabel berikut.
Interval
Tingkat Pemahaman Siswa
90%≤ RT≤ 100%
75% ≤ RT < 90%
60% ≤ RT< 75%
40% ≤ RT< 60%
0% ≤ RT < 40%
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah
RT adalah rata-rata tes akhir siklus
Memahamkan Siswa tentang Materi Luas Bangun Datar dengan Pendekatan Open
Ended menggunakan Model Potongan Keramik
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1159
Lembar angket yang diberikan berisi 10 pertanyaan. Setelah data angket
terkumpul maka data tersebut diberi skor sesuai dengan pedoman penskoran yaitu: (1)
setiap pernyataan yang sangat disetujui siswa mendapat skor 3, (2) setiap pernyataan
yang disetujui siswa mendapat skor 2, (3) setiap pernyataan yang kurang disetujui siswa
mendapat skor 1 dan (4) setiap pernyataan yang tidak disetujui siswa mendapat skor 0.
Analisis data respon siswa dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Rekap skor dari seluruh item untuk tiap siswa
2. Hitung skor rata-rata untuk tiap siswa S
x
3. Hitung banyaknya siswa yang memberi respon positif
4. Hitung persentase banyak siswa yang memberi respon positif
Kriteria respon siswa dimodifikasi dari (Parta, 2009) dibuat dengan dasar bahwa
secara alamiah dalam menyikapi situasi baru sikap yang muncul adalah menerima
(respon positif) atau menolak (respon negatif), sehingga rentang 0 sampai 3 hanya
dibagi dua yaitu 0≤x <1,5 dan 1,5≤x ≤3. Respon siswa dalam pembelajaran
ditentukan dengan kriteria sebagai berikut: (1) jika Sx≥1,5 maka dikatakan subyek ke-
x memberi respon positif, dan (2) jika Sx<1,5 maka dikatakan subyek ke-x memberi
respon negatif. Hasil angket respon siswa dalam penelitian ini dikatakan memenuhi
kriteria keberhasilan bila terdapat minimal 80 % dari 32 siswa kelas VII menyatakan
senang setelah mengalami pembelajaran luas daerah bangun datar dengan pendekatan
open ended menggunakan model potongan keramik.
Wawancara dilakukan untuk mengetahui pemahaman, kesenangan siswa terhadap
pembelajaran materi luas daerah bangun datar dengan pendekatan open ended
menggunakan model potongan keramik. Wawancara ini merupakan data pelengkap
angket. Pembelajaran dikatakan berhasil memahamkan siswa jika terdapat minimal lima
dari enam subyek wawancara menyatakan senang setelah mengalami pembelajaran luas
daerah bangun datar menggunakan model potongan keramik dengan pendekatan open
ended.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan diperoleh informasi bahwa
pembelajaran dengan pendekatan open ended menggunakan model potongan keramik
telah berhasil memahamkan siswa kelas VII Sekolah Indonesia Riyadh tentang materi
luas bangun datar. Hal ini didasarkan pada empat kriteria yaitu: (1) hasil observasi
aktifitas pembelajaran, (2) hasil tes akhir siklus, (3) hasil angket untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran yang telah dialami, dan (4) hasil wawancara yang
berfungsi untuk mendukung/ memperkuat data hasil angket.
Observasi aktifitas pembelajaran dilaksanakan pada saat pembelajaran
berlangsung untuk mengamati kesesuaian seluruh aktifitas yang dilakukan guru dan
siswa dengan rancangan yang dituangkan dalam RPP. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh (Fraenkel et al., 1993) bahwa cara terbaik untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah melalui observasi tentang bagaimana orang
berperilaku atau bagaimana sesuatu nampak. Peneliti dapat bertanya kepada guru-guru
Mashuri
1160 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
tentang bagaimana murid-murid mereka berperilaku selama diskusi kelas, tetapi
petunjuk yang lebih akurat dapat diperoleh melalui pengamatan langsung ketika diskusi
berlangsung.
Tes akhir pada suatu tindakan diperlukan untuk mengetahui pemahaman siswa
terhadap suatu materi yang dipelajari dalam suatu tindakan. Berkurangnya kesalahan
konsep maupun kesalahan prosedur yang nampak pada pekerjaan siswa dapat
menunjukkan bahwa siswa tersebut makin paham tentang materi yang dipelajari. Hal
tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh (Arikunto, 2016) bahwa untuk
mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu dilakukan tes.
Angket pada penelitian ini diberikan setelah tes akhir tindakan, berfungsi untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran luas bangun datar yang telah dialami.
Hal tersebut sejalan dengan pernyataan (Arikunto, 2016) yang menyatakan bahwa
angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi perasaan responden.
Wawancara dilakukan setelah semua tindakan selesai. Wawancara dilakukan
selain untuk memperkuat data angket juga digunakan untuk mengetahui pemahaman
siswa terhadap materi luas bangun datar. Pedoman wawancara dibuat untuk
mengarahkan pewawancara mengenai aspek-aspek apa saja yang perlu ditanyakan.
Pedoman wawancara memberi kesempatan pewawancara untuk memikirkan bagaimana
aspek-aspek tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus
menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung. Hal ini
sesuai dengan pernyataan (Fraenkel et al., 1993) bahwa data yang diperoleh akan
sistematik dengan menggunakan pedoman wawancara.
Pada siklus I rata-rata persentase skor observasi aktifitas pembelajaran yang
diberikan kedua observer adalah 85,87 %, aktifitas pembelajaran dalam kriteria baik.
Hasil tes akhir tindakan siklus I secara klasikal yang memperoleh nilai 75 baru
mencapai 46,88 % dengan rata-rata 62,58 hasil tes ini belum memenuhi kriteria
keberhasilan. Angket respon siswa menunjukkan bahwa terdapat 100 % dari siswa kelas
VII yang menyatakan senang setelah mengalami pembelajaran luas bangun datar
dengan pendekatan open ended menggunakan model potongan keramik. Hasil angket
respon siswa telah memenuhi kriteria keberhasilan. Secara keseluruhan tindakan siklus I
belum memenuhi kriteria keberhasilan.
Pada siklus II rata-rata persentase skor observasi aktifitas pembelajaran yang
diberikan kedua observer adalah 93,77 %. Berdasarkan hasil presentase tersebut dapat
disimpulkan bahwa aktivitas pembelajaran tersebut dalam kriteria sangat baik.
Berdasarkan hasil tes akhir siklus 2 diperoleh data bahwa siswa yang memperoleh skor
75 adalah sebanyak 28 dari 32 siswa kelas VII. Keadaan ini menunjukkan bahwa
87,5 % dari siswa kelas VII telah memahami materi luas bangun datar dengan rata-rata
82,74. Persentase hasil penyebaran angket respon siswa setelah tindakan siklus II yang
telah diberikan kepada 32 siswa kelas VII menunjukkan bahwa terdapat 96,87% siswa
menyatakan senang setelah mengalami pembelajaran luas bangun datar menggunakan
model potongan keramik dengan pendekatan open ended. Hasil angket respon siswa
Memahamkan Siswa tentang Materi Luas Bangun Datar dengan Pendekatan Open
Ended menggunakan Model Potongan Keramik
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1161
telah memenuhi kriteria keberhasilan. Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh
peneliti kepada 6 (enam) siswa yang terdiri dari masing-masing dua siswa dari
kelompok bawah, rendah dan atas menyatakan bahwa keenam siswa tersebut
menyatakan senang belajar materi luas daerah bangun datar dengan pendekatan open
ended menggunakan model potongan keramik. Secara keseluruhan tindakan siklus II
telah memenuhi kriteria keberhasilan.
Kesimpulan
Pada penelitian ini terbukti bahwa pembelajaran dengan pendekatan open ended
menggunakan model potongan keramik dapat memahamkan siswa kelas VII Sekolah
Indonesia Riyadh tentang materi luas bangun datar. Hal penting yang perlu diperhatikan
dan sangat menunjang keberhasilan pendekatan pembelajaran ini adalah sebagai
berikut: (1) Penggunaan waktu pada pertemuan pertama dalam penelitian ini kurang
optimal, karena pendekatan open ended belum pernah digunakan oleh guru dalam
pembelajaran sebelum penelitian ini dilakukan, oleh karena itu ketika guru
menggunakan pendekatan open ended dalam pembelajaran guru harus mengontrol agar
penggunaan waktu lebih optimal khususnya pada saat diskusi kelompok. (2) Saat
diskusi kelompok ada siswa yang kurang aktif dan menggantungkan penyelesaian
kepada siswa yang berkemampuan tinggi, oleh karena itu guru perlu memotivasi agar
semua siswa aktif dengan mengingatkan tentang manfaat pembelajaran. (3) Saat diskusi
kelas pada pertemuan pertama dalam penelitian ini siswa masih merasa malu untuk
menyampaikan pendapat mereka. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan sejak awal
peneliti memberikan motivasi dan reward sehingga siswa tidak merasa malu dalam
menyampaikan pendapat mereka. (4) Perlu ditanamkan kebiasaan siswa untuk bertanya
dan menyampaikan pendapat agar diskusi berlangsung lebih aktif, bila perlu dengan
memberikan reward kepada siswa yang mampu memberi pertanyaan/tanggapan yang
berbobot. (5) Penggunaan pendekatan open-ended dan model potongan keramik yang
dilakukan penulis telah memberikan hasil yang baik pada pembelajaran luas daerah
bangun datar, oleh karena itu pendekatan ini dapat dijadikan salah satu alternatif
pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan guru-guru untuk melaksanakan
pembelajaran matematika di sekolah.
Mashuri
1162 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S. (2016). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.
Bush W. S dan Leinwand S (Eds). (2013). Mathematics Assessment a Practical
Handbook. Second Printing. The NCTM Inc. Virginia.
Fatmahanik, U. (2012). Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran
Realistik Pada Materi Prisma dan Limas Untuk Siswa Kelas VIII SMPN I
Donomulyo.(Tesis). Disertasi dan Tesis Program Pascasarjana UM.
Fraenkel, J. R., Wallen, N. E., & Hyun, H. H. (1993). How to design and evaluate
research in education (Vol. 7). McGraw-Hill New York.
Hayati, H. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran Berbantuan Komputer Berbasis
Inkuiri pada Materi Tesselasi di Kelas IX SMP RSBI.(Tesis). Disertasi dan Tesis
Program Pascasarjana UM.
Hobri, H. (2010). Metodologi penelitian pengembangan (aplikasi pada penelitian
pendidikan matematika). Jember: Pena Salsabila.
Lestari, S. W. (2016). Analisis proses berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah
matematika pada pokok bahasan Himpunan ditinjau dari tipe kepribadian
ekstrovert dan introvert siswa kelas VII SMPN 2 Sumber Cirebon. UIN Walisongo:
Semarang.
Mahlobo Radley Kebarapetse. (2015). Open Ended Approach To Teaching And
Learning Of High School Mathematics (Online). diakses 15 Maret 2017.
http://math.unipa.it/~grim/21_project/Mahlobo386-389.pdf
Moleong, L. J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 103.
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mosal.
Parta, I. N. (2009). Pengembangan model pembelajaran inquiry untuk penghalusan
pengetahuan matematika mahasiswa calon guru melalui pengajuan pertanyaan.
Surabaya: PPs UNESA.
Sudiarta, P., & Putu, G. (2005). Pengembangan Kompetensi Berpikir Divergen dan
Kritis Melalui Pemecahan Masalah Matematika Open-Ended. Jurnal Pendidikan
Dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, Edisi Mei.
Sugiyono, S. (2016). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Alfabeta
Bandung.
Suroso. (2014). Classroom Action Research. Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui
Memahamkan Siswa tentang Materi Luas Bangun Datar dengan Pendekatan Open
Ended menggunakan Model Potongan Keramik
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1163
Tindakan Kelas Siswa, Mahasiswa, Dosen, dan Ibu Rumah Tangga.
Zabda, S. S., & Nurkayati, S. (2016). Model Pembelajaran ISICARD-MATCH Untuk
Meningkatkan Partisipasi Aktif Dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Pada Siswa SMP.