Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 1 No. 6 Oktober 2020 |
p-ISSN :
2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
METODE PSIKOTERAPI
ISLAM TERHADAP PENDERITA GANGGUAN KESEHATAN MENTAL PADA SISWA DI PONDOK
PESANTREN DARUL MUIZI BANDUNG
Sri Maryati
Universitas Islam
Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Jawa Barat,
Indonesia
Email: [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 30 September 2020 Diterima dalam bentuk revisi 14 Oktober 2020 Diterima dalam bentuk revisi 16 Oktober 2020 |
Psikoterapi Islam adalah suatu cara atau
konsep pengobatan terhadap gangguan yang diambil dari sumber-sumber agama islam, yaitu al-quran dan al-hadits. Pada hakikatnya Allah Swt telah
menyempurnakan hidup ini dengan segala aturan hukumnya. Agama Islam sangat memperhatikan manusia secara menyeluruh, yaitu manusia
sebagai kesatuan jasmani dan rohani. Maka dalam hal ini peran agama Islam dalam
penyembuhan gangguan emosional secara empiris telah banyak dilakukan dan membuahkan hasil. Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui metode seperti apa yang dilakukan para
terapis dan bagaimana pelaksanaannya terhadap orang yang mengalami gangguan kesehatan mental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
deskriptif, serta alat pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan psikoterapi Islam yang dilakukan
di� Pondok pesantren darul Muizi Kabupaten Bandung ini, bertujuan untuk memulihkan keadaan psikoligis individu dan juga spiritual inidividu
siswa/santri, di dalam psikoterapi Islam ini seorang klien
akan didorong untuk mampu memahami
arti kehidupan dan juga nilai-nilai
keIslaman. Hal ini terkait dengan motivasi hidup, yaitu kewajiban menjadi seorang pelajar/santri selaku muslim, hal-hal yang dilarang oleh Allah
Swt dan juga kesabaran dalam menjalani proses kehidupan. |
Kata kunci: Metode; psikoterapi islam
dan penderita gangguan kesehatan mental � |
Pendahuluan
Pada era sekarang,
dinamika peradaban umat manusia terus
beputar dan mengalami perubahan dalam khazanah kehidupan bio-psiko-sosial dan spiritualnya. Perubahan-perubahan itu terjadi sebagai
kosekuensi modrenisasi, industrialisasi, kemajuan sains dan teknologi serta gerakan globalisasi,
akibat dari adanya perubahan ini maka akan
mendorong pola kehidupan manusia menjadi lebih bersifat
hedoisme, individualisme
dan persimissivisme
yang sarat dengan kompetisi rasionalitas efektivitas dan efesiensi dalam berbagai sektor kehidupan yang mengarah kepada kepentingan material.
Suatu kenyataan yang tampak
jelas dalam dunia modren yang telah maju atau sedang
berkembang yaitu adanya kontradiksi-kontradiksi
yang mengganggu kebahagiaan
seorang manusia di dalam hidupnya, berbagai kesukaran hidup yang dirasakan tentunya akan membuat
jiwa menjadi tertekan dan akan sangat mengganggu kehidupan seorang manusia. Kemajuan zaman yang terus berjalan jangan dipersalahkan, akan tetapi kembali
kepada manusianya yang tidak dapat menyesuaikan
dirinya dengan perubahan sosial yang terjadi. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari realitas perubahan
sosial dizaman modren saat ini
adalah munculnya berbagai gangguan psikologis seperti gangguan kesehatan mental yang dialami oleh seorang manusia, gangguan gangguan kesehatan mental ini terjadi akibat adanya perasaan cemas dan gelisah yang sangat mendalam karena adanya sebuah
tekanan ataupun ancaman yang berasal dari lingkungan manusia tersebut (Razak, Mokhtar, & Sulaiman,
2018). Keadaan gangguan
kesehatan mental yang dialami
oleh seorang manusia tentunya akan mendorong
munculnya berbagai perilaku yang menyimpang, yang akan membahayakan dirinya maupun manusia disekitarnya, sepertihalnya mengosumsi narkoba, mencuri, membunuh, memperkosa, hingga mendorong seorang manusia untuk melakukan aksi bunuh diri.
Ketegangan atau gangguan
kesehatan mental yang dialami
oleh seorang manusia, tidak hanya disebabkan
dari ketidakmampuan manusia tersebut untuk beradaptasi atau menyesuaikan dirinya dengan perubahan-perubahan sosial yang begitu cepat, namun
juga dikarenakan adanya pola pikir dan cara menjalani hidup yang tidak sesuai dengan nilai
agama dan norma kesusilaan
yang berkembang sesuai dengan budaya lokal
dilingkungan sekitar manusia tersebut. Keimanan yang lemah menjadikan jiwa manusia sangat rentan dan mudah tergoda terhadap hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak bermamfaat.
Jiwa yang kosong
tanpa iman dan ketakwaan menjadi pemicu utama terjadinya
berbagai masalah dalam kehidupan manusia, seperti permasalahan keluarga, pekerjaan, pendidikan, jodoh dan sosial yang menyebabkan
timbulnya kegelisahan, kekhawatiran, takut, was-was, tidak tentram, panik yang pada akhirnya mendorong munculnya gangguan
kesehatan mental (Najati, 2005). Secara normatif,
Islam sangat memperhatikan kesehatan, apalagi yang berhubungan dengan masalah kesehatan jiwa. Jiwa yang selama ini dikenal di dalam al-qur�an dengan istilah nafs, al-gharib, al-ruh, dimana masing-masing tersebut ada kaitannya
dengan jiwa.
Permasalahan hidup yang dialami
oleh seorang manusia di dalam kehidupannya, hal ini sudah
di gambarkan dalam al-qur�an sesuai firman
Allah Qs. Al-Baqarah ayat 155, sebagai
berikut:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ
مِنَ
الْخَوْفِ
وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِنَ
الأمْوَالِ
وَالأنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ
وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
�Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar� (Departemen Agama, 2009).
Pada yat di atas, Allah Swt menjelaskan bahwasanya akan selalu memberikan
cobaan yang akan menjadi permasalahan hidup bagi setiap
hambanya, sehingga membuat hambanya menjadi gelisah akibat kekurangan harta, ataupun merasa khawatir karena tidak mampu
meningkatkan ekonomi dirinya dan juga� karena� kehilangan�
orang-orang� yang� dicintainya, sehingga dapat mengguncang jiwanya, terkait akan
hal ini, maka apabila keadaan
psikologis seorang manusia menjadi lemah akibat dari
beratnya permasalahan hidup yang dijalani, maka dalam situasi
seperti ini seorang manusia sangat memerlukan suatu terapi psikologis
untuk memulihkan keadaan psikologisnya kembali.
Menurut Dadang Hawari,
bahwasanya suatu terapi belum dianggap
lengkap apabila aspek religi belum
dimasukkan, hal ini karena agama merupakan kebutuhan dasar bagi manusia,
sehingga dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh seorang manusia, aspek agama tidak boleh diabaikan.
Penerapan terapi terhadap berbagai permasalahan kejiwaan seorang manusia, dalam hal ini
dapat disebut sebagai psikoterapi, yang dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang dilakukan oleh seorang
terapis dalam memulihkan keadaan psikologis seorang individu yang terganggu (Dadang, 1996).
Willam James, berpendapat bahwa
pentingnya agama dalam kesehatan jiwa dan terapi jiwa, tentunya
melalui agama, keimanan seorang manusia akan ditingkatkan. Keimanan kepada Tuhan merupakan kekuatan religius yang luar biasa yang membekali manusia dengan kekuatan rohaniah dalam menanggung beratnya beban kehidupan, menghindarkannya dari keasalahan yang menimpa banyak manusia di zaman modren seperti saat ini (Dadang, 1996).
Penerapan metode psikoterapi
dengan menggunakan pendekatan agama, tentunya akan memberikan hasil yang memuaskan dalam memulihkan berbagai permasalahan kejiwaan seorang
manusia di masa modren seperti sekarang ini, karena berdasarkan
penjelasan beberapa para ahli diatas, yang secara keseluruhan menjelaskan bahwa seorang manusia sangat memerlukan agama dalam menjalani kehidupannya, tanpa adanya agama, maka seorang manusia tidak akan dapat
menjalani kehidupannya dengan tenang. Terkait dengan psikoterapi agama, maka dikalangan umat muslim dikenal dengan istilah psikoterapi Islam. Psikoterapi
Islam tentunya menggunakan al-qur�an dan Hadist sebagai sumber rujukan dalam menerapkan
metode pemulihan terhadap seorang klien yang sedang mengalami permasalahan kejiwaan, berupa gangguan kesehatan mental, depresi hingga gangguan jiwa berat.
Terkait dengan penggunaan
psikoterapi sebagai salah satu cara dalam
memulihkan keadaan klien yang mengalami gangguan kesehatan mental , maka dalam hal
ini setiap terapis yang ada di pondok pesantren memiliki metode yang berbeda-beda dalam menerapkan psikoterapi bagi para kliennya, seperti halnya yang dilakukan oleh para terapis yang ada di Pondok Pesantren Darul Muizi, sebuah pondok pesantren yang ada di daerah Rancaekek Kabupaten Bandung yang
pemiliknya merupakan salah satu dosen di universtas ternama di Kota Bandung, yang bergerak dalam
memberikan pelayanan dalam memulihkan keadaan klien yang mengalami gangguan kesehatan mental .
Khusus terhadap klien
yang mengalami permasalahan
gangguan kesehatan
mental� dengan latar belakang beragama Islam, maka dalam hal ini
pihak pesantren memberikan pelayanan dalam
bentuk Psikoterapi Islam, tentunya permasalahan kejiwaan seorang
manusia di masa modren seperti sekarang ini, karena berdasarkan
penjelasan beberapa para ahli diatas, yang secara keseluruhan menjelaskan bahwa seorang manusia sangat memerlukan agama dalam menjalani kehidupannya, tanpa adanya agama, maka seorang manusia tidak akan dapat
menjalani kehidupannya dengan tenang. Terkait dengan psikoterapi agama, maka dikalangan umat muslim dikenal dengan istilah psikoterapi Islam. Psikoterapi
Islam tentunya menggunakan al-qur�an dan Hadist sebagai sumber rujukan dalam menerapkan
metode pemulihan terhadap seorang klien yang sedang mengalami permasalahan kejiwaan, berupa gangguan kesehatan mental, depresi hingga gangguan jiwa berat.
Penggunaan psikoterapi sebagai
salah satu cara atau metode dalam
memulihkan keadaan klien yang mengalami gangguan kesehatan mental, maka dalam hal
ini setiap terapis yang ada di pondok pesantren Darul Muizi Rancaekek
kabuaten Bandung memiliki metode yang berbeda-beda
dalam menerapkan psikoterapi bagi para kliennya, seperti halnya yang dilakukan oleh para terapis yang ada dipesantren tersebut, Sebuah pondok pesantren yang bergerak dalam memberikan pelayanan dalam memulihkan keadaan klien yang mengalami gangguan kesehatan mental pada siswa atau santri yang mondok disana , di pesantren
�ini tidak hanya
menerima klien yang mengalami gangguan kesehatan mental� bagi siswa/santri dalam masalah kesulitan
belajar, disiplin dan motivasi rendah saja, namun juga permasalahan kejiwaan lainnya seperti permasalahan, usaha, rumah tangga, usaha jodo dan lain-lain.
Adapun cara menangani terhadap klien yang mengalami
permasalahan gangguan kesehatan mental� dengan berbagai �latar belakang ini, maka
dalam hal ini pihak pesantren Darul Muizi Kabupaten Bandung memberikan pelayanan
dalam bentuk Psikoterapi Islam, tentunya menjadi sebuah keunikan
tersendiri apabila psikoterapi Islam ini dapat diterapkan di Pondok Pesantren yang santrinya dihimpun
dari SMK dan Mts yang dibinanya di Yayasan Hamdaniyah milik orangtuanya.
Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang metode psikoterapi Islam terhadap penderita gangguan kesehatan mental di pondok pesantren Darul Muizi Bandung.Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui
metode seperti apa yang dilakukan para terapis dan bagaimana pelaksanaannya, terhadap klien yang mengalami gangguan kesehatan mental.
Penelitian tentang psikoterapi Islam telah banyak dilakukan peneliti lain, beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya adalah kajian
yang dilakukan oleh Ahmad Al Makaram yang berjudul �Metode terapi terhadap gangguan kesehatan mental di Yayasan Miftahul
Husna Concat�
yang menjelaskan tentang metode- metode terapi gangguan kesehatan mental di Yayasan Miftahul
Husna Concat.� �����������
Penelitian yang lainnya oleh Moch. Zainul Ariffin, dalam Jurnalnya dengan judul : �Sabar sebagai Metode Psikoterapi dalam Prespektif al-qur�an�, dalam penulisan ini berfokus
pada sabar sebagai psikoterapi dalam al-qur�an. Dijelaskan bahwa hakikat sabar
perspektif psikoterapi dalam al-qur�an adalah kemampuan seseorang untuk mengandalikan diri (nafsunya) dari melakukan sesuatu yang menyimpang dari akal dan ajaran Islam dalam menghadapi berbagai macam cobaan hidup baik
yang berkaitan dengan musibah maupun nikmat dalam mencari
ridha Allah.
Berdasarkan kedua tulisan di atas, perbedaan dengan
penelitian yang peneliti lakukan adalah peneliti lebih memfocuskan pada
penelitian yang membahas mengenai terapi dengan pendekatan agama Islam dan
langkah-langkahnya.
Manfaat dari penelitian
ini adalah untuk menambah wawasan keilmuan peneliti sendiri, memperdalam pemahaman teoritis, dengan rumusan konsep dan teori, terjadi proses metodologis, analisis dan penarikan kesimpulan tentang psikologi terapis Islam. Kemudian bagi masyarakat luas sebagai alternative pengobatan bagi penderita gangguan kesehatan mental, terutama pada sisa-siswa di sekolah atau pesantren. ��
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif (Sugiyono, 2016). Adapun tahapan
pengumpulan data meliputi observasi dan wawancara serta dokumentasi.
Adapun tahapan analisis
datanya meliputi analsis konten (content
analyze), reduksi data, penyajian
data, dan triangulasi.
Hasil dan Pembahasan
Menurut Lewis R. Wolbeng M.D, menjelaskan bahwa psikoterapi adalah perawatan dengan
menggunakan alat-alat psikologis terhadap permasalahan yang berasal dari
kehidupan emosional. Psikoterapi secara terminology dirumuskan sebagaimana
berikut, menurut Watson dan Morse, psikoterapi dirumuskan sebagai bentuk khusus
dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, disaat pasien memulai
interaksi karena mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi
dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan
mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan
tindakannya (Dadang, 1996).
Psikoterapi Islam diartikan sebagai pengobatan penyakit
dengan cara kebhatinan, atau penerapan teknik khusus pada penyembuhan penyakit
mental atau pada kesulitan-kesulitan penyesuaian diri setiap hari, atau penyembuhan
lewat keyakinan agama, dan diskusi personal dengan para guru dan teman. Psikoterapi Islam mengandung makna:
A.
Ahsana,
artinya mengadakan perbaikan, seperti firman Allah Swt didalam Al-qur�an Surah Al-Isra ayat 7 :
إِنْ
أَحْسَنْتُمْ
أَحْسَنْتُمْ
لِأَنْفُسِكُمْ
ۖ وَإِنْ
أَسَأْتُمْ
فَلَهَا ۚ فَإِذَا
جَاءَ وَعْدُ
الْآخِرَةِ
لِيَسُوءُوا
وُجُوهَكُمْ
وَلِيَدْخُلُوا
الْمَسْجِدَ
كَمَا
دَخَلُوهُ
أَوَّلَ
مَرَّةٍ
وَلِيُتَبِّرُوا
مَا عَلَوْا
تَتْبِيرًا
Artinya
: � Jika kamu berbuat baik ( berarti ) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri
dan jika kamu berbuat jahat, maka ( kejahatan ) itu bagi dirimu sendiri�.
B.
Ashlaha,
artinya melakukan perbaikan, seperti didalam al-qur�an Surah Al- Maidah ayat 39 :
فَمَنْ
تَابَ مِنْ
بَعْدِ ظُلْمِهِ
وَأَصْلَحَ
فَإِنَّ
اللَّهَ
يَتُوبُ عَلَيْهِ
ۗ إِنَّ
اللَّهَ
غَفُورٌ
رَحِيمٌ
Artinya
: �Maka barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu), sesudah
melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang�.
Tujuan yang ingin dicapai dalam psikoterapi mencakup
beberapa aspek dalam kehidupan manusia yaitu :
a.
Memperkuat
motivasi untuk melakukan hal-hal yang benar. Hal ini biasanya dilakukan melalui
terapi yang bersifat direktif dan suportif. Persuasi dengan berbagai cara,
mulai dari nasehat yang sederhana sampai dengan hypnosis , untuk menolong orang
bertindak dengan cara yang tepat serta Mengurangi tekanan emosi dengan memberi
kesempatan seseorang untuk mengekspresikan perasaan yang mendalam.
b.
Fokus
ini adalah adanya kartaris. Hal ini disebut mengalami, bukan hanya membicaran
pengalaman emosi yang mendalam. Dengan mengulangi pengalaman ini dan
mengekspresikannya akan menimbulkan pengalaman baru.
c.
Membantu
klien mengembangkan potensinya. Melalui hubungannya dengan terapis, klien
diharapkan dapat mengembangkan potensinya. Klien diharapkan mampu melepaskan
diri dari fiksasi yang dialaminya atau mampu berkembang kearah yang lebih
positif.
d.
Mengubah
kebiasaan. Terapi memberi kesempatan untuk merubah prilaku.
e.
Terapis
bertugas menyiapkan situasi belajar baru yang dapat digunakan untuk mengganti
kebiasaan-kebiasaan yang kurang adaktif. Pendekatan perilaku sering digunakan untuk
mencapai tujuan ini.
f.
Mengubah
struktur kognitif individu. Struktur kognitif individu yang mengalami
kesenjangan dengan kesenjangan dengan kenyataan yang dihadapinya diubah
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada.
g.
Meningkatkan
pengetahuan dam kapasitas untuk mengambil keputusan dengan tepat. Tujuan ini
hampir sama dengan tujuan konseling. Dalam terapi sering terjadi isu tentang
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah muncul.
h.
Meningkatkan
kemampuan diri atau insight. Terapi biasanya menuntun individu untuk lebih
mengerti tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukannya. Individu
juga akan mengerti mengapa ia melakukan tindakan tertentu.
i.
Mengembangkan
status kesadaran untuk mengembangkan kesadaran, control, dan kreativitas diri.
Berkaitan dengan hal ini mengartikan mimpi dan fantasi, perlu untuk mengerti
terhadap apa yang dialaminya. Meditasi juga dapat dilakukan untuk mempertajam
penginderaan individu (Stone, 2001).
Adapun Landasan dari praktik Psikoterapi Islam berakar
dari al-qur�an, As-Sunnah, Empiris dan Science. Yaitu:
a)
Al-qur�an, Dalam kitab Mabadiul Qibtiyyah‟allah Madzhab Al
Imam Asy Syafi�i ra, Al-qur�an adalah kitab Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw, untuk memperbaiki umat manusia dalam hal agama, keduniaan, dan
keakhiratan mereka.� Konsep penyembuhan
dari suatu penyakit terdapat dalam Al-qur�an asalnya mengandung makna untuk menguatkan iman,
menambah iman, dan amal sholeh, adapun arti obat yang terdapat didalam al-qur�an menunjukkan bahwa al-qur�an sebagai penyembuh bagi yang meyakini.
b)
As-Sunnah,
adalah perkataan Rasul, perbuatan, dan ketetapan yang menjelaskan pokok-pokok al-qur�an yaitu berupa hikmah-himah dan hukum. Melalui As-Sunanah,
cara-cara dan metode pengobatan yang dilakukan Nabi dapat diketahui.
c)
Empiris,
adalah pengalaman para sahabat atau orang saleh. Dari pengalamannya tersebut,
dapat diketahui teknik-teknik dan cara-cara mereka mengobati orang sakit, baik
sakit jiwa maupun sakit fisik.
d)
Science,
adalah Ilmu kedokteran hasil eksperimen para dokter ahli. Dalam mengobati
pasien, dokter/psikoterapis sebaiknya telah ahli dalam bidang pengobatan di
bidang penyakit tersebut.
Adapaun
menurut Hamdani Bakran Adz Dzaky,
fungsi Psikoterapi Islam adalah sebagai berikut:
a)
Fungsi
Pengalaman (understanding), adalah
memberikan pemahaman dan pengertian tentang manusia dan problematika dalam
hidup serta solusi yang terbaik, benar dan mulia khususnya tentang gangguan
mental, kejiwaan spritual, dan moral, serta memberi pemahaman bahwa Islam (Al-
Qur�an
dan As-Sunnah) merupakan sumber yang paling lengkap, benar dan suci untuk
menyelesaikan berbagai problematika kehidupan di dunia ini. Allah Swt berfirman
didalam Qs. Al- Baqarah ayat 2 :
ذَٰلِكَ
الْكِتَابُ
لَا رَيْبَ ۛ
فِيهِ ۛ هُدًى
لِلْمُتَّقِينَ
Artinya
: Kitab (Al Qur�an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka
yang bertakwa.
b)
Fungsi
Pengendalian (control), adalah
memberikan pemahaman arahan aktivitas setiap hamba agar tetap terjaga dalam
kebenaran, kebaikan dan kemamfaatan, serta senantiasa merasa berada di bawah
pengawasan Allah Swt. Pontensi dan pengendalian diri itu dapat dipahami secara
tersirat dari pesan-pesan ayat Allah SWT :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ
مِنَ الْخَوْفِ
وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ
مِنَ
الْأَمْوَالِ
وَالْأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ
ۗ وَبَشِّرِ
الصَّابِرِينَ
Artinya
: �Dan sungguh kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: � Inna lillahi wa innaailahi raa�jiuun�.
c)
Fungsi
peramalan atau analisis (prediction),
dengan ilmu ini, seorang akan memiliki potensi dasar untuk melakukan analisis
kedepan tentang peristiwa, kejadian, dan perkembangan. Dengan mengetahui sesuatu yang terjadi seseorang dapat
mempersiapkan diri untuk melakukan tindakan antisipasi, baik peristiwa itu
membawa mamfaat atau tidak, kebaikan atau tidak. Pada akhirnya, semua itu
mendatangkan hikmah dan kebaikan bagi kehidupan manusia.
d)
Fungsi
Pengembangan (development), Yaitu
mengembangkan ilmu yang bermamfaat, khususnya tentang manusia dan seluk beluk
yang bersifat teoritis, aplikatif maupun empiris, sehingga seseorang yang
mengaplikasikan ilmu berarti telah melakukan proses pengembangan eksitensi diri
menuju kepada kesempurnaan.
e)
Fungsi
Pendidikan (education), adalah
meningkatkan kualitas manusia dari yang tidak tahu, menjadi tahu, dari yang
buruk menjadi baik. Selain fungsi utama tersebut, dapat juga dua fungsi yang
bersifat spesifik, yaitu: (1). Fungsi Pencegahan (prevention), yaitu yang membentengi seseorang agar terhindar dari
hal-hal yang merusak dan membahayakan diri. (2). (Ibnu Qoyim al Zauji, 2012).
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Drs.
Uwoh Saepulloh, M.Ag, selaku pimpinan pondok pesantren Darul Muizi Rancaekek bandung,� bahwasannya dalam memberikan psikoterapi Islam terhadap
siswa/santri selaku klien yang menderita gangguan kesehatan mental dalam hal
ini kesehatan mental yang diakibatkan karena kesulitan belajar, anak yang
memiliki motivasi rendah sehingga malas belajar, tidak disilpin dalam mentaati
aturan atau kenakalan karena anak yang berasal dari keluarga broken home.
Maka� diperlukan sebuah teknik pendekatan� yang�
baik,� yaitu� dengan�
mampu� merasakan perasaannya dan
jiwanya, atau dapat dikatakan bahwa seorang terapis harus mampu melibatkan sisi
emosionalnya dan perasaannya dalam berinteraksi dengan klien yang mengalami
gangguan kesehatan mental.
Objek
yang menjadi focus penyembuhan perawatan atau pengobatan psikoterapi Islam
menurut Umar Abdul Jabar, adalah manusia secara utuh yakni yang berkaitan atau
menyangkut dengan gangguan pada mental, spiritual, moral dan fisik.
1.
Mental,
yaitu yang berhubungan dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang
berasosiasi dengan pikiran, akal dan ingatan. Seperti mudah lupa, malas
berfikir, tidak mampu berkonsentrasi dan tidak mampu mengambil keputusan dengan
tepat.
2.
Spiritual,
yaitu yang berhubungan dengan masalah ruh, semangat atau jiwa, religius yang
berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan dan menyangkut transendental,
seperti syirik, nifaq, fasik dan kufur.
3.
Moral
(ahklak), yaitu suatu yang melekat pada jiwa manusia, yang akan melahirkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran pertimbingan.
4.
Fisik
(jasmaniah), tidak semua gangguan fisik dapat disembuhkan dengan psikoterapi
Islam, kecuali memang ada izin Allah SWT (Perdana, 2017).
Berdasarkan
wawancara dan hasil observasi peneliti dengan para terapis maka terdapat
beberapa metode psikoterapi Islam yang diterapkan oleh para terapis di Pondok
pesantren darul Muizi Rancaekek Kabupaten Bandung kepada para siswa/santri atau,
terhadap para klien yang menderita gangguan kesehatan mental khususnya masalah
belajar dan motivasi, dapat dilihat sebagaimana paparan berikut ini :
1.
Metode
Terapi Dzikir
Dzikir merupakan kebiasaan yang dilakukan seorang mukmin
dalam mengingat Allah baik dengan hati ataupun lisan, seperti mengucapkan
tasbih, tahmid, takbir, istighfar, maupun membaca al-qur�an, hal ini akan menjadikan jiwa lebih bersih juga akan
menjawabkan perasaan tenang dan tentram. Dzikir menjadi salah satu cara
terpenting dalam Islam untuk dipergunakan dalam usaha membina kesehatan mental
yang baik, ataupun menjadi obat bagi gangguan dan penyakit yang terdapat dalam
jiwa.
Pelaksanaan dzikir yang dilakukan dengan sikap rendah
hati, lembut, dan halus akan membawa pengaruh relaksasi dan ketenangan. Waktu
pelaksanaan dzikir di pondok pesantren Darul Muizi adalah pada saat malam hari
sehabis sholat Isya berjama‟ah.�
Berdasarkan pengamatan peneliti dilapangan bahwasanya sebelum para
terapis membimbing klien untuk berzikir bersama, maka� terlebih dahulu klien bersama terapis
melaksanakan sholat isya secara berjama‟ah, setelah selesai melaksanakan
sholat isya secara berjama‟ah barulah pelaksanaan dzikir secara bersama
dilakukan, Dalam hal ini lafafazh dzikir yang diucapkan adalah: Asatagfirullah, Lailaha Illah, Subhanallah,
Alhamdulillah, La Hawla Wa la kuwata illa billahil aliyil adzim.� Menurut Bapak Drs. Uwoh Saepulloh,M.Ag,
Dzikir ini dilakukan untuk memberikan rasa ketenangan didalam jiwa para klien,
Saat berdzikir beliau mencoba menggunakan nada yang sangat lembut dan bisa
menusuk kedalam kalbu, masing-masing klien. Setelah seringnya melakukan dzikir,
beberapa klien ada yang mengatakan bahwa dia merasakan perasaan yang Damai dan
tentram� (Wawancara
dengan pimpinan ponpes darul Muizi Bapak Drs. Uwoh Saepulloh,M.Ag, pada tanggal
4 Januari 2020 pukul 08.00 WIB di ponpes Darul Muizi Rancaekek Kabupaten
bandung).
2.
Metode
Terapi Ceramah
Metode ceramah merupakan metode pembinaan yang memberi
uraian atau penjelasan secara lisan yang banyak diwarnai karakteristik dan gaya
bicara seorang terapis. Dalam hal ini akan disampaikan materi-materi yang mampu
menyentuh hati klien. Tentunya metode ceramah ini dilakukan tidak langsung
secara berkelompok namun perseorangan terlebih dahulu. Dalam hal ini klien akan
diajak berkomunikasi untuk membuat kenyamanan klien terhadap kehadiran terapis.
Meskipun pada awalnya sangat sulit berkomunikasi dengan mereka, karena mereka
mengalami gangguan kesehatan mental, Setelah klien merasa nyaman, maka
selanjutnya terapis akan memulai menceramahinya. Ceramah ini dilakukan setiap
dua kali dalam seminggu, setelah terapis dan juga klien melaksanakan Sholat
zuhur secara berjama�ah. Selesai sholat berjama‟ah, terapis akan
langsung memberikan beberapa materi ceramah kepada para klien. Terkait dengan
materi ceramah yang diberikan oleh para terapis, maka dalam hal ini para
terapis akan membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan larangan dan
kewajiban klien sebagai hamba Allah Swt, dan juga mengenai kesabaran dalam
menjalani hidup, serta selalu bersyukur atas setiap masalah ataupun cobaan yang
Allah berikan.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan keterangan yang
disampaikan oleh Bapak Drs. Uwoh Saepulloh, M.Ag, beliau mengatakan bahwasanya metode ceramah
merupakan suatu cara yang mudah untuk dilakukan sebagai upaya untuk dapat
menyadarkan mereka tentang arah hidup yang lebih baik, arti hidup seorang hamba
Allah yang sesungguhnya. Mendidik kepribadian seseorang melalui ceramah
diharapkan dapat mengubah tingkah laku mereka, untuk itu psikoterapi islam
melalui metode ceramah sangat penting, karena pelaksanaan ceramah tersebut
mengajarkan seseorang untuk taat kepada Allah Swt dan menjalankan segala
perintahnya dan menjauhi yang dilarang dan senantiasa menghadapkan diri kepada
Allah Swt dalam bentuk penghambaan sccara penuh
(Observasi pada pasen stres di ponpes darul Muizi, pada tanggal
4 Januari 2020 pukul 09.00 WIB di ponpes Darul Muizi Rancaekek Kabupaten
bandung).
Metode ceramah terhadap klien yang mengalami gangguan
kesehatan mental� adalah siraman rohani
terkait akidah, syariat dan akhlak kepada klien sehingga diharapkan dapat
menambah keimanan kepada allah. Dengan metode ceramah, para terapis mengajak
para klien untuk berpikir dan merenungkan tentang hakikat, makna dan tujuan
hidup ini, sehingga membawa mereka kepada kesadaran untuk kembali kejalan yang
benar yakni di jalan Allah Swt. Metode ceramah terhadap klien yang mengalami
gangguan kesehatan mental� tidaklah
semudah ceramah kepada orang pada umumnya, karena dari sisi psikis mereka masih
sakit yang menyebabkan daya tangkap dan emosi mereka tidak stabil sehingga para
terapis dalam ceramahnya harus mengerti tentang apa yang disampaikan.
Praktek
psikoterapi Islam ini, diperlukan kesabaran dan keihklasan yang cukup besar untuk dapat
menceramahi para klien yang mengalami gangguan kesehatan mental, tentunya bagi
klien yang baru masuk, saat mengikuti kegiatan cermah tidak langsung
digabungkan dengan klien yang sudah lama ada di Pondok pesantren Darul Muizi .
Untuk klien yang masih baru para terapis melaksanakan metode ceramah secara
personal atau perindividu, dimulai dengan berkenalan lalu para terapis mulai
mencari tahu tentang permasalahan terbesar yang di hadapi oleh klien, saat para
terapis mencoba untuk menjalin keakraban dengan para klien, tidak semua
merespon dengan baik, terkadang ada yang tidak meresspon dengan baik, misalnya
saat diajak bicara klien tidak bisa kosentrasi, lalu ada yang masih terus
melamun dan sama sekali tidak bicara, lalu ada yang sudah bisa mendengarkan
akan tetapi saat ditanya, jawabannya masih tidak nyambung. Namun dalam kondisi
seperti ini para terapis terus melakukan pendekatan dengan para klien. Biasanya
kondisi seperti ini bisa sampai dengan satu bulan ataupun bisa lebih, setelah
para terapis menilai bahwasanya klien sudah bisa merespon dengan baik barulah
klien tersebut diceramahi dengan beberapa ayat-ayat al-qur�an yang berkaitan dengan bagaimana caranya menjalani
kehidupan yang lebih baik (Observasi
pada pasen stres di ponpes darul Muizi, pada tanggal 4 Januari 2020 pukul 09.00
WIB di ponpes Darul Muizi Rancaekek Kabupaten bandung).
3.
Metode
Mengaji
Berdasarkan keterangan dari Bapak Drs. Uwoh
Saepulll,M.Ag, selaku pimpinan pondok pesantren Darul Muizi Rancaekek Bandung,
bahwasanya� metode ini merupakan
kelanjutan metode sebelumnya, mengaji merupakan aktifitas membaca Al-qur�an
atau membahas kitab-kitab al-qur�an, aktifitas ini dalam agama Islam termasuk ibadah dan
orang yang melakukannya akan mendapatkan ganjaran dari Allah Swt. Agama Islam
memerintahkan kepada umatnya untuk memperlajari al-qur�an dan mengajarkannya, karena itu al-qur�an adalah sumber dari segala aspek kehidupan manusia.
Selanjutnya beliau menjelaskan salah satu sumber yang
cukup mendasar adalah kondisi obyektif umat Islam saat ini salah satunya adalah
kebutaan akan al-qur�an dan jauh dari al-qur�an,
sehingga memicu kepada perbuatan kemungkaran. Mengaji Al-qur�an
juga sangat membantu dalam pemulihan klien yang mengalami gangguan kesehatan
mental, disamping mendapat pahala juga klien akan mendapatkan ketenangan dengan
membaca al-qur�an karena didalam al-qur�an
juga disebutkan bahwa al-qur�an
adalah obat bagi manusia. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, adapun
ayat-ayat al-qur�an
yang menjadi materi pengajian adalah :
Tabel 1
Tentang
ayat-ayat Al-Qur�an
yang menjadi Materi Pengajian
No |
Surat |
Ayat |
Kandungan Ayat |
1 |
Yunus |
Ayat 62 |
Larangan Berputus Asa |
2 |
Al-Baqarah |
Ayat 153 |
Tentang Kesabaran |
3 |
Al-Maidah |
Ayat 90-91 |
Hukum khamar dan judi |
4 |
An-nisa |
Ayat 29 |
Larangan merusak diri |
5 |
Al-baqarah |
Ayat 195 |
Larangan merusak diri |
6 |
An-nur |
Ayat 4 |
Hukum zina |
Sumber : Diadaptasi
dari hasil observasi peneliti
2020
Ayat-ayat diatas merupakan daftar ayat yang sering
diberikan para terapis kepada klaen yang sudah bisa membaca alquran, setelah
klien membaca ayat tersebut, para terapis akan menyampaikan maksud dari
ayat-ayat tersebut, dan ini tidak lari�
dari permasalahan yang sedang mereka alami, yaitu narkoba. sedangkan
untuk klien yang belum bisa sama sekali, materi mengaji dimulai dari awal yaitu
iqra‟. Sementara pada metode mengaji, beliau menjelaskan masih banyak
klien yang belum bisa membaca alquran, dalam materi mengaji sebagian mereka ada
yang memulai dari iqro‟ dan ada juga yang sudah bisa untuk membaca
alquran (wawancara dengan pimpinan Ponpes Darul Muizi
Bapak Drs. Uwoh Saepulloh, M.Ag pada tanggal 6 Januari 2020 pukul 08.00 Wib di Ponpes Darul
Muizi Rancaekek Kab. Bandung).
4.
Metode
Sholat
Metode sholat adalah metode selanjutnya yang akan
menuntun seorang klien untuk besar dekat dengan Allah Swt. Praktek ini, klien akan diberikan penjelasan terlebih dahulu mengenai
gerakan sholat dan makna dari sholat. Dalam hal ini dengan melakukan sholat seorang
klien diharapkan akan merasa lebih mendapatkan ketenangan didalam hidupnya.
Dalam hal ini terapis akan menjelaskan mengenai makna sholat, dan juga
mengajarkan gerakan sholat yang benar. Penjelasan dan pengajaran yang diberikan
oleh terapis, seorang klien akan dapat melakukan gerakan sholat dengan benar.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan wawancara
dengan Bapak Drs. Uwoh Saepulll, M.Ag, selaku pimpinan pondok pesantren Darul Muizi
Rancaekek Bandung, bahwasanya teknologi komunikasi dan informasi merupakan
elemen penting dalam kehidupan, peran teknologi informasi pada aktifitas
manusia pada saat ini memang begitu besar. Dalam metode ini terapis akan
menggunakan media audio visual dalam penerapan psikoterapi Islam. Penarapan psikoterapi Islam dilakukan dengan proses
komunikasi secara langsung, namun terkait dengan metode ini maka penerapannya
dilakukan dengan melalui alat-alat media. Praktek terapis akan memperlihatkan berbagai hal, terkait dengan motivasi
hidup, Karir, dan masa depan yang lebih baik, melalui sebuah vidio yang
ditampilkan dari sebuah proyektor (observasi
pada pasien stress di Ponpes
Darul Muizi Rancaekek Kab. Bandung.
Metode ini dilakukan setiap hari Sabtu di ruang
kelas� Pondok pesantren Darul Muizi� Yayasan Hamdaniyah Rancaekek Bandung. Selama 1 jam para klien akan diperlihatkan
beberapa vidio motivasi yang terkait dengan keislaman dan juga selain melihat
vidio para klien akan mengikuti berbagai games Ice Breaking yang dapat melatih
kerja sama diantara klien. Dalam pengamatan peneliti seiring berputarnya vidio
para terapis akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pola kehidupan yang
baik.
Metode ini akan lebih mudah untuk diarahkan, karena tidak
hanya menyampaikan, akan tetapi para klien akan lebih memahami sendiri dari apa
yang dilihat dan didengarkan oleh klien. Materi yang digunakan dalam audio
visual ini adalah tentang ceramah-ceramah ulama, seperti M. Qurais Shihab, dal
ulama-ulama lainnya, disamping itu para terapis tidak hanya memberikan meteri
seputar kegamaan saja melainkan juga materi lain yang bersifat umum. Metode ini tentunya akan meminimalisir rasa kebosanan
dalam diri setiap klien, saat menjalani proses pemulihan dalam bentuk
psikoterapi Islam.
Hasil penelitian dilapangan, yaitu dengan metode yang
dilakukan di Pondok pesantren Darul Muizi Rancaekek bandung sesuai dengan teori
yang ada tentang metode terapis menurut Ibnu Qayim Al-Jauziyah, beliau membagi
psikoterapi dalam dua kategori, yaitu :
a.
Tabiiyyah,
adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat
diamati dan dirasakan oleh penderitanya, seperti perasaan cemas, gelisah, sedih
dan marah.
b.
Syariyyah,
adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat
diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya, tetapi ia benar-benar
penyakit yang berbahaya sebab dapat merusak kalbu seseorang, seperti penyakit
yang timbul karena kebodohan, syubhat, ragu-ragu dan syahwat.
Sedangkan bentuk psikoterapi Islam menurut Al-Ghazali
adalah meninggalkan semua prilaku yang buruk dan rendah, yang mengotori jiwa
manusia, serta melaksanakan perintah yang baik untuk membersihkannya. Dalam
ajaran Islam, selain diupayakan adanya psikoterapi duniawi, juga terdapat
psikoterapi ukhrawi merupakan petujuk dan anugrah dari Allah SWT yang berisikan
kerangka ideologis dan teologis dari segala psikoterapi. Sedangkan psikoterapi
duniawi merupakan hasil ijtihad manusia berupa teknik-teknik pengobatan
kejiwaan yang didasarkan atas kaidah-kaidah insaniah (Ghazali, 2010).
Adapun dilihat dari cara pengambilannya, metodologi
psikoterapi Islam didasarkan kepada empat cara sebagai berikut :
a.
Metode
Istimbaht, yaitu diturunkan dari al-qur�an.
b.
Iqtibas,
dari hasil ijtihad para ulama.
c.
Metode
Istiqra‟iy, yaitu dari penalaran dan hasil penelitian empiric termasuk
dari Barat sejauh tidak bertentangan dengan semangat Al-qur�andan Sunnah.
d.
Memadukan
metode komprehensif Jami�bayna nufus al
zakiyyah wa-al uqul al-shafiyyah (Perdana,
2017).
Berdasarkan berbagai teori yang sudah dijelaskan
sebelumnya, maka dalam hal ini dapat peneliti jelaskan bahwasanya, gambaran
mengenai psikoterapi Islam memiliki ruang lingkup dan jangkauan yang lebih
luas. Metode psikoterapi Islam selain menaruh perhatian pada proses
penyembuhan, tentunya juga sangat menekankan pada usaha peningkatan diri,
seperti membersihkan kalbu, menumbuhkan sikap akhlaqul karimah dan meningkatkan
potensi untuk menjalankan amanah sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi
ini.
Psikoterapi Islam tidak hanya memberikan terapi pada
orang � orang yang sakit namun juga ikut menangani orang-orang yang sakit
secara moral dan spritual, psikoterapi Islam ini tentunya dapat disebut juga
sebagai psikoterapi agama. Agama sangat penting, didalam perjalanan hidup
seorang individu. Dr. D.B. Larson dan beberapa pakar lainnya dalam berbagai
penelitian yang berjudul Religious Commitment and Health, menyimpulkan bahwa di
dalam memandu kesehatan manusia yang serba kompleks ini dengan segala
keterkaitannya, hendaknya komitmen agama sebagai suatu kekuatan (spritual power) jangan diabaikan begitu
saja. Agama dapat berperan sebagai pelindung lebih dari pada sebagai suatu
masalah.
Terkhusus dalam agama Islam, bahwasanya Allah Swt sudah
memberikan kemudahan kepada seluruh umat manusia untuk memaknai arti kehidupan,
melalui Al-Qur�an dan Hadist. Al-qur�an dan Hadist merupakan
solusi atau jalan atas segala hal yang menyangkut kehidupan sudah diterangkan
dengan jelas. Termasuk mengenai�
jalan� keluar terhadap perosalan
hidup yang sedang dialami. Kehidupan seorang manusia memang tidak terlepas dari
yang namanya masalah. Di dalam Agama Islam sendiri, masalah lebih dikatakan
sebagai ujian ataupun cobaan yang diberikan oleh Allah Swt. Dengan cobaan ataupun
ujian tersebut, Allah akan melihat seberapa besar iman hambanya kepadanya.
Orang
akan pusing dengan menumpuknya pekerjaan, konflik yang dialami secara terus menerus dengan
keluarga, kehidupan sosial tidak seimbang,
pacar selingkuh, atau pun kebutuhan hidup yang tidak teratasi tentunya akan dapat membuat
seorang individu menjadi stres. Jika stres ini secara terus menerus dirasakan oleh seorang
individu maka akan dikhawatirkan akan merubah stres tersebut menjadi depresi
bahkan sampai dengan gangguan psikotik (gila). Stres yang berlebihan tentunya akan sangat
mengganggu organ tubuh. Organ tubuh yang paling berat kaitannya dengan unsur
stresor, diantaranya lambung, jantung, paru � paru, dan kulit. Jika jiwa tidak
mampu menahan tekanan stressor yang berlangsung lama dan bertubi � tubi, maka
organ-organ tubuh akan menjadi terganggu. Menurut peneliti bahwasanya banyak
sekali kerugian yang akan diterima oleh seorang individu disaat sedang
mengalami stres.
Apabila kondisi psikologis seorang individu belum sampai pada
gangguan psikotik (gila), melainkan masih dalam keadaan stres, meskipun masih
dalam tingkatan yang berat. Maka masih terdapat kemudahan dalam memulihkan
kondisi psikologis individu tersebut. Psikoterapi merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk memulihkan keadaan psikologis seorang individu yang
sedang mengalami stres.
Psikoterapi ini tentunya dapat diterapkan dengan
menggunakam pendekatan agama. Tentunya didalam Agama Islam sendiri, Al-qur�andan
Hadist lah sebagai rujukan dalam menerapkan psikoterapi ini dalam memulihkan
kondisi psikologis individu-individu yang sedang mengalami permasalahan stres. Al-qur�an
sendiri merupakan obat bagi manusia disaat sedang
mengalami kesulitan didalam hidupnya. Allah memberikan kesulitan hidup bagi manusia,
sebagai suatu bentuk ujian dari Allah Swt, untuk melihat seberapa besarkah
imannya kepada Allah Swt. Namun dibalik adanya kesulitan yang diberikan oleh
Allah Swt kepada hambanya, terdapat pula obat, berupa solusi ataupun
penjelasan, yang akan memberikan pencerahan kepada seorang hamba untuk
menghilangkan kesulitan hidup yang sedang dialaminya.
Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode psikoterapi
Islam yang dilakukan di Pondok pesantren darul Muizi Kabupaten Bandung ini,
bertujuan untuk memulihkan kondisi psikoligis individu dan juga spiritual individu siswa/santri, didalam psikoterapi Islam ini seorang
klien akan didorong untuk mampu memahami arti kehidupan, dan juga nilai-nilai
keislaman, terkait dengan motivasi hidup, kewajiban menjadi seorang pelajar/santri
selaku muslim, hal-hal yang Allah Swt larang, dan juga kesabaran dalam
menjalani kehidupan.
Pelaksanaan psikoterappi Islam yang dilakukan pertama
kali, adalah menumbuhkan kedekatan emosional terpais dengan kliennya. Setelah
terapis sudah mampu menjalin kedekatan secara emosional, maka selanjutnya
terapis lengsung melaksanakan psikoterapi Islam dengan beberapa metode yang
direncakan sebelumnya. Beberapa metode tersebut adalah : metode ceramah, metode
mengaji, metode sholat, metode audio visual.
Keseluruhan penggunaan
metode ini dilakukan dengan penuh keseriusan dan
mengharapkan ridho dari Allah Swt. Dan apapun bentuk pemulihan yang dilakukan
terhadap seorang klien yang mempunyai permasalahan psikologis, maka tentunya
akan terdapat sebuah hambatan yang dapat mempengaruhi jalannya proses
pemulihan.
BIBILIOGRAFI
Dadang, Hawari. (1996). Al
Qur�an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT
Dana bhakti Prima Yasa
Departemen Agama, R. I. (2009). Al-Qur�an dan terjemahan. Jakarta:
PT Syaamil Cipta Media.
Ghazali. (2010). Mukasyaful Qulub. Surabaya: Darul
Fiqri.
Ibnu Qoyim al Zauji. (2012). Terapi Penyakit Hati.
Jakarta: Jakarta: Qisti Press.
Najati, Muhammad Utsman. (2005). Psikologi dalam
Al-Qur‟ an: Terapi Qur‟ ani dalam Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,
terj. M. Zaka Al-Farisi, Bandung: Pustaka Setia.
Perdana, Putra. (2017). Metode Psikoterapi Islami Terhadap
Penderita Stres di Panti Rehabilitasi Yayasan Rahmana Kasih Desa Tembung.
Universitas Islam Negeri Sumatea Utara Medan.
Razak, Ahmad, Mokhtar, Mustafa Kamal, & Sulaiman, Wan
Sharazad Wan. (2018). Terapi Spiritual Islami: Suatu Model Penanggulangan
Gangguan Depresi. Intuisi: Jurnal Psikologi Ilmiah, 6(2), 68�73.
Stone, Howard W. (2001). Strategies for brief pastoral
counseling. Fortress Press.
Sugiyono, Sugiyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif
dan kualitatif dan R&D. Alfabeta: Bandung.