1004
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 1 No. 8 Desember 2020
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
DAMPAK MANAJEMEN SARANA PRASARANA TERHADAP MUTU
PENDIDIKAN
Acep Mulyadi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Jawa Barat, Indonesia
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
27 November 2020
Diterima dalam bentuk revisi
10 Desember 2020
Diterima dalam bentuk revisi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis tentang dampak dari manajemen sarana
prasarana terhadap mutu pendidikan di Madrasah Aliyah
Negeri 1 dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Garut. Penelitian
ini menggunakan pendekatan deskriptif, kualitatif,
dengan metode deskriptif analitik. Lokasi penelitian ini
berada di MAN 1 dan MAN 2 Garut. Adapun
Pengumpulan datanya dengan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya
melalui reduksi data, display data, dan penarikan
kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
dampak manajemen sarana prasarana dalam
meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan MAN 1
dan MAN 2 Garut membuat pembelajaran pada kedua
sekolah berjalan dengan baik karena tersedianya sarana
prasarana yang memadai, sehingga dapat meningkatkan
mutu pendidikan serta dapat membekali peserta didik
untuk mampu berprestasi dalam akademik maupun non
akademik untuk bekal kehidupan maupun untuk bekal
dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Kata kunci:
manajemen; sarana
prasarana; mutu
pendidikan
Pendahuluan
Pada dasarnya sarana dan prasarana pendidikan ini merupakan alat bantu dalam
dunia pendidikan. Meskipun hanya sebagai alat bantu adanya sarana prasarana
memberikan manfaat besar bagi pendidikan, seperti memberikan kenyamanan dan
menunjang kelancaran kegiatan di sekolah, memberikan daya tarik perhatian siswa
sehingga menumbuhkan motivasi siswa, menunjang dalam semua kegiatan sekolah
salah satunya kegiatan non akademik, membantu siswa untuk lebih banyak melakukan
kegiatan dalam bentuk pengembangan diri.
Seiring perkembangan zaman, harapan yang dibebankan pada dunia pendidikan
sangat banyak, tetapi di sisi lain dunia pendidikan mempunyai banyak masalah yang
menghambat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu
masalah yang dihadapi oleh sekolah adalah masalah sarana prasarana pendidikan.
Sarana belajar yang lengkap akan menunjang konsentrasi belajar siswa. Seseorang yang
belajar dibutuhkan konsentrasi yang penuh, perhatian sepenuhnya dan pemusatan
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1005
terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak
berhubungan. Konsentrasi ini tidak akan berjalan dengan baik apabila tempat atau alat
yang digunakan tidak mencukupi.
Masalah sarana pendidikan yang sering dihadapi setiap sekolah antara lain sarana
penunjang yang kurang memadai dan pengelolaan sarana prasarana kurang optimal.
Dalam pengelolaannya, pemeliharaan atau perawatan yang sering menjadi kendala
utama. Mengingat belum ada tenaga professional yang khusus menangani manajemen
sarana prasarana.
Madrasah menghadapi tantangan yang sama dengan sekolah umum lainnya dalam
menghadapi tantangan perkembangan zaman, salah satu cara untuk menjawab tantangan
itu adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan.
Mutu pendidikan tak hanya berbicara soal hasil, tetapi juga proses dari pendidikan
itu sendiri. Pendidikan dikatakan bermutu apabila proses belajar mengajar berjalan
dengan baik dan lancar. Begitu juga dengan hasil yang didapat memuaskan. Proses
belajar mengajar dapat berjalan lancar bila guru dan murid bisa berkomunikasi dengan
baik, lingkungan belajar yang nyaman, serta didukung sarana dan prasarana yang dapat
mendukung proses belajar mengajar ini. Mutu pendidikan bila dilihat dari hasil,
mengacu pada prestasi yang diperoleh murid maupun sekolah untuk kurun waktu
tertentu. Selain itu, kemampuan sekolah untuk menghasilkan lulusan-lulusan terbaik
juga menunjukkan mutu pendidikan di sekolah tersebut. Karena lulusan-lulusan inilah
yang akan berkontribusi untuk memajukan bangsa.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada konteks
hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun
waktu tertentu setiap catur wulan, semester, setahun, lima tahun dan sebagainya.
Prestasi yang dicapai dapat berupa hasil test kemampuan akademis (misalnya ulangan
umum, UN dan lain-lain), dapat pula prestasi di bidang lain misalnya dalam cabang olah
raga atau seni. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang
seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati dan sebagainya.
Berikut indikator pendidikan yang bermutu, minimal telah mencakup 8 Standar
Nasional Pendidikan:
1. Standar Kompetensi Lulusan
2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
5. Standar Sarana dan Prasarana
6. Standar Pengelolaan
7. Standar Pembiayaan Pendidikan
8. Standar Penilaian Pendidikan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32
Tahun 2013).
Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut merupakan alih fungsi dari Sekolah Persiapan
IAIN (SP IAIN) Sunan Gunung Djati Bandung yang didirikan pada tanggal 1 Juli 1968.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI Nomor 17 tahun 1978
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1006 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
tanggal 30 Maret 1978. SP IAIN diubah menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Garut. Madrasah ini terletak di Jl. Jend Ahmad Yani Koropeak Garut. Sedangkan
Madrasah Aliyah Negeri 2 Garut merupakan alih fungsi dari PGA (Pendidikan Guru
Agama) melalui KMA No 64 tahun 1990 tanggal 25 April 1990 tentang alih pungsi
PGAN menjadi MAN.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi pendahuluan di Madrasah Aliyah
Negeri 1 Garut dan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Garut. Dilihat dari kenyataannya
bahwa Madrasah Aliyah Negeri 1 Garut dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Garut
mempunyai prestasi baik dalam bidang akademik maupun non akademik dan
merupakan dua madrasah paporit di kabupaten Garut. namun demikian masih
ditemukan beberapa permasalahan menyangkut manajerial sarana prasarana pendidikan,
diantaranya sebagai berikut: belum tersedianya ruang laboratotium bahasa, ruangan
laboratorium IPA masih menggunakan ruang belajar, proses pengadaan sarana
prasarana terlalu bergantung kepada anggaran pemerintah, masih ada beberapa gedung
bangunan yang memerlukan perbaiakan/rehab dikarenakan ada dalam keadaan rusak,
kurangnya pengawasan sarana prasarana oleh kepala madrasah.
Menurut Bafadal, manajemen perlengkapan sekolah itu adalah sebagai proses
kerja sama pendayagunaan semua perlengkapan pendidikan secara efektif dan efisien
(Ibrahim, 2008). Konsep dan teori tentang prestasi belajar siswa dari Muhubbin Syah.
Menurutnya prestasi belajar siswa sangat beragam, hal ini tentu saja mempunyai factor-
faktor penyebabnya. Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya “psikologi pendidikan”
menjelaskan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor internal,
faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar (Muhibbin, 2010).
Hasil penjajagan awal dari lapangan di Madrasah Aliyah Negeri 1 dan 2 Garut
ditemukan bahwa siswa bersama guru membersihkan lingkungan dan membersihkan
sarana prasarana pada hari sabtu pagi, pengelola membuat jadwal piket untuk bertugas
di beberapa sarana prasarana madrasah, sedangkan penanggungjawab laboratorium
berada di ruang praktek, kemudian pengelola membuat laporan persemester terkait
sarana prasarana yang menjadi tanggungjawabnya, guru juga mengembalikan sarana
prasarana selesai dipakai pembelajaran dengan mencatat/melaporkan pada buku
penggunaan. Hal ini membuktikan bahwa lembaga pendidikan diatas telah
menggunakan perencanaan, pengorganisasian dalam pengelolaan sarana prasarana
pendidikan namun belum dioptimalkan dengan baik.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode deskriptif
analitik (Sugiyono, 2016). Lokasi penelitian ini berada di MAN 1 dan MAN 2 Garut.
Adapun Pengumpulan datanya dengan tehnik wawancara, observasi dan dokumentasi.
Sedangkan analisis datanya melalui reduksi data, display data dan penarikan
kesimpulan.
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1007
Hasil dan Pembahasan
Dalam penyelenggaraan pendidikan sarana dan prasarana merupakan salah satu
sumber daya yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah,
untuk itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya,
tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang
manajer dalam hal ini pimpinan di sekolah, agar tujuan tercapai. Kepala sekolah di
MAN 1 Garut selalu menjalin kerjasama dengan waka sarana dan prasarana untuk
meningkatkan pendayagunaan dan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah agar
tujuan yang diharapkan tercapai. Meskipun masih kurang adanya kesadaran dan
kepedulian warga madarasah terhadap barang yang dimiliki namun kepala sekolah
selaku penenggungjawab di lapangan yakin dengan manajemen yang baik akan
menciptakan kesadaran dan kepedulian yang diharapkan dan dengan kondisi yang baik
akan meningkatkan proses pembelajaran yang pada akan meningkatakan mutu
pendidikan. Sesuai yang dikatakan oleh Luther Gulick, yang dikutip Sulistiyorini,
"manajemen sering diartikulasikan sebagai ilmu, kiat dan profesi” (Sulistiyorini, 2006).
Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang sebagai suatu
bidang pengetahuan yang secara sistematik berusahamemahami mengapa dan
bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagaikiat oleh Follet karena manajemen
mencapai sasaran melaui cara- cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam
tugas. Dipandang sebagai profesikarena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus
untuk mencapai suatuprestasi manajer dan para profesional dituntun oleh suatu kode
etik (Barnawi & M. Arifin, 2012).
Mutu madrasah di MAN 1 Garut memberikan pembelajaran yang efektif dan
efisien apabila didukung oleh sumberdaya manusia yang profesional untuk
mengoperasikan madrasah, kurikulum yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan
karakterist ik siswa, kemampuan dan commitment (tanggung jawab terhadap tugas)
tenaga kependidikan yang handal, dan semuanya itu didukung sarana-prasarana yang
memadai untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar, serta partisipasi masyarakat
yang tinggi.
Pada pembahasan ini, peneliti menjelaskan dan memaparkan antara teori yang ada
apakah sudah sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan atau bertentangan. Upaya
mewujudkan pengelolaan sarana dan prasarana yang optimal tidak akan tercapai
apabila tidak didukung oleh pengelolaan yang baik dari sekolah yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, penginventarisian dan penghapusan. Hal ini
sesuai dengan yang disampaikan oleh George. R.terry yang dikutip Mulyono,
”Manajemen adalah proses kerja sama denganmendayagunakan sumber daya manusia
(SDM) dan sumber daya non manusia dengan menerapkan fungsi manajemen yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan yang efektif dan efisien.dalam Principles Of Managementmembagi
fungsi-fungsi manajemen itu atas empat fungsi yang lebih dikenal dengan istilah POAC,
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1008 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
yaitu: 1. Planning (Perencanaan); 2. Organizing (pengorganisasian); Actuating
(pelaksanaan); dan 4. controlling (pengawasan) (McLeod Jr Raymond, 2007).
A. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di MAN 1 Garut.
Merencanakan pada dasarnya menentukan kegiatan yang hendak dilakukan
pada masa depan. Berkaitan dengan perencanaan ini, dijelaskan bahwa perencanaan
pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis jenis
pengalaman pendidikan yang diprogramkan sekolah (Sulistyorini, 2009).
Perencanaan di MAN 1 Garut merupakan alat manajemen yang berisi petunjuk
tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, sumber biaya, tenaga, sarana
yang diperlukan, evaluasi dan peran ketenagaan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Perencanaan sarana dan prasarana di MAN 1 Garut dilaksanakan dengan melalui
langkah-langkah tertentu yaitu: musyawarah bersama kepala sekolah, komite
sekolah, kepala tata usaha, bendahara dan juga seluruh dewan guru. Dalam hal ini
sebelumnya sudah ada analisa kebutuhan yaitu diawali dengan penyebaran angket
kebutuhan alat-alat atau media kepada segenap guru kemudian memusyawarahkan
bersama dan mengambil keputusan. Sehingga dapat dikatakan MAN 1 Garut
memperhatikan manajemen produktifitas, efektifitas dan efisiensi sehingga dapat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik.
Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu yang menunjang
keberhasilan dalam proses belajar mengajar (KBM), karena dengan adanya fasilitas
sarana dan prasarana yang memadai, maka pendidikan dan pengajaran akan berjalan
lebih efektif dan efisien. Instrumen sarana adalah sebagai pendukung bagi
kemudahan kegiatan belajar mengajar, sehingga dengan adanya sarana prasarana
yang mendukung tentunya akan berpengaruh bagi kemudahan madrasah untuk
melaksanakan dan mengupayakan peningkatan mutu pendidikan di madrasah.
Sarana dan prasarana di MAN 1 Garut pada dasarnya sudah cukup memadai,
walaupun masih belum sesuai standar yang ditentukan dan masih kurang adanya
kesadaran dan kepedulian warga madrasah terhadap barang yang dimiliki namun
pihak sekolah berusaha lebih keras lagi agar dapat melaksanakan manajerial yang
baik yang dapat menumbuhkan kesadaran dan kepedulian warga madrasah yang
pada akhirnya akan meningkatkan proses pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan.
Manajemen sarana dan prasarana di MAN 1 Garut membagi perencanaan
dengan mempertimbangkan waktu baik jangka pendek meliputi perencanaan kurang
dari 1 tahun, jangka menengah lebih dari 1 (satu) tahun sampai kurang dari 3 (tiga)
tahun dan jangka panjang yaitu 3 (tiga) tahun ke atas. Perencanaan berdasarkan
penggunaan, disini MAN 1 Garut dalam merencanakan mempertimbangkan
penggunaannya mana yang lebih mendesak untuk dipergunakan dan mana yang
lebih diutamakan. Perencanaan dengan mempertimbangkan jangkauan dalam hal ini
MAN 1 Garut dalam merencanakan melihat kemampuan sekolah untuk bisa
mewujudkan atau tidaknya.
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1009
MAN 1 Garut sudah berusaha menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan
semaksimal mungkin agar tercipta kegiatan belajar mengajar yang memadai, dengan
pengelolaan yang baik pada akhirnya seluruh warga sekolah akan tumbuh
kepedulian terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki dan pada akhirnya akan
berkontribusi terhadap mutu lulusan sesuai yang diharapkan.
a. Pengadaan Sarana Prasarana Pendidikan di MAN 1 Garut.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu upaya yang
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan pembelajaran untuk kelancaran dalam
proses pendidikan disekolah dengan mengada apa yang telah direncanakan
sebelumnya.
Ada beberapa cara yang ditempuh MAN 1 Garut untuk mendapatkan
perlengkapan yang dibutuhkan di sekolah. Sistem pengadaan sarana dan
prasarana di MAN 1 Garut ini dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
dropping dari pemerintah. Ini merupakan bantuan sistem pengadaan sarana dan
prasarana disekolah, akan tetapi karena bantuan ini sifatnya terbatas dan sering
kali tidak sesuai dengan barang yang diperlukan, sehingga pengelolaan sarana
dan prasarana pendidikan disekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain.
Dikarenakan dropping dari pemerintah kurang mencukupi maka fihak sekolah
mengadakan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara
langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu begitu juga dengan
laboratorium biologi. Misalnya buku untuk perpustakaan, jika terjadi
kekurangan buku yang dibutuhkan maka, bisa membeli dari dana BOS buku.
Selain itu MAN 1 Garut juga meminta sumbangan dari wali murid atau
mengajukan proposal bantuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah ke
lembaga- lembaga sosial. Selanjutnya MAN 1 Garut jika sangat membutuhkan
sarana dan prasarana namun belum bisa mencukupinya, maka pihak sekolah
mengadakan perlengkapan tersebut dengan cara menyewa atau meminjam
ketempat lain. Kemudian mengadakan perlengkapan sekolah dengan cara tukar
menukar barang yang dimiliki dengan barang lainnya yang dibutuhkan
madrasah, misalnya ada komputer yang sudah rusak maka diadakan tukar
tambah. Teori ini sesuai dengan sistem pengadaan sarana dan prasarana
disekolah, yaitu dapat dilakukan berbagai cara antara lain: a) Dropping dari
pemerintah hal ini merupakan bantuan yang diberikan permerintah kepada
sekolah. b) Mengadakan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli
baik secara langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu. c) Meminta
sumbangan dari wali murid atau mengajukan proposal bantuan pengadaan
sarana dan prasarana sekolah ke lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat.
d) Mengadakan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ketempat
lain. e) Mengadakan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar barang
yang dimiiki denga barang lainnya yang dibutuhkan madarsah (Bafadal, 2004).
Sarana pembelajaran di MAN 1 Garut sudah direncanakan,dipilih dan
diadakan dengan teliti sesuai dengan kebutuhan, sehingga penggunaan berjalan
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1010 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
dengan wajar. Pendidik di MAN 1 Garut sudah berusaha menyesuaikan dengan
sarana pembelajaran dengan faktor-foktor yang dihadapi, yaitu tujuan apakah
yang hendak dicapai, media apa yang tersedia, pendidik mana yang akan
menggunakannya dan peserta pendidik mana yang dihadapi.
b. Penggunaan dan Pemeliharaan Sarana Prasarana Pendidikan di MAN 1 Garut
Barang-barang yang telah diadakan di MAN 1 Garut kemudian
didistribusikan kepada bagian-bagian kelas, perpustakaan, laboratorium, tata
usaha, atau personel sekolah berarti barang-barang perlengkapan sudah berada
dalam tanggung jawab bagian-bagian masing-masing. Atas pelimpahan itu pula
bagian-bagian atau personel sekolah tersebut berhak menggunakannya untuk
kepentingan proses pendidikan di sekolahnya. Dalam kaitan dengan penggunaan
perlengkapan pendidikan itu masih terjadi kurang adanya kesadaran dan
kepedulian dari warga madrasah namun manajerial bersama waka sarana
prasarana pendidikan elalu berusaha menumbuhkan kesadaran dan kepedulian
terhadap barang yang dimiliki. Ada dua prinsip yang harus selalu diperhatikan,
yaitu prinsip efektifitas dan prinsip efisiensi. Dengan prinsip efektifitas berarti
semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-
mata dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dengan prinsip efisiensi
berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan di sekolah secara hemat dan
dengan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis,
rusak atau hilang. Dua prinsip inilah yang selalu ditanamkan kepada warga
madrasah agar tercipta kesadaran dan kepedulian terhadap barang dimiliki
madrasah.
Dalam rangka memenuhi kedua prinsip tersebut di atas maka paling tidak
maka ada tiga kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh personal sekolah yang
akan memakai perlengkapan pendidikan di sekolah, yaitu memahami petunjuk
penggunaan perlengkapan pendidikan, menata perlengkapan pendidikan, dan
memelihara baik secara continue maupun berkala semua perlengkapan
pendidikan (Bafadal, 2004).
Pada intinya pengguna sarana dan prasarana di MAN 1 Garut kurang ada
kesadaran dalam mematuhi petunjuk penggunaan perlengkapan pendidikan,
tidak segera menata kembali barang yang habis dipakai, dan juga kurang
memelihara sarana dan prasarana pendidikan atau kurang dalam memelihara
barang yang dimiliki. Sedangkan dalam hubungannya dengan pemeliharaan
perlengkapan pendidikan, MAN 1 Garut melakukan pemeliharaan ada yang
harian, bulanan maupun 6 (enam) bulan sekali dari manajerial namun kurang
kesadaran dari pengguna sehingga terkadang terjadi kerusakan bahkan hilang.
Hal ini manajemen sarana prasarana di MAN 1 Garut sebenarnya sudah sesuai
dengan teori pemeliharaan ditinjau dari sifatnya ada empat macam
pemeliharaan, yaitu pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pemeliharaan yang
bersifat pencegahan, pemeliharaan yang bersifat perbaikan ringan dan
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1011
pemeliharaan yang bersifat perbaiakn berat. Apabila dilihat dari segi waktunya,
ada dua macam pemeliharaan perlengkapan di sekolah, yaitu pemeliharaan
sehari-hari dan pemeliharaan berkala (Bafadal, 2004). Namun kurangnya
kesadaran dan kepedulian warga madrasah yang mengakibatkan sering terjadi
kerusakan atau bahkan hilang.
B. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di MAN 2 Garut
a. Inventarisasi Sarana Prasarana Pendidikan di MAN 2 Garut.
Salah satu aktifitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah
adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah. Kegiatan
pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi
perlengkapan pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang
berkelanjutan. Secara definisi inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan
daftar barang milik negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarakan
ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan RI Nomor Kep. 255/MK/V/4/1971 barang milik negara
adalah berupa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang
bersumber, baik secara keseluruhan atau sebagiannya, dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau dana yang lainnya atau barang-
barangnya dibawah penguasaan pemerintah, baik pusat profinsi maupun daerah
otonom, baik yang berada diluar negeri atau dalam negeri (Bafadal, 2004).
Aktifitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di MAN 2 Garut
adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh madrasah. Kegiatan
pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi
perlengkapan madrasah. Kegiatan tersebut merupakan manajemen sarana dan
prasarana MAN 2 Garut yang selanjutnya dinamkan inventarisasi. Dimana
dalam melaksanakan inventarisasi barang-barang yang ada, MAN 1 Garut
melakukan pencatatan seluruh barang yang dimiliki yaitu dengan cara dicatat di
buku inventaris dan selanjutnyan memberi kode barang.
b. Penghapusan Sarana Prasarana Pendidikan di MAN 2 Garut.
Selama proses inventaris kadang-kadang petugas menemukan barang-
barang atau perlengkapan sekolah yang rusak berat. Barang-barang itu sudah
tidak bisa diperbaiki dan bahkan sudah tidak bisa dipakai lagi. Seandainya
diperbaiki, maka perbaikan akan memakan biaya yang sangat besar sehingga
lebih baik membeli yang baru dari pada memperbaikinya. Demikian pula, ketika
melakukan inventarisasi perlengkapan, petugas mungkin menemukan beberapa
perlengkapan pendidikan yang jumlahnya berlebihan, sehingga tidak digunakan
lagi dan barang-barang yang kuno yang sudah tidak sesuai dengan situasi.
Apabila semua perlengkapan tersebut tetap dibiarkan atau disimpan, antara
biaya pemeliharaan dan kegunaannya secara teknis dan ekonomis tidak
seimbang. Oleh karena itu terhadap semua barang perlengkapan tersebut perlu
dilakukan penghapusan.
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1012 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
Proses yang dilakukan di MAN 2 Garut dalam penghapusan sarana
prasarana yaitu dengan cara mendata barang yang sudah rusak berat atau sudah
tidak bisa dipakai lagi ataupun barang yang kelebihan jumlahnya. Setelah
dilakukan pendataan kemudian diputuskan bersama dengan persetujuan kepala
sekolah tentang layak atau tidaknya dihapuskan, setelah kesepakatan tercapai
maka dibuatkan berita acara penghapusan dengan cara memusnahkan barang
tersebut dengan cara membakar atau menguburnya, dengan tujuan untuk
memudahkan administrasi.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa MAN 2 Garut telah
melakukan manajemen sarana dan prasarana Pendidikan meliputi : pertama
perencanaan, diawali dengan menyebarkan angket kebutuhan alat-alat atau
media yang diperlukan kepada guru, selanjutnya memusyawarahkannya bersama
kepala sekolah, kepala tata usaha, bendahara dan juga seluruh dewan guru.
Kedua, pengadaan, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di MAN 2
Garut meliputi: dropping dari pemerintah, membeli baik secara langsung
maupun pemesanan, meminta sumbangan dari wali murid dengan
memusyawarahkan dengan komite sekolah, dengan menyewa atau meminjam ke
tempat lain jika membutuhkan dan dengan menukar barang yang dimiliki yang
sudah tidak terpakai dengan barang yang dibutuhkan. Ketiga, penggunaan dan
pemeliharaan, penggunaan sarana dan prasarana di MAN 2 Garut meliputi:
membuat jadwal penggunaan agar tidak terbentur dalam hal penggunaan,
walaupun terkadang pengguna belum bertanggungjawab secara penuh setelah
selesai digunakan dan belum mengembalikan ke tempat masing-masing,
kemudian dalam hal pemeliharaan barang MAN 2 Garut melakukan secara
kontinu setiap hari atau berkala melalui pengecekan setiap hari, bulanan ataupun
enam bulan sekali. Namun masih menemukan kurang adanya kesadaran dan
kepedulian dari warga madrasah terhadap barang yang dimiliki. Keempat
inventarisasi, inventarisasi di MAN 2 Garut meliputi: mencatat seluruh barang
inventaris yang diterima didalam buku induk inventaris, kemudian setelah
selesai dicatat dengan memberi kurang tersebut.
Kelima Penghapusan, pelaksanaan pengelolaan sarana dan prasaran di
MAN 2 Garut selanjutnya adalah penghapusan meliputi : mengumpulkan atau
mendata barang yang sudah tidak layak atau rusak atau barang sudah tidak bisa
dipakai lagi, atau barang yang jumlahnya kelebihan, kemudian diputuskan lewat
musyawarah untuk melakukan penghapusan, prosesnya yaitu dengan cara
membuatkan berita acara penghapusan dan penyingkiran barang dengan cara
membakar atau menguburnya, dengan tujuan untuk memudahkan dalam
administrasi.
Keenam, urgensi manajemen sarana prasarana pendidikan di MAN 2 Garut
sangatlah dibutuhkan untuk memberikan kemudahan dan juga kelancaran pada
proses belajar mengajar, oleh karena itu dengan adanya manajemen sarana
prasarana pendidikan ini sangatlah memberikan kontribusi terhadap kelancaran
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1013
proses belajar mengajar yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu
pendidikan di MAN 2 Garut.
C. Analisis Dampak Manajemen Sarana dan Prasarana dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan di MAN 1 dan MAN 2 Garut
Suatu lembaga akan dapat berfungsi dengan memadai kalau memiliki sistem
manajemen yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM), dana/biaya, dan
sarana-prasarana. Madrasah sebagai satuan pendidikan juga harus memiliki tenaga
(kepala madrasah, wakil kepala madrasah, guru, tenaga administratif, laboran,
pustakawan, dan teknisium berbelajar), sarana (buku pelajaran, buku sumber, buku
pelengkap, buku perpustakaan, alatperaga, alatpraktik, bahan dan ATK, perabot),
dan prasarana (tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga),
serta biaya yang mencakup biaya investasi biaya untuk keperluan pengadaan tanah,
pengadaan bangunan, alat pendidikan, termasuk buku-buku) dan biaya operasional
(Direktorat tenaga kependidikan direktorat jenderal peningkatan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan departemen pendidikan nasional, manajamen sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan berbasis sekolah (tahun 2007).
Manajemen madrasah akan efektif danefisien apabila didukung oleh sumber
daya manusia yang profesional untuk mengoperasikan madrasah, kurikulum yang
sesuai dengan tingkat perkembangan dan karakteristik siswa, kemampuan dan
commitment (tanggung jawab terhadap tugas) tenaga kependidikan yang handal, dan
semuanya itu didukung sarana-prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan
belajar-mengajar, dana yang cukup untuk menggaji staf sesuai dengan fungsinya,
serta partisipasi masyarakat yang tinggi (Salam, 2014).
Manajemen berasal dari to manage yang berarti mengatur, mengelola atau
mengurusi. Ungkapan yang menarik mengenai manajemen adalah ungkapan yang
dilontarkan Luther Gulick, yang dikutip Sulistiyorini, "manajemen sering
diartikulasikan sebagai ilmu, kiat dan profesi” (Sulistiyorini, 2006).
Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick karena manajemen dipandang
sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami
mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet
karena manajemen mencapai sasaran melaui cara-cara dengan mengatur orang lain
menjalankan dalam tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi
oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer dan para profesional
dituntun oleh suatu kode etik (Barnawi & M. Arifin, 2012). Manajemen
Sebagaimana dicatat dalam Encyclopedia Americana manajemen merupakan “the
art of coordinating the ele-ments of factors of productiontowards the achievement of
the purposes of an organization”, yaitu suatu seniuntuk mengkoordinir sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (32http:www.bpkpenabur.or.id).
Sumber daya organisasi tersebut meliputi manusia (men), bahan baku (materials)
dan mesin (machines). Koordinasi dimaksudkan agar tujuan organisasi bisa dicapai
dengan efisien sehingga dapat memenuhi harapan berbagai pihak (stakeholders)
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1014 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
yang mempunyai kepentingan terhadap organis sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, manajemen diartikan sebagai proses penggunaan sumberdaya
secara efektif untuk mencapai sasaran. Manajemen adalah proses kerja sama dengan
mendayagunakan sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya non manusia
dengan menerapkan fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang efektif
dan efisien.dalam Principles Of Management membagi fungsi-fungsi manajemen
itu atas empat fungsi yang lebih dikenal dengan istilah POAC, yaitu: 1) planning
(perencanaan); 2) Organizing (pengorganisasian); 3) actuating (pelaksanaan); dan 4)
controlling (pengawasan) (George R. Terry. Mulyono, 2008).
a. Pengertian Sarana Prasarana Pendidikan
Dalam dunia pendidikan sering disebut- sebut istilah sarana dan prasarana
pendidikan. Sering kali istilah itu digabung begitu saja menjadi sarana-prasarana
pendidikan. Dalam bahasa inggris sarana dan prasarana itu disebut dengan
facility (facilities). Jadi, sarana dan prasarana pendidikan akan disebut
educational facilitiesSebutan itu jika diadopsi ke dalam bahasa indonesia akan
menjadi fasilitas pendidikan, fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan
barang) yang memfasilitasi (memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan
kegiatan pendidikan (H.A Rusdiana, 2015). Ada lima faktor penting yang harus
ada pada proses belajar mengajar yaitu: guru, murid, tujuan, materi dan waktu.
Ketidakadaan salah satu faktor saja dari faktor tersebut, maka tidak mungkin
terjadi proses belajar mengajar. Dengan 5 faktor tersebut, proses belajar
mengajar dapat dilaksanakan walaupun kadang-kadang dengan hasil yang
minimal pula (direktorat tenaga kependidikan direktorat jenderal peningkatan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan departemen pendidikan nasional,
manajamen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan berbasis sekolah
(tahun 2007)). Hasil tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana penunjang,
yaitu faktor fasilitas/sarana dan prasarana pendidikan. Pengertian manajeman
sarana dan prasarana banyak dikeluarkan berdasarkan dengan kondisi kerja dan
lingkungan kerja yang diland dengan kebutuhan kerja. Pengertian sarana dan
prasarana juga banyak diartikan baik oleh individu maupun lembaga resmi yang
mengatur khusus sarana dan prasarana.
Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dalam proses belajar, seperti gedung, ruang kelas, meja
kursi, serta media pengajaran. Adapun prasarana pendidikan adalah fasilitas
yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pengajaran, seperti
halaman, kebun, taman sekolah dan jalan menuju. Jika prasarana itu
dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar seperti taman
sekolah untuk mengajarkan biologi atau halaman sekolah menjadi lapangan
olahraga, maka komponen tersebut berubah posisi menjadi sarana pendidikan
(Mujamil Qomar, 2014).
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1015
Dengan uraian di atas maka standarisasi sarana prasarana sekolah sangat
diharuskan karena untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan
pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan
pendidikan yang bermutu. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 tahun 2007 tentang standar Sarana dan Prasarana Sekolah bab III :
“Standar Sarana Prasarana Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah
(SMA/MA)
1. Satuan Pendidikan
a) Satu SMA/MA memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum
27 rombongan belajar.
b) Satu SMA/MA dengan tiga rombongan belajar melayani maksimum
6000 jiwa. Untuk pelayanan penduduk lebih dari 6000 jiwa dapat
dilakukan penambahan rombongan belajar di sekolah yang telah ada,
atau pembangunan SMA/MA baru (Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana).
Bab III tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Menengah Atas/
Madrasah Aliyah (SMA/MA)
2. Kelengkapan Sarana Dan Prasarana
Sebuah SMA/MA sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
a. Ruang kelas
b. Ruang perpustakaan
c. Ruang laboratorium biologi
d. Ruang laboratorium fisika
e. Ruang laboratorium kimia
f. Ruang laboratorium komputer
g. Ruang laboratorium bahasa
h. Ruang pimpinan
i. Ruang guru
j. Ruang tata usaha
k. Tempatberibadah
l. Ruang konseling
m. Ruang uks
n. ruang organisasi kesiswaan
o. Jamban
p. Gudang
q. Ruang sirkulasi
r. Tempat bermain/berolahraga
b. Pengertian Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan
Manajemen sarana prasarana pendidikan bertugas mengatur serta menjaga
sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi pada proses
pendidikan secara optimal dan berarti. Kegiatan pengelolaan ini meliputi
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1016 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
kegiatan perencanaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, penghapusan
serta penataan (Mujamil Qomar, 2014).
Association of Facilities Managers (AFM) mengartikan manajemen sarana
dan prasarana sebagai pengelolaan aset dan bangunan bersama dengan fasilitas
layanan dan orang-orang yang terkandung di dalamnya, ini memiliki implikasi
dalam hal desain awal, pemeliharaan, administrasi sehari-hari dan pengendalian
tenaga kerja, energi dan sumber daya terkait (Bafadal, 2004).
Manajemen sarana dan prasarana adalah proses kerjasama pendayagunaan
semua sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah secara efektif
dan efisisen (Baharuddin, 2010). Defenisi yang lain manajemen sarana dan
prasarana pendidikan sebagaiproses kerja sama pendayagunaan semua sarana
dan prasarana pendidikan secara efektif dan efesien (Sulistyorini, 2009).
Para Ahli mengutarakan fungsi-fungsi manajemen. Yaitu: (1) Louis Allen
menyebutkan: leading, planning, organizing, controlling. (2) Prajudi
Atmosudirjo menyebutkan; planning, organizing, directing, actuating,
controlling. (3) John. R. Beishline menyebutkan; planning, organizing,
commanding, controlling. (4) Henry Fayol menyebutkan: planning, organizing,
commanding, coordinating, controlling. (5) Luther Gullich menyebutkan;
planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting. (6)
Konttz dan O‟Donnel menyebutkan; organizing, staffing, directing, planning,
controlling. (7) William H. Newman menyebutkan: planning, organizing,
assembling resources, directing, controlling. (8) Sondang P. Siagan
menyebutkan: planning, organizing, motivating, controlling. (9) George R.
Terry, menyebutkan: planning, organizing, actuating, controlling.(10) Lyndall
F. Urwick menyebutkan: forcasting, planning, organizing, commanding,
coordinating, controlling. (11) Winardi menyebutkan: planning, organizing,
coordinating, actuating, leading, communicating, controlling. (12) The Liang
Chie menyebutkan; planning, decision making, directing, coordinating,
controlling, improving (Ujang Saefullah, 2012).
Secara umum, proses kegiatan manajemen sarana prasarana pendidikan,
meliputi perencanaan, pengadaan, pendistribusian, penggunaan, inventarisasi,
pengawasan dan pemeliharaan, serta penghapusan. Proses-proses ini penting
dilakukan agar pengadaan sarana prasarana tepat sasaran dan efektif dalam
penggunaan.
c. Langkah-langkah Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan.
Manajemen sarana dan prasarana pendidikan meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
a) Perencanaan sarana prasarana pendidikan.
Berkaitan dengan perencanaan ini, dijelaskan bahwa perencanaan
pengadaan perlengkapan pendidikan di sekolah harus diawali dengan analisis
jenis pengalaman pendidikan yang diprogramkan sekolah (Sulistyorini,
2009). Untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran melalui
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1017
tahap-tahap tertentu, seperti: menyebaran angket kebutuhan alat/media
praktek kepada guru.
Metode untuk mengklasifikasikan perencanaan dapat dilihat dari
waktu, penggunaan dan jangkauan. Yaitu:
1) Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu 10 tahun ke atas. Dalam
perencanaan ini belum ditampilkan sasaran-sasaran yang bersifat
kuantitatif, tetap lebih kepada proyeksi atau perspektif atas keadaan ideal
yang diinginkan pencapaian keadaan yang bersifat fundamental, contoh:
Propernas.
2) Perencanaan Jangka Menengah (Medium Term Planning)
Perencanaan ini meliputi jangka waktu antara tiga sampai dengan
delapan tahun. Di Indonesia umumnya lima tahun. Perencanaan jangka
menengah ini merupakan penjabaran atau uraian perencanaan jangka
panjang. Walaupun perencanaan jangka menengah ini masih bersifat
umum, tetapi sudah ditampilkan sasaran-sasaran yang diproyeksikan
secara kuanttatif, contoh: Propeda.
3) Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Planning)
Jangka waktunya kurang maksimal satu tahun.Perencanaan jangka
pendek tahunan (annual plan) disebut juga perencanaan operasioanl
tahunan (annual operational planning). Contoh, proyek-proyek. Metode
untuk mengklasifikasikan perencanaan dapat dilihat dari waktu,
penggunaan dan jangkauan (Usman, 2006).
Adapun macam pendekatan perencanaan pendidikan: (1) pendekatan
kebutuhan, (2) pendekatan ketenaga kerjaan, (3) pendekatan untung rugi, (4)
pendekatan cost effectiveness: (Usman, 2006).
d. Pengadaan sarana prasarana pendidikan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan suatu upaya yang
dilakukan dalam pemenuhan kebutuhan untuk kelancaran dalam proses
pendidikan disekolah dengan mengacu pada apa yang telah direncanakan
sebelumnya. Ada beberapa cara yang ditempuh untuk mendapatkan
perlengkapan yang dibutuhkan di sekolah. Sistem pengadaan sarana dan
prasarana disekolah, dapat dilakukan berbagai cara antara lain: a. Dropping dari
pemerintah hal ini merupakan bantuan yang diberikan permerintah kepada
sekolah. Bantuan ini sifatnya terbatas sehingga pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan disekolah tetap harus mengusahakan dengan cara lain. b.
Mengadakan sarana dan prasarana sekolah dengan cara membeli baik secara
langsung maupun melalui pemesanan terlebih dahulu. c. Meminta sumbangan
dari wali murid atau mengajukan proposal bantuan pengadaan sarana dan
prasarana sekolah ke lembaga-lembaga sosial yang tidak mengikat. d.
Mengadakan perlengkapan dengan cara menyewa atau meminjam ketempat lain.
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1018 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
Mengadakan perlengkapan sekolah dengan cara tukar menukar barang
yang dimiiki denga barang lainnya yang dibutuhkan madrasah (Bafadal, 2004).
Memilih sarana dan prasarana pendidikan bukanlah berupa resep yang lengkap
dengan petunjuk-petunjuknya, lalu pendidik menerima resep itu begitu saja,
sarana pembelajaran hendaknya direncanakan, dipilih dan diadakan dengan teliti
sesuai dengan kebutuhan sehingga penggunaan berjalan dengan wajar. Untuk itu
pendidik hendaknya menyesuaikan dengan sarana pembelajaran dengan faktor-
foktor yang dihadapi, yaitu tujuan apakah yang hendak dicapai, media apa yang
tersedia, pendidik mana yang akan menggunakannya dan peserta pendidik mana
yang dihadapi. Faktor lain yang hendaknya dipertimbangkan dalam penelitian
sarana adalah ruang dan waktu.
e. Penggunaan dan Pemeliharaan sarana prasarana pendidikan.
Barang-barang yang telah diadakan kemudian didistribusikan kepada
bagian-bagian kelas, perpustakaan, laboratorium, tata usaha, atau personel
sekolah berarti barang-barang perlengkapan sudah berada dalam tanggung jawab
bagian-bagian atau personel sekolah tersebut. Atas pelimpahan itu pula bagian-
bagian atau personel sekolah tersebut berhak memakainya untuk kepentingan
proses pendidikan di sekolahnya. Dalam kaitan dengan pemakaian perlengkapan
pendidikan itu. Ada dua prinsip yang harus selalu diperhatikan, yaitu prinsip
efektifitas dan prinsip efisiensi. Dengan prinsip efektifitas berarti semua
pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditujukan semata-mata
dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan di sekolah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dengan prinsip efisiensi
berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan di sekolah secara hemat dan
dengan hati-hati sehingga semua perlengkapan yang ada tidak mudah habis,
rusak atau hilang.
Dalam rangka memenuhi kedua prinsip tersebut di atas maka paling tidak
ada tiga kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh personal sekolah yang akan
memakai perlengkapan pendidikan di sekolah, yaitu memahami petunjuk
penggunaan perlengkapan pendidikan, menata perlengkapan pendidikan, dan
memelihara baik secara kontinu maupun berkala semua perlengkapan
pendidikan (Bafadal, 2004). Sedangkan dalam hubungannya dengan
pemeliharaan perlengkapan pendidikan, ada beberapa macam pemeliharaan.
Ditinjau dari sifatnya ada empat macam pemeliharaan, yaitu pemeliharaan yang
bersifat pengecekan, pemeliharaan yang bersifat pencegahan, pemeliharaan yang
bersifat perbaikan ringan dan pemeliharaan yang bersifat perbaikan berat.
Apabila dilihat dari segi waktunya, ada dua macam pemeliharaan perlengkapan
di sekolah, yaitu pemeliharaan sehari-hari dan pemeliharaan berkala (Bafadal,
2004).
f. Inventarisasi sarana prasarana pendidikan.
Salah satu aktifitas dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah
adalah mencatat semua perlengkapan yang dimiliki oleh sekolah. Lazimnya,
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1019
kegiatan pencatatan semua perlengkapan itu disebut dengan istilah inventarisasi
perlengkapan pendidikan. Kegiatan tersebut merupakan suatu proses yang
berkelanjutan. Secara definisi inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan
daftara barang milik negara secara sistematis, tertib dan teratur berdasarakan
ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Menurut Keputusan
Menteri Keuangan RI Nomor Kep. 255/MK/V/4/1971 barang milik negara
adalah berupa semua barang yang berasal atau dibeli dengan dana yang
bersumber, baik secara keseluruhan atau sebagiannya, dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau dana yang lainnya atau barang-
barangnya dibawah penguasaan pemerintah, baik pusat profinsi maupun daerah
otonom, baik yang berada diluar negeri atau dalam negeri (Bafadal, 2004).
g. Penghapusan sarana prasarana pendidikan.
Selama proses inventaris kadang-kadang petugas menemukan barang-
barang atau perlengkapan sekolah yang rusak berat. Barang-barang itu sudah
tidak bisa diperbaiki dan bahkan sudah tidak bisa dipakai lagi. Seandainya
diperbaiki, maka perbaikan akan memakan biaya yang sangat besar sehingga
lebih baik membeli yang baru dari pada memperbaikinya. Demikian pula, ketika
melakukan inventarisasi perlengkapan, petugasnya mungkin menemukan
beberapa perlengkapan pendidikan yang jumlahnya berlebihan, sehingga tidak
digunakan lagi, dan barang-barang yang kuno yang sudah tidak sesuai dengan
situasi. Apabila semua perlengkapan tersebut tetap dibiarkan atau disimpan,
antara biaya pemeliharaan dan kegunaannya secara teknis dan ekonomis tidak
seimbang. Oleh karena itu terhadap semua barang atau perlengkapan tersebut
perlu dilakukan penghapusan (Bafadal, 2004).
Oleh karena itu Dampak manajemen sarana prasarana dalam meningkatkan
mutu pendidikan di lingkungan MAN 1 dan MAN 2 Garut membuat
pembelajaran di kedua sekolah berjalan dengan baik karena tersedianya sarana
prasarana yang memadai, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan serta
dapat membekali peserta didik untuk mampu berprestasi dalam akademik
maupun non akademik untuk bekal kehidupan maupun untuk bekal dalam
melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information
Communication and Technology (ICT) di era globalisasi saat ini sudah menjadi
kebutuhan yang mendasar dalam mendukung efektifitas dan kualitas proses
pendidikan. Isu-isu pendidikan di Indonesia seperti kualitas dan relevansi
pendidikan, akses dan ekuitas pendidikan, rentang geografi, manajemen
pendidikan, otonomi dan akuntabilitas, efisiensi dan produktivitas, anggaran dan
sustainsibilitas, tidak akan dapat diatasi tanpa bantuan TIK. Pendidikan berbasis
TIK merupakan sarana interaksi manajemen dan administrasi pendidikan, yang
dapat dimanfaatkan baik oleh pendidik dan tenaga kependidikan maupun peserta
didik dalam meningkatkan kualitas, produktivitas, efektifitas dan akses
pendidikan.
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1020 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
Perkembangan TIK atau multimedia di Indonesia khususnya dalam dunia
pendidikan masih belum optimal dibandingkan dengan negara-negara tetangga
seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Terdapat beberapa masalah dan
kendala yang masih dirasakan oleh masyarakat khususnya tenaga pendidik dan
profesional pendidikan untuk memanfaatkan TIK di berbagai jenjang pendidikan
baik formal maupun non formal. Permasalahan tersebut terutama berkaitan
dengan kebijakan, standarisasi, infrastruktur jaringan dan konten, kesiapan dan
kultur sumber daya manusia di lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, berbagai
upaya yang telah dan akan dilakukan baik pemerintah maupun masyarakat
dalam rangka pemanfaatan TIK dalam pendidikan sangat urgen dan mutlak
dilakukan secara terintegrasi, sistematis dan berkelanjutan. Dalam makalah ini
khususnya akan dibahas bagaimana kebijakan dan standarisasi mutu
penyelenggaraan pendididkan berbasis TIK. Apa standarisasi mutu yang
disyaratkan untuk penyelengganan pendidikan berbasis TIK yang efektif dan efi
sien serta akuntabel.
Peran Strategis TIK untuk Pendidikan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan
pemanfaatan TIK dalam pendidikan melalui Pendidikan Jarak Jauh bahwa “(1)
Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan, (2) Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan
kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara
tatap muka atau reguler, (3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam
bentuk, modus dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta
sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional
pendidikan. Jadi sistem pendidikan jarak jauh telah menjadi suatu inovasi yang
berarti dalam dunia pendidikan nasional. Sistem pendidikan jarak jauh yang
dimulai dengan generasi pertama korespondensi (cetak), generasi kedua
multimedia (Audio, VCD, DVD), generasi ketiga pembelajaran jarak jauh
(telekonferensi/ TVe), generasi keempat pembelajaran fleksibel (multimedia
interaktif) dan generasi kelima e-Learning (web based course), akhirnya
generasi keenam pembelajaran mobile (koneksi nirkabel/ www).
Terlihat jelas bahwa TIK memainkan peran penting dalam menunjang tiga
pilar kebijakan pendidikan nasional, yaitu:(1) perluasan dan pemerataan akses;
(2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing; dan (3) penguatan tata kelola,
akuntabilitas dan citra publik pendidikan, untuk mewujudkan pendidikan yang
bermutu, akuntabel, murah, merata dan terjangkau rakyat banyak. Dalam
Renstra Depdiknas dinyatakan peran strategis TIK untuk pilar pertama, yaitu
perluasan dan pemerataan akses pendidikan, diprioritaskan sebagai media
pembelajaran jarak jauh. Sedangkan untuk pilar kedua, peningkatan mutu,
relevansi dan daya saing, peran TIK diprioritaskan untuk penerapan dalam
pendidikan/ proses pembelajaran. Terakhir, untuk penguatan tata kelola,
akuntabilitas dan citra publik, peran TIK diprioritaskan untuk sistem informasi
Acep Mulyadi
Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020 1021
manajemen secara terintegrasi. Pembelajaran berbasis TIK (e-Learning) Cisco
(2001) menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning
merupakan penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara
on-line. Kedua, e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat
memperkaya nilai belajar secara konvensional (model belajar konvensional,
kajian terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan berbasis komputer),
sehingga dapat menjawab tantangan perkembangan globalisasi. Ketiga, e-
learning tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas,
tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengayaan content dan
pengembangan teknologi pendidikan. Keempat, Kapasitas peserta didik amat
bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara penyampaiannya. Makin baik
keselarasan antar konten dan alat penyampai dengan gaya belajar, maka akan
lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya akan memberi hasil yang
lebih baik.
Kesimpulan
Dampak manajemen sarana prasarana dalam meningkatkan mutu pendidikan di
lingkungan MAN 1 dan MAN 2 Garut membuat pembelajaran di kedua sekolah berjalan
dengan baik karena tertsedianya sarana prasarana yang memadai, sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan serta dapat membekali peserta didik untuk mampu
berprestasi dalam akademik maupun non akademik untuk bekal kehidupan maupun
untuk bekal dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Pengadaan sarana
dan prasarana pendidikan di MAN 1 dan MAN 2 Garut meliputi: dropping dari
pemerintah melalui Departemen Agama Kabupaten, upaya pembelian baik secara
langsung maupun pemesanan walaupun cara ini terkadang kurang sesuai dengan
pemesanan, meminta sumbangan dari wali murid dengan memusyawarahkan bersama
komite sekolah, dengan menyewa atau meminjam ke tempat lain jika membutuhkan,
apabila sarana dan prasarana di sekolah tidak mencukupi dan dengan menukar barang
yang dimiliki yang sudah tidak terpakai atau rusak berat atau kelebihan barang dengan
barang yang dibutuhkan.
Dampak Manajemen Sarana Prasarana Terhadap Mutu Pendidikan
1022 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
BIBLIOGRAFI
Bafadal, Ibrahim. (2004). Manajemen Perlengkapan Sekolah Teori dan Aplikasinya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Baharuddin. (2010). Menejemen Pendidikan Islamtranformasi Menuju
Sekolah/Madrasah Unggul. Jakarta: Jakarta: UIN-press.
Barnawi & M. Arifin. (2012). Manajemen Saranadan Prasarana Sekolah. Yogyakarta:
Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
George R. Terry. Mulyono. (2008). Manajemen Administrasi dan Organisasi
Pendidikan. Yogyakarta: Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
H.A Rusdiana. (2015). Pengelolaan Manajemen Pendidikan. Bandung: Bandung:
Pustaka Setia.
Ibrahim, Bafadal. (2008). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar. Jakarta:
Jakarta: Bumi Aksara.
McLeod Jr Raymond, George P. Schell. (2007). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:
Penerbik Salemba Empat.
Muhibbin, Syah. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mujamil Qomar. (2014). Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: Surabaya: Erlangga.
Salam, Abdus. (2014). Manajemen Insani dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sugiyono, Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D.
Alfabeta Bandung.
Sulistiyorini. (2006). Menejemen Pendidikan Islam. Surabaya: Surabaya: eLKAF.
Sulistyorini, Sudarwan. (2009). Manajemen Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras.
Ujang Saefullah, Ujang. (2012). Manajemen Pendidikan Islam. Pustaka Setia.
Usman, Husaini. (2006). Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.