1135
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 1 No. 8 Desember 2020
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MANAJEMEN
QALBU (PENELITIAN DI SMK DĀRUT TAUHĪD BOARDING SCHOOL
BANDUNG)
Komarudin Chalil
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Jawa Barat, Indonesia
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
27 November 2020
Diterima dalam bentuk revisi
10 Desember 2020
Diterima dalam bentuk revisi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan
menganalisis implementasi Pendidikan Agama Islam
dengan menggunakan manajemen Qalbu, yang
dilaksanakan di SMK Darut Tauhid Bandung. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
penelitian deskriptif analitik yang diawali dengan tahap
pengumpulan data dalam bentuk wawancara, observasi
dan dokumentasi sedangkan teknik analisis yang
digunakan adalah model Milles dan Huberman. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: Implementasi
Pendidikan Agama Islam berbasis manajemen qalbu di
SMK Dārut Tauhīd Boarding School Bandung, meliputi:
perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut.
implementasi prinsip-prinsip manajemen qalbu dapat
terwujud capaian-capain yang di antaranya terwujudnya
siswa, atau santri yang memiliki kebeningan hati, jiwa
kepemimpinan, kemandirian dan bertanggungjawab,
mental wirausaha, mampu mengaplikasikan nilai-nilai
Islam dalam kehidupan sehari-hari, mengoreksi dan
memperbaiki diri.
Kata kunci:
implementasi; pendidikan
agama islam; manajemen
qalbu
Pendahuluan
Pendidikan sangat berpengaruh besar dalam mengubah sikap mental dan perilaku
manusia. Dengan Pendidikan perilaku-perilaku negatif yang terjadi di masyarakat dapat
di minimalisir, baik pendidikan dengan jalur formal seperti sekolah ataupun nonformal
seperti pesantren, atau memadukan keduanya. Hal tersebut sesuai dengan tujuan
pendidikan yang di arahkan kepada pembinaan dan pengembangan seluruh aspek
kepribadian manusia yang seutuhnya, yakni manusia yang kaaffah.
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang membedakan manusia
dengan mahluk lainnya. Hewan juga belajar tetapi hewan lebih ditentukan instingnya,
sedangkan manusia belajar dengan rangkaian kegiatan menuju kedewasaan untuk
kehidupan yang lebih berarti. Jadi pendidikan akhlak adalah pembiasaan seorang untuk
berakhlak baik dan berperangai luhur sehingga hal itu menjadi pembawaannya yang
tetap dan sifatnya yang senantiasa menyertainya (Anwar, 2014).
Komarudin Chalil
1136 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
Maju mundurnya suatu bangsa terletak pada tangan generasi pemuda, maka
kebangkitan suatu bangsa akan tercapai bila generasi mudanya cerdas, berakhlak mulia,
berkreatifitas dan apa yang mereka lakukan tidak keluar dari norma-norma agama,
sosial, hukum, pergaulan dan tidak merusak lingkungan yang telah ada. Apabila krisis
moral dan akhlak terjadi pada generasi penerus bangsa sehingga tidak mengetahui
tentang norma- norma yang ada, maka negara dan bangsa ini akan rusak (Manan, 2017).
Pembinaan akhlak yang baik bagi anak semakin terasa diperlukan terutama pada
saat manusia di zaman moderen ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang
cukup serius, jika dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa. Setiap orang tua
hendaknya harus waspada terhadap ancaman arus globalisasi yang akan menggerus
kepribadian anak. Salah satu timbulnya krisis akhlak yang terjadi dalam masyarakat
adalah karena lemahnya pengawasan sehingga respon terhadap agama kurang.
Dasar yang paling penting dalam pendidikan akhlak adalah Al- Qur’an dan
Sunnah. Pendidikan akhlak dalam Al-qur’an dan Sunnah menempati porsi yang besar.
Tujuan pendidikan Islam dapat dicapai melalui pendidikan akhlak dalam pengembangan
sikap kepasrahan, penghambatan, dan ketakwaan kepada Allah SWT. menjadikan sifat-
sifatnya yang terdapat dalam as-maul al- husna sebagai nilai ideal akhlak yang mulia
dan menyerukan kepada manusia untuk meneladaninya (Abdul Aziz, 2019).
Terjadinya aksi dan tindak kekerasan (violence) akhir-akhir ini yang terjadi di
sekolah merupakan fenomena yang sering kita saksikan. Bahkan hal itu hampir selalu
menghiasi informasi media masa. Sebagai contoh adalah bullying sering dikenal dengan
istilah pemalakan, pengucilan, serta intimidasi. Bullying merupakan prilaku dengan
karakteristik melakukan tindakan yang merugikan orang lain secara sadar dan dilakukan
secara berulang-ulang dengan penyalahgunaan secara sistematis.
Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut di atas, maka diperlukan adanya
suatu teknik pendidikan di sekolah. Penggunaan pembelajaran PAI berbasis manajemen
qalbu yang diterapkan juga menggabungkan kurikulum nasional dan kurikulum
pesantren, sehingga peserta didik tidak hanya kuat secara akademik melainkan mereka
juga kuat secara tauhid dan nilai-nilai keIslaman yang lainnya. Pembiasaan-pembiasaan
akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari menjadi bentuk yang lain dari
pelaksanaan PAI dibandingkan dengan sekolah yang lainnya. Selain itu PAI berbasis
manajemen qalbu mampu mengolah dan menumbuhkembangkan sikap kepedulian
kepada sesama melalui pendekatan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. PAI
juga dilaksanakan bukan hanya di dalam kelas melainkan juga menggunakan alam
sebagai tempat belajar peserta didik.
Pendidikan akhlak perlu adanya manajemen qolbu untuk membentuk pribadi
Muslim yang memiliki aqidah bersih, ibadah yang benar dan berakhlak mulia, melalui
pembiasaan ibadah dan tata cara hidup yang islami, memiliki pemahaman islam,
sehingga bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Hal inilah yang kemudian dijadikan
oleh penulis untuk memilih manajamen qolbu menurut Abdullah Gymnastiar sebagai
dasar dalam pelaksanaan pendidikan akhlak (Abdullah Gymnastiar, 2005).
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1137
Berdasarkan paparan di atas menjadikan sebuah keingintahuan penulis terkait
pelaksanaan PAI dengan menggunakan pendekatan manajemen qalbu. Maka, untuk
mengetahui hal tersebut penulis mencoba untuk meneliti Pendidikan Agama Islam
berbasis Manajemen Qalbu di SMK Dārut Tauhīd Boarding School Bandung.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor
dalam (Moleong, 2007) mendefinisikan pendekatan kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dari
individu tersebut secara holistik (utuh) (Moleong, 2013). Jadi dalam hal ini tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tapi perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Hasil dan Pembahasan
1. Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu di SMK
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung
a. Perencanaan PAI Berbasis Manajemen Qalbu
Manajemen qolbu berasal dari kata manajemen dan qolbu. Secara
sederhana, kata “manajemen” berarti pengelolaan. Artinya sekecil apapun
potensi yang ada apabila dikelola dengan tepat dapat terbaca, tergali, tertata dan
berkembang secara optimal.
Kata qolbu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan hati.
Sedangkan dalam istilah etimologi kata ini terambil dalam bentuk masdar (kata
benda) dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik
(Bahruddin, 2014). Jadi, manajemen qolbu merupakan suatu upaya yang
dilakukan secara terus menerus untuk melatih dan menata hati (qolbu) sehingga
qolbu tersebut memiliki sifat yang hanif (lurus), serta menjadikan niat ibadah
sebagai landasan dalam melakukan perbuatan apapun.
Kata qolbu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan hati.
Sedangkan dalam istilah etimologi kata ini terambil dari bentuk masdar (kata
benda) dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik.
Qolbu adalah hati atau lubuk hati yang paling dalam, yang merupakan sarana
terpenting yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia (Hasan Alwi, 2015).
Hati adalah tempat bersemayamnya niat, yakni yang menentukan nilai perbuatan
seseorang, berharga atau sia-sia, mulia atau nista. Niat ini selanjutnya diproses
oleh akal pikiran agar bisa direalisasikan dengan efektif dan efisien oleh jasad
dalam bentuk amal perbuatan.
Qolbu ada yang menyebut hati. Hati itu sendiri dapat dibedakan menjadi
dua pengertian, yakni hati dalam arti daging dan hati dalam arti sesuatu yang
halus, bersifat rabbaniyah (ketuhanan) (Al-Ghazali, 2019). Hati dalam arti
daging adalah sebuah organ tubuh kita yang tersimpan dan terlindungi oleh
tulang belulang. Tempatnya di dada sebelah kiri. Bentuknya seperti buah
Komarudin Chalil
1138 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
shanaubar sehingga sering orang mengatakan hati sanubari. Pada daging hati itu
terdapat lubang dan jaringan yang halus. Di dalam rongga terdapat pula darah
hitam yang menjadi sumber ruh. Namun kita tidak perlu menguraikan tentang
hati di dalam arti daging ini. Karena hal itu sudah dibahas secara terperinci
dalam ilmu biologi maupun kedokteran.
Berdasarkan hadits Rasulullah, qalbu merupakan segumpal daging
(mudlghah) sebab qalbu merupakan sentral dari aktivitas perbuatan manusia.
Rasulullah SAW bersabda :
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya didalam tubuh manusia terdapat
segumpal daging, apabila ia baik, maka akan baiklah seluruh tubuh, tetapi
apabila ia rusak, maka akan rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah
al-qalb”. (HR. Al-Bukhari).
Dari hadits Rasulullah tersebut dapat diambil kesimpulan setidaknya qalbu
mempunyai dua pengertian. Pertama, secara fisik qalbu merupakan suatu organ
tubuh yang seringkali kita sebut dengan istilah jantung. Sedangkan yang kedua,
adalah dimensi ruhani manusia yang mempunyai fungsi kognisi, emosi, spiritual
dan merupakan sentral dari aktivitas perbuatan manusia. Fungsi-fungsi yang ada
pada qalbu ini dapat berubah setiap saat, sesuai dengan potensinya untuk tidak
konsisten walaupun secara fitrahnya qalbu lebih condong pada kebaikan.
Manajemen qolbu pertama kali dikembangkan oleh Aa Gym pada tahun
1990, untuk kalangan intern Pesantren Daarut Tauhid (DT). Setelah terbukti ada
manfaatnya, sejak tahun 1998 mulai dikembangkan ke lembaga luar pesantren
(Abdullah Gymnastiar, 2005). Inti dari konsep manajemen qolbu adalah
memahami diri, dan kemudian mau dan mampu mengendalikan diri setelah tau
siapa diri ini sebenarnya. Dan tempat untuk memahami benar siapa diri ini ada
di hati, hatilah yang menunjukkan watak dan diri ini sebenarnya. Hati yang
membuat diri ini berprestasi semata karena Allah. Apabila hati bersih, bening,
dan jernih, tampaklah keseluruhan prilaku akan menampakkan kebersihan-
kebersihan, kebeningan dan kejernihan. Penampilan seseorang merupakan
refleksi dari hatinya sendiri.
Dengan pengelolaan hati yang baik, maka seseorang juga dapat merespons
segala bentuk aksi atau tindakan dari luar dirinya baik itu positif maupun negatif
secara proporsional (Budi Putra, 2018). Respons yang terkelola dengan sangat
baik ini akan membuat reaksi yang dikeluarkannya menjadi positif dan jauh dari
hal-hal mudharat. Dengan kata lain, setiap aktivitas lahir dan batinnya telah
tersaring sedemikian rupa oleh proses manajemen qalbu. Karena itu, yang
muncul hanyalah satu, yaitu sikap yang penuh kemuliaan dengan pertimbangan
nurani yang tulus.
Dengan demikian, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa manajemen
qolbu bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang memiliki aqidah bersih,
ibadah yang benar dan berakhlak mulia, melalui pembiasaan ibadah dan tata cara
hidup yang islami, memiliki pemahaman islam, sehingga bermanfaat untuk
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1139
dirinya dan orang lain. Manajemen qalbu, seseorang bisa diarahkan agar menjadi
sangat peka dalam mengelola sekecil apapun potensi yang ada dalam dirinya
sendiri maupun makhluk Allah lainnya.
Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan bahwa perencanaan
pembelajaran PAI berbasis manajemen qalbu di SMK Dārut Tauhīd Bandung
adalah Guru PAI sebelum melakukan pelaksanaan mengadakan rapat koordinasi
terlebih dahulu forum MGMP Bandung, guru mengadakan koordinasi bersama
para guru PAI di SMK Dārut Tauhīd guna menentukan jenis kegiatan, waktu,
dan tempat, kemudian guru PAI meminta pertimbangan dan persetujuan dari
kepala sekolah, setelah itu baru mensosialisasikan kepada seluruh guru dan
peserta didik tentang program yang akan dilakukan.
Peran guru PAI dalam mengimplementasikan pembelajaran PAI berbasis
manajemen qalbu di SMK Dārut Tauhīd sangatlah dibutuhkan agar dapat
terselenggaranya kegiatan-kegiatan dengan baik. Hal tersebut sesuai dengan
yang dijelaskan oleh Ibu Siti Sumarni bahwa guru adalah tenaga pendidik yang
memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada peserta didik di sekolah, selain
ilmu pengetahuan guru juga bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada
peserta didik agar memiliki kepribadian yang paripurna.
Perencanaan merupakan salah satu hal yang penting yang perlu dilakukan
dalam setiap akan melakukan suatu kegiatan, karena perencanaan merupakan
awal dari sebuah pelaksanaan dan menentukan tujuan yang akan dicapai.
Perencanaan pembelajaran PAI berbasis manajemen qalbu di SMK Daarut yaitu
melalui penyusunan silabus, sosialisasi silabus dan penyusunan RPP. Adapun
tabel perencanaan yang dilakukan guru PAI di SMK Daarut terlampir.
Sedangkan alur dari perencanaan implementasi pembelajaran PAI berbasis
manajemen qalbu di SMK Daarut digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
Alur Perencanaan Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu
b. Pelaksanaan PAI Berbasis Manajemen Qalbu
Pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis manajemen qalbu di SMK Dārut
Tauhīd dilakukan dan tentunya diperlukan adanya koordinasi dan kerjasama dari
berbagai pihak, baik dari kepala sekolah, guru-guru PAI khususnya dan seluruh
guru-guru umumnya serta seluruh peserta didik.
Penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik, ada beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan, diantaranya adalah peserta didik, ruangan
kelas, metode, dan materi itu sendiri. Untuk dapat mencapai tujuan yang telah
Forum
MGMP
Koordinas
i Guru
PAI
Sosialisasi
kepada
Seluruh
Guru
Pelaksana
an kepada
Peserta
Didik
Komarudin Chalil
1140 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
ditetapkan pada suatu kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran dan
komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap proses pembelajaran.
Metode pembelajaran dan komunikasi tidak selalu harus sama untuk setiap
materi.
Proses belajar (learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam
bertingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti, hanya dapat
dikatakan terjadi proses belajar bila seseorang menunjukkan tingkah laku yang
tidak sama (Wisman, 2017). Jadi, proses belajar menempatkan seseorang dari
status kemampuan atau kecakapan (ability) yang satu kepada
kemampuan/kecakapan yang lain. Pengajar yang baik seharusnya memahami
karakteristik siswanya agar ia sukses dalam melaksanakan peran mengajarnya.
Dalam proses belajar mengajar, kemungkinan akan menemui siswa yang sulit
untuk melakukan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, dan
cenderung menutup diri.
Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan
berbeda antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada
kepekaan orang atau organisasi terhadap inovasi (Kristiawan, Suryanti,
Muntazir, Ribuwati, & AJ, 2018). Demikian pula selama proses inovasi itu
berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai
proses itu dinyatakan berakhir. Proses inovasi pendidikan mempunyai empat
tahapan, di antaranya sebagai berikut :
a. Invention (penemuan) Invention meliputi penemuan-penemuan tentang
sesuatu hal yang baru, biasanya merupakan adaptasi dari yang telah ada.
Akan tetapi pembaharuan yang terjadi dalam pendidikan, terkadang
menggambarkan suatu hasil yang sangat berbeda dengan yang terjadi
sebelumnya.
b. Development (pengembangan) Dalam proses pembaharuan biasanya harus
mengalami suatu pengembangan sebelum ia masuk dalam dimensi skala
besar. Development sering sekali bergandengan dengan riset, sehingga
prosedur research dan development merupakan sesuatu yang biasanya
digunakan dalam pendidikan.
c. Diffusion (penyebaran) Konsep diffusion seringkali digunakan secara
sinonim dengan konsep dissemination, tetapi disini diberikan konotasi yang
berbeda. Definisi diffusion menurut Roger adalah suatu persebaran ide baru
dari sumber inventionnya kepada pemakai atau penyerap yang terakhir.
d. Adoption (penyerapan) Menurut Katz dan Hamilton, definisi proses
pembaharuan dan difusi dalam butir-butir berikut ini: penerimaan, melebihi
waktu biasanya, dari beberapa item yang spesifik, idea tau
praktek/kebiasaan, oleh individu-individu, group, atau unit-unit yang dapat
mengadopsi lainnya berkaitan, saluran komunikasi yang spesifik, terhadap
struktur sosial, dan terhadap sistem nilai atau kultur tertentu.
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1141
Berdasarkan penjelasan sebelumnya bahwa implementasi Pembelajaran
PAI berbasis manajemen qalbu di SMK Dārut Tauhīd Bandung menggunakan
dua cara, yakni kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Hal ini sesuai dalam
Peraturan Menteri Agama No. 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan
Agama, bahwa proses pembelajaran pendidikan agama dilakukan melalui
kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler (Pasal 8 ayat 3). Maksud kegiatan
intrakurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui tatap muka
di dalam kelas dan kegiatan mandiri di luar kelas sesuai dengan Standar Isi
(Pasal 1 ayat 5).
Intrakurikuler yaitu melalui Kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas
dalam pembelajaran PAI berlangsung selama 2 jam pelajaran saja setiap
minggunya, pada setiap pelajaran mempunyai alokasi waktu 40 menit, sehingga
guru di kelas memiliki waktu 80 menit pelajaran. Alokasi waktu ini sangatlah
kurang jika dibandingkan dengan sekolah agama, dan dalam menanamkan nilai-
nilai karakter baku kepada para peserta didik, sehingga para guru PAI harus
memiliki inisiatif dan inovatif dalam pembelajaran. Guru PAI di kelas
mengedepankan nilai-nilai di setiap materi yang diajarkannya, nilai-nilai
tersebut ditanamkan melalui pembelajaran kemudian dikaitkan dengan materi
ajar serta pada kehidupan sosial masyarakat melalui nasehat- nasehat dan
pengalaman-pengalaman yang diceritakan kepada peserta didik di kelas.
Pembelajaran di kelas ini guru mengawali dengan mengucapkan salam,
dilanjutkan dengan melakukan BRTT dan doa bersama, guru dan peserta didik
melakukan muraja’ah Al-Qur’an bersama-sama, memeriksa kehadiran,
mengecek kelengkapan seragam santri, sebelum pelajaran di mulai guru
memberikan apersepsi dengan menanyakan materi sebelumnya lalu guru
mengkaitkannya dengan materi yang akan diajarkan, menginformasikan KD,
tujuan dan materi secara garis besar dan memotivasi peserta didik tentang hal
menarik yang akan ditemukan peserta didik pada pertemuan hari tersebut,
memberikan materi diakhiri dengan menyimpulkan materi, evaluasi untuk
mengecek pemahaman peserta didik tentang materi, menyampikan hikmah yang
bisa diambil dari materi tersebut, menginformasikan materi pelajaran
selanjutnya dan diakhiri dengan doa.
Implementasi pembelajaran PAI berbasis manajemen qalbu di SMK Dārut
Tauhīd Bandung yang diintegrasikan dalam pembelajaran sudah dikembangkan,
dalam hal ini Mulyasa menjelaskan bahwa desain kurikulum yang
dikembangkan oleh kemendiknas, yaitu kurikulum holistik (menyeluruh),
berbasis karakter (character based integrated curriculum). Kurikulum yang
menyentuh semua aspek kebutuhan peserta didik dan dapat merefleksikan
dimensi keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang kontekstual.
Kurikulum ini mengembangkan kecakapan hidup yang melibatkan kemampuan
personal, sosial, logika, dan motorik (Mulyasa, 2011).
Komarudin Chalil
1142 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
Sedangkan menurut Muchlas pendidikan karakter adalah penanaman nilai-
nilai karakter kepada manusia yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan,
diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan sehingga bisa menjadi
insan kamil (Samani & Hariyanto, 2011).
Begitu juga yang disampaikan Syamsul Kurniawan bahwa pendidikan
karakter di lingkungan sekolah dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran.
Materi yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran
perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan konteks sehari-hari. Dengan
demikian pendidikan karakter tidak hanya sebatas pada tataran kognitif saja,
tetapi juga menyentuh pada implementasi dan pengalaman nyata dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat (Iskandar et al., 2020). Maka
ruang lingkup PAI yang umum dilaksanakan di sekolah adalah :
1) Pengajaran keimanan, Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar
tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut
ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun Islam.
2) Pengajaran akhlak, Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang
mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada
kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam
mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.
3) Pengajaran ibadah, Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala
bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar
peserta didik mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar, mengerti
segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.
4) Pengajaran fiqih, Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya
menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an, sunnah, dan dalil-dalil syar’i yang lain. Tujuan
pengajaran ini adalah agar peserta didik mengetahui dan mengerti tentang
hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pengajaran Al-Qur’an, Pengajaran Al-Qur’an adalah pengajaran yang
bertujuan agar peserta didik dapat membaca Al-Qur’an dan mengerti arti
kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Qur’an. Akan tetapi dalam
praktiknya hanya ayat-ayat tertentu yang dimasukkan dalam materi PAI
yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
6) Pengajaran sejarah Islam, Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah
agar peserta didik dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan
perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga
peserta didik dapat mengenal dan mencintai agama Islam.
Menurut Zakiah Daradjat, pokok-pokok ajaran Islam yang dijabarkan
dalam kurikulum pendidikan (agama) Islam mengandung tiga materi pokok,
yaitu:
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1143
1) Hubungan manusia dengan Allah Swt., yang mencakup tentang keimanan,
rukun Islam dan ihsan, termasuk di dalamnya membaca dan menulis huruf
Al-Qur’an
2) Hubungan manusia dengan manusia, mencakup masalah muamalah dan
akhlak.
3) Hubungan manusia dengan alam, mencakup fungsi manusia sebagai khalifah
Allah Swt. yang pandai mengatur, memelihara, mengolah dan memanfaatkan
alam yang didasari dengan rasa cinta kepada alam (Daradjat, 2006).
Tiga isi materi pokok di atas merupakan kesatuan dalam mata pelajaran.
Sehingga untuk meraih kesuksesan kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran
PAI berbasis manajemen qalbu di SMK Dārut Tauhīd menawarkan konsep
(Akhlaq) yang didasarkan pada doktrin jalan tengah (Nadzar Al-Ausath), dengan
maksud adanya jalan tengah adalah adanya keseimbangan, moderat, harmoni,
utama. Relevansi konsep keseimbangan dalam hal ini bahwa SMK Dārut Tauhīd
merupakan sekolah umum yang lebih mengutamakan pendidikan umum,
keahlian di kejuruannya masing masing namun juga menyelaraskannya dengan
pendidikan agama dan ilmu keagamaan. Dengan adanya keseimbangan ini
diharapkan lulusan SMK Dārut Tauhīd mampu menghasilkan lulusan yang
cerdas, berkarakter dan berakhlaq mulia.
c. Tindak Lanjut PAI Berbasis Manajemen Qalbu
Secara harfiah evaluasi berasal dari Bahasa Inggris, evaluation, yang
berarti penilaian dan penaksiran (Echols, 1994). Dalam bahasa Arab, dijumpai
istilah imtihân, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil
akhir dari proses kegiatan.
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada dasarnya
sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik mengartikan
evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan, pertumbuhan, dan
perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan (Hamalik, 2008).
Temuan peneliti tentang tindak lanjut implementasi pembelajaran PAI
berbasis manajemen qalbu di SMK Dārut Tauhīd dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
Penilaian autentik, penilaian acuan kriteria, pelaporan hasil pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya mencakup kegiatan remedial, program pengayaan,
layanan bimbingan konseling dan pemberian tugas.
Penilaian autentik adalah penilaian mulai dari input proses, output yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui praktek, dan portofolio.
Jadi penilaian autentik yang ada di SMK Dārut Tauhīd menekankan kemampuan
peserta didik untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata
dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekadar menanyakan atau menyadap
pengetahuan yang telah diketahui peserta didik, tetapi juga kinerja secara nyata
dari pengetahuan yang telah dikuasai. Penilaian autentik merupakan suatu
bentuk tugas yang menghendaki peserta didik untuk menunjukkan kinerja di
dunia nyata. Secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan
Komarudin Chalil
1144 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
dan keterampilan. Penilaian autentik merupakan penilaian kinerja (perfomansi)
yang meminta pebelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi
tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya, yang
mencakup penilaian acuan kriteria tes, ulangan harian berupa hafalan dan
lainnya, observasi, ujian KKM yang telah ditentukan.
Tujuan penggunaan tes acuan di SMK Dārut Tauhīd ini berfokus pada
kelompok perilaku peserta didik yang khusus yand didasarkan pada kriteria atau
standar khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang
akhlak peseta didik dengan tanpa memperhatikan bagaimana akhlak tersebut
dibandingkan dengan akhlak yang lain. Dengan kata lain tes acuan kriteria
digunakan untuk menyeleksi (secara pasti) status individual berkenaan dengan
(mengenai) domain perilaku yang ditetapkan / dirumuskan dengan baik.
Pada akhir penilaian adalah melaporkan hasil pembelajaran kepada peserta
didik. Laporan kemajuan belajar peserta didik merupakan sarana komunikasi
antara sekolah, peserta didik dan orang tua dalam upaya mengembangkan dan
menjaga hubungan kerja sama yang harmonis, oleh karena itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) konsisten dengan pelaksanaan nilai di
sekolah; (2) memuat perincian hasil belajar peserta didik berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan dan dikaitkan dengan penilaian yang bermanfaat bagi
perkembangan peserta didik; (3) menjamin orang tua akan informasi
permasalahan peserta didik dalam belajar; (4) mengandung berbagai cara dan
strategi berkomunikasi; (5) memberikan informasi yang benar, jelas,
komprehensif dan akurat.
Laporan kemajuan dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu: (1)
laporan prestasi mata pelajaran, yang berisi informasi tentang pencapaian
komptensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Prestasi peserta didik
dilaporkan dalam bentuk angka yang menunjukkan penguasaan kompetensi dan
tingkat penguasaannya; (2) laporan pencapaian, yang menggambarkan kualitas
pribadi peserta didik sebagai internalisasi dan kristalisasi setelah peserta didik
belajar melalui berbagai kegiatan, baik intra, ekstra dan ko kurikuler.
2. Hasil Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu di
SMK Dārut Tauhīd Boarding School Bandung
Usaha menata qalbu Aa Gym juga selalu menekankan tiga hal, mulai dari yang
kecil, mulai dari diri sendiri dibarengi dengan usaha terus menerus dengan niat kuat
yang memang tertanam dari lubuk hati yang paling dalam, dengan izin Allah qalbu
itu bisa tertata dan terkendali. Orang yang hatinya tertata dan terkendali semua hal
yang dilakukannya akan menjadi bermanfaat, baik bagi dirinya maupun bagi orang
lain. Misal orang yang unsur positif menguasai qalbunya, ketika ditangan ada uang,
dia akan menggunakan uang itu untuk hal-hal yang baik seperti sedekah, bantuan
pembangunan masjid, dan lain sbagainya (Arifin, 2015).
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1145
Sebenarnya kata kunci dari manajemen qalbu adalah bagaimana bisa menata
qalbu agar unsur-unsur positif seperti yang diterangkan ayat-ayat diatas bisa
mengalahkan unsur-unsur negatif seperti yang diterangkan ayatayat diatas. Memang
tidak mudah untuk menata qalbu ini, karena seperti yang telah banyak diterangkan
oleh para pakar qalbu, qalbu mempunyai sifat yang tidak konsisten atau selalu
berubah-ubah.
Dalam usaha menata qalbu Aa Gym juga selalu menekankan tiga hal, mulai
dari diri sendiri, mulai dari yang kecil, mulai dari diri sendiri. Dibarengi dengan
usaha terus menerus dengan niat kuat yang memang tertanam dari lubuk hati yang
paling dalam, dengan izin Allah qalbu itu bisa tertata dan terkendali. Orang yang
hatinya tertata dan terkendali semua hal yang dilakukannya akan menjadi
bermanfaat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Misal orang yang unsur
positif menguasai qalbunya, ketika ditangan ada uang, dia akan menggunakan uang
itu untuk hal-hal yang baik seperti sedekah, bantuan pembangunan masjid, dan lain
sebagainya.
Sebaliknya, orang yang unsur negatif menguasai qalbunya, ketika ditangan ada
uang, dia akan menggunakan uang itu untuk hal-hal yang jelek seperti beli minuman
keras, membayar orang untuk membunuh dan lain sebagainya. Kalau dilihat proses
manajemen qalbu ada dua tahapan tahap pertama, menjaga qalbu yang belum
terjangkit penyakit dan tahapan kedua, menata qalbu setelah terjangkit penyakit
qalbu. Tahapan pertama, Aa Gym menawarkan dua proses prepentif, yaitu:
memaksa qalbu dan mengendali qalbu. Sepertinya Aa Gym terinspirasi dalam dua
proses ini dari Al-Ghazali tentang konsep latihan jiwanya, bedanya Aa Gym
menerapkannya pada semua jenis umur dengan syarat qalbu itu masih belum
terjangkiti unsur negatif. Tidak dapat diragukan lagi dalam proses penataan harus
ada pemaksaan dan pengendalian (A’id Abdullah al-Qarni, 2008).
Sebagai contoh dalam menata kedisiplinan siswa dalam satu lembaga
pendidikan, harus ada pemaksaan kepada siswa untuk bisa menaatinya, tanpa ada
pemaksaan tidak akan pernah tertata kedisiplinan yang bagus. Tapi yang harus
diperhatikan juga dan tidak kalah pentingnya adalah pengendalian. Fungsi
pengendalian untuk memastikan semua siswa memang menaati disiplin. Begitu juga
dalam menata qalbu, harus ada usaha terus-menerus memaksa qalbu ini untuk tetap
istiqamah dalam ketaatan. Setelah qalbu terbiasa dalam ketaatan, proses berikutnya
adalah pengendalian. Fungsinya seperti telah disebutkan diatas adalah sebagai
kontrol dan pemastian.
Konsep latihan jiwanya, Al-Ghazali menekankan penerapannya kepada anak-
anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Spritualisasi Islam dalam Menumbuh
kembangkan kepribadian dan kesehatan mental. Sedangkan pada tahapan kedua, Aa
Gym terlebih dahulu mengidentifikasi unsur negatif yang ada, kemudian
mengelompokkan kepada tiga unsur negatif yang paling mendasar yang menurut Aa
Gym menyebabkan manusia jauh dari kebahagiaan, yaitu : gundah, gelisah, dan
dendam.
Komarudin Chalil
1146 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
a) Meredam Gelisah dan Gundah
Menurut Aa gym kecemasan dan kegelisahan datang karena kurangnya
keyakinan kepada Allah dalam qalbu. Akibatnya manusia mengantungkan
pengharapannya keapada sesamanya. Padahal, tidak ada yang bisa menolong,
memberi perlindungan, dan memutuskan sesuatu diatas dunia ini kecuali Allah.
Jadi mengapa manusia harus menggantungkan pengharapan kepada selain Dia.
Maka, untuk mensiasati kegundahan dan meredam kegelisahan tanamlah
keyakinan kepada Allah. Ibarat menanam bunga, sudah pasti tidak akan tumbuh
bunga apalagi subur kalau tidak pernah ada media untuk tempat tumbuhnya
seperti pot, tanah, air, pupuk, dan lain sebagainya.
Begitu juga dalam menanamkan keyaikanan kepada Allah menurut Aa
Gym harus ada medianya. Diantara media untuk menanam keyakinan adalah
dzikir, membaca Al-Quran, bergaul dengan orang sholeh, lingkungan yang
kondusif.
b) Menata Dendam
Konsep beliau ini bersesuaian dengan dakwah Nabi dalam menyebarkan
Islam pertama kali di Makkah. Seperti telah dimaklumi bersama bahwa selama
tiga belas tahun Nabi di Makkah menanamkan pondasi keyakinan kepada
sahabat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan di atas, maka
model Pendidikan Agama Islam berbasis Manajemen Qalbu ini diharapkan
dapat menjadi sebuah gambaran yang dapat diterapkan di sekolah-sekolah yang
menjadikan PAI bukan hanya sebagai mata pelajaran tapi juga terintegrasi ke
dalam semua mata pelajaran.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema berikut
ini:
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1147
Gambar 2
Skema Model Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu
Skema di atas menunjukkan bahwa pembelajaran PAI berbasis manajemen
qalbu dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan tindak
lanjut. Perencanaan meliputi membuat silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Dalam Perencanaan ada beberapa hal yang harus dijelaskan,
yaitu: perencanaan merupakan langkah awal dalam menjalankan suatu usaha
sebelum menentukan suatu keputusan. Perencanaan penerapan model PAI berbasis
manajemen qalbu dibuat ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
diakhir RPP selalu disampaikan hikmah dari materi tersebut yang dihubungkan
dengan Al-Qur’an dan atau hadits.
Perencanaan pembelajaran wajib dibuat untuk memudahkan guru
mempersiapkan bahan ajar, media dan sumber belajar yang akan disampaikan pada
anak. Perencanaan merupakan fungsi dari manajemen dalam suatu organisasi atau
lembaga yang tujuannya untuk mempersiapkan pembelajaran di masa mendatang.
1. Membuat Silabus
2. Membuat RPP
PELAKSANAAN
1. Tujua
n
2. Mate
ri
3. Meto
de
4. Evalu
asi
Kegiatan Belajar
Mengajar
1. Kegiatan Awal
2. Kegiatan Inti
3. Kegiatan Penutup
OUTPUT
PERENCANAAN
1. Salimul
Akidah
2. Sahihul
Ibadah
3. Matinul
Khuluk
4. Hafidzul
Quran
5. Qawiyul
Aqli
FAKTOR
PENUNJANG
1. Faktor
Internal
2. Faktor
Eksternal
z
1. Faktor
Internal
2. Faktor
Eksternal
z
FAKTOR
PENGHAMB
AT
TINDAK LANJUT
1. Kegiatan Remedial
2. Program Pengayaan
3. Kegiatan Bimbingan
Konseling
4. Pemberian Tugas
5. Program Karantina
Komarudin Chalil
1148 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
Perencanaan dibuat berdasarkan program yang disampaikan pada peserta didik
tahapannya sebagai berikut: silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
RPP dibuat berdasarkan kurikulum dari diknas dan digabungkan dengan kurikulum
kekhasan manajemen qalbu yang diakhir pada setiap RPP dimasukkan poin hikmah.
Pada tahap perencanaan model ini terdapat lima tahap yaitu : (1) merumuskan
tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum, baik kurikulum dari diknas
ataupun kurikulum yang dibuat oleh Daarut Tauhid yang harus dimiliki peserta
didik, dan materi yang disampaikan; (2) memilih metode pembelajaran yang sesuai
dengan tujuan, kebutuhan dan kemanfaatan bagi peserta didik, kemudian memilih
fakta yang terjadi dalam kehidupan yang didasarkan pada pengetahuan, pengalaman,
dan kebutuhan peserta didik; (3) menentukan prosedur pembelajaran sesuai langkah-
langkah model PAI berbasis manajemen qalbu; (4) menyusun alat evaluasi untuk
mengukur keberhasilan proses dan hasil pembelajaran; (5) menyusun bahan ajar
berbasis manajemen qalbu sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan yang meliputi: tujuan, materi, metode,
evaluasi, tahap materi terintegrasi pada semua mata pelajaran walaupun ada khusus
mata pelajaran PAI yang dibagi ke dalam 6 mata pelajaran, yaitu Tauhid, Akhlak,
Fikih, Tarikh, Materi Manajemen Qalbu, dan Tahfidz.
Menurut pengamatan penulis manajemen qalbu sangat bermanfaat bagi para
siswa dan santrinya. Dengan manajemen qalbu, atau penegelolaan hati menjadikan
para siswa bersemangat, dan memiliki spirit, atau ghirah yang tinggi dalam
menuntut ilmu. Wawancara yang penulis lakukan baik kepada pihak pengajar, dan
para alumni di SMK Darut Tauhid Boarding School para pengajar selalu
mengingatkan tentang pentingnya keikhlasan, keridloan, tanggungjawab, dan selalu
siap dalam menghadapi resiko kegagalan. Beberapa siswa atau santri SMK Darut
Tauhid Boarding School merasakan manfaat saat menerima pelajaran PAI berbasis
manajemen Qalbu. Ali Maskur salah satu siswa SMK mengatakan, bahwa ia ingat
betul apa yang sudah di ajarkan oleh para ustad dan para gurunya di SMK Darut
Tauhid Boarding School bahwa perlunya keihklasan dan keridloan dalam
menghadapi kehidupan, Insya Allah, Allah SWT akan menunjukan jalan yang lebih
baik, kata salah satu ustad di Pondoknya. Disinilah hati saya merasa tenang
(Maskur, 2020).
Perubahan dan manfaat tidak bisa instan, tetapi butuh proses secara bertahap.
Manajemen qalbu memiliki tujuan yang ingin di capai yaitu niat dan perbuatannya
akan bernilai mulia yang dapat dipertanggungjawabkan di dunia maupun di akhirat.
dalam pelaksanaannya, manajemen qalbu memerlukan perpaduan antara ilmu
dengan seni, yaitu memahami ilmu hati dan memiliki seni untuk menerapkannya.
Bagaimana hati dapat menyikapi persoalan hidup, ketika mendapatkan musibah,
ketika mendapatkan kenikmatan, ketika sedih, dan ketika ditimpa susah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka di perlukan proses pelatihan dan pembiasaan yang
sistematis dan berkesinambungan. Adapun visi manajemen qalbu adalah
menyatukan dimensi zikir, pikir, dan ikhtiar. Dimensi dzikir sangat menekankan
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1149
keikhlasan dan ketawakalan. Sedangkan dimensi pikir amat menegaskan pentingnya
rasionalitas dalam setiap pemikiran dan tindakan. Sementara dimensi ikhtiar
menfokuskan pada etos kerja yang tak mengenal lelah dan pasrah.
Sehingga di SMK Darut Tauhid Boarding School, beberapa kegiatan yang
dapat memberikan manfaat, yaitu kegiatan keimanan yang pertama untuk
menumbuhkan sikap kepemimpinan dan mampu membuat keputusan yang tegas
dilandasi rasa percaya diri, pemikiran yang mantap yakin pada dirinya, berpikiran
bebas dan bersikap independent. Ia harus selalu bersifat optimis dalam memandang
masa depan dari setiap usaha yang dijalankan, dan akan atau mungkin dijalankan.
Terkait kepemimpinan yang ada pada dirinya harus berkualitas dan dinamis, selalu
memandang positif terhadap masa depan. Memiliki kompetensi komunikasi, dapat
menerima kritik dan masukan, dan selalu bersikap positif terhadap semua lawan dan
teman bicara. Sikap mental yang fleksibel ini akan dapat mendapatkan banyak ide
dari lingkungan dan sahabat, sehingga ada anggapan bahwa dengan ide dari orang
akan dapat dibina menjadi suatu kreatifitas yang baru. Yang kedua, sikap disiplin.
Seseorang harus memiliki kepribadian yang disiplin. Memang banyak dari generasi
sekarang sikap mental disiplin ini sudah sangat meluntur, padahal disiplin
merupakan modal pokok untuk menjadi wirausaha yang sukses. Seorang pengusaha
dituntut bisa merancang apa yang harus dikerjakan saat ini, esok, bahkan sampai
waktu yang lebih panjang lagi. Ia harus menetapkan target pencapaian dan berupaya
keras meraihnya tepat waktu. Jika tidak, peluang itu akan diambil orang lain.
Peluang yang sama tidak mungkin datang yang kedua kali. Yang ketiga
Keberanian mengambil resiko, setiap usaha selalu berhadapan dengan masa depan,
dan masa depan selalu mengandung resiko dan ketidakpastian. Seorang wirausaha
yaitu orang yang harus senantiasa berani menghadapi dan menanggung resiko dan
menganggap bahwa lebih tinggi resikonya maka lebih tinggi kemungkinan untung
yang akan diperoleh perusahaan. Jadi dalam menghadapi resiko, harus dianggap
bahwa resiko tersebut adalah tantangan untuk lebih memacu meningkatkan kegiatan
dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan bukan merupakan halangan.
Memulai usaha tentu membutuhkan keberanian ekstra. Tantangan terberat justru
datang dari diri sendiri.
Kegiatan di SMK Darut Tauhid Boarding School yang pertama bertujuan
untuk menumbuhkan sikap keaslian ide dan kreatif, selalu memikirkan tentang
konsep asli atau original dan mempunyai pemikiran yang kreatif serta selalu
mencoba memperbaharui kesalahan. Harus jeli terhadap masalah. Kreatif harus
selalu memiliki ide-ide cemerlang yang umumnya di luar nalar orang-orang biasa.
Yang kedua menumbuhkan motivasi tinggi. Motivasi adalah modal dasar yang
esensial bagi seorang yang ingin maju. Motivasi adalah energi, seseorang akan
selalu bekerja keras dan mempunyai keinginan dan semangat baja untuk terus
bekerja dan berusaha, selain tahan banting dan bersunguh-sungguh dalam daya
usahanya. Disamping itu setiap manusia mempunyai orientasi mementingkan
pencapaian tujuan dan hasil dari upaya untuk keberhasilan menyeluruh.
Komarudin Chalil
1150 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
Adanya motivasi tinggi, seseorang tidak akan cepat menyerah bila mengalami
satu dua kali kegagalan, karena kegagalan adalah proses menuju keberhasilan. Yang
ketiga Ketahanan mental yang kuat. Seorang peserta didik harus tahan uji dan
banting karena dalam kehidupan nyata dia akan berhadapan dengan banyak
tantangan yang mungkin belum diprediksikan sebelumnya. Pengalaman dan usia
seringkali menentukan kematangan pribadi seseorang dalam hal ketahanan mental.
Stres adalah salah satu bentuk lemahnya ketahanan mental, akibat didera berbagai
tekanan yang menyangkut usaha bisnis. Kadar stres yang tinggi dapat menimbulkan
depresi yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan kemungkinan yang sangat fatal.
Keempat berpikir positif. Berpikir positif membuat hidup lebih indah badan pun jadi
lebih sehat, dan pikiran akan cerdas dalam menikmati hidup dan bergairah dalam
menghadapi tantangan. Seseorang yang selalu berpikir positif akan selalu memaknai
bahwa segala tantangan, hambatan, bencana, dan hal-hal yang tidak menyenangkan
yang dialami dalam perjalanan hidup dan usahanya adalah sebagai suatu realitas
yang harus dihadapi. Bukan sesuatu yang negatif, karena itu perlu mencari solusi
untuk keluar dari berbagai tantangan itu. Kemampuan untuk memandang sikap
masalah dari sudut pandang positif perlu dikembangkan sebelum kita terjun dalam
dunia usaha. Kelima berjiwa sosial. Peserta didik harus memiliki jiwa sosial yang
dapat melakukan interaksi sesama, penjual, dan pembeli. Sikap berempati, dan bisa
bergaul dengan siapa saja, merupakan kesempatan/peluang untuk melakukan
promosi, bukan saja mempromosikan produk tetapi juga mempromosikan citra diri
positif kepada calon konsumen.
Sedangkan kegiatan di SMK Darut Tauhid Boarding School dalam setiap
kegiatannya memberikan manfaat untuk menumbuhkan sikap tanggungjawab,
keihklasan, kreatifitas, kedisiplinan melalui beberapa kegiatan di antaranya kajian
kitab, kegiatan tausiyah, dan beberapa kegiatan yang lainnya yang didukung oleh
sarana dan prasarana.
Sehingga prinsip-prinsip manajemen qalbu ini dapat bermanfaat bagi para
siswa dan santri diantaranya :
1) Dapat mengenal potensi-potensi positif dan negatif dalam dirinya, sehingga
nilai-nilai positif atau kebaikan dalam dirinya terus dikembangkan sedangkan
potensi negatif dapat dikendalikan atau di hindari.
2) Mendekatkan diri kepada Allah SWT yang memiliki alam semesta.
3) Hati menjadi sehat dan dapat menumbuhkan fikiran-fikiran positif yang
berujung pada tindakan positif.
4) Memiliki mental yang tidak mudah goyah, yang mampu mengontrol diri dari
sifat-sifat negatif sehingga mampu meminimalisir tekanan-tekanan baik dari
dalam maupun dari luar.
Dengan terlaksananya progam-progam kegiatan manajemen qalbu dalam
pembentukan mental peserta didik, bahwa lulusan di SMK Darut Tauhid Boarding
School mampu mengembangkan kegitan keIslaman, maka sikap keikhlasan dan
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1151
kesabaran sangat diperlukan sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al
Baqarah ayat 155 :





















Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar.
Capaian yang lain adalah para alumni mampu menginfaqkan sebagian dari
keuntungan dari usahanya. Dengan saling berbagi ke sesama sebagai wujud
kepedulian sosial, dan hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat surat Al
Baqarah ayat 261 yang berbunyi :































Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui.
Dengan implementasi prinsip-prinsip manajemen qalbu dapat Menghasilkan
terbentuklah siswa, atau santri yang memiliki Kebeningan hati, Jiwa kepemimpinan,
Kemandirian dan bertanggungjawab, Mental, Mampu mengaplikasikan nilai-nilai
Islam dalam kehidupan sehari-hari, Mengoreksi dan memperbaiki diri.
Kesimpulan
Konsep manajemen qalbu di SMK Boarding School Darut Tauhid menjadi
kurikulum sekolah, adapun materinya yaitu ma’rifatullah, Akhlak, solat wajib, solat
sunah rowatib, solat tahajud, solat dhuha, solat istikharoh, solat hajad, dzikir,
bersedekah. Implementasi prinsip-prinsip manajemen qalbu dalam pembentukan mental
di SMK Boarding School Darut Tauhid meliputi progam Akhlak, adapun materinya
aqidah, fiqih, ibadah, al qur’an, leadership, manajemen entrepreneurship, keikhlasan,
kesederhanaan, berdikari ukhuwah Islamiyah, disiplin, dan tanggungjawab.
Dengan implementasi prinsip-prinsip manajemen qalbu dapat terwujud capaian-
capain yang di antaranya terwujudnya siswa, atau peserta didik yang memiliki
kebeningan hati, jiwa kepemimpinan, kemandirian dan bertanggungjawab, mental,
mampu mengaplikasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, mengoreksi dan
memperbaiki diri.
Komarudin Chalil
1152 Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020
BIBLIOGRAFI
A’id Abdullah al-Qarni. (2008). Jangan Takut Hadapi Hidup. Jakarta: Cakrawala
Publishing.
Abdul Aziz. (2019). Materi Pendidikan Islam. Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia.
Abdullah Gymnastiar. (2005). Jagalah Hati. Bandung: Khas MQ.
Al-Ghazali, Imam. (2019). Membangkitkan Energi Qolbu. Pustaka Media: Surabaya.
Anwar, Chairul. (2014). Hakikat manusia dalam pendidikan: sebuah tinjauan filosofis.
Suka-Press: Yogyakarta.
Arifin, Bey. (2015). Mengenal tuhan. Surabaya: Bina Ilmu.
Bahruddin. (2014). Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budi Putra. (2018). Pendidikan Karakter Berbasis Manajemen Qolbu Dalam
Mengembangkan Karakter Religius Sebagai Bagian Pendidikan Kewarganegaraan
Di Pesantren. Citizenship. Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan, Vol 6(1), 65.
Daradjat, Zakiah. (2006). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara, Cet. Ke-6.
Hamalik, O. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Sinar Grafika.
Hasan Alwi. (2015). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Iskandar, Akbar, Sudirman, Acai, Safitri, Meilani, Sulaiman, Oris Krianto, Ramadhani,
Rahmi, Wahyuni, Dewi, Kurniawan, Muh Ardian, Mardiana, Nana, Jamaludin,
Jamaludin, & Simarmata, Janner. (2020). Aplikasi Pembelajaran Berbasis TIK.
Yayasan Kita Menulis.
Kristiawan, Muhammad, Suryanti, Irmi, Muntazir, M., Ribuwati, Areli, & AJ, Agustina.
(2018). Inovasi Pendidikan. Jawa Timur: Wade Group National Publishing.
Manan, Syaepul. (2017). Pembinaan Akhlak Mulia Melalui Keteladanan dan
Pembiasaan. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 2(1), 4965.
Maskur, A. (2020). Wawancara. (A. S. Tauhid, Interviewer).
Moleong, Lexy J. (2007). Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 103.
Moleong, Lexy J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mosal.
Mulyasa, Enco. (2011). Manajemen pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara, 165
Implementasi Pendidikan Agama Islam Berbasis Manajemen Qalbu (Penelitian Di Smk
Dārut Tauhīd Boarding School Bandung)
Syntax Admiration, Vol. 1, No. 8, Desember 2020 1153
189.
Samani, Muchlas, & Hariyanto, M. S. (2011). Konsep dan model pendidikan karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wisman, Yossita. (2017). Komunikasi efektif dalam dunia pendidikan. Jurnal
Nomosleca, 3(2).