Salma Inda Fitriani
1166 Syntax Admiration, Vol. 1 No. 8 Desember 2020
mempercepat menghafal, meningkatkan kemampuan menghafal, maupun membuat
proses menghafal menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Walaupun tidak semua
metode akan memberikan semua dampak yang sama sesuai karakteristik metode yang
diajarkan dalam metode tersebut.
Salah satu metode menghafal baru yang dapat membantu dalam proses menghafal
al-qur’an yaitu metode syamil. Metode ini pada awalnya merupakan pengembangan dari
teori psikologi kognitif yang membahas tentang memory (ingatan), tokohnya adalah
Atkinson dan Shiffrin yang telah disempurnakan oleh Tulving dan Madigan (Solso,
Maclin, & Maclin, 2008). Mereka melakukan pembagian ingatan menjadi tiga sistem,
yaitu: (a) sistem ingatan sensorik (sensory memory), (b) sistem ingatan jangka pendek
(short term memory), (c) sistem ingatan jangka panjang (long term memory).
Metode syamil menggunakan tekhnik mnemonic, De Porter menjelaskan bahwa
Mnemonic adalah suatu tekhnik yang diteliti untuk membantu kinerja ingatan yang
dapat dimaksimalkan melalui sebuah latihan (Bobbi De Porter, 2000). Metode syamil
ini peneliti anggap sebagai salah satuh metode tahfidz yang bagus dalam mengajarkan
halafan qur’an kepada peserta didik. Metode tahfidz syamil ini dapat meningkatkan
kinerja ingatan peserta didik dengan memaksimalkan melalui latihan-latihan, seperti
gerakan badan, pelafalan bacaan al-qur’an dan visualisasi gambar-gambar. Hal ini yang
diharapkan mampu menciptakan suasana proses menghafal al-qur’an yang
menyenangkan.
Penggunaan metode syamil dalam mata pelajaran al-qur’an hadits diharapkan
mampu memberikan dampak kepada para peserta didik. Dengan memaksimalkan
kinerja ingatan melalui beberapa latihan, diharapkan mampu menimbulkan
pembelajaran al-qur’an yang lebih mudah dan menyenangkan sehingga memberi
dampak dalam meningkatkan motivasi belajar para peserta didik sekaligus
meningkatkan kemampuannya dalam menghafal al-qur’an.
Penelitian awal yang dilakukan dengan cara mewawancarai kepada guru mata
pelajaran qur'an hadits kelas V, didapatkan informasi bahwa dalam proses pembelajaran
al-qur’an Hadits di kelas, guru sudah menerapkan beberapa metode menghafal,
diantaranya seperti metode kitabah dan metode takrir. Pada metode kitabah, para siswa
disuruh untuk menulis terlebih dahulu sebuah ayat al-qur’an, setelah itu guru menyuruh
para siswa untuk menghafalkannya. Sedangkan metode takrir, yaitu peserta didik
menghafalkan al-qur’an dengan terus mengulang-ngulang bacaan al-qur’an sehingga
hafal. Kedua metode tersebut sudah diterapkan dalam proses menghafal al-qur’an,
namun kenyataannya masih banyak para siswa yang mengalami kesulitan dalam
menghafalkan al-qur’an (Wawancara dengan (Guru Kelas V MI Muhammadiyah
Cilawu)).
Selain dari hasi wawancara di atas, peneliti juga mendapatkan sasil dokumentasi
dari data-data penilaian harian hafalan qur’an dalam mata pelajaran al-qur’an Hadits
yang menunjukkan bahwa dari 13 siswa di kelas V, hanya 4 orang atau 30,76 % siswa
yang memiliki kemampuan hafalan yang baik. oleh karena itu, hal ini pun berdampak
kepada hasil belajar atau ketuntasan pembelajaran al-qur’an Hadits (Studi Pendahuluan