104
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 2 No. 1 Januari 2021
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
PERUBAHAN BUDAYA ORGANISASI PADA
INTERNATIONAL NON-
GOVERNMENT ORGANIZATION
SELAMA PANDEMI COVID-19 DALAM
UPAYA MEMBANGUN KETERLIBATAN KARYAWAN
Maulidza Akhir Oemar, Putu Ayu Purnama Dewi dan Yosiaasa
Wicaksaningrum
Universitas Pelita Harapan, Indonesia
INFO ARTIKEL
ABSTRACT
Diterima
18 Desember 2020
Diterima dalam bentuk revisi
12 Januari 2021
Diterima dalam bentuk revisi
This research conducted at International NGO XYZ aims
to find out the process of organizational culture change,
leadership process, and description of the work
environment that occurred during the covid-19 pandemic
as an effort to build employee engagement. To answer the
main problem of research, researchers used a qualitative
approach with an interview method with resource
persons from NGO XYZ, observation, and text analysis
from various sources of writing. The results showed that
during the covid-19 pandemic crisis, NGO XYZ carried
out a series of processes to adapt to the role of leaders
who applied supporting functions rather than controlling
functions and providing facilities in order to form an
adaptive work environment. A series of efforts to build
employee engagement by NGO XYZ focus on adapting
work culture, work environment, and the role of leaders
in the policy making process.
ABSTRAK
Penelitian yang dilakukan pada International NGO XYZ
ini bertujuan untuk mengetahui proses perubahan budaya
organisasi, proses kepemimpinan, dan gambaran
lingkungan kerja yang terjadi selama pandemi covid-19
sebagai upaya membangun keterlibatan karyawan.
Untuk menjawab pokok permasalahan penelitian, peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
wawancara dengan narasumber dari NGO XYZ,
observasi, dan analisis teks dari berbagai sumber tulisan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama krisis
pandemi covid-19, NGO XYZ melakukan serangkaian
proses beradaptasi dengan peran pemimpin yang
mengaplikasikan fungsi pendukung dibanding fungsi
pengontrolan serta pemberian fasilitas dalam rangka
Keywords:
organizational culture
change; organizational
restructuring; leadership,
work environment; covid-
19 pandemic; employee
engagement
Kata kunci:
perubahan budaya
Perubahan Budaya Organisasi pada International Non-Government Organization
Selama Pandemi Covid-19 dalam Upaya Membangun Keterlibatan Karyawan
Syntax Admiration, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 105
organisasi; restrukturisasi
organisasi; kepemimpinan,
lingkungan kerja; pandemi
covid-19; keterlibatan
karyawan
membentuk lingkungan kerja yang adaptif. Serangkaian
upaya membangun keterlibatan karyawan yang dilakukan
NGO XYZ menitikberatkan pada adaptasi budaya kerja,
lingkungan kerja, dan peran pemimpin dalam proses
pembuatan kebijakan.
Pendahuluan
Menjelang akhir tahun 2019, sebuah kasus pneumonia tanpa asal muasal yang
jelas, muncul dan merebak di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Pada Januari 2020,
analisa mendalam dari (Organization, 2020) berhasil mengidentifikasi virus novel yang
menyerang pernapasan ini sebagai severe acute respiratory syndrome coronavirus-2
(SARS-CoV-2). Seketika, kemunculan SARS-CoV-2 mengundang atensi publik pada
WHO, salah satu badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang bertindak sebagai
koordinator kesehatan umum internasional.
Pada Maret 2020, pemerintah Indonesia mengumumkan, bahwa dua orang
penduduknya telah terinfeksi setelah melakukan kontak dengan seorang Warga Negara
Asing (WNA) asal Jepang. Bermula dari dua kasus inilah, angka covid-19 di Indonesia
mengalami peningkatan secara tajam. Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus
covid-19, (Achmad Yurianto, 2020), menyatakan bahwa secara akumulatif, terdapat
18.010 kasus covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus pertama diumumkan hingga
Maret 2020.
Terkait hal itu, pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk menutup
sekolah selama dua pekan dan mewajibkan para pelajar untuk mengikuti sistem belajar-
mengajar di rumah dengan sistem daring (online). Mengacu pada protokol pemerintah
sejak 17 Maret 2020, masyarakat dihimbau untuk meniadakan aktivitas di perkantoran
dan ditransformasi menjadi bekerja di rumah (working from home). Melihat terus
meningkatnya kasus covid-19, pada 9 April 2020 pemerintah memberlakukan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilakukan dalam rangka meminimalisir
pertemuan tatap muka (Nasruddin & Haq, 2020).
Pada kenyataannya, covid-19 tidak sekadar berdampak pada krisis kesehatan
global, namun juga berimplikasi pada ranah sosial dan ekonomi. Perubahan cara
berinteraksi, pentransformasian pola interaksi virtual misalnya, memaksa masyarakat
untuk beradaptasi. Kenyataan ini mempertegas bahwa interaksi sosial masyarakat telah
mengalami perubahan. Hal ini, tentu saja melahirkan sejumlah nilai dan norma baru
yang berhasil membentuk sistem sosial berbeda.
Tidak hanya implikasi sosial, dijelaskan bahwa dampak covid-19 yang bermula
dari Tiongkok turut mengganggu perekonomian Indonesia. Dilaporkan portal resmi
Republik Indonesia, nilai ekspor dan impor Indonesia menurun pada Januari 2020 dan
defisit neraca dagang RI dengan Tiongkok mengalami penurunan. Menurut riset
Kementerian Sosial Republik Indonesia covid-19 secara langsung menyerang sektor riil
sehingga menyebabkan pemutusan hubungan kerja besar-besaran akibat organisasi tidak
mampu melakukan aktivitas produksi.
Maulidza Akhir Oemar, Putu Ayu Purnama Dewi dan Yosiaasa Wicaksaningrum
106 Syntax Admiration, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, (Hartarto et al., 2020)
menjelaskan bahwa selama covid-19 menyebar, enam puluh persen industri di
Indonesia mengalami kelumpuhan alias tidak beroperasi. Semakin maraknya organisasi
yang merumahkan karyawan, memotong gaji dan memberlakukan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) dalam rangka efisiensi, semakin membuktikan dampak jelas
pada ranah industri akibat pandemi ini. Menurut (Karunia, 2020), sebanyak 3.5 juta
pekerja terdampak covid-19 hingga memberlakukan pemutusan hubungan kerja (PHK)
maupun dirumahkan, data ini tercatat hingga 31 Juli 2020. Dijelaskan (Abdurrahman
Naufal, 2020) bahwa baik organisasi internasional maupun organisasi lokal tengah
bekerja keras dalam pembenahan bisnis usahanya dan berjuang membantu pemerintah
dalam proses penyebaran pandemi covid-19 ini.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Bond Organization, 2020) terhadap
93 CEO dari Non-Government Organizations (NGO), menyatakan bahwa pendapatan
berkurang. Berkurangnya pendapatan tersebut berasal dari pendapatan kegiatan
penggalangan dana. NGO mengurangi operasi di luar negeri seperti menunda
pelaksanaan proyek atau program, menutup kantor negara, membatasi pendapatan untuk
program global dan pengurangan staf yang dilakukan oleh NGO. Ada beberapa
tantangan terutama dalam hal operasional seperti melakukan proyek yang harus
dilakukan di luar negeri tetapi tidak bisa melakukan perjalanan karena NGO
memperhatikan keselamatan para staf dan pada saat ini perjalanan keluar negeri masih
dibatasi.
Berdasarkan seluruh dampak dari covid-19 yang terjadi pada organisasi
internasional, peneliti melihat bahwa mekanisme pengambilan keputusan tidak hanya
diperlukan untuk mempertahankan efektivitas dan jangkauannya dalam pendekatan
bisnis seperti biasa, tetapi juga untuk meningkatkan efektivitas dan mengintegrasikan
ratusan aspek baru dan belum pernah terjadi sebelumnya. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh (Diaz, 2020), selama pandemi covid-19 ini berlangsung, tiap anggota NGO
menghadapi berbagai tantangan pribadi yang mungkin berkaitan dengan beberapa hal
baru yang sebelumnya tidak pernah dihadapi. Disebutkan bahwa beberapa tantangan ini
meliputi tidak adanya ruang kerja pribadi di rumah mereka, berurusan dengan peran
sebagai orang tua dan sekolah di rumah, koneksi internet yang tidak dapat diandalkan,
pasokan makanan dan memasak, dan juga menjaga kesehatan mereka dan orang yang
mereka cintai dalam situasi pengurungan yang mungkin ekstrim. Keseluruhan hambatan
ini dipicu dari kebijakan lockdown yang mengharuskan karyawan untuk bekerja dari
rumah.
Perihal kebijakan lockdown, bagi sebagian organisasi internasional, kegiatan ini
merupakan suatu konsep kerja baru yang harus diadaptasi oleh pemimpin organisasi dan
karyawan. Terlebih, beradaptasi di tengah pandemi bukanlah hal yang mudah. Survey
dari (Deloitte, 2020) menjelaskan bahwa perubahan budaya organisasi ini, menuntut
penyedia kerja untuk memahami situasi yang sedang berlangsung. Sebab berbagai
kendala baru mampu mengusik pemikiran karyawan saat sedang bekerja, bahkan
membawa pada keadaan stres. Pemberlakuan work from home sebagai pembentukan
Perubahan Budaya Organisasi pada International Non-Government Organization
Selama Pandemi Covid-19 dalam Upaya Membangun Keterlibatan Karyawan
Syntax Admiration, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 107
budaya organisasi baru menggiring fokus utama organisasi untuk mengelola sumber
daya manusianya dengan turut memperhatikan aspek psikologis mereka.
Dilihat dari aspek psikologis karyawan, rasa keterlibatan antara karyawan dengan
organisasi (keterlibatan karyawan) merupakan hal yang penting. Data dari Klynveld,
Peat, Marwick, Goerdeler (KPMG, 2020) menunjukkan, setidaknya terdapat tiga fokus
organisasi dalam mendukung budaya organisasi baru dalam keadaan pandemi covid-19
ini, yaitu membuat karyawan selalu terhubung (connected), produktif (productive), dan
terlibat (engaged).
Pasalnya, masih menurut (KPMG, 2020), dampak dari covid-19 yang
mengharuskan para karyawan untuk bekerja dari rumah (Work From Home) akan
berpengaruh terhadap gangguan operasi bisnis yang mengakibatkan berbagai
penundaan akibat masalah koordinasi dan komunikasi. Artinya, peningkatan
signifikansi dan tuntutan perubahan budaya organisasi ini memiliki korelasi erat, salah
satunya pada keterbentukan keterlibatan karyawan. Dimana, jika sebelumnya karyawan
beraktifitas di kantor dengan fasilitas yang menunjang, keadaan yang kondusif, dan
pola kerja yang telah berulang, kini karyawan harus bekerja dari rumah dengan
seperangkat budaya organisasi baru. Hal ini jelas menjadi sebuah tantangan bagi
pemilik organisasi maupun karyawan, dalam proses adaptasi terhadap perubahan yang
terjadi secara signifikan akibat pandemi covid-19. Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui proses perubahan budaya organisasi pada
International NGO selama pandemi covid-19 sebagai upaya membangun keterlibatan
karyawan, mengetahui proses kepemimpinan pada International NGO selama pandemi
covid-19, dan mengetahui gambaran lingkungan kerja pada International NGO selama
pandemi covid-19.
Metode Penelitian
Peneliti memilih jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan mendapatkan
informasi dari partisipan untuk mendeskripsikan perubahan budaya organisasi pada
International Non-Government Organization selama pandemi covid-19 sebagai upaya
membangun keterlibatan karyawan (Moleong, 2013). Peneliti menggunakan metode
studi kasus sebagai cara peneliti untuk merinci kegiatan ilmiah yang kami lakukan
secara intensif, terinci dan mendalam mengenai perubahan budaya organisasi yang
terjadi pada International NGO selama pandemi covid-19 dalam upaya membangun
keterlibatan karyawan (Sugiyono, 2014). Cara peneliti melakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan kualitatif, merupakan representasi dari digunakannya
paradigma interpretif, yang dipandang dapat memberikan pandangan kepada peneliti
untuk menjawab pokok permasalahan dalam penelitian kali ini. Adapun alasan yang
mendorong penulis untuk melakukan pendekatan secara personal terhadap individu
yang penulis teliti, dikarenakan adanya pertimbangan bahwa penelitian yang penulis
lakukan berfokus terhadap suatu realitas yang terjadi dalam kehidupan individu yang
merupakan hasil bentukan dari keadaan sosial yang terbentuk dampak dari wabah
covid-19.
Maulidza Akhir Oemar, Putu Ayu Purnama Dewi dan Yosiaasa Wicaksaningrum
108 Syntax Admiration, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
Peneliti memilih partisipan penelitian yang memiliki jabatan sebagai Head of
Component yang memiliki tanggung jawab memimpin implementasi teknis proyek
kerjasama pembangunan untuk memperkuat proyek. Partisipan penelitian memiliki
wewenang penuh dalam memimpin proyek, membuat keputusan, membuat kebijakan
dan bertanggung jawab atas tim dan proyek yang dikerjakan.
Keabsahan penelitian kali ini, teknik yang digunakan yaitu teknik triangulasi dimana
teknik triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan. Teknik ini peneliti gunakan
karena dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh yaitu dari wawancara bersama
lebih dari satu narasumber sebagai cara penulis untuk mampu melakukan teknik
triangulasi yang dimaksud. Pada akhirnya, penulis akan menarik kesimpulan
berdasarkan hasil analisis dari data yang telah dikumpulkan selama wawancara
berlangsung, dimana kesimpulan tersebut digunakan untuk menjawab rumusan masalah.
Hasil dan Pembahasan
Temuan penelitian dalam enam pembahasan, yaitu budaya organisasi di organisasi
tempat penelitian diadakan, perubahan budaya organisasi pada saat pandemi,
restrukturisasi organisasi, kepemimpinan, lingkungan kerja dan keterlibatan karyawan.
Berangkat dari pernyataan visi organisasi narasumber, to shape a future worth living
around the world, budaya dibentuk sebagai pedoman seluruh stakeholder dalam rangka
menciptakan kehidupan yang lebih layak bagi seluruh masyarakat dunia. Objektif yang
luas ini, disampaikan narasumber, agar organisasi sebagai sebuah International NGO,
mampu menjadi aktor yang dapat dipercaya.
Sebagai sebuah organisasi besar dengan keberagaman dan kompleksitas,
penyesuaian terhadap nilai-nilai yang dianut oleh tiap individu pada tiap proyek di
berbagai negara di belahan dunia adalah hal yang harus diutamakan dalam proses
membentuk budaya. Peneliti memandang hal ini sebagai bentuk penciptaan sistem yang
inklusif. Tanpa menerapkan sistem hirarki yang justru akan menciptakan batasan antar
karyawan, organisasi berusaha memahami karakteristik tiap karyawan di tiap negara
dengan cara membuka dialog dan bekerja bersama-sama. Prinsipnya adalah, ketika
salah satu karyawan ditugaskan ke luar negeri, penting bagi organisasi untuk
memfasilitasinya dengan kursus antar-budaya. Fasilitas ini bertujuan untuk mendukung
setiap individu di NGO XYZ untuk memiliki keahlian yang sama dalam berinteraksi
saat bekerja, sehingga seluruh karyawan memiliki kesetaraan kemampuan tanpa adanya
kesenjangan yang signifikan.
Mengenai kesetaraan ini, berdasarkan hasil wawancara dan observasi terhadap
NGO XYZ, terdapat elemen penting yang mereka jadikan sebagai dasar-dasar dalam
proses pembentukan budaya organisasi, yaitu sistem yang adil. Mereka meyakini bahwa
keadilan untuk seluruh anggota organisasi merupakan elemen terpenting dalam
membentuk budaya. Keadilan yang dimaksud meliputi kesetaraan kesempatan bagi
seluruh karyawan, akuntabilitas, serta otoritas yang jelas. Budaya yang sudah terbentuk
sedemikian rupa mengalami perubahan yang disebabkan oleh pandemi covid-19.
Perubahan Budaya Organisasi pada International Non-Government Organization
Selama Pandemi Covid-19 dalam Upaya Membangun Keterlibatan Karyawan
Syntax Admiration, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 109
Pandemi ini mempengaruhi pola kerja yang telah diciptakan dan diterapkan
selama ini di NGO XYZ. Sistem kerja daring menciptakan tantangan yang masih terus
diadaptasi oleh seluruh komponen di dalam NGO yang diteliti. Sebab, banyak aspek
yang menuntut penyesuaian. Semuanya mengerucut pada perubahan pola kerja individu
serta interaksi internal dan eksternal. Namun, perubahan ini tidak hanya berbicara
mengenai interaksi internal, namun juga interaksi eksternal. Peneliti memahami bahwa
organisasi mengalami tantangan dalam membangun interaksi dengan pihak eksternal.
Pasalnya, sebagai International NGO yang hadir di Indonesia, budaya interaksi digital
lebih sulit dalam mencapai sebuah konsensus. Menurut keterangan narasumber, waktu
minum kopi dan makan siang bersama adalah saat yang paling tepat untuk berdiskusi
dengan partner dalam menghasilkan keputusan-keputusan. Peralihan ini membentuk
sebuah kebiasaan baru yang mau tidak mau harus dipelajari dan diterapkan. NGO XYZ
beradaptasi dengan kebiasaan baru sehingga tidak membutuhkan restrukturisasi
organisasi oleh sebab pandemi covid-19. Bisnis, struktur organisasi, dan manajemen
tetap sama dengan struktur yang lama, meskipun beberapa area perlu diadaptasi seperti
digitalisasi. Solusi digital merupakan solusi utama organisasi dalam menghadapi
pandemi. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, dapat dianalisa bahwa
restrukturisasi tidak harus selalu dilakukan ketika organisasi menghadapi krisis jika
organisasi mampu beradaptasi.
Merencanakan sebuah perubahan untuk beradaptasi dengan keadaan, pemimpin di
NGO XYZ memahami kondisi karyawan dan organisasi secara holistik. Hal ini
dilakukan untuk dapat mengarahkan organisasi pada sesuatu yang lebih baik. Pemimpin
di NGO XYZ juga terbuka mengenai pendapat karyawannya tentang perubahan-
perubahan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi. pemimpin di organisasi sangat
berperan penting dan pemimpin memerlukan keberanian untuk beradaptasi dengan
perkembangan organisasi. Peran dan nilai pemimpin perlu dijadikan sebagai fokus
utama ketika terjadi perubahan di organisasi. Oleh karena itu, pada keadaan pandemi
seperti sekarang, peran kepemimpinan transformasional, menurut pemahaman peneliti,
adalah hal yang jauh lebih dibutuhkan oleh organisasi dibanding dengan kepemimpinan
transaksional.
Pemimpin pada NGO XYZ mengupayakan yang terbaik untuk membentuk
lingkungan kerja yang positif selama pandemi covid-19 ini. Pemimpin memahami betul
bahwa bekerja di rumah ketika pandemi bukanlah hal yang mudah. Pemimpin
mengupayakan hal tersebut dengan melakukan pertemuan daring setiap jumat sore,
yaitu Online Coffee Break. Pada sesi ini mereka dapat memiliki obrolan ringan di luar
dari topik pekerjaan dan hal ini merupakan pergerakan yang baik untuk dapat
mengetahui kabar masing-masing anggota team. Selain itu, organisasi juga terus
menerus mengapresiasi setiap karyawan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Nawangsari
et al. (2019), organisasi perlu meningkatkan dan menyediakan kantor yang kondusif
untuk memotivasi dan menginspirasi karyawan untuk bekerja secara tepat dan dalam
lingkungan yang produktif. Lingkungan kerja yang kondusif berpengaruh positif
terhadap kepuasan kerja dan komitmen organisasi.
Maulidza Akhir Oemar, Putu Ayu Purnama Dewi dan Yosiaasa Wicaksaningrum
110 Syntax Admiration, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
Adapun beberapa aspek lingkungan kerja tersebut yang dapat meningkatkan
keterlibatan karyawan di NGO XYZ yaitu fasilitas yang baik yang dapat menunjang
kinerja karyawan dan bentuk apresiasi dari organisasi terhadap karyawan. Berbicara
mengenai keterlibatan karyawan, saat pandemi covid-19 seperti ini hal yang sangat
penting dalam membangun keterlibatan karyawan yaitu komunikasi. Komunikasi yang
dibutuhkan yaitu komunikasi dua arah antara pemimpin dan karyawan. Di NGO XYZ,
komunikasi dilakukan dengan cara fleksibel. Antara pemimpin dan karyawan atau
dengan karyawan yang lainnya bisa berkomunikasi dan diskusi menggunakan berbagai
sarana komunikasi seperti MS teams, Whatsapp dan lain sebagainya.
Hal yang penting dan menjadi fokus adalah tetap berkomunikasi secara teratur.
Ketiga narasumber mengatakan bahwa menjalin komunikasi yang baik serta memiliki
perasaan didukung secara moril oleh atasan penting dalam membangun hubungan
interpersonal yang baik. Hal tersebut didukung oleh (Schein, 2010) bahwa pemimpin
yang suportif berdampak pada keterlibatan karyawan, kepuasan, dan antusiasme
karyawan untuk bekerja.
Di masa pandemi seperti ini NGO XYZ tidak mengevaluasi keterlibatan
karyawan. Organisasi lebih berfokus pada proses adaptasi terhadap kebiasaan baru yang
diakibatkan karena pandemi covid-19. Organisasi mengusahakan untuk membuat hidup
setiap karyawannya lebih mudah, melihat banyaknya kendala yang dihadapi ketika
pandemi. Organisasi menyediakan fungsi pendukung bukan fungsi mengontrol. Hal ini
dikarenakan, manajemen tidak ingin menekan karyawan untuk mengukur seberapa baik
mereka beradaptasi selama tahun 2020 ini. Namun, lebih menitikberatkan pada
dukungan penuh dari manajemen untuk seluruh individu dan antara individu dengan
individu. Berdasarkan penelitian di NGO XYZ, peneliti menganalisis bahwa
kepemimpinan, budaya kerja, dan keterlibatan karyawan saling beririsan satu sama lain.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memahami bahwa NGO
XYZ memandang budaya organisasi sebagai hal yang diturunkan dari pernyataan visi
organisasi, sehingga menjadi sebuah pola dasar atau acuan dalam keberlangsungan
organisasi. Berangkat dari pernyataan visi inilah, NGO XYZ menganggap bahwa
adaptasi merupakan hal yang terus mereka lakukan tanpa meninggalkan peran
pemimpin, sehingga dapat membentuk pedoman berlandaskan sistem yang adil.
Keyakinan NGO XYZ untuk selalu beradaptasi ini lah yang membawa organisasi
mengalami pada perubahan-perubahan yang terjadi sejak awal pandemi covid-19
merebak. Berubahnya pola interaksi internal dan eksternal, antara karyawan dengan
karyawan, dan NGO XYZ dengan partner diakui NGO XYZ sebagai hal yang paling
membutuhkan perhatian. Hal ini dikarenakan, komunikasi merupakan aktivitas yang
tidak mungkin dipisahkan dalam proses bekerja, tidak hanya dalam pencapaian tujuan-
tujuan proyek, namun juga menjaga karyawan untuk tetap terlibat satu sama lain.
Perubahan yang terjadi di NGO XYZ tidak serta merta menuntut perusahaan untuk
melakukan restrukturisasi organisasi.Keyakinan NGO XYZ untuk tidak melakukan
Perubahan Budaya Organisasi pada International Non-Government Organization
Selama Pandemi Covid-19 dalam Upaya Membangun Keterlibatan Karyawan
Syntax Admiration, Vol. 2, No. 1, Januari 2021 111
restrukturisasi organisasi berlandas pada kemampuan organisasi dalam beradaptasi
dengan penerapan kebijakan yang mengacu pada arahan pemerintah mengenai protokol
kesehatan. Di samping itu, penerapan kepemimpinan transformasional yang
memberikan kepercayaan terhadap anggota tim nyatanya mampu menjaga sistem kerja
di NGO XYZ selama pandemi ini. Bahkan, lebih dari sekedar menjaga sistem kerja
dengan tujuan mencapai tujuan-tujuan dalam proyek, kepercayaan yang diberikan oleh
pemimpin di NGO XYZ berdampak pada kesehatan mental seluruh karyawannya.
Pemberian dukungan kepada seluruh karyawan secara persisten serta rasa kepercayaan
yang penuh toleransi dan tanpa kecurigaan, meskipun pekerjaan dilakukan tanpa
pertemuan langsung, menjadi kunci NGO XYZ untuk tetap beradaptasi tanpa
restrukturisasi.
Meskipun tanpa adanya restrukturisasi, seluruh perencanaan kebijakan untuk
beradaptasi dalam pandemi covid-19, menuntut pemimpin di NGO XYZ untuk selalu
memahami kondisi internal secara holistik dan terbuka dengan pemikiran serta pendapat
karyawan terhadap kebijakan yang sedang dikaji. Berdasarkan keyakinan dan
implementasi NGO XYZ dalam kondisi pandemi ini, peneliti memahami bahwa
kepemimpinan dapat mempengaruhi kebermaknaan karyawan yang diukur dengan
adanya keterlibatan. NGO XYZ menyadari, bahwa dalam proses beradaptasi untuk
menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi selama pandemi covid-19, dibutuhkan
keseluruhan fasilitas yang mampu mendukung lingkungan kerja positif bagi seluruh
karyawannya. Tidak hanya fasilitas fisik, seperti laptop, wifi, dan lain sebagainya,
namun juga fasilitas yang mampu mendukung karyawan dari segi emosional. Maka dari
itu, NGO XYZ menyediakan konsultasi psikologi secara daring. Sederet fasilitas ini,
nyatanya tidak hanya meningkatkan kinerja karyawan, namun juga memastikan
karyawan tetap sehat, baik secara fisik maupun mental, di tengah situasi pandemi.
Proses adaptasi yang dilakukan NGO XYZ sejak awal 2020 membawa fokus NGO
XYZ pada pemberian dukungan kepada seluruh karyawan dalam rangka memudahkan
pekerjaan mereka. Fokus ini membawa NGO XYZ pada anggapan bahwa evaluasi
bukan suatu hal yang perlu dilakukan di tengah pandemi covid-19 ini. Adanya evaluasi,
dipahami NGO XYZ sebagai hal yang justru akan menekan karyawan untuk mengukur
seberapa baik mereka beradaptasi selama tahun 2020 ini. Padahal, di tengah pandemi
covid-19 ini, untuk membentuk keterlibatan, fungsi pendukung dari pemimpin jauh
lebih dibutuhkan karyawan dibanding fungsi pengontrol.
Maulidza Akhir Oemar, Putu Ayu Purnama Dewi dan Yosiaasa Wicaksaningrum
112 Syntax Admiration, Vol. 2, No. 1, Januari 2021
BIBLIOGRAFI
Abdurrahman Naufal. (2020). Dampak Corona Terhadap Ekonomi Indonesia. Portal
Resmi Republik Indonesia. https://indonesia.go.id/gallery/dampak-corona-terhadap-
ekonomi-indonesia.
Achmad Yurianto. (2020). menyatakan bahwa secara akumulatif, terdapat 18.010 kasus
covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus pertama diumumkan hingga Maret 2020.
Bond Organization. (2020). How Is Covid 19 Affecting NGOs Finances and Operation.
Deloitte. (2020). Understanding The Impact Of Covid 19 International Development
Organizations. United Kingdom.
Diaz, D. A. (2020). NGOs on Coronavirus Mode: The Risks of “Business as Usual.” E-
International Relations, 15. https://www.e-ir.info/2020/04/27/ngos-on-coronavirus-
mode-the-risks-of-business-as-usual/
Hartarto, A., Panjaitan, J. M. P., & Sumiyana, S. (2020). A new method to empower
organizational readiness for change in Indonesian SMEs. Entrepreneurship and
Sustainability Issues, 8(2), 230.
Karunia, A. M. (2020). Imbas Corona, Lebih dari 3, 5 Juta Pekerja Kena PHK dan
Dirumahkan. Dipetik Sepetember, 14, 2020.
KPMG. (2020). Workplace transformation in the wake of Covid19.
https://advisory.kpmg.us/articles/2020/workplace-transformation-covid-19.html
Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mosal.
Nasruddin, R., & Haq, I. (2020). Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan
masyarakat berpenghasilan rendah. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(7),
639648.
Organization, W. H. (2020). Naming the coronavirus disease (COVID-19) and the virus
that causes it.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Alfabeta.