�Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 2 Februari 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS KORELASI PARAMETER PEMOTONGAN PROSES PEMBUBUTAN GREY CAST IRON
MENGGUNAKAN METODE ANOVA
Rivando
Valentino, Rosehan dan M. Sobron Y. Lubis
Universitas
Tarumanagara Jakarta, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 18
Januari 2021 Diterima dalam bentuk revisi 12
Februari 2021 Diterima dalam bentuk revisi |
Machine turning process is a cutting process on a cylindrical
specimen that is rolled by adjusting the turning speed of the work specimen
and its parameters. Comparison of two secondary datas is used to show the
most dominant and effective correlation between variances. Analysis of
variance (anova) method is used to obtain correlation values from coefficient
chart, normal probability plot of surface hardness, and the data significance
of this research. Results on the surface roughness shows that the most domimant cutting
parameter is feed (feed=0.05mm/rev), followed by cutting speed (Vc=350m/min),
nose radius (0,8mm) and depth of cut (0.05 mm). ABSTRAK Proses putar mesin adalah proses pemotongan pada spesimen silinder yang digulung dengan menyesuaikan kecepatan putar spesimen kerja dan parameternya. Perbandingan dua data sekunder digunakan untuk menunjukkan korelasi yang paling dominan dan efektif antara varians. Analisis metode varians (anova) digunakan untuk mendapatkan nilai korelasi dari bagan koefisien, plot probabilitas normal kekerasan permukaan, dan signifikansi data penelitian ini. Pada kekasaran permukaan, parameter pemotongan yang paling berpengaruh adalah pemakanan (feed=0.05mm/rev), variabel kedua yang paling berpengaruh adalah kecepatan potong (Vc=350m/min), variabel ketiga yang paling berpengaruh adalah nose radius (0.8 mm), dan variabel terakhir yang paling berpengaruh adalah kedalaman potong (0.05 mm). |
Keywords: surface roughness; tool nose
radius; nose radius; cutting parameters; analysis of variance Kata kunci: kekasaran permukaan; radius hidung alat; radius hidung; memotong
parameter; analisis varians |
Pendahuluan
Proses pembubutan memiliki
peran yang cukup penting terhadap material dari benda kerja silindris dan mata
pahat yang digunakan. Pembubutan mempunyai tiga gaya potong yaitu, gaya dorong, feed force dan gaya radial (Valera &
Bhavsar, 2014). Surface roughness merupakan salah satu hasil yang sangat diinginkan
dan penting dalam proses pembubutan. Surface
roughtness berhubungan secara langsung terhadap beberapa parameter
pemesinan lain yang mempengaruhi kekerasan permukaan. Parameter yang dimaksud
meliputi kecepatan potong (cutting speed),
kecepatan pemakanan (feed rate),
kedalaman potong (depth of cut) (Kaladhar et
al., 2010).
Metode anova (analysis of variance) adalah metode
statistik yang digunakan sebagai pengujian untuk memperkirakan variabel data
yang lebih dominan berdasarkan hubungan antara variabel lainnya. Metode anova
dapat membantu secara produktif� selama
penelitian dan pengembangan supaya dapat menghasilkan dengan cepat sehingga
optimal dalam proses pembubutan dan dapat menghasilkan produk � produk dengan
kekasaran permukaan yang lebih baik (St & Wold,
1989).
Metode anova digunakan
dalam penelitian ini karena hasil signifikan dari metode ini tidak bergantung
pada bias konstan dan kesalahan penskalaan dari satuan parameter yang di
gunakan. Sehingga dengan metode ini peneliti mendapatkan korelasi dan nilai
optimum kekasaran permukaan yang dibutuhkan dari parameter pemotongan yang digunakan
(Singh et al.,
2016).
Manfaat dari penelitian
�analisis korelasi parameter pemotongan proses pembubutan grey cast iron menggunakan metode anova� adalah sebagai referensi
dibidang industri, untuk mencari kekasaran permukaan yang diinginkan ketika
menggunakan mesin bubut CNC (Kulkarni et
al., 2014).
Pahat adalah suatu alat yang
terpasang pada mesin bubut dan bagian terpenting untuk menentukan baik atau
buruknya penyayatan. Oleh karena itu material dari pahat harus lebih keras dari
pada material yang ingin dibubut (Sastal et al.,
2018).
Dalam proses pemesinan bubut
menggunakan pahat sebagai alat potong. Geometri pahat termasuk faktor
terpenting dalam menetukan keberhasilan pembubutan. Tujuan dari pemotongan
adalah pahat tidak cepat aus, permukaan benda kerja halus, ketelitian geometri
benda kerja, gaya potong rendah (Groover, 2020).
Nose radius berpengaruh dengan kekasaran permukaan
dari pembubutan. Semakin besar nose radius, maka nilai kekasaran semakin rendah.
Semakin kecil nose radius, maka nilai kekasaran semakin tinggi. Pengaruh dari nose
radius terhadap parameter pemesinan adalah semakin rendah feeding,
maka menghasilkan nilai kekasaran yang rendah, semakin tinggi feeding
maka nilai kekasaran yang dihasilkan semakin tinggi (Purnama, 2017).
Kekasaran permukaan mempunyai
karakteristik yang dipengaruhi oleh pemotongan dan geometri pahat. Pemotongan
divariasi dengan beberapa faktor dan kecepatan potong adalah konstan (Jonoadji
& Dewanto, 2004).
Pada proses pemotongan ada
proses perusakan ikatan atom pada bidang geser, energi pemotongan yang berubah
karena gesekan antara geram dengan pahat dan antara pahat dengan benda kerja.
Keausan pada mata pahat terjadi karena terbentuknya tekanan yang besar dari
gaya pemotongan dan temperatur yang tinggi, sehingga fenomena yang terjadi pada
pahat mempengaruhi bidang geram yang menjadi kasar dan akibatnya permukaan
benda kerja yang di potong bertambah kasar (Budiman &
Richard, 2007).
Proses rubbing terjadi
pada saat kecepatan pengoperasian mesin yang sangat lambat dengan kecepatan
pemakanan yang besar. Proses rubbing menyebabkan peningkatan keausan
pada mata pahat dan menyebabkan chatter atau getaran (Rosehan et al.,
2019).
Proses pembentukan chip
dipengaruhi oleh panas dan gesekan yang dihasilkan pada kontak antara permukaan
atas mata pahat dan permukaan benda kerja. Maka diperlukannya geometri alat
potong sesuai dengan bentuk dan bahan pahat, sudut beram (rake angle),
sudut bebas (clearance angle), dan sudut sisi potong (cutting edge
angle). Geometri pahat yang paling berpengaruh terhadap kausan mata pahat
adalah sudut tatal (side rake angle), sudut bebas samping (side
relief angle) dan sudut bebas depan (end relief angle) (Hardjito, n.d.).
Pada proses pemesinan
terjadinya penumpukan geram yang menempel pada mata potong yang disebut BUE (built-up
edge) (G�mez-Parra et
al., 2013). Terjadinya BUE pada mata potong akibat
pengaruh peningkatan kecepatan potong terhadap gaya potong, sehingga proses
pemotongan semakin besar sedangkan mata potong tidak lagi optimal. Efek yang
ditimbulkan dari BUE adalah kondisi permukaan benda kerja menjadi kasar dan
retak, karena BUE menggeser dan mengelupas permukaan benda kerja sehingga
menimbulkan rubbing (Lubis et al.,
2020).
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh (Siraj et al.,
2018) �Modeling of Roughness Value
Form Tribological Parameters in Hard Turning of AISI 52100 Steel �
menyimpulkan kekasaran permukaan sangat dipengaruhi oleh feed rate,
sedangkan kecepatan pemotongan memiliki efek negatif dan kedalaman potongan
memiliki pengaruh yang dapat diabaikan, Hasil anova memprediksi nilai perkiraan
kekasaran permukaan dengan akurasi 93.56% (Siraj et al.,
2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Tank et al., 2018) �Optimization of Turning Parameters for the Finest Surface Roughness Characteristics Using Desirability Function Analysis Coupled with Fuzzy Methodology and ANOVA� menyimpulkan secara efektif cara untuk mencapai kekasaran permukaan maksimum, dengan kombinasi kecepatan potong 200 mm / mnt, dan nose radius 0.4. Hasil anova menunjukkan bahwa, pengaruh feed rate maksimal pada kekasaran yang didapat dan output tingkat kepercayaan data mendekati 86.18%, dan hasil error 4.7% (Tank et al., 2018).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ANOVA (Analysis of variance) (Fajrin et al., 2016). Data yang diperloleh diolah menggunakan metode anova yang kemudian dibuat menjadi bentuk grafik, sehingga dapat dianalisa perubahan kekasaran permukaan dari masing masing data. Dalam pembuatan analisa yang telah dibuat berdasarkan data dan grafik yang sudah didapat untuk dijadikan kesimpulan. Dibawah ini adalah flowchart eksperimen yang dilakukan.
Gambar 1. Flowchart Pengambilan Data
1. Peralatan Dan Bahan
Peralatan
dan bahan yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu:
a.
Mesin CNC sebagai mesin yang digunakan dalam
penelitian ini untuk melakukan proses pembubutan.
b.
Surface test untuk
mengukur kekasaran permukaan yang terjadi setelah dilakukan pembubutan
c.
Surface
test untuk mengukur kekasaran permukaan yang terjadi
setelah dilakukan pembubutan
d.
Jangka sorong berfungsi untuk mengukur diameter
benda kerja sebelum dan sesudah melakukan proses permesinan
e.
Toolholder special type boring bar sebagai
pemegang mata pahat yang digunakan, sehingga harus ada penyesuaian terhadap
mata pahat
f.
Gray cast iron berfungsi
sebagai specimen penelitian
Tabel
1
Komposisi
Karbida Coated �(Santoso, 2013)
Unsur Kimia |
C |
S |
P |
Si |
Mn |
Cu |
Cr |
Ni |
Persentase (%) |
3.04 |
0.11 |
0.068 |
2.58 |
0.42 |
0.05 |
0.07 |
0.02 |
Tabel 2
Tabel Sifat Mekanis Karbida Coated (Santoso, 2013)
Sifat |
Nilai |
Tensile strength |
245 MPa |
Fatigue strength |
100 MPa |
Hardeness |
205 HB |
2. Perolehan Hasil Data
Data
yang diperoleh dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3
Hasil Percobaan Kekasaran
Permukaan saat f = 0.05, doc = 0.1 mm
Feed = 0.05 doc = 0.1 mm |
|||
No |
Vc (m/min) |
Kekasaran
permukaan |
|
Nose radius |
|||
0.4 |
0.8 |
||
1 |
250 |
0.502 |
0.415 |
2 |
300 |
0.469 |
0.390 |
3 |
350 |
0.441 |
0.368 |
Tabel 4
Hasil Percobaan Kekasaran
Permukaan saat f = 0.10, doc = 0.15 mm
Feed = 0.10 doc = 0.15 mm |
|||
No |
Vc (m/min) |
Kekasaran
permukaan |
|
Nose radius |
|||
0.4 |
0.8 |
||
1 |
250 |
1.862 |
1.473 |
2 |
300 |
1.326 |
1.108 |
3 |
350 |
0.874 |
0.799 |
Tabel 5
Hasil
Percobaan Kekasaran Permukaan saat f = 0.15, doc
= 0.2 mm
Feed = 0.15 doc = 0.2 mm |
|||
No |
Vc (m/min) |
Kekasaran
permukaan |
|
Nose radius |
|||
0.4 |
0.8 |
||
1 |
250 |
2.021 |
2.125 |
2 |
300 |
1.780 |
1.756 |
3 |
350 |
1.576 |
1.445 |
Berikut merupakan data kekasaran permukaan yang
didapatkan saat melakukan pengujian metode anova. Gambar 2, 3 dan 4 dibawah
menunjukkan nilai presentase efek uji kontribusi yang paling besar dari
variabel bebas secara individu.
Gambar 2
Normal Probality Plot Kekasaran Permukaan Data Satu
Pada gambar grafik normal probality plot
kekasaran permukaan diatas membandingkan hasil metode anova dengan hasil metode
eksperiental. Hal tersebut dapat dilihat jika titik yang ada pada gambar grafik
normal probality plot kekasaran permukaan semakin dekat dengan garis
maka perhitungan pada metode anova berjalan normal, jika titik terlalu jauh
dari garis maka data hasil percobaan tersebut perlu diulang kembali dikarenakan
memiliki angka yang tidak sesuai dengan perhitungan anova. Berdasarkan gambar 2 uji
normalitas pada data satu, titik-titik yang ada mengikuti garis diagonal yang
mengarah keatas, yang berarti ada hubungan positif antara variabel X dan Y. Jika
nilai P-Value < 0.05 berarti variabel independen memiliki pengaruh
terhadap variabel dependen.
Gambar 3
Uji Kontribusi Kekasaran
Permukaan Data Satu
Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa nilai
P-Value variabel vc lebih kecil dari 0.05 yakni 0.002 < 0.05 lalu nilai P-Value
feed lebih kecil dari 0.05 yakni 0.000 < 0.05 dan nilai P-Value
nose radius lebih besar dari 0.05 yakni 0.226 > 0.05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa vc dan feed memiliki pengaruh terhadap kekasaran
permukaan sedangkan nose radius tidak memiliki pengaruh terhadap
kekasaran permukaan. Nilai f-value yang terbesar adalah variabel feed.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa feed memiliki pengaruh yang
paling dominan. Pada hasil anova dapat dilihat variabel bebas yang memiliki
pengaruh paling tinggi terhadap hasil yang didapatkan saat melakukan
eksperimen, hal tersebut dapat dilihat dari nilai F-value (nilai
estimasi parameter dari nilai yang dihipotesiskan). Semakin besar nilai
tersebut maka semakin besar pengaruh variabel tersebut.
Gambar 4
Model Summary Kekasaran Permukaan Data Satu
Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa R-sq
adalah sebesar 94.24% yang berarti pengaruh variabel X (feed, Vc, dan Nose
Radius) secara simultan memiliki pengaruh sebesar 94.24% terhadap variabel
Y (kekasaran permukaan). Model summary digunakan untuk mengetahui pengaruh
parameter pemotongan terhadap kekasaran permukaan pada data percobaan yang
dilakukan, semakin besar persen pada R-sq. Maka data tersebut dianggap akurat.
Tabel 6
Hasil Percobaan Kekasaran
Permukaan saat f = 0.05, doc = 0.6 mm
Feed = 0.05 doc = 0.6 mm |
|||
No |
Vc (m/min) |
Kekasaran
permukaan |
|
Nose radius |
|||
0.4 |
0.8 |
||
1 |
250 |
2.666 |
1.663 |
2 |
300 |
2.489 |
1.200 |
3 |
350 |
2.340 |
0.808 |
Tabel 7
Hasil
Percobaan Kekasaran Permukaan saat f = 0.15, doc
= 1 mm
Feed = 0.15 doc = 1 mm |
|||
No |
Vc (m/min) |
Kekasaran
permukaan |
|
Nose radius |
|||
0.4 |
0.8 |
||
1 |
250 |
2.221 |
1.436 |
2 |
300 |
2.021 |
0.918 |
3 |
350 |
1.853 |
0.480 |
Tabel 8
Hasil
Percobaan Kekasaran Permukaan saat f = 0.25, doc
= 1.6 mm
Feed = 0.25 doc = 1.6 mm |
|||
No |
Vc (m/min) |
Kekasaran
permukaan |
|
Nose radius |
|||
0.4 |
0.8 |
||
1 |
250 |
2.870 |
2.357 |
2 |
300 |
2.655 |
1.980 |
3 |
350 |
2.473 |
1.661 |
Berikut merupakan data kekasaran permukaan yang
didapatkan saat melakukan pengujian metode anova. Gambar 5, 6 dan 7 dibawah
menunjukkan nilai presentase efek uji kontribusi yang paling besar dari
variabel bebas secara individu.
Gambar 5
Normal Probality Plot
Kekasaran Permukaan Data Dua
Berdasarkan gambar 5 uji normalitas pada data
satu, titik-titik yang ada mengikuti garis diagonal yang mengarah keatas, yang
berarti ada hubungan positif antara variabel X dan Y.
Gambar
6
Uji
Kontribusi Kekasaran Permukaan Data Dua
Berdasarkan gambar 6 dapat dilihat bahwa nilai
P-Value variabel vc lebih kecil dari 0.05 yakni 0.001 < 0.05 lalu nilai P-Value
feed lebih kecil dari 0.05 yakni 0.000 < 0.05 dan nilai P-Value
nose radius lebih kecil dari 0.05 yakni 0.000 <0.05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa vc, feed dan nose radius memiliki
pengaruh terhadap kekasaran permukaan. Berdasarkan gambar 6 dapat dilihat bahwa
nilai f-value yang terbesar adalah variabel feed dan nose
radius. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa feed dan nose
radius memiliki pengaruh yang paling dominan.
Gambar
7
Model Summary Kekasaran Permukaan Data Dua
Berdasarkan gambar 7 dapat dilihat bahwa R-sq
adalah sebesar 94.25% yang berarti pengaruh variabel X (feed, Vc, dan Nose
Radius) secara simultan memiliki pengaruh sebesar 94.25% terhadap variabel
Y (kekasaran permukaan).
Hasil dari tabel perolehan data kemudian dibuat
grafik untuk dilakukan analisa. Berikut merupakan grafik pada data satu.
Grafik 1
Variasi Vc dan nose
radius Terhadap Kekasaran Permukaan.
(f = 0.05, doc = 0.1
mm)
Dapat dilihat dari grafik diatas dengan kecepatan potong dan nose radius yang semakin rendah maka nilai kekasaran permukaan akan semakin buruk. Dari percobaan pertama menggunakan kecepatan potong (250 m/min) dan nose radius (0.4 mm) memiliki nilai kekasaran permukaan paling tinggi (0.502 �m), kemudian kecepatan potong ditingkatkan menjadi (300 m/min) nilai kekasaran permukaan menurun menjadi (0.469 �m). Berikut kecepatan potong (350 m/min) memiliki nilai kekasaran permukaan yang paling baik yaitu (0.441 �m), maka kecepatan potong dan nose radius yang semakin tinggi tingkat kekasaran permukaan akan semakin baik.
Grafik 2
Variasi Vc dan nose
radius Terhadap Kekasaran Permukaan.
(f = 0.10, doc = 0.15
mm)
Dapat dilihat dari grafik diatas dengan kecepatan
potong dan nose radius yang semakin rendah maka nilai kekasaran
permukaan akan semakin buruk. Dari percobaan pertama menggunakan kecepatan
potong (250 m/min) dan nose radius (0.4 mm) memiliki nilai kekasaran
permukaan paling tinggi (1.862 �m), kemudian kecepatan potong ditingkatkan
menjadi (300 m/min) nilai kekasaran permukaan menurun menjadi (1.326 �m).
Berikut kecepatan potong (350 m/min) memiliki nilai kekasaran permukaan yang
paling baik yaitu (0.874 �m), maka kecepatan potong dan nose radius yang
semakin tinggi tingkat kekasaran permukaan akan semakin baik.
Grafik 3
Variasi Vc dan nose
radius Terhadap Kekasaran Permukaan.
(f = 0.15, doc = 0.2
mm)
Dapat dilihat dari grafik diatas dengan kecepatan potong dan nose radius yang semakin rendah maka nilai kekasaran permukaan akan semakin buruk. Dari percobaan pertama menggunakan kecepatan potong (250 m/min) dan nose radius (0.4 mm) memiliki nilai kekasaran permukaan paling tinggi (2.021 �m), kemudian kecepatan potong ditingkatkan menjadi (300 m/min) nilai kekasaran permukaan menurun menjadi (1.780 �m). Berikut kecepatan potong (350 m/min) memiliki nilai kekasaran permukaan yang paling baik yaitu (1.445 �m), maka kecepatan potong dan nose radius yang semakin tinggi tingkat kekasaran permukaan akan semakin baik.
Grafik 4
Variasi Vc dan nose radius Terhadap Kekasaran Permukaan.
(f = 0.05, doc = 0.6 mm)
Dapat dilihat dari grafik diatas dengan kecepatan
potong dan nose radius yang semakin rendah maka nilai kekasaran
permukaan akan semakin buruk. Dari percobaan pertama menggunakan kecepatan
potong (250 m/min) dan nose radius (0.4 mm) memiliki nilai kekasaran
permukaan paling tinggi (2.666 �m), kemudian kecepatan potong ditingkatkan
menjadi (300 m/min) nilai kekasaran permukaan menurun menjadi (2.489 �m).
Berikut kecepatan potong (350 m/min) memiliki nilai kekasaran permukaan yang
paling baik yaitu (2.340 �m), maka kecepatan potong dan nose radius yang
semakin tinggi tingkat kekasaran permukaan akan semakin baik.
Grafik 5
Variasi Vc dan nose radius Terhadap Kekasaran Permukaan.
(f = 0.15, doc = 1 mm)
Dapat dilihat dari grafik diatas dengan kecepatan
potong dan nose radius yang semakin rendah maka nilai kekasaran
permukaan akan semakin buruk. Dari percobaan pertama menggunakan kecepatan
potong (250 m/min) dan nose radius (0.4 mm) memiliki nilai kekasaran
permukaan paling tinggi (2.221 �m), kemudian kecepatan potong ditingkatkan
menjadi (300 m/min) nilai kekasaran permukaan menurun menjadi (2.021 �m).
Berikut kecepatan potong (350 m/min) memiliki nilai kekasaran permukaan yang
paling baik yaitu (1.853 �m), maka kecepatan potong dan nose radius yang
semakin tinggi tingkat kekasaran permukaan akan semakin baik.
Grafik 6
Variasi Vc dan nose radius Terhadap Kekasaran Permukaan.
(f = 0.25, doc = 1.6 mm)
1.
Pengaruh Parameter Pemotongan Terhadap Kekasaran Permukaan
Pada kekasaran permukaan, semakin besar kecepatan potong maka kekasaran
permukaan semakin baik. Hal ini dapat dilihat kecepatan potong pada grafik
kecepatan potong pertama (250
m/min), kecepatan potong kedua (300
m/min), dan kecepatan potong ketiga (350
m/min) pada nose radius 0.4 pada
grafik 1. Percobaan pertama memiliki nilai paling besar (0.502 �m),
sedangkan percobaan ketiga memiliki nilai yang paling kecil (0.441 �m).
Pada pemakanan, semakin besar pemakanan maka
kekasaran permukaan semakin kasar. Hal ini dapat dilihat pemakanan (f = 0.25), nose radius 0.4, tabel 6. Pada kecepatan potong
(250 m/min) memiliki nilai yang paling besar (2.870 �m).
Pada kedalaman
potong, semakin besar kedalaman potong maka kekasaran permukaan semakin kasar.
Hal ini dapat dilihat kedalaman potong (doc
= 1.6 mm), nose radius 0.4. Percobaan
pertama pada grafik 6 memiliki nilai yang besar (2.870 �m), sedangkan kedalaman
potong (doc = 0.6 mm) percobaan
pertama pada tabel 4 memiliki nilai yang kecil (2.666 �m).
Pada nose radius, semakin besar
nose radius maka kekasaran permukaan semakin baik. Hal ini dapat dilihat
kecepatan potong (Vc = 250 m/min) pada percobaan pertama pada tabel 2. nose
radius 0.4 memiliki nilai yang paling besar (1.862
�m), sedangkan percobaan pertama pada nose radius 0.8 memiliki nilai
yang lebih kecil (1.473 �m).
�����������
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan anova dapat diketahui bahwa pada
kedua parameter yaitu kecepatan potong dan kecepatan pemakanan memiliki
korelasi yang sangat signifikan pada kekasaran permukaan, dengan meningkatkan
kecepatan potong dan menurunkan kecepatan pemakanan akan memperkecil nilai
kekasaran permukaan. Pada kekasaran permukaan akan semakin baik jika kecepatan
potong dinaikan, kecepatan pemakanan diturunkan, kedalaman potong diturunkan
dan nose radius semakin besar.
Pada kekasaran permukaan, parameter pemotongan yang paling berpengaruh
adalah pemakanan (feed=0.05mm/rev), variabel kedua yang paling
berpengaruh adalah kecepatan potong (Vc=350m/min), variabel ketiga yang paling
berpengaruh adalah nose radius (0.8 mm), dan variabel terakhir yang
paling berpengaruh adalah kedalaman potong (0.05 mm).
�������������������������������������������������������
BIBLIOGRAFI
Budiman, H., & Richard, R. (2007). Analisis Umur
dan Keausan Pahat Karbida untuk Membubut Baja Paduan (ASSAB 760) dengan Metoda
Variable Speed Machining Test. Jurnal Teknik Mesin, 9(1), 31�39.
Fajrin, J., Pathurahman, P., & Pratama, L. G.
(2016). Aplikasi Metode Analysis of Variance (anova) untuk Mengkaji Pengaruh
Penambahan Silica Fume terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Mortar. Jurnal
Rekayasa Sipil (JRS-Unand), 12(1), 11�24.
G�mez-Parra, A., �lvarez-Alc�n, M., Salguero, J.,
Batista, M., & Marcos, M. (2013). Analysis of The Evolution of The Built-Up
Edge and Built-Up Layer Formation Mechanisms in The Dry Turning of Aeronautical
Aluminium Alloys. Wear, 302(1�2), 1209�1218.
Groover, M. P. (2020). Fundamentals of Modern
Manufacturing: Materials, Processes, and Systems. John Wiley & Sons.
Hardjito, A. (n.d.). Analisis Radius Pemutus Beram
(Chip Breaker) terhadap Kekasaran Permukaan pada Proses Bubut. Info-Teknik,
19(2), 167�180.
Jonoadji, N., & Dewanto, J. (2004). Pengaruh
Parameter Potong dan Geometri Pahat terhadap Kekasaran Permukaan Pada Proses
Bubut. Jurnal Teknik Mesin, 1(1), pp-82.
Kaladhar, M., Subbaiah, K. V., Rao, C. S., & Rao,
K. N. (2010). Optimization of Process Parameters In Turning of AISI202
Austenitic Stainless Steel. ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences,
5(9), 79�87.
Kulkarni, P. P., Kiran, J. O., & Deeleepkumar, S.
G. (2014). Effect of Tool Nose Radius and Cutting Parameters on Tool Life, Surface
Roughness in Turning of Grey Cast Iron. International Journal of Engineering
Science and Technology, 6(3), 69.
Lubis, S. Y., Djamil, S., & Zebua, Y. K. (2020).
Effect of Cutting Speed in The Turning Process of AISI 1045 Steel on Cutting
Force and Built-Up Edge (BUE) Characteristics of Carbide Cutting Tool. Sinergi,
24(3), 171�176.
Purnama, A. R. H. (2017). Pengaruh Nose Radius dan
Cutting Parameter terhadap Tingkat Kekasaran Pembubutan Baja Karbon EMS 45.
Universitas Negeri Semarang.
Rosehan, R., Siahaan, E., & Irvan, I. (2019). Analisis
Umur Pahat terhadap Variasi Kecepatan Makan Pada Proses Bubut CNC Grey Cast
Iron.
Santoso, J. (2013).
Pekerjaan Mesin Perkakas. Malang:
PPPPTK Boe Malang.
Sastal, A. Z., Gunawan, Y., & Sudia, B. (2018).
Pengaruh Kecepatan Potong terhadap Perubahan Temperatur Pahat dan Keausan Pahat
Bubut Pada Proses Pembubutan Baja Karbon Sedang. Enthalpy, 3(1).
Singh, D., Chadha, V., & Singari, R. M. (2016).
Effect of Nose Radius on Surface Roughness During CNC Turning Using Response
Surface Methodology. International Journal of Recent Advances in Mechanical
Engineering, 5(2), 31�45.
Siraj, S., Dharmadhikari, H. M., & Gore, N.
(2018). Modeling of Roughness Value From Tribological Parameters in Hard
Turning of AISI 52100 Steel. Procedia Manufacturing, 20, 344�349.
St, L., & Wold, S. (1989). Analysis of Variance
(ANOVA). Chemometrics and Intelligent Laboratory Systems, 6(4),
259�272.
Tank, K., Shetty, N., Panchal, G., & Tukrel, A.
(2018). Optimization of Turning Parameters For The Finest Surface Roughness
Characteristics Using Desirability Function Analysis Coupled With Fuzzy
Methodology And ANOVA. Materials Today: Proceedings, 5(5),
13015�13024.
Valera, H. Y., & Bhavsar, S. N. (2014).
Experimental Investigation of Surface Roughness and Power Consumption in Turning
Operation of EN 31 Alloy Steel. Procedia Technology, 14, 528�534.