Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 2 Februari 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
STUDI KOMPARASI PENGARUH KEDALAMAN POTONG PEMBUBUTAN LOGAM TERHADAP
KEKASARAN PERMUKAAN MENGGUNAKAN MATA PAHAT KERAMIK
Andry
Christopher, Rosehan dan M.
Sobron Y. Lubis
Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara
Jakarta, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected] dan
[email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 28
Januari 2021 Diterima dalam bentuk revisi 08
Februari 2021 Diterima dalam bentuk revisi |
Surface roughness is an
important aspect of the machining process. Surface roughness affects the
quality results of the workpiece specimen, and its ability in the assembly
process as well as the workpiece's performance when friction occurs. Surface
roughness can be affected by cutting parameters, one of which is the depth of
cut. This study aims to determine how much is the influence
of depth of cut on surface roughness in turning process and to
determine the factors that influence the significance of depth of cut on
surface roughness. The research was carried out using AISI 4140 steel and
AISI 4340 steel and using alumina ceramic material. The research was carried
out using correlational research methods involving the dependent variable and
the independent variable. This research method was chosen to see the
correlation between the independent variables and the dependent variable. The
independent variable is the depth of cut that has been determined, 0.1 mm,
0.2 mm, and 0.3 mm and the dependent variable is the surface roughness. Based
on the results of data analysis, it is concluded that the depth of cut has a
significant effect on surface roughness and the magnitude of the effect of
depth of cut on surface roughness can be influenced by the hardness of the
material. ABSTRAK Kekasaran permukaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam proses pemesinan. Kekasaran permukaan mempengaruhi hasil kualitas pada spesimen benda kerja, dan kemampuannya dalam proses perakitan maupun kemampuan benda kerja ketika harus terjadi pergesekan. Kekasaran permukaan dapat dipengaruhi oleh parameter pemotongan yang salah satunya adalah kedalaman pemotongan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui tentang seberapa besar pengaruh dari kedalaman pemotongan terhadap kekasaran permukaan dalam proses pembubutan serta mengetahui faktor yang mempengaruhi nilai signifikansi dari pengaruh kedalaman pemotongan terhadap kekasaran permukaan. Penelitian dilakukan menggunakan material baja AISI 4140 dan baja AISI 4340 serta menggunakan mata potong berjenis material keramik alumina. Penilitian dilaksanakan menggunakan metode penelitian korelasional dengan melibatkan variabel terikat dan variabel bebas. Metode penelitian ini dipilih untuk melihat korelasi antar variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang digunakan adalah kedalaman potong yang telah ditentukan yaitu sebesar 0.1 mm, 0.2 mm, dan 0,3 mm serta varibel terikat nya adalah kekasaran permukaan. Berdasarkan hasil analisis data maka diperoleh kesimpulan bahwa kedalaman potong memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kekasaran permukaan serta besarnya pengaruh kedalaman potong terhadap kekasaran permukaan dapat dipengaruhi oleh kekerasan material. |
Keywords: turning;
ceramic cutting tool; surface roughness Kata kunci: bubut; mata potong keramik; kekasaran permukaan |
Pendahuluan
Proses pemesinan merupakan salah satu bagian dari
sebuah proses manufaktur.
Proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin-mesin perkakas seperti mesin bubut
atau mesin milling untuk memotong benda kerja, sehingga
membentuk produk akhir yang sesuai dengan bentuk, dimensi, serta kekasaran permukaan yang telah direncanakan (Husni et al.,
2020).
Salah satu bentuk proses pemesinan adalah proses bubut atau turning. Bubut merupakan proses pemotongan benda kerja menggunakan satu mata pahat yang memotong benda kerja yang berputar. Mata pahat pada proses bubut dapat bergerak sejajar dengan sumbu putar benda kerja atau tegak lurus terhadap sumbu putar benda kerja (S. Omasa and O. Khayal, 2019).
Berdasarkan material, mata
pahat terbagi dalam beberapa jenis antara lain
mata pahat keramik. Spesifikasi mata pahat
pada mesin bubut dapat mempengaruhi hasil benda kerja
yang dikerjakan. Antara lain mempengaruhi kekasaran permukaan benda kerja (Grzesik, 2008). Peningkatan
performa material mata pahat dapat meningkatkan
kualitas permukaan, toleransi yang lebih rapat, akurasi manufaktur serta mengurangi biaya produksi (Byrne et al.,
2003). Penlitian
yang dilakukan oleh Yallese
menemukan� bahwa perbedaan jenis mata pahat
keramik yang digunakan memiliki hasil kekasaran permukaan yang berbeda-beda (Yallese et al.,
2005).
Kekasaran permukaan merupakan
ukuran sebuah ketidakaturan mikro pada tekstur permukaan benda kerja. Kualitas dari Kemampuan
sebuah proses manufaktur untuk dapat menghasilkan
kekasaran permukaan dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti variabel pemesinan, salah satu variabel pemesinan adalah kedalaman potong atau depth of cut (Choudhury & Chinchanikar, 2016). Secara teoritis peningkatan kedalaman pemotongan dapat meningkatkan tinggi serta lebar gelombang
kekasaran permukaan sehingga mempengaruhi nilai kekasaran permukaan material (Husni et al., 2020). (Cakir et al., 2009) menemukan
bahwa dari ketiga parameter pemesinan, feed rate memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap kekasaran permukaan kemudian diikuti oleh cutting speed lalu yang terakhir depth of cut (Cakir et al., 2009). Namun dalam penelitian
lain menemukan bahwa pada keadaan tertentu, depth of cut miliki pengaruh yang lebih signifikan dibandingkan dengan feed rate dan cutting speed (Chinchanikar & Choudhury, 2014).
Berdasarkan uraian di atas
maka dalam penelitian yang dilakukan mempunyai permasalahan yaitu faktor apa yang dapat mempengaruhi besarnya
pengaruh depth of cut dalam pembubutan terhadap nilai kekasaran permukaan yang dihasilkan. Penelitian mempunyai beberapa batasan
yang dibuat dengan tujuan untuk menjaga fokus dari penelitian yaitu
menganalisis dampak yang terjadi pada tingkat kekasaran permukaan �ketika dilakukan variasi kedalaman pemotongan, penggunaan coolant tidak dibahas,
varian kedalaman potong yang digunakan 0.1, 0.2, 0.3 mm dan kecepatan pemotongan serta gerak pemakanan
yang digunakan berdasarkan
data.
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh depth of cut
terhadap kekasaran permukaan serta mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi besarnya pengaruh depth of cut
terhadap kekasaran permukaan dibandingkan dengan parameter pemesinan yang
lain.
����������������������������������������������������� ����������������
Metode Penelitian����������������������
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
penelitian korelasional. Metode penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara dua atau
lebih variable (Yusuf, 2016). Metode ini digunakan
agar dapat meilihat pengaruh atau signifikansi
depth of cut terhadap kekasaran
permukaan.
Dalam penelitian ini, data
yang digunakan berasal dari data sekunder yang berupa jurnal penelitian. Jumlah sampel dari tiap data sekunder berjumlah 9 sampel. Dari data sekunder yang telah diperoleh, kemudian dilakukan pengolahan data yaitu ekstrapolasi dan interpolasi untuk menyamakan antar data kemudian dilakukan analisis statistik dengan metode regresi linear berganda. Kemudian dilakukan pembahasan.
Gambar 1. Flowchart Penelitian
Data sekunder di peroleh dari sumber
yaitu data sekunder A berasal
dari
jurnal �comparative assessment of wiper and conventional ceramic tools on surface
roughness in hard turning AISI 4140 steel.� (Elbah et al., 2013) dan data sekunder B bersumber
dari jurnal berjudul �parametric analysis and
optimization of hard turning at different levels of hardness using wiper
ceramic insert� (Subbaiah et al., 2020). Berikut adalah
sifat mekanik dari material yang digunakan pada
penelitian.
Tabel 1
Sifat Mekanik AISI 4140
Yield Strength (MPa) |
Tensile Strength (MPa) |
Elongation (%) |
Hardness (HRC) |
757 |
1031 |
5.6 |
60 |
Tabel
2
Sifat Mekanik AISI 4340
Yield Strength (MPa) |
Tensile Strength (MPa) |
Elongation (%) |
Hardness (HRC) |
600 |
730 |
12.67 |
45 |
Dari data sekunder kemudian
dilakukan pengolahan data berupa interpolasi dan ekstrapolasi untuk memperoleh data baru. Berikut adalah data hasil
pengolahan interpolasi dan ekstrapolasi.
Tabel 3
Kekasaran Permukaan Data
A
No |
Kedalaman Potong (mm) |
Feeding (mm/put) |
Kekasaran Permukaan Ra (�m) |
1 |
0.10 |
0.10 |
0.273 |
2 |
0.10 |
0.13 |
0.349 |
3 |
0.10 |
0.16 |
0.447 |
4 |
0.20 |
0.10 |
0.281 |
5 |
0.20 |
0.13 |
0.347 |
6 |
0.20 |
0.16 |
0.428 |
7 |
0.30 |
0.10 |
0.353 |
8 |
0.30 |
0.13 |
0.373 |
9 |
0.30 |
0.16 |
0.394 |
Tabel 4
Kekasaran Permukaan Data B
No |
Kedalaman Potong (mm) |
Feeding (mm/put) |
Kekasaran Permukaan Ra (�m) |
1 |
0.10 |
0.10 |
0.315 |
2 |
0.10 |
0.13 |
0.34 |
3 |
0.10 |
0.16 |
0.368 |
4 |
0.20 |
0.10 |
0.404 |
5 |
0.20 |
0.13 |
0.424 |
6 |
0.20 |
0.16 |
0.445 |
7 |
0.30 |
0.10 |
0.432 |
8 |
0.30 |
0.13 |
0.452 |
9 |
0.30 |
0.16 |
0.473 |
Dari data yang diperoleh dari hasil pengolahan interpolasi dan ekstrapolasi, kemudian dilakukan analisis dengan metode regresi linear berganda. Berikut adalah hasil analisis data dengan metode regresi linear berganda menggunakan aplikasi SPSS.
Tabel 5
Coefficients data
A
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
.082 |
.059 |
|
1.386 |
.215 |
doc
(X1) |
.085 |
.122 |
.125 |
.695 |
.513 |
|
feed
(X2) |
2.011 |
.408 |
.889 |
4.931 |
.003 |
Tabel 6
Coefficients data
B
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
.197 |
.032 |
|
6.142 |
.001 |
doc
(X1) |
.557 |
.066 |
.895 |
8.401 |
.000 |
|
feed
(X2) |
.750 |
.221 |
.362 |
3.396 |
.015 |
Berdasarkan tabel coefficient diatas dapat dilihat bahwa pada data A, kedalaman
potong (doc) memiliki nilai Sig. > 0,05 yakni Sig. = 0,513 maka kedalaman potong tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kekasaran permukaan, sedangkan pada
data B, kedalaman potong (doc) memiliki nilai
Sig. < 0,05 yakni Sig. = 0,000 maka kedalaman potong memiliki pengaruh signifikan terhadap kekasaran permukaan.
Tabel 7
ANOVA Data A
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
.022 |
2 |
.011 |
12.397 |
.007b |
Residual |
.005 |
6 |
.001 |
|
|
|
Total |
.028 |
8 |
|
|
|
|
a. Dependent Variable: Ra (Y1) |
||||||
b. Predictors: (Constant), feed (X2), doc (X1) |
Tabel 8
ANOVA Data B
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
.022 |
2 |
.011 |
41.051 |
.000b |
Residual |
.002 |
6 |
.000 |
|
|
|
Total |
.023 |
8 |
|
|
|
|
a. Dependent Variable: Ra (Y1) |
||||||
b. Predictors: (Constant), feed (X2),
doc (X1) |
Berdasarkan tabel
ANOVA diatas dapat dilihat bahwa pada data A nilai sig. adalah 0,007 dimana nilai tersebut
< 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai X1 (doc) dan X2 (feed) secara simultan memiliki pengaruh terhadap variabel
Y (kekasaran permukaan). Sedangkan pada data A nilai sig. adalah 0,000 dimana nilai tersebut < 0,05, sehingga
dapat disimpulkan bahwa nilai X1 (doc)
dan X2 (feed) secara simultan memiliki pengaruh terhadap
variabel Y (kekasaran permukaan).
Tabel 9
Model Summary Data A
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.897a |
.805 |
.740 |
.029972 |
Tabel 10
Model Summary data
B
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.965a |
.932 |
.909 |
.016 |
Pada
data A nilai R square �adalah 0,805 x 100%, sehingga didapatkan nilai
persentase pengaruh variabel X1 (doc)
dan X2 (feed) terhadap variabel Y (kekasaran
permukaan) secara simultan
pada data A yaitu sebesar 80,5%. Sedangkan pada data B nilai R square �adalah 0,932
x 100%, sehingga didapatkan nilai persentase pengaruh variabel X1 (doc) dan X2 (feed) terhadap variabel Y (kekasaran
permukaan) secara simultan
pada data A yaitu sebesar 93.2%.
Tabel 11
Correlations
Data A
|
Ra (Y1) |
doc (X1) |
feed (X2) |
|
Pearson
Correlation |
Ra
(Y1) |
1.000 |
.125 |
.889 |
doc
(X1) |
.125 |
1.000 |
.000 |
|
feed
(X2) |
.889 |
.000 |
1.000 |
|
Sig.
(1-tailed) |
Ra
(Y1) |
. |
.374 |
.001 |
doc
(X1) |
.374 |
. |
.500 |
|
feed
(X2) |
.001 |
.500 |
. |
|
N |
Ra
(Y1) |
9 |
9 |
9 |
doc
(X1) |
9 |
9 |
9 |
|
feed
(X2) |
9 |
9 |
9 |
Tabel 12
Correlations
Data A
|
Ra (Y1) |
doc (X1) |
feed (X2) |
|
Pearson
Correlation |
Ra (Y1) |
1.000 |
.895 |
.362 |
doc (X1) |
.895 |
1.000 |
.000 |
|
feed (X2) |
.362 |
.000 |
1.000 |
|
Sig.
(1-tailed) |
Ra (Y1) |
. |
.001 |
.169 |
doc (X1) |
.001 |
. |
.500 |
|
feed (X2) |
.169 |
.500 |
. |
|
N |
Ra (Y1) |
9 |
9 |
9 |
doc (X1) |
9 |
9 |
9 |
|
feed (X2) |
9 |
9 |
9 |
Berdasarkan tabel correlations diatas pada data A
dapat
diperoleh nilai koefisien korelasi kedalaman potong (doc) terhadap
kekasaran permukaan (Ra) adalah 0,125. Dari tabel 5 diperoleh nilai Beta (koefisien regresi)
untuk kedalaman potong (doc) sebesar 0.125. Jika data tersebut dimasukan ke dalam rumus sumbangan
efektif,
maka diperoleh nilai SE variabel X1 (doc) terhadap Y (Ra) adalah sebesar
1,56%. Sedangkan pada data B nilai
koefisien korelasi kedalaman potong (doc) terhadap kekasaran permukaan
(Ra) adalah 0,895. Dari tabel 6 diperoleh nilai Beta (koefisien regresi)
untuk kedalaman potong (doc) sebesar 0.895. Jika data tersebut dimasukan ke dalam rumus sumbangan
efektif,
maka diperoleh nilai SE variabel X1 (doc) terhadap Y (Ra) adalah sebesar
80,1%.
Hasil dari perolehan data
kekasaran permukaan yang telah dilakukan interpolasi dan ekstrapolasi data
kemudian dibuat kedalam bentuk grafik untuk dilakukan analisa. Berikut adalah
grafik kekasaran permukaan.
Grafik 1.
Kedalaman Potong dan Feed Terhadap Kekasaran Permukaan Data A
Grafik 2.
Kedalaman Potong dan Feed Terhadap Kekasaran Permukaan Data B
Berdasarkan dari perolehan data A pada grafik 1, variasi kedalaman potong memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat kekasaran permukaan.
Pada percobaan menggunakan feed 0.10 mm/put, terlihat bahwa semakin
tinggi nilai kedalaman potong
maka tingkat
kekasaran permukaan akan semakin tinggi yaitu pada kedalaman potong 0.3 mm
dengan kekasaran permukaan 0.353 �m. Namun pada percobaan menggunakan feed 0.16
mm/put, terlihat bahwa semakin rendah nilai
kedalaman potong maka nilai kekasaran permukaan akan
semakin tinggi yaitu pada kedalaman 0.1 mm dengan
kekasaran permukaan 0.447 �m yang merupakan nilai kekasaran permukaan tertinggi
dalam percobaan.
Pada data B variasi kedalaman potong memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat kekasaran permukaan. Terlihat bahwa pada percobaan menggunakan feed
0.10, 0.13, dan 0.16 mm/put nilai kekasaran permukaan semakin meningkat seiring
dengan kenaikan nilai kedalaman potong. Nilai kekasaran permukaan tertinggi
terdapat pada kedalaman potong 0.3 mm dengan feed 0.16 mm/put yaitu
0.473 �m.
Dari grafik 1 dan 2
terlihat bahwa walaupun nilai feed dan depth of cut yang
digunakan antara data A dan data B adalah sama tetapi pada data A nilai
kekasaran permukaan lebih dipengaruhi oleh feed sedangkan pada data B
nilai kekasaran permukaan lebih dipengaruhi oleh depth of cut. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh tingkat kekerasan material yang berbeda antara material
pada data A dan data B.
Nilai signifikansi pengaruh depth
of cut terhadap kekasaran material dapat akan semakin meningkat ketika
proses pembubutan dilakukan pada benda kerja yang tingkat kekerasan materialnya
lebih rendah. Hal ini terjadi akibat menurunnya gaya pemotongan karena
pelunakan material benda kerja pada saat kenaikan depth of cut (Chinchanikar
& Choudhury, 2014). Depth of cut memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap gaya pemotongan
(Rao et al., 2013).
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Kedalaman potong dan feed sama-sama memiliki pengaruh terhadap kekasaran permukaan. Berdasarkan analisis data yang
telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa tingkat kedalaman pemotongan dapat mempengaruhi nilai
kekasaran permukaan yang dihasilkan. Pada data A pengaruhnya
sebesar 1,56 % sedangkan pada data B pengaruhnya
sebesar 80.1%.
Besarnya signifikansi pengaruh kedalaman pemotongan terhdap kekasaran permukaan dipengaruhi oleh faktor lain yaitu
tingkat kekerasan material.
BIBLIOGRAFI
Byrne, G., Dornfeld, D., & Denkena, B. (2003).
Advancing cutting technology. CIRP Annals, 52(2), 483�507.
Cakir, M. C., Ensarioglu, C., & Demirayak, I.
(2009). Mathematical modeling of surface roughness for evaluating the effects
of cutting parameters and coating material. Journal of Materials Processing
Technology, 209(1), 102�109.
�Chinchanikar,
S., & Choudhury, S. K. (2014). Experimental investigations to optimise and
compare the machining performance of different coated carbide inserts during
turning hardened steel. Proceedings of the Institution of Mechanical
Engineers, Part B: Journal of Engineering Manufacture, 228(9),
1104�1117.
Choudhury, S. K., & Chinchanikar, S. (2016). 1.3
finish machining of hardened steel. Comprehensive Materials Finishing, 29,
47.
Elbah, M., Yallese, M. A., Aouici, H., Mabrouki, T.,
& Rigal, J.-F. (2013). Comparative assessment of wiper and conventional
ceramic tools on surface roughness in hard turning AISI 4140 steel. Measurement,
46(9), 3041�3056.
Grzesik, W. (2008). Advanced machining processes of
metallic materials: theory, modelling and applications. Elsevier.
Husni, T., Asmadi, A., Pusvyta, Y., & Hidayat, T.
(2020). Pengaruh Jenis Pahat Dan Kedalaman Pemakanan Pada Proses Pembubutan
Terhadap Kekasaran Permukaan Aisi 4340. Teknika: Jurnal Teknik, 6(2),
119�133.
Rao, C. J., Rao, D. N., & Srihari, P. (2013).
Influence of cutting parameters on cutting force and surface finish in turning
operation. Procedia Engineering, 64, 1405�1415.
S. Omasa and O. Khayal. (2019). Literature Review
on Lathe Machine.
Subbaiah, K. V., Raju, C., & Suresh, C. (2020).
Parametric analysis and optimization of hard turning at different levels of
hardness using wiper ceramic insert. Measurement, 158, 107712.
Yallese, M. A., Rigal, J. F., Chaoui, K., &
Boulanouar, L. (2005). The effects of cutting conditions on mixed ceramic and
cubic boron nitride tool wear and on surface roughness during machining of
X200Cr12 steel (60 HRC). Proceedings of the Institution of Mechanical
Engineers, Part B: Journal of Engineering Manufacture, 219(1),
35�55.
Yusuf, A. M. (2016). Metode penelitian kuantitatif,
kualitatif & penelitian gabungan. Prenada Media.
������������������������������������������������������