Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 2 Febuari 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS CONTINUANCE INTENTION TO
USE LAYANAN VIDEO ON DEMAND DENGAN PENDEKATAN THEORY OF PLANNED BEHAVIOR (STUDI KASUS PADA PENGGUNA APLIKASI
NETFLIX DI KOTA SURABAYA)
Fania
Putri Nuriska dan Nurul Azizah
Universitas Pembangunan
Nasional (UPN) Nasional Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected]
dan [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 28
Januari 2021 Diterima dalam bentuk revisi 12
Februari 2021 Diterima dalam bentuk revisi |
This study aims to determine the factors that form a continuance
intention to use video on demand services using the Theory of Planned
Behavior (TPB) approach which has three constructs, namely attitude towards
behavior, that are attitude towards behavior, subjective norms, and perceived
behavioral control which are modified with perceived enjoyment as an
antecedent variable of Netflix application users in Surabaya. Netflix is one
of the leading video on demand service providers in the world that offers
subscribers a monthly subscription system. This research is classified as
explanatory research with a quantitative approach. The data obtained is
primary data which has been obtained through data collection using a
questionnaire to 100 respondents within five weeks. Data analysis was
performed using SEM-PLS (Partial Least Square) and the data were processed
using WarpPLS version 7.0 tools. The results of this study indicate that perceived
enjoyment has a significant effect on attitude towards behavior, attitude
towards behavior and perceived enjoyment have a significant effect on continuance
intention to use. Furthermore subjective norms and perceived behavioral
control didn't have significant effect on continuance
intention to use. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang
membentuk minat berkelanjutan untuk menggunakan layanan video on demand dengan pendekatan Theory of Planned Behavior (TPB) yang memiliki tiga konstruk,
yakni attitude towards behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control yang
dimodifikasi dengan variabel perceived
enjoyment sebagai variabel anteseden pada pengguna aplikasi Netflix di
Kota Surabaya. Netflix merupakan salah satu penyedia layanan video on demand terkemuka di dunia
yang menawarkan sistem berlangganan setiap bulan kepada pelanggan. ������ Penelitian
ini diklasifikasikan sebagai explanatory
research dengan pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh merupakan
data primer yang didapatkan melalui pengambilan data dengan menggunakan
kuesioner kepada 100 responden dalam kurung waktu lima minggu. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan SEM-PLS (Partial
Least Square) dan data diolah dengan menggunakan tools WarpPLS versi 7.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perceived enjoyment berpengaruh
signifikan terhadap attitude towards
behavior, attitude towards behavior
berpengaruh signifikan terhadap continuance
intention to use, subjective norms
dan perceived behavioral control
tidak berpengaruh signifikan terhadap continuance
intention to use, dan perceived
enjoyment berpengaruh signifikan terhadap continuance intention to use. |
Keywords: theory
of planned behavior; attitude towards behavior; subjective norms; perceived
behavioral control; perceived enjoyment; video on demand services Kata kunci: teori perilaku yang
direncanakan; sikap terhadap perilaku; norma subjektif; kontrol perilaku yang
dirasakan; kenikmatan yang dirasakan; video layanan sesuai permintaan |
Pendahuluan
Perkembangan ilmu teknologi, teknologi informasi, dan teknologi komunikasi hadir dalam kehidupan masyarakat memegang peranan penting dalam perubahan aspek kehidupan, tidak terkecuali dalam dunia bisnis. Salah satu aktivitas yang memiliki peran penting dalam rangka memenuhi kebutuhan individu dalam perkonomian adalah bisnis (Norvadewi, 2015). Pemanfaatan teknologi dalam rangka mendukung kemajuan bisnis digunakan bagi pelaku bisnis untuk menarik perhatian dari konsumen.
Internet adalah salah satu perkembangan teknologi yang berkembang pesat. Pengguna internet Indonesia diprediksi meningkat setiap tahunnya. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet. Indonesia (APJII) tahun 2019 melaporkan bahwa ada kenaikan jumlah pengguna internet Indonesia yang semakin meningkat mencapai 175,4 juta pengguna. Hal ini menyatakan bahwa 64% dari 272,1 juta total penduduk Indonesia menggunakan internet sebagai penunjang aktivitas sehari-hari. Adanya kenaikan jumlah pengguna internet membuat munculnya banyak inovasi baru dalam dunia bisnis yang bersifat online seperti social media, messanging platform, dan layanan streaming music, maupun video.
Hiburan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Salah satu aktivitas masyarakat yang menggunakan internet sebagai hiburan adalah menonton video. Persentase pengguna internet mulai umur 16 hingga 64 tahun menurut We Are Social and Hootsuite pada Januari 2020, online content activities yang dilakukan oleh pengguna internet di Indonesia terbagi atas lima kegiatan yakni 99% pengguna menonton video secara online, 79% pengguna menonton vlog, 84% pengguna mendengarkan layanan streaming music, 58% pengguna mendengarkan stasiun radio online, dan 43% pengguna mendengarkan podcast.
Perubahan pola perilaku konsumen tersebut mempengaruhi industri komunikasi yang memunculkan konsep layanan video on demand. Layanan video on demand memberikan kebebasan kontrol penuh kepada pengguna. Video on demand merupakan sistem interaktif yang memungkinkan pengguna untuk memilih sendiri konten video yang akan dinikmati (Yusuf & Indrawati, 2019). Layanan ini tersedia dalam bentuk aplikasi mobile. Aplikasi mobile dirancang khusus untuk platform seluler yang dapat berpindah-pindah tempat, sehingga meningkatkan efektivitas dalam penggunaannya.
Salah satu perusahaan penyedia layanan video on demand di Indonesia adalah Netflix. Pelanggan streaming Netflix Indonesia menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup pesat dari tahun 2017 hingga 2020. Pelanggan sebagai salah satu kunci keuntungan produsen memiliki peranan penting dalam meningkatkan penjualan layanan video on demand. Minat berkelanjutan yang dilakukan oleh pelanggan tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung. Faktor yang mempengaruhi pelanggan dalam berkelanjutan menggunakan layanan merupakan tolak ukur sejauh mana pelanggan menikmatinya.
Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan salah satu teori yang dicetuskan oleh Icek izjen. Teori ini adalah pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA). TRA adalah teori tindakan beralasan dengan satu keyakinan bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap suatu hal akan menentukan sikap dan perilaku orang tersebut. Ada dua konstruk TRA yakni attitude towards behavior (sikap terhadap perilaku) dan subjective norms (norma-norma subjektif). Ajzen (1998) mengembangkan teori TRA dengan menambahkan kontruk perceived behavioral control (kontrol perilaku persepsian) menjadi TPB. Attitude towards behavior didefinisikan sebagai derajat penilaian positif atau negatif individu terhadap suatu perilaku. Subjective norms didefinisikan sebagai keyakinan mengenai kesetujuan atau ketidaksetujuan seseorang atau sekelompok orang yang penting bagi individu� terhadap suatu perilaku. Dan perceived behavioral control didefinisikan sebagai keyakinan individu mengenai faktor pendukung atau penghambat untuk melakukan suatu perilaku (Amanu, 2019).
Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh (Idris & Kasmo, 2017) dengan judul Pengaruh Sikap, Norma Subjektif dan Persepsi
Kontrol Perilaku terhadap Minat Kepemilikan Kartu Kredit mendapatkan hasil bahwa
sikap dan persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap minat
kepemilikan kartu kredit, sedangkan norma subjektif tidak berpengaruh
signifikan terhadap minat kepemilikan kartu kredit Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (L. Nugroho et al., 2018) dengan judul� Factors Affecting Consumer Interest In
Electronic Money Usage With Theory Of Planned Behavior (TPB) menunjukan hasil
bahwa sikap terhadap perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap minat. Norma subjektif dan kontrol perilaku yang dirasakan berpengaruh
signifikan terhadap minat dalam penggunaan uang elektronik.
Penelitian ini memodifikasi TPB, modifikasi pertama dengan menambah satu
variabel yakni perceived enjoyment
termasuk dalam aktivitas karena aktivitas tersebut mengarah pada kesenangan dan
kenikmatan. Menurut (Praveena & Thomas, 2014) perceived enjoyment ditemukan berhubungan positif dengan sikap
terhadap penggunaan sumber tertentu. Modifikasi kedua dengan
menggantikan behavioral intention
dengan continuance intention to use
karena fokus penelitian ini mengacu kepada individu yang sudah pernah
menggunakan layanan video on demand.
Ada lima variabel yang
digunakan pada penelitian ini yakni attitude
towards behavior, subjective norms, perceived behavioral control, perceived
enjoyment, dan continuance intention
to use. Dapat dilihat pada kerangka berpikir dibawah ini:
Gambar 1 Kerangka
Berpikir
Maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H1 = Perceived enjoyment berpengaruh signifikan terhadap attitude towards behavior pengguna aplikasi layanan video on demand Netflix di Kota Surabaya.
2. H2 = Attitude towards behavior berpengaruh signifikan terhadap continuance intention to use aplikasi layanan video on demand Netflix di Kota Surabaya.
3. H3 = Subjective norms berpengaruh signifikan terhadap continuance intention to use aplikasi layanan video on demand Netflix di Kota Surabaya.
4. H4 = Perceived behavioral control berpengaruh signifikan terhadap continuance intention to use aplikasi layanan video on demand Netflix di Kota Surabaya.
5. H5 = Perceived enjoyment berpengaruh signifikan terhadap continuance intention to use aplikasi layanan video on demand Netflix di Kota Surabaya.�
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua
jenis variabel yaitu variabel bebas/variabel laten eksogen dan variabel terikat/variabel
laten endogen. Masing-masing variabel memiliki empat
indikaktor. Pada penelitian ini
bentuk variabel laten dan indikator-indikatornyabersifat reflektif. Dalam model
konstruk reflektif, indikator dipandang sebagai variabel yang dipengaruhi
variabel laten.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif menekankan pada pengukuran objektif, analisis statistik, matematika, atau numerik dari data yang dikumpulkan. Kuantitatif digunakan untuk mempelajari populasi, dan sampel tertentu. Pengumpulan data signifikan secara statistik dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2018). Metode kuantitatif yang digunakan adalah explanatory research. Explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal (sebab akibat) dan menguji keterkaitan antar beberapa variabel melalui pengujian atau penelitian penjelasan.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penyebaran
kuesioner dalam kurun waktu lima minggu terhitung dari
bulan Desember 2020 hingga Januari 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna aplikasi
layanan video on demand Netflix yang
berada di wilayah Kota Surabaya yang identitas dan jumlahnya tidak diketahui. Dikarenakan populasi yang diteliti infinite (populasi yang jumlah dan identitas anggota populasi tidak
diketahui), maka pada penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling. Non-probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak dapat memberikan
peluang yang sama untuk setiap elemen atau anggota yang dipilih untuk
pengambilan sampel (Sugiyono, 2018:136). Sedangkan untuk penentuan sampel
menggunakan teknik purposive sampling.
Yakni suatu teknik yang digunakan untuk menentukan sampel dengan karakteristik
atau pertimbangan tertentu dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2018:138). Hair et al merekomendasikan ukuran
sampel yang sesuai dengan metode SEM adalah sekitar 100-150 responden. �Power analysis based on the portion of the
model with the largest number of predictors, minimal recommendations 30-100
cases� (Chin & Newsted, 1999). Maka pada penelitian ini agar jumlah sampel ditentukan
secara proporsional peneliti akan mengambil 100
sampel. Adapun karakteristik sampel untuk dijadikan responden meliputi : (1) Pengguna yang memiliki aplikasi mobile
Netflix, (2) Pengguna layanan video on demand Netflix berdomisili di Kota
Surabaya, (3) Pengguna yang telah berlangganan paling sedikit dua bulan
berturut-turut.
Data yang dibutuhkan pada peneilitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui penyebaran kuisioner kepada objek penelitian yakni pengguna aplikasi layanan video on demand Netflix sebagai responden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai media informasi untuk mendukung penelitian ini. Analisa data primer berdasarkan persentase dan pengukuran dengan menggunakan skala likert kemudian diolah dengan menggunakan bantuan software WarpPLS 7.0.
Hasil dan Pembahasan������������������
A. Hasil
Pada penelitian ini model SEM-PLS diaplikasikan dengan menggunakan software WarpPLS 7.0 dengan melalui dua tahapan yakni tahap evaluasi model pengukuran (outer model) dan tahap evaluasi model struktural (inner model).
1.
Evaluasi
Model Pengukuran (Outer Model)
a. Convergent validity
Tabel 1 Hasil Uji Validitas Konvergen
|
Indikator |
Nilai Loading |
p-value |
X1 |
Perceived
enjoyment |
|
|
X11 |
Fun |
0.745 |
<0.001 |
X12 |
Rich
content |
0.722 |
<0.001 |
X13 |
Enjoy |
0.845 |
<0.001 |
X14 |
Interesting
features |
0.725 |
<0.001 |
X2 |
Attitude
towards behavior |
|
|
X21 |
Practicality |
0.736 |
<0.001 |
X22 |
Lifestyle |
0.748 |
<0.001 |
X23 |
Usefullness |
0.826 |
<0.001 |
X24 |
Pride |
0.863 |
<0.001 |
X3 |
Subjective
norms |
|
|
X31 |
Family
members |
0.575 |
<0.001 |
X32 |
Friends |
0.765 |
<0.001 |
X33 |
Social
media |
0.544 |
0.001 |
X34 |
Social
environment |
0.821 |
<0.001 |
X4 |
Perceived
behavioral control |
|
|
X41 |
Perceived
quality |
0.941 |
<0.001 |
X42 |
Knowledge |
0.941 |
<0.001 |
X43 |
User-friendly |
0.775 |
<0.001 |
X44 |
Time |
0.662 |
<0.001 |
Y |
Continuance
intention to use |
|
|
Y1 |
Possiblity
to reuse |
0.825 |
<0.001 |
Y2 |
Times of
reuse |
0.853 |
<0.001 |
Y3 |
Recommended
action |
0.492 |
<0.001 |
Y4 |
Loyal |
0.766 |
<0.001 |
Berdasarkan Tabel 1 hasil dari uji validitas konvergen. Pada cell yang angkanya berwarna hitam menunjukkan data telah valid, sedangkan pada cell yang angkanya berwarna merah menunjukkan data tidak valid karena kurang dari < 0,7 yakni indikator family members (X31), social media (X33), time (X44), dan recommended action (Y3). Menurut (Hair et al., 2013:104) apabila nilai loading indikator refletif < 0,4 maka indikator tersebut harus dihapus, sedangkan apabila nilai loading indikator refletif > 0,4 dan < 0,7 maka harus menganalisis dampak penghapusan indikator pada nilai AVE dan CR dengan ketentuan:
a) Penghapusan meningkatkan ukuran di atas ambang batas, menyatakan indikator reflektif dihapus.
b) Penghapusan tidak meningkatkan ukuran di atas ambang batas, menyatakan indikator reflektif dipertahankan.
Apabila dalam hasil ada data yang tidak valid maka harus dilakukan pengujian ulang dengan menghapus indikator yang bermasalah. Pengujian ulang dilakukan untuk mengetahui apakah indikator tersebut harus dihapus atau masih bisa dipertahankan. Hasil uji validitas konvergen ulang dan uji reliabilitas disajikan sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Validitas Konvergen Ulang
|
Indikator |
Nilai Loading Awal |
Nilai Loading Baru |
p-value |
X1 |
Perceived enjoyment
|
|
|
|
X11 |
Fun |
0.745 |
0.745 |
<0.001 |
X12 |
Rich
content |
0.722 |
0.722 |
<0.001 |
X13 |
Enjoy |
0.845 |
0.845 |
<0.001 |
X14 |
Interesting
features |
0.725 |
0.725 |
<0.001 |
X2 |
Attitude
towards behavior |
|
|
|
X21 |
Practicality |
0.736 |
0.736 |
<0.001 |
X22 |
Lifestyle |
0.748 |
0.748 |
<0.001 |
X23 |
Usefullness |
0.826 |
0.826 |
<0.001 |
X24 |
Pride |
0.863 |
0.863 |
<0.001 |
X3 |
Subjective
norms |
|
|
|
X32 |
Friends |
0.765 |
0.860 |
<0.001 |
X34 |
Social
environment |
0.821 |
0.860 |
<0.001 |
X4 |
Perceived
behavioral control |
|
|
|
X41 |
Perceived
quality |
0.941 |
0.968 |
<0.001 |
X42 |
Knowledge |
0.941 |
0.968 |
<0.001 |
X43 |
User-friendly |
0.775 |
0.777 |
<0.001 |
Y |
Continuance
intention to use |
|
|
|
Y1 |
Possiblity
to reuse |
0.825 |
0.869 |
<0.001 |
Y2 |
Times of
reuse |
0.853 |
0.903 |
<0.001 |
Y4 |
Loyal |
0.766 |
0.722 |
<0.001 |
Berdasarkan tabel 2 setelah dilakukan pengujian ulang dengan
menghapus indikator yang tidak valid diperoleh nilai loading baru. Pada data ini diperoleh nilai > 0,7 dan p <0,05 yang menyatakan semua indikator yang
tersisa telah valid.
Tabel 3 Nilai Average Variance
Extracted (AVE)
|
Indikator |
Nilai AVE
Awal |
Nilai AVE
Baru |
X1 |
Perceived
enjoyment |
0.578 |
0.578 |
X2 |
Attitude
towards behavior |
0.632 |
0.632 |
X3 |
Subjective
norms |
0.472 |
0.740 |
X4 |
Perceived
behavioral control |
0.703 |
0.825 |
Y |
Continuance
intention to use |
0.559 |
0.687 |
Syarat uji nilai
AVE menurut (Hair et al.,
2013:103) harus > 0,5 Berdasarkan Tabel 3 pengujian ulang diperoleh
nilai AVE > 0,5 yang menyatakan variabel telah valid.
b. Internal Consistency Reliability
Tabel 4
Hasil Uji Reliabilitas Ulang
|
Indikator |
Nilai CR Awal |
Nilai CR Baru |
X1 |
Perceived enjoyment |
0.845 |
0.845 |
X2 |
Attitude towards behavior |
0.872 |
0.872 |
X3 |
Subjective norms |
0.776 |
0.850 |
X4 |
Perceived behavioral control |
0.903 |
0.934 |
Y |
Continuance intention to use |
0.830 |
0.873 |
Syarat uji reliabilitas apabila memiliki nilai > 0,7, berdasarkan hasil pengujian ulang pada Tabel 4 diperoleh nilai > 0,7 yang menyatakan semua variabel telah reliabel.
Dengan melakukan pengujian ulang diperoleh hasil data sesuai dengan ketentuan bahwa apabila nilai AVE dan composite reliability berubah setelah indikator tidak valid dihapus, maka indikator tersebut harus dihilangkan
c. Discriminant validity
Menurut (Hair et al., 2013:105) nilai loading masing-masing indikator setiap konstruk harus lebih besar dari pada nilai cross loading konstruk lainnya.
Tabel 5 Indikator
Loading dan Cross Loading Model Reflektif
|
PE |
ATB |
SN |
PBC |
CIU |
P-value |
X11 |
(0.745) |
0.196 |
-0.177 |
-0.127 |
-0.065 |
<0.001 |
X12 |
(0.722) |
-0.145 |
-0.131 |
0.056 |
0.090 |
<0.001 |
X13 |
(0.845) |
0.004 |
0.091 |
0.026 |
-0.050 |
<0.001 |
X14 |
(0.725) |
-0.062 |
0.207 |
0.044 |
0.035 |
<0.001 |
X21 |
0.891 |
(0.736) |
0.180 |
0.051 |
0.007 |
<0.001 |
X22 |
-0.624 |
(0.748) |
-0.052 |
-0.094 |
-0.124 |
<0.001 |
X23 |
0.041 |
(0.826) |
-0.183 |
-0.112 |
0.124 |
<0.001 |
X24 |
-0.257 |
(0.863) |
0.067 |
0.145 |
-0.018 |
<0.001 |
X32 |
-0.162 |
0.025 |
(0.860) |
0.070 |
0.027 |
<0.001 |
X34 |
0.162 |
-0.025 |
(0.860) |
-0.070 |
-0.027 |
<0.001 |
X41 |
-0.037 |
-0.031 |
-0.044 |
(0.968) |
0.022 |
<0.001 |
X42 |
-0.037 |
-0.031 |
-0.044 |
(0.968) |
0.022 |
<0.001 |
X43 |
0.093 |
0.077 |
0.109 |
(0.777) |
-0.056 |
<0.001 |
Y1 |
-0.017 |
-0.013 |
-0.147 |
0.064 |
(0.869) |
<0.001 |
Y2 |
-0.038 |
-0.022 |
0.029 |
-0.032 |
(0.903) |
<0.001 |
Y4 |
0.067 |
0.044 |
0.141 |
-0.037 |
(0.722) |
<0.001 |
Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai loading masing-masing indikator setiap konstruk lebih besar dari pada nilai cross loading konstruk lainnya yang ditunjukkan oleh cell dengan angka bercetak tebal, sehingga dapat dikatakan bahwa indikator tersebut valid dan telah memenuhi uji validitas diskriminan. Metode kedua untuk melihat nilai validitas diskriminan adalah dengan cara membandingkan square root of Average Variance Extracted (AVE) harus lebih besar dari korelasi tertingginya dengan variabel laten lainnya. Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa masing-masing nilai square root of Average Variance Extracted (AVE) dari setiap variabel lebih besar dibanding variabel laten lainnya.
Tabel 6 Nilai Square Root of AVE
|
PE |
ATB |
SN |
PBC |
CIU |
PE |
(0.761) |
0.762 |
0.164 |
0.544 |
0.393 |
ATB |
0.762 |
(0.795) |
0.299 |
0.579 |
0.373 |
SN |
0.164 |
0.299 |
(0.860) |
0.205 |
-0.017 |
PBC |
0.544 |
0.579 |
0.205 |
(0.909) |
0.312 |
CIU |
0.393 |
0.373 |
-0.017 |
0.312 |
(0.835) |
2.
Evaluasi
Model Struktural (Inner Model)
a. Evaluasi Full Collinearity VIF
Tabel 7 Nilai Full
Collinearity VIF
|
PE (X1) |
ATB (X2) |
SN (X3) |
PBC (X4) |
CIU (Y) |
Full Coll.
VIF |
2.570 |
2.837 |
1.135 |
1.586 |
1.235 |
Menurut (Hair et al., 2013) nilai VIF < 5 maka mengindikasikan bahwa model tidak memiliki masalah kolinearitas. Oleh karena itu, berdasarkan Tabel 7 dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel laten bebas dari masalah kolinearitas.
b. Evaluasi Nilai (R2)
Menurut (Hair et al., 2013:186) nilai R2 0,75 termasuk kategori substansial, sedangkan nilai R2 0,50 termasuk kategori moderat, dan nilai R2 0,25 termasuk kategori lemah.
Tabel 8 Nilai R-Squared (R�)
|
PE |
ATB |
SN |
PBC |
CIU |
R-Squared |
|
0.583 |
|
|
|
Adj.
R-Squared |
|
0.579 |
|
|
|
R-Squared |
|
|
|
|
0.196 |
Adj.
R-Squared |
|
|
|
|
0.162 |
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa
nilai R2 yang diperoleh dari hubungan variabel perceived enjoyment (X1) terhadap attitude towards behavior (X2) sebesar 0,583 yang menunjukkan bahwa
model dalam kategori kuat. Sedangkan varibel perceived enjoyment (X1), attitude
towards behavior (X2), subjective
norms (X3), perceived behavioral
control (X4), terhadap variabel continuance
intention to use (Y) sebesar 0,196 yang menunjukkan bahwa model dalam kategori
lemah.
c. Evaluasi Effect Size (f2)
Menurut (Hair et al., 2013:186) Nilai f2 0,02 menunjukkan efek kecil, kemudian 0,15 menunjukkan efek sedang, dan 0,35 menunjukkan efek besar.
Tabel 9 Nilai Effect Size (f2)
|
PE |
ATB |
SN |
PBC |
CIU |
PE |
|
|
|
|
|
ATB |
0.583 |
|
|
|
|
SN |
|
|
|
|
|
PBC |
|
|
|
|
|
CIU |
0.082 |
0.078 |
0.006 |
0.030 |
|
Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa nilai f2 dari variabel perceived enjoyment (X1) memiliki nilai 0,583 yang dapat diartikan bahwa memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel attitude towrads behavior (X2). Sedangkan perceived enjoyment (X1) memiliki nilai 0,082 yang dapat diartikan bahwa memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel continuance intention to use (Y), kemudian variabel attitude towards behavior (X2) memiliki nilai 0,078 yang dapat diartikan memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel continuance intention to use (Y), selanjutnya variabel subjective norms (X3) memiliki nilai 0,006 yang dapat diartikan memiliki pengaruh yang kecil terhadap variabel continuance intention to use (Y), dan variabel perceived behavioral control (X4) memiliki nilai 0,030 yang dapat diartikan memiliki pengaruh yang kecil terhadap variabel continuance intention to use (Y).
d.
Evaluasi Nilai Q2
Menurut (Hair et al., 2013) nilai Q2 yang lebih besar dari 0 maka dikategorikan memiliki predictive relevance yang baik dan apabila nilai Q2 lebih kecil dari 0 maka dikategorikan kurang memiliki predictive relevance.
Tabel 10 Nilai Q-Squared (Q2)
|
PE |
ATB |
SN |
PBC |
CIU |
PE |
|
|
|
|
|
ATB |
0.582 |
|
|
|
|
SN |
|
|
|
|
|
PBC |
|
|
|
|
|
CIU |
|
|
|
|
0.217 |
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui nilai Q2� pada variabel attitude towards behavior (X1) sebesar 0,582 dan variabel continuance intention to use (Y) sebesar 0,217 yang berarti memiliki predictive relevance yang baik karena mendekati ke angka 1.
3.
Pengujian
Hipotesis
Tabel 11 Nilai Koefisien Jalur dan P-value
|
Korelasi Jalur |
Koefisien Jalur |
P-value |
T-
Statistic |
Keterangan |
H1 |
PE� � ATB |
0.764 |
< 0.001 |
9.43 |
Diterima |
H2 |
ATB
� CIU |
0.199 |
0.019 |
2.09 |
Diterima |
H3 |
SN
� CIU |
-0.098 |
0.158 |
-1.03 |
Ditolak |
H4 |
PBC
� CIU |
0.095 |
0.167 |
0.97 |
Ditolak |
H5 |
PE
� CIU |
0.203 |
0.017 |
2.13 |
Diterima |
1) H1 : Perceived
Enjoyment Berpengaruh Signifikan Terhadap Attitude Towards Behavior Pengguna Aplikasi Layanan Video On Demand Netflix di Kota
Surabaya.
Berdasarkan hasil di atas diperoleh nilai
koefisien jalur sebesar 0,764, nilai t-statistic 9,43
≥ 1,96 dan nilai p-value sebesar < 0,001 yang berarti ≤ 0,05
menunjukkan bahwa hipotesis memenuhi syarat, maka H1 diterima. Oleh karena itu, variabel perceived
enjoyment berpengaruh signifikan terhadap variabel attitude towards behavior.
2) H2 : Attitude
Towards Behavior Berpengaruh Signifikan Terhadap Continuance Intention To Use Aplikasi Layanan Video On Demand Netflix di Kota Surabaya.
Berdasarkan hasil di atas diperoleh nilai
koefisien jalur sebesar 0,199, nilai t-statistic 2,09 ≥ 1,96 dan nilai
p-value sebesar 0,019 yang berarti ≤ 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis
memenuhi syarat, maka H2 diterima. Oleh karena itu, variabel attitude towards behavior berpengaruh
signifikan terhadap variabel continuance
intention to use.
3) H3 : Subjective
Norms Berpengaruh Signifikan Terhadap Continuance
Intention To Use Aplikasi Layanan Video
On Demand Netflix di Kota Surabaya.
Berdasarkan hasil di atas diperoleh nilai
koefisien jalur sebesar -0,098, nilai t-statistic -1,03 ≤ 1,96 dari dan
nilai p-value sebesar 0,354 yang berarti ≥ 0.05 menunjukkan bahwa
hipotesis tidak memenuhi syarat, maka H3 ditolak. Oleh karena
itu, variabel subjective norms tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel continuance
intention to use.
4) H4 : Perceived
Behavioral Control Berpengaruh Signifikan Terhadap Continuance Intention To Use Aplikasi Layanan Video On Demand Netflix Di Kota Surabaya.
Berdasarkan hasil di atas diperoleh nilai
koefisien jalur sebesar 0,095, nilai t-statistic 0,97 ≤ 1,96 dari dan
nilai p-value sebesar 0,167 yang berarti ≥ 0,05 menunjukkan bahwa
hipotesis tidak memenuhi syarat, maka H4 ditolak. Oleh karena itu, variabel perceived behavioral control tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel continuance
intention to use.
5) H5 : Perceived
Enjoyment Berpengaruh Signifikan Terhadap Continuance Intention To Use Aplikasi Layanan Video On Demand Netflix di Kota Surabaya.�
Berdasarkan hasil di atas diperoleh nilai
koefisien jalur sebesar 0,203, nilai t-statistic 2,13 ≥ 1,96 dan nilai
p-value sebesar 0,017 yang berarti ≤ 0,05 menunjukkan bahwa hipotesis
memenuhi syarat, maka H5 diterima. Oleh karena itu, variabel perceived enjoyment berpengaruh
signifikan terhadap variabel continuance
intention to use.
Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
variabel-variabel dalam Theory of Planned
Behavior (TPB) yang dimodifikasi dengan variabel anteseden. Adapun
variabel tersebut terdiri perceived
enjoyment (X1), attitude towards
behavior (X2), subjective norms (X3), perceived behavioral control (X4), dan
continuance intention to use (Y). Dari kelima variabel tersebut masing
masing memiliki empat indikator yang memperkuat variabel tersebut, dengan
menggunakan analisis pemodelan SEM-PLS. Menjaga
pelanggan agar tetap menggunakan suatu layanan bukan hal yang mudah terlebih
lagi untuk suatu produk yang memiliki banyak pesaing sejenis dan merupakan gaya hidup baru masyarakat dalam memenuhi kebutuhan yang
semakin kompleks. Dari penelitian ini dapat diketahui faktor apa
saja yang perlu ditingkatkan dan diperhatikan untuk meningkatkan minat
berkelanjutan menggunakan layanan video
on demand pada aplikasi Netflix.
1.
Pengaruh
Perceived Enjoyment Terhadap Attitude Towards Behavior
Berdasarkan pengujian statistik menyatakan bahwa perceived enjoyment memiliki pengaruh
terhadap attitude towards behavior. Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian dari (Purwanegara et al., 2017)
yang mengatakan bahwa perceived enjoyment
berpengaruh signifikan dan positif terhadap sikap (attitude towards behavior). Dalam penelitian tersebut menyatakan
semakin tinggi perceived enjoyment
yang dirasakan, akan semakin positif sikapnya terhadap
objek yang digunakan. Perceived
enjoyment merupakan perspektif subjektif pengguna, yang hanya bisa
dirasakan.
Begitu juga hasil
penelitian ini mendukung penelitian (Praveena & Thomas,
2014)
yang mengatakan bahwa perceived enjoyment
berpengaruh positif terhadap attitude.
Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa perceived
enjoyment memainkan peran penting dalam menentukan sikap. Hal tersebut karena pengguna merasa nyaman dengan fitur pada
aplikasi tersebut. Pada penelitian ini responden
mayoritas merasakan kenyamanan dan pengalaman yang menyenangkan setelah
menggunakan aplikasi Netflix dalam mengakses konten yang telah disediakan.
Ini juga mendukung pendapat penelitian yang dilakukan dilakukan oleh (Lestari & Soesanto,
2020).
Kenikmatan yang dirasakan mengacu pada perasaan psikologis
pengguna pengguna saat mengkonsumsi berbasis teknologi hiburan. Maka
dapat disimpulkan bahwa perceived
enjoyment dalam menentukan attitude
towards behavior (sikap) pengguna aplikasi layanan video on demand� Netflix di Kota Surabaya.
Dengan pengguna merasa nyaman dan senang akan menimbulkan
sikap yang positif untuk menggunakan layanan video on demand Netflix.
2.
Pengaruh
Attitude Towards Behavior Terhadap Continuance Intention To Use
Berdasarkan pengujian statistik menyatakan bahwa attitude towards behavior memiliki
pengaruh terhadap continuance intention
to use. Hasil
tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari (Pratana, 2014)
yang mengatakan bahwa sikap berpengaruh parsial dan simultan terhadap niat
beli. Bahwa sikap merupakan evaluasi konsep secara menyeluruh
yang dilakukan oleh konsumen. Hasil temuan ini sesuai dengan (Pratana, 2014)
bahwa evaluasi dapat diciptakan oleh sistem afektif yang berupa emosi,
perasaan, suasana hati dan tanggapan segera dan langsung pada rangsangan
tertentu. Sikap ini dapat berupa ketertarikan, kesukaan terhadap produk,
kesenangan, dan keyakinan akan manfaat suatu produk. Apabila ketertarikan, kesukaan, kesenangan dan keyakinan konsumen
positif, maka cenderung menimbulkan niat untuk membeli suatu produk
(barang/jasa).
Begitupun hasil
penelitian ini juga sependapat dengan hasil penelitian dari (Idris & Kasmo, 2017)
yang menyatakan bahwa sikap berpengaruh positif terhadap minat kepemilikan. Adanya perasaan yang nyaman melalui sikap dapat meningkatkan
ketertarikan atau minat dalam suatu penggunaan. Menurut (Lestari & Soesanto,
2020)
menekankan bahwa ada yang hubungan positif dengan sikap untuk menggunakan
dengan niat berkelanjutan untuk menggunakan, dimana ketika pengguna memutuskan
untuk menggunakan sistem, itu dimulai dengan sikap pengguna terhadap sistem
jadi itu akan menciptakan kemauan untuk melanjutkan menggunakannya.
Namun hasil
tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian dari (A. Nugroho et al., 2018)
yang mengatakan bahwa attitude towards
behavior tidak berpengaruh signifikan terhadap behavior intention. Hasil penelitian ini berbeda bisa disebabkan dengan perbedaan objek
dan wilayah yang diteliti. Pada dasarnya jika seseorang memiliki suatu
keyakinan dalam bentuk sikap yang positif untuk menggunakan suatu produk
(barang/jasa), maka seseorang akan memiliki minat
melanjutkan untuk menggunakan suatu produk (barang/jasa) tersebut. Pada penelitian ini mayoritas responden telah merasakan kemudahan
dan kepraktisan untuk mengakses layanan yang sesuai dengan permintaan pengguna.
Maka pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa attitude towards behavior tidak berpengaruh dalam membentuk continuance intention to use (minat
berkelanjutan untuk menggunakan) aplikasi layanan video on demand� Netflix di Kota Surabaya.
3.
Pengaruh
Subjective Norms Terhadap Continuance Intention To Use
Berdasarkan pengujian statistik menyatakan bahwa subjective norms tidak memiliki pengaruh
terhadap continuance intention to use. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian
penelitin terdahulu dari (A. Nugroho et al., 2018) bahwa subjective norms memiliki pengaruh
terhadap behavior intention. Subjective norms yang paling besar digambarkan dengan mengikuti
rekomendasi teman dan komunitas sosial untuk menggunakan suatu layanan. Pada penelitian ini subjective
norms tidak memliki pengaruh terhadap minat berkelanjutan menggunakan
layanan video on demand Netflix.
Begitupun dengan hasil penelitian dari (Pratana, 2014) yang mengatakan
bahwa norma subjektif berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap niat
beli. Subjective norms
dapat berupa pengaruh dari kebanyakan orang melakukan pembelian yang digunakan
sebagai pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian ulang. Semakin banyak orang melakukan pembelian maka menjadi pertimbangan
kebijaksanaan konsumen dalam melakukan suatu pembelian. Hasil pada
penelitian ini tidak sejalan dengan teori (Pratana, 2014) yakni menyatakan
bahwa kalau individu memiliki hak pribadinya untuk menentukan apa yang akan
dilakukan dan dapat dipengaruhi oleh orang lain disekitar individu tersebut,
maka dia akan merasa bahwa pandangan orang tentang perilaku yang akan
dilakukannya adalah sesuai, sehingga akan menimbulkan niat untuk membeli suatu
produk/jasa sesuai pandangan orang lain. Namun pada penelitian ini berbeda,
peneliti menduga bahwa mayoritas minat responden dalam melanjutkan menggunakan
layanan video on demand aplikasi
Netflix tidak dipengaruhi oleh keluarga, teman, iklan di media sosial, maupun
orang-orang dilingkungan sekitar, melainkan mereka dipengaruhi oleh motivasi
dari individu sendiri karena pengguna lebih mengerti apa yang mereka inginkan.
Sehingga pandangan atau persepsi dari orang lain tidak
memberikan tekanan untuk menggunakan suatu produk.
Demikian penelitian ini mendukung hasil penelitian dari (Idris & Kasmo, 2017) yang mengatakan
bahwa norma subjektif tidak berpengaruh signifikan terhadap minat kepemilikan.
Adanya perbedaan hasil bisa disebabkan dikarenakan adanya berbedaan demografis
dan gaya hidup masyarakat dari wilayah objek
penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa subjective
norms tidak berpengaruh dalam membentuk continuance
intention to use (minat berkelanjutan untuk menggunakan) aplikasi layanan video on demand� Netflix
di Kota Surabaya.
4.
Pengaruh
Perceived Behavioral Control Terhadap
Continuance Intention To Use
Berdasarkan pengujian statistik menyatakan bahwa perceived behavioral control tidak
memiliki pengaruh terhadap continuance
intention to use. Hasil tersebut bertolak belakang
dengan hasil penelitian terdahulu dari (Pratana, 2014)
yang mengatakan bahwa behavioral control
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap niat beli, artinya semakin
baik behavioral control maka, semakin
tinggi niat beli konsumen. Hasil ini juga tidak mendukung teori dari (Pratana, 2014)
menyatakan niat beli dipandang bahwa dipandang sebagai sesuatu yang dengan
segera mendahului tingkah laku yang ditentukan oleh perceived behavioral control. Teori tersebut menunjukkan bahwa
semakin baik perceived behavioral control,
maka akan meningkatkan niat membeli pada pelanggan.
Begitu juga dengan
hasil penelitian dari (A. Nugroho et al., 2018)
yang mengatakan bahwa perceived
behavioral control memiliki pengaruh signifikan terhadap behavior
intention. Dan hasil penelitian dari (Idris & Kasmo, 2017)
yang mengatakan bahwa persepsi kontrol perilaku berpengaruh signifikan terhadap
minat kepemilikan. Hal ini disebabkan karena responden merasa
tidak ada kesulitan untuk memiliki suatu produk.
Adanya
perbedaan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu bisa disebabkan karena
peneliti menduga responden memiliki kesulitan mengatur waktu untuk menikmati
konten-konten hiburan yang disediakan pada aplikasi Netflix. Walaupun mayoritas responden telah
meyakini Netflix mempunyai kualitas yang baik, pengguna memiliki pengetahuan
tentang aplikasi, dan kemudahan mengoperasikan aplikasi Netflix.
Sehingga hasil ini mendukung penelitian dari (Amanu, 2019)
yang menyatakan hasil bahwa perceived
behaviour control tidak berpengaruh terhadap variabel niat (intention) dalam perilaku pembelian
dikarenakan konsumen tidak merasakan adanya kemudahan dalam menemukan produk.
Maka dapat disimpulkan bahwa perceived
behavioral control tidak berpengaruh dalam membentuk continuance intention to use (minat berkelanjutan untuk
menggunakan) aplikasi layanan video on demand� Netflix di Kota Surabaya.
5.
Pengaruh
Perceived Enjoyment Terhadap Continuance Intention To Use
Berdasarkan pengujian statistik menyatakan bahwa perceived enjoyment memiliki pengaruh
terhadap continuance intention to use.
Hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian dari (Hidayat, 2020) yang mengatakan
bahwa perceived enjoyment secara
langsung tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap continuance intention. Hal ini disebabkan karena
responden dalam penelitian tersebut menggunakan layanan untuk tujuan pekerjaan,
sehingga fitur-fitur yang berhubungan dengan enjoyment saja tidak mempengaruhi continuance intention mereka.
Begitu juga dengan hasil penelitian dari (Praveena & Thomas, 2014) yang menyatakan
bahwa perceived enjoyment ditemukan
memiliki hubungan langsung yang tidak signifikan dengan continuance intention.
Pada penelitian ini berbeda bisa disebabkan karena
penelitian ini berfokus pada layanan aplikasi yang menyediakan hiburan. Bahwa mengakses hiburan menggunakan aplikasi Netflix lebih
nyaman, dan dengan banyaknya konten yang disediakan oleh Netflix akan memperikan kepuasan pada pengguna. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian dari (Prabowo, n.d.) bahwa
pengguna Netflix yakin dengan konten yang disediakan Netflix beragam sesuai
dengan keinginan pengguna terhadap layanan, maka pengguna akan merasa puas dan
berniat untuk berlangganan Netflix stiap bulannya. Serta fitur-fitur yang
dimiliki seperti fitur profiled, my list, dan continue oleh Netflix sangat
menarik yang dapat mempermudah pengguna untuk mengatur profil yang disesuaikan
seperti profil untuk anak-anak, dewasa dan mengelola daftar film atau series apa saja yang ingin ditonton. Sehingga
kenikmatan yang disarakan berupa kenyamanan dan kesenangan menuntun pengguna
untuk terus menerus menggunakan layanan Netflix. Maka dapat disimpulkan
bahwa perceived enjoyment berpengaruh
dalam membentuk continuance intention to
use (minat berkelanjutan untuk menggunakan) aplikasi layanan video on demand� Netflix
di Kota Surabaya.
Pada hasil analisis hipotesis yang sudah dijelaskan dalam
pembahasan, maka dapat dapat dikatakan bahwa pengguna aplikasi Netflix lebih
mementingkan kenikmatan berupa kenyamanan dan kesenangan yang dirasakan untuk
melanjutkan menggunakan atau berlangganan layanan video on demand seperti pengalaman yang dirasakan saat menonton
video, banyaknya konten yang disediakan oleh Netflix, kenyamanan saat
menggunakan aplikasi Netflix, dan fitur-fitur yang menarik pada aplikasi
Netflix. Kemudian didukung dengan kemudahan untuk mengkases layanan yang
menjadikan gaya hidup di era saat ini dan dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat. Selebihnya pengguna tidak selalu menggunakan
Netflix saja untuk keperluan yang sama tetapi dapat
menggunakan aplikasi lain yang serupa dengan pelayanan maupun konten yang
mungkin tidak tersedia di aplikasi Netflix. Hal itu juga berlaku jika pengguna
tidak selalu menggunakan layanan aplikasi Netflix secara berkala setiap bulan,
tetapi juga tidak menutup kemungkinan pengguna merekomendasikan aplikasi
Netflix sebagai layanan video on demand
meskipun ada beberapa aplikasi lain serupa yang
direkomendasikan. Dengan hasil analisis dan beberapa ulasan
tersebut maka hendaknya aplikasi diciptakan berfokus pada penyajian konten
hiburan yang dan fitur-fitur menarik. Hal tersebut
dilakukan guna mempertahankan pelanggan untuk memprioritaskan aplikasi tersebut
sebagai satu-satunya aplikasi yang digunakan.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perceived enjoyment memiliki pengaruh terhadap attitude towards behavior. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa jika pengguna merasakan kenikmatan berupa kenyamanan dan kesenangan dalam menggunakan layanan aplikasi Netflix, maka akan membentuk sikap positif pengguna aplikasi Netflix. Attitude towards behavior memiliki pengaruh terhadap continuance intention to use. Hal tersebut ditunjukkan bentuk apabila terbentuk sikap yang positif pengguna saat menggunakan suatu layanan video on demand aplikasi Netflix, maka seseorang akan memiliki minat melanjutkan untuk menggunakan layanan aplikasi tersebut. Subjective norms tidak memiliki pengaruh terhadap continuance intention to use. Hasil tersebut dapat terjadi apabila dalam menggunakan suatu layanan video on demand Netflix pengguna memahami apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan tanpa dipengaruhi oleh orang lain disekitar. Sehingga tekanan dari orang lain untuk melakukan penggunaan tidak digunakan sebagai pertimbangan untuk membentuk minat berkelanjutan menggunakan suatu layanan aplikasi tersebut. Perceived behavioral control tidak memiliki pengaruh terhadap continuance intention to use. Hal tersebut dapat disebabkan karena pengguna memiliki keterbatasan waktu yang dimiliki sehingga tidak membentuk minat berkelanjutan menggunakan suatu layanan aplikasi tersebut. Perceived enjoymet memiliki pengaruh terhadap continuance intention to use. Hal ini menunjukkan bahwa kenikmatan berupa kenyamanan dan pengalaman yang menyenangkan dalam menggunakan layanan aplikasi Netflix yang didukung dengan banyaknya konten akan memberikan kepuasan pada pengguna akan mempengaruhi kecenderungan minat berkelanjutan menggunakan suatu layanan aplikasi tersebut.
BIBLIOGRAFI
Amanu, A. A. (2019). Analisis Perilaku Pembelian
Kosmetik Halal Berdasarkan Theory of Planned Behaviour (Studi Kasus Mahasiswa
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta Yogyakarta) The Analysis on the Cosmetic
Purchasing Behaviour Based on the Theory Planned of Behaviour (Case Stud).
Chin, W. W., & Newsted, P. R. (1999). Structural
Equation Modeling Analysis With Small Samples Using Partial Least Squares. Statistical
Strategies for Small Sample Research, 1(1), 307�341.
Hair, J. F. J., Hult, G. T. M., Ringle, C. M., &
Sarstedt, M. (2013). A Primer on Partial Least Squares Structural Equation
Modeling. Sage Publications. https://doi.org/10.1016/j.lrp.2013.01.002
Hidayat, R. (2020). New Trend in New Normal, Factors
Influencing Continuance Intention to Use Video Conferencing. Jurnal Ilmiah
Poli Bisnis, 12(1), 1�13.
Idris, I., & Kasmo, A. B. P. (2017). Pengaruh
Sikap, Norma Subjektif dan Persepsi Kontrol Perilaku Terhadap Minat Kepemilikan
Kartu Kredit. Jurnal Manajemen Dan Bisnis Indonesia, 4(3),
306�332.
Lestari, E., & Soesanto, O. R. C. (2020).
Predicting Factors That Influence Attitude To Use And Its Implications On
Continuance Intention To Use Svod: Study On Netflix Users Of Indonesia
[Prediksi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Penggunaan Dan Implikasinya
Terhadap Keberlanjutan Niat Penggu. DeReMa (Development Research of
Management): Jurnal Manajemen, 15(2), 183�208.
Norvadewi, N. (2015). Bisnis dalam Perspektif Islam
(Telaah Konsep, Prinsip dan Landasan Normatif). Al-Tijary, 1(1),
33�46.
Nugroho, A., Najib, M., & Simanjuntak, M. (2018).
Factors affecting consumer interest in electronic money usage with Theory of
Planned Behavior (TPB). Journal of Consumer Sciences, 3(1),
15�27.
Nugroho, L., Nurrohmah, S., & Anasta, L. (2018).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern. Jurnal SIKAP:
Sistem Informasi, Keuangan, Auditing Dan Perpajakan, 2(2), 96�111.
Prabowo, R. (n.d.). Analisis Loyalitas Pengguna
Layanan Video On Demand Berlangganan Netflix Menggunakan Extended Unified
Theory Of Acceptance And Use Of Technology 2 (UTAUT2). Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah �.
Pratana, J. A. J. (2014). Analisis Pengaruh Sikap,
Subjective Norm Dan Perceived Behavioral Control Terhadap Purchase Intention
Pelanggan SOGO Department Store di Tunjungan Plaza Surabaya. Jurnal Strategi
Pemasaran, 2(1).
Praveena, K., & Thomas, S. (2014). Continuance
Intention to Use Facebook: A study of Perceived Enjoyment and TAM. Bonfring
International Journal of Industrial Engineering and Management Science, 4(1),
24�29.
Purwanegara, M. K., Sugiarto, R. H., Abdurachman, H.,
& Sutrisna, B. (2017). Correlation between Snoring, Apnea and Obstruction
of Upper Respiratory Tract:(Population Study in Jakarta and its vicinity). Journal
of International Dental and Medical Research, 10(2), 284.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif.
Alfabeta: Bandung.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif
(Setiyawami (ed.)). Bandung :
Alfabeta.
Yusuf, N. A., & Indrawati, I. (2019). Analisis
Faktor yang Memengaruhi Pembentukan Minat Berlangganan di Industri
Video-on-demand di Indonesia. Almana: Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 3(1),
161�173.