Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 2 Februari 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
RANCANGAN PIT
PENAMBANGAN BATUBARA DI BLOK I PT KERITANG BUANA MINING KABUPATEN INDRAGIRI
HILIR PROVINSI RIAU
Hertanti Kusuma
Wardani, Ngatijo dan D.M. Magdalena Ritonga
UPN Veteran Yogyakarta dan Universitas Jambi, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected] dan [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 28
Januari 2021 Diterima dalam bentuk revisi 12
Februari 2021 Diterima dalam bentuk revisi |
This research was conducted at PT Keritang Buana Mining, which is
located In Keritang Village Mining Bussiness Permit (IUP) in Kemuning
District, Indragiri Hilir Regency, Riau Province. The purpose of this study
is to find out the deployment of coal reserves and design of pit in potential
areas of mining. Some parameters in design of mine deadline, pit design
shape, bench design (level) and determination of coal reserves. The design
pit is carried out in a new block, namely Blokck I covering 54 Hectares of
total area of the Mining Bussiness Permit (WIUP) which is 974,04 hectares with
the distribution of coal from northwest to southeast. Based on the results of
coal distribution modelling, found 1 coal seam, namely seam S2 with a
thickness of 1 � 1,2 meters. Based on the recommendations of the geotechnical
study conducted by PT Keritang Buana Mining in designing the planned
geometric parameter coal pit planned with a width of 5 meters and a height 10
meters with a high wall slope 60� and low wall 45�. At the research location,
a reserve calculation was carried out by dividing the potential area of the
mine into blocks of 50 meters x 50 meters for each block using blockstrip
method using mine simulation software. Based on the results of the seam
backup calculation S2 obtained coal resevers of 232.765,5 MT and overburden
volumes of 3.042.710,2 bcm with stripping ratio 13. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di PT Keritang Buana Mining yang berada di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Desa Keritang Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui penyebaran cadangan batubara dan merancang desain pit di daerah potensial untuk ditambang. Beberapa parameter dalam perancangan pit tambang adalah penentuan batas akhir tambang, bentuk design pit, design bench (jenjang) serta penentuan cadangan batubara. Perancangan pit dilakukan di blok baru yakni Blok I seluas 54 Ha dari luas keseluruhan Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) yakni 974,04 Ha dengan penyebaran batubara dari barat laut ke tenggara. Berdasarkan hasil pemodelan sebaran batubara ditemukan 1 seam batubara yakni seam S2 dengan ketebalan 1-1,2 meter. Berdasarkan rekomendasi studi geoteknik yang dilakukan oleh PT Keritang Buana Mining dalam perancangan pit batubara parameter geometri jenjang yang direncanakan� yakni lebar jenjang 5 meter dan tinggi jenjang 10 meter dengan kemiringan high wall 60� dan low wall 45�. Di lokasi penelitian dilakukan perhitungan cadangan dengan membagi luas potensial area tambang menjadi blok-blok dengan ukuran 50 meter x 50 meter untuk setiap blok dengan metode blockstrip menggunakan perangkat lunak simulasi tambang. Berdasarkan hasil perhitungan cadangan pada seam S2 didapatkan cadangan batubara 232.765,5 MT dan volume overburden 3.042.710,2 bcm dengan stripping ratio 13. Hasil yang didapatkan dalam perancangan pit ini sangat dibutuhkan dalam implementasi di lapangan guna dilakukannya penambangan batubara yang optimal berdasarkan parameter teknis dan geoteknik. Dengan volume cadangan yang akan ditambang 232.765,7 MT dengan stripping ratio 13:1 bisa dilakukan penambangan dikarenakan kualitas batubara didaerah penelitian termasuk kualitas batubara tinggi. |
Keywords: design pit;
stripping ratio; reserves Kata kunci: rancangan pit; stripping ratio;
cadangan |
Pendahuluan
PT Keritang Buana Mining merupakan salah satu perusahaan pertambangan dengan bahan galian batubara yang memiliki wilayah IUP (Izin Usaha Pertambangan) yang berada di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Batubara adalah salah satu sumber energi di dunia yang memiliki campuran yang sangat kompleks dari zat kimia organik yang mengandung karbon, oksigen dan hidrogen dalam sebuah rantai karbon (I. I. Arif, 2014), (Madia Dipoera, 1990), (Resavani, 2017). Sektor pertambangan merupakan sektor yang sangat membutuhkan investasi yang besar. Saat ini, PT Keritang Buana Mining akan membuka blok baru di IUP yang sama dan belum adanya rancangan pit yang baru di blok yang akan dibuka� untuk dilakukan penambangan yang merupakan lanjutan blok sebelumnya. Oleh karena itu, dibutuhkan perancangan awal tambang baru untuk blok tersebut yakni rancangan (design) pit.
Beberapa parameter yang penting pada perancangan pit tambang adalah penentuan batas akhir tambang, bentuk design pit, design bench (jenjang), serta penentuan cadangan terukur pada daerah potensial yang bertujuan menunjang kegiatan penambangan batubara yang optimal dan� merupakan salah satu bagian penting karena menyangkut aspek teknik suatu proyek penambangan (Indrajaya et al., 2020), (Fernando et al., 2019), (Iswandi et al., 2018), (Prodjosumarto, 1989). Perancangan pit (design pit) sangat diperlukan sebagai optimalisasi produksi penambangan (Rifandy & MP, 2018). Oleh karena itu, perlu diupayakan pengenalan dan penelitian yang terencana dan terarah, sehingga diketahui potensi yang tersedia untuk menunjang penambangan yang optimal. Tujuan dilakukannya perancangan pit yakni untuk mengetahui penyebaran cadangan batubara dan untuk dapat merancang pit di daerah potensial untuk dilakukan penambangan (Rozali et al., 2016), (Sugandi, 2014), (Sujiman, 2015). Melakukan perancangan bukaan awal tambang baru ini pada penambangan batubara dengan mengetahui nilai stripping ratio, merupakan jenjang yang aman untuk diaplikasikan secara aktual lapangan (I. Arif, 2000). Dari uraian tersebut, penulis mengajukan sebuah judul penelitian mengenai perancangan (design di) pit Blok I PT Keritang Buana Mining seiring dengan kemajuan penambangan di lapangan.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dimana dilakukan analisa mengenai penggambaran dan perancangan pit dalam bentuk desain (Sugiyono, 2017). Dalam mencapai tujuan terciptanya pit desain, dilakukan analisis secara sistematis berdasarkan data yang didapatkan yakni data yang berisi informasi titik bor daerah penelitian guna dilakukannya perancangan pit dan data lainnya yang mendukung perancangan pit. Penelitian diawali dengan observasi lapangan dengan cara pengamatan langsung di lapangan mengenai kegiatan penambangan dan kondisi area penelitian. Selain itu, dilakukan juga studi literatur dilakukan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi umum mengenai rancangan pit merujuk pada beberapa buku, penelitian tugas akhir dan jurnal. Pengumpulan data di lapangan dilakukan untuk mengumpulkan beberapa data yang diperlukan yakni data informasi titk-titik bor kemudian dilakukan simulasi atau pemodelan rancangan pit dengan menggunakan �perangkat lunak simulasi tambang.
Adapun tahapan penelitian atau perancangan pit, yakni sebagai berikut:
1. Bentukan atau pemodelan Peta Topografi.
Pemodelan
peta topografi dilakukan guna mengetahui gambaran permukaan� sehingga dapat mengetahui adanya lembah, perbukitan dan daerah
curam serta informasi-informasi keadaan di area konsensi, baik rawa,
lubang bor dan lain-lain. Data topografi yang ada kemudian di plot dalam
perangkat lunak pertambangan untuk dijadikan model topografi yang dibatasi
dengan poligon tertutup guna untuk membatasi daerah konsensi (Muliyanto et al., 2015).
2. Pemodelan titik-titk pemboran
Pemodelan titik-titik pemboran dari data pemboran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui posisi lubang bor sesuai dengan data survei pemboran� yang hasilnya berupa peta posisi lubang-lubang bor yang kemudian dijadikan acuan dalam pembuatan peta kontur struktur batubara (Pasintik et al., 2015).
3. Pemodelan Kontur Seam Batubara (Roof dan Floor)
Data-data dasar yang diperlukan berupa data topografi dan data lubang bor. Dari data tersebut dapat dibuat data turunan untuk perhitungan sumberdaya dan cadangan yaitu kontur struktur atap/roof dan lantai/floor batubara. Peta kontur terbagi dari (dua) jenis peta, yang pertama kontur atap (roof) dan yang kedua kontur lantai (floor). Kontur atap (roof), dibuat berdasarkan hasil interpretasi elevasi bagian atas masing-masing seam batubara dari seluruh data bor. Metode perhitungannya adalah dengan mengurangi elevasi topografi pemboran dengan kedalaman bor sampai ditemukannya seam batubara (Febrian, 2014). Kontur lantai (floor) dibuat berdasarkan hasil interpretasi elevasi bagian bawah masing-masing seam batubara dari seluruh data bor. Metode perhitungannya adalah dengan mengurangi elevasi topografi pemboran dengan kedalaman bor sampai bagian bawah seam batubara.
4. Overlay Antara Peta Topografi dan Kontur Seam Batubara (Roof dan Floor).
Pada penelitian ini, pemodelan batubara menggunakan metode cross section guna melihat sebaran batubara. Hasil overlay antara topografi dan kontur batubara dapat disajikan dalam bentuk peta maupun penampang (section), sehingga dari kedua bentuk hasil overlay tersebut dapat diketahui nilai variasi ketebalan dari overburden dan menggambarkan (merefleksikan) kondisi sebaran batubara terhadap variasi topografi pada area pit. Berdasarkan hasil overlay antara topografi dan kontur batubara di atas, baik berupa peta dan penampang (section), maka diketahui nilai variasi ketebalan overburden dari suatu blok penambangan yang nantinya hal ini bertujuan untuk mengetahui nilai dari nisbah kupas (stripping ratio).
5. Pembuatan Cross Section Seam batubara
Pembuatan penampang merupakan salah satu pemodelan endapan batubara guna melihat lapisan batubara secara dua dimensi ataupun (tiga) dimensi (Sujiman, 2015). Endapan batubara dimodelkan menggunakan perangkat lunak simulasi tambang mengikuti arah strike batubara.
6. Optimasi Blok Penambangan
Optimasi blok penambangan dibuat pada area model sumberdaya batubara yang potensial untuk ditambang (dalam hal ini adalah kontur seam batubara) (Rifandy & MP, 2018), (Rozali et al., 2016). Sebagai contoh, blok penambangan tersebut dirancang dengan dimensi 50m x 50m yang arahnya tegak lurus dengan arah strike (jurus) atau searah dip (kemiringan). Blok penambangan ini dirancang dengan tujuan untuk perhitungan jumlah sumberdaya batubara beserta volume total overburdennya di setiap dimensi 50m x 50m. Sehingga berdasarkan perhitungan di setiap bloknya tersebut, dapat diketahui nilai nisbah kupas (stripping ratio) dari masing-masing blok-bloknya.
7. Rancangan (Design) PIT
Setelah dilakukan optimasi blok penambangan dan telah menentukan area yang berpotensi untuk dapat ditambang dengan ketentuan ketebalan minimum batubara yang nantinya didapatkan. Parameter dalam mendesain pit tambang batubara salah satunya geometri jenjang yang aman, berdasarkan hasil analisis kemantapan lereng yang direkomendasikan. Kemudian dirancang pit dengan hasil olahan data yang telah didapatkan sebelumnya.
Perancangan pit merupakan hal kompleks yang diperlukan dalam menghitung
coal reserve yang akan ditambang dan gambaran dari tambang yang akan dilakukan
kegiatan penambanngan. Sebelum dilakukannya penambangan, perlu dilakukan
pembuatan dan analisis rancangan pit (pit
design). Dalam perancangan pit, ada beberapa parameter teknis yang harus
dipenuhi yakni informasi mengenai topografi dilapangan yang kemudian diimplementasikan
dalam bentuk peta topografi. Kemudian informasi titik-titk pemboran di lapangan
diimplementasikan dalam bentuk pemodelan menggunakan perangkat lunak simulasi
tambang. Informasi mengenai parameter geoteknik yakni tinggi jenjang, lebar
jenjang dan slope serta kedalaman yang akan dirancang. Hal-hal tersebut
digunakan dalam perancangan pit kemudian didapatkan hasil rancangan pit yang
berisi informasi-informasi pit dengan output coal reserve yang akan ditambang
berdasarkan pit yang dirancang secara sistematis.
A.
Kondisi
topografi daerah penelitian
Bardasarkan pengamatan dan pengukuran di lapangan, maka geomorfologi daerah penelitian didominasi oleh satuan geomorfologi perbukitan bergelombang lemah-sedang. Satuan geomorfologi perbukitan bergelombang lemah-sedang menempati hampir diseluruh total luasan daerah telitian. Satuan ini tersebar hampir merata dilokasi telitian baik bagian selatan, timur maupun barat serta bagian utara. Daerah telitian ditemukan sungai beserta anak sungainya. Secara umum sungai di daerah penelitian mempunyai lebar antara 30-100 cm, dengan kedalaman bervariasi dari 20-70 cm (pada saat musim kering). Material penyusun satuan geomorfologi ini sebagian besar berupa pasir kuarsa dengan ukuran pasir halus-sangat kasar. Sedangkan dibeberapa tempat dapat ditemukan juga material berukuran kerakal. Elevasi tertinggi topografi daerah penelitian adalah 85 mdpl dan yang terendah yakni 55 mdpl dari topografi boundary yang diberikan oleh perusahaan.
B.
Bentukan
peta topografi daerah penelitian
Data topografi PT Keritang Buana Mining didapat dari hasil pemetaaan topografi tim survey terdahulu yang dilakukan sebelum kegiatan penambangan dimulai. Tim ini memetakan IUP PT Keritang Buana Mining seluas 974,04 Ha. Hasil pemetaan dipetakan dalam bentuk gambar 2D (dua dimensi) yang menghubungkan ketinggian-ketinggian yang sama dalam satu garis kontur. Data tersebut berupa koordinat Easting (X) dan Northing (Y) beserta elevasi ketinggian mdpl suatu titik pengukuran. pembuatan peta topografi tersebut dapat dibuat peta topografi original sebagai dasar untuk mengetahui nilai variasi ketebalan overburden apabila digabungkan dengan peta kontur struktur (Sulistyana, 2018).
Pemodelan peta
topografi dilakukan guna mengetahui gambaran permukaan� sehingga dapat mengetahui adanya lembah, perbukitan dan daerah
curam serta informasi-informasi keadaan di area konsensi, baik rawa,
lubang bor dan lain-lain (Muliyanto et al., 2015), (Hancock et al., 2020). Data topografi
yang ada kemudian di plot dalam perangkat lunak pertambangan untuk dijadikan
model topografi yang dibatasi dengan poligon tertutup untuk membatasi daerah
konsensi. Luas batas topografi area
penelitian adalah 54,53 Ha yang merupakan luas area penelitian keseluruhan.
C.
Stratigrafi
dan litologi daerah penelitian
Berdasarkan peta geologi lembar Rengat, Riau, daerah penelitian termasuk kedalam bagian formasi-formasi yakni Formasi Gumai (Tmg), Formasi Lakat (Toml), Formasi Tualang (Tmt) dan Formasi MuaraEnim (Tmpm). Litologi daerah penelitian yakni soil, sandy clay dan clay. Informasi tersebut peneliti dapatkan langsung berdasarkan pengamatan di lapangan dengan melihat bukaan tambang blok lama.
Gambar
1 Bukaan batubara di blok H
(Sumber
: Dokumentasi, 2018)
D.
Model
lokasi titik-titik pemboran
Berdasarkan kegiatan pemboran eksplorasi di wilayah penelitian dilakukan pemboran sebanyak 17 titik bor untuk menganalisa lapisan endapan batubara di blok tersebut. Data hasil pemboran akan digunakan untuk pemodelan batubara yang terdiri dari data survey dan litologi pemboran.
Dalam penelitian ini digunakan 17 lubang bor dalam dilakukannya perancangan pit. Lubang-lubang bor tersebut memiliki informasi tentang koordinat setiap lubang bor, dan kedalaman lubang bor, yang kedalaman lubang bor mencapai batubara dan elevasi dari setiap lubang bor. Data bor digunakan dalam pemodelan endapan batubara untuk mengetahui perlapisan batubara daerah penelitian (Gusmaningsih et al., 2018), (Martadinata & Sepriadi, 2019).
Gambar
2 Kenampakan lapisan batubara
(Sumber
: Dokumentasi peneliti, 2018)
Proses pemodelan data bor dilakukan dengan merekapitulasi dan memverifikasi data sebelum dilakukan pemodelan endapan batubara. Pemodelan peta pemboran dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui posisi lubang bor sesuai dengan data survei pemboran pada gambar 2 yang nantinya data ini dijadikan acuan dalam pemodelan batubara.
E.
Pemodelan endapan sumberdaya dan cadangan Batubara
Pemodelan endapan cadangan bertujuan untuk mengetahui pola
penyebaran lapisan batubara, baik geometri secara umum meliputi: letak/posisi
lapisan, kedalaman, ketebalan, kemiringan, serta pola penyebaran dari tanah
penutup. Data-data dasar yang diperlukan berupa data topografi dan data lubang
bor. Dari data tersebut dapat dibuat data turunan untuk perhitungan sumberdaya
dan cadangan yaitu kontur struktur atap/roof
dan lantai/floor batubara (Febrian, 2014).
Pemodelan geologi pit blok I merupakan tahapan untuk
merencanakan tambang, baik jangka pendek maupun jangka panjang, berdasarkan
database eksplorasi.� Pemodelan geologi
adalah analisis terhadap data eksplorasi secara detail berupa data topografi,
data bor, data stratigrafi, serta kuantitas dan mutu batubara sehingga
mencerminkan kondisi batubara di bawah permukaan tanah. Hasil pemodelan geologi
dari area pit blok I menggambarkan bentuk perlapisan batubara selaras,
keselarasan pada proses sendimentasi pengendapan batubara pada daerah
penelitian mengakibatkan sebaran perlapisan batubara memiliki karakteristik
bentuk yang sama (Pasintik et al., 2015). Perlapisan
batubara di area pit selatan terdiri dari 1 seam
yaitu seam S2, dengan arah strike dan dip N 120�E/20�-N 135�E /30�.
Pemodelan perlapisan batubara dimodelkan dalam bentuk
penampang (Sulistyana, 2018). Ada tiga section yang dibuat oleh peneliti searah
dengan lapisan batubara atau strike dengan membuat section yang mengenai lubang bor guna melihat perlapisan batubara
yang didapatkan.
Gambar 3 Peta overlay topografi dan seam batubara
(Sumber : Hasil pengolahan data, 2018)
F.
Pemodelan
kontur seam batubara (floor).�
Peta kontur terbagi dari dua jenis peta, yang pertama kontur atap (roof) dan yang kedua kontur lantai (floor). Kontur atap (roof), dibuat berdasarkan hasil interpretasi elevasi bagian atas masing-masing seam batubara dari seluruh data bor. Metode perhitungannya adalah dengan mengurangi elevasi topografi pemboran dengan kedalaman bor sampai ditemukannya seam batubara. Dalam penelitian ini hanya dilakukan pemodelan kontur floor batubara, sedangkan untuk kontur atap tidak dilakukan pemodelan. Untuk kontur atap digunakan sebagai acuan untuk menghitung tebal overburden batubara sedangkan untuk kontur lantai digunakan sebagai acuan untuk menghitung ketebalan endapan. Dalam hal ini, untuk mengetahui ketebalan, telah dapat diketahui dari elevasi topografi batubara sampai batas batubara ditemukan.
Gambar 4 Peta Floor Batubara Seam S2
(Sumber : Hasil Pengolahan data, 2018)
G.
Optimasi
Blok Penambangan PT Keritang Buana Mining
Optimasi blok penambangan PT Keritang Buana Mining dibuat pada area model sumberdaya batubara yang potensial untuk ditambang (dalam hal ini adalah kontur seam batubara). Dikarenakan kondisi geologi daerah penelitian tergolong geologi sederhana dan kondisi batubara normal dengan batubara konstan baik ketebalan kearah lateral/ strike dan down dip maka untuk dimensi blok sebesar 50m�50m yang arahnya tegak lurus dengan arah strike (jurus) dan searah dip (kemiringan) maka blok penambangan tersebut dirancang dengan dimensi 50mx50m yang arahnya tegak lurus dengan arah strike (jurus) atau searah dip (kemiringan).
����� Blok penambangan ini dirancang dengan tujuan untuk perhitungan jumlah sumberdaya batubara beserta volume total overburdennya di setiap dimensi 50 m x 50 m. Sehingga berdasarkan perhitungan di setiap bloknya tersebut, dapat diketahui nilai nisbah kupas (stripping ratio) dari masing-masing blok-bloknya.
1.
Solidasi
Blok Penambangan.� Solidasi blok
penambangan adalah gambaran 2 (dua) dan 3 (tiga) dimensi dari seluruh blok
penambangan PT Keritang Buana Mining, yang mana batas paling bawah dari
solidasi ini floor (lantai) dari seam A, sedangkan batas paling atas dari
solidasi ini adalah topografi PT Keritang Buana Mining sendiri, untuk melihat
gambar 2 (dua) dimensi dan 3(tiga) dimensi dari solidasi blok PT Keritang Buana
Mining.
2. Perhitungan Tonase Batubara dan Volume Overburden Setiap Blok.� Perhitungan tonase batubara dan volume overburden secara prinsipnya menggunakan perhitungan metode blok, (blockstrip) yaitu dengan mengalikan luas blok dengan tebal total overburden untuk perhitungan volume overburden, sedangkan untuk perhitungan batubara adalah mengalikan luas blok dengan tebal total batubara dan dikalikan lagi dengan density batubara, sehingga didapat jumlah tonase batubara perbloknya.
Gambar
5 Pit Limit, Pit Optimasi dan Design Pit Blok I
(Sumber
: Hasil Pengolahan data, 2018)
H.
Rancangan
(Design) PIT Blok I Berdasarkan Pit
Limit di Area Stripping Ratio
Design pit pada daerah penelitian, dibatasi dengan lahan dengan luasan lahan yaitu 54 Ha dan untuk rencana pengembangan tambang pit Blok I untuk tahun 2018 dengan luasan bukaan 7,65 Ha. Pit Blok I memiliki cadangan batubara 232.765,7 MT overburden 3.042.710,5 bcm dengan stripping ratio 13 : 1 (bcm/ton) geometri teras penambangan seperti tinggi dan kemiringan jenjang penambangan harus ditentukan berdasarkan kajian geoteknik untuk mengoptimalisasi penggalian tanah penutup dan batubara dengan tetap memperhatikan faktor keamanan.
1.
Rancangan
Geometri Pit
Design pit 3 dirancang dengan mempertimbangkan kajian teknis, geologi serta faktor keamanan. Rancangan pit yang dibuat harus dapat memaksimalkan cadangan batubara yang terambil serta meminimalisir longsoran lereng. Adapun beberapa parameter geometri pit yang dirancang oleh penulis pada pit 3 adalah sebagai berikut: Tinggi jenjang; tiap jenjang dibuat dengan ketinggian 10 meter; lebar jenjang penangkap; lebar dari jenjang atau berm width dibuat dengan lebar 5 meter Double slope. Slope dirancang dengan sudut 60o karena wilayah konsensi penelitian umumnya tersusun atas material yang cukup keras (kompak) yaitu clay dan soil. Slope dibuat cukup terjal karena material di daerah penelitian cukup kompak yakni lempung (clay). Meskipun, semakin besar slope yang dibuat dalam suatu pit, semakin besar pula optimasi cadangan batubara yang dapat terambil namun dapat membahayakan lokasi kerja. Sedangkan lereng pada side wall dirancang sama dengan lereng pada bagian high wall. 60�.
Geometri jenjang dalam perancangan pit yang digunakan peneliti merupakan geometri jenjang rekomendasi dari perusahaan yang telah melalui kajian geoteknik dan telah diterapkan langsung di lapangan. Dalam kajian geoteknik lereng ada beberapa parameter yang harus dipenuhi dalam pengkajian yakni sudut geser, kohesi dan bobot isi dari jenis-jenis material yang ada di lapangan seperti batubara dan overburden. Dalam hal ini peneliti tidak membahas dan mengkaji tentang kajian geoteknik jenjang.
Gambar 6 Geometri jenjang Pit Blok I PT
Keritang Buana Mining
Tabel
1 Geometri jenjang
Geometri
jenjang (bench) |
|
Tinggi jenjang |
10
m |
lebar berm |
5
m |
kemiringan jenjang |
|
low wall |
45� |
high wall |
60� |
side wall |
- |
2.
Kedalaman
pit
Berdasarkan hasil
rancangan kedalam pit yaitu 50 meter dengan nilai elevasi pit boundary 80 mdpl dan
elevasi terendah 30 mdpl. Desain pit
dapat ditentukan berdasarkan penentuan pit
potensial sebelumnya, ada atau tidaknya sumberdaya batubara di areal tersebut.
Berdasarkan hasil data bor maka seam
S2 merupakan lapisan endapan batubara yang ekonomis dengan arah penyebaran dari
up dip menuju down dip (arah Barat Laut 80 mdpl hingga 30
mdpl melalui kontur topografi original
serta kontur roof dan floor. Elevasi terendah pit ditentukan melalui batas floor batubara.
Berdasarkan data
hasil pemboran ditemukan satu seam�
dengan ketebalan rata-rata� 1-1,2
meter dengan kemiringan 20� - 25� yang penyebarannya relatif dekat dengan
permukaan.� Penetapan SR� didasarkan pada cadangan tertambang.
����������������������������������� (a)������������������������������������������������������������������� (b)
Gambar 7 (a) Design Pit� tampak samping (b) Design Pit tampak atas
3.
Cadangan
tertambang
Blok penambangan dirancang dengan dimensi persegi 50 m x 50 m yang arahnya tegak lurus dengan arah jurus (strike) atau searah dengan kemiringan (dip) yang dibatasi oleh boundary pit. Perancangan pembagian blok 50 m x 50 m dalam hal ini agar dapat mempermudah perhitungan stripping ratio setiap blok yang akan dihitung stripping ratio rata-rata agar dapat dibuat design pit sesuai dengan stripping ratio yang masih dapat ditambang di lokasi penelitian.
Perhitungan tonase batubara dan volume overburden menggunakan software perangkat lunak simulasi tambang. Berdasarkan rancangan (design) tambang� dengan menggunakan perhitungan cadangan perblok 50 m x 50 m dengan metode block strip, didapat total cadangan dari rancangan Pit Blok I, yaitu 232.765,7 ton dan volume overburden 3.042.710,5 bcm dengan stripping ratio 13.
Nisbah pengupasan atau stripping ratio adalah perbandingan antara volume lapisan tanah penutup yang akan digali dengan jumlah tonase batubara yang akan diambil. Ini dilakukan untuk dapat menentukan pada elevasi� berapakah nisbah pengupasan yang paling menguntungkan untuk ditambang dengan metode tambang terbuka. Nisbah pengupasan (stripping ratio)� merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan ekonomis tidaknya pengambilan suatu cadangan batubara. Stripping ratio yang didapatkan dari design pit yang dirancang oleh peneliti yakni 13:1 dalam hal ini masih dapat ditambang dikarenakan perusahaan dapat menerima desain dengan sr 13 karena masih dapat ditambang dan masih mendapatkan keuntungan serta sesuai dengan harga batubara acuan. Dalam hal ini, peneliti tidak membahas tentang harga batubara acuan dan membatasi bahasan dalam batasan masalah pada bab 1.
Topografi di daerah up dip (seam S2) dijadikan batas awal penambangan dan topografi akhir di daerah down dip (seam S2) dijadikan batas akhir. Selain itu, berdasarkan stripping ratio tiap blok� menjadi pertimbangan utama dalam menentukan kemajuan penambangan di pit Blok I. Penambangan dilakukan ke arah tenggara pada sisi sidewall bagian barat.
4.
Section rancangan pit
Setelah dilakukan perancangan pit batubara d Blok I PT Keritang Buana Mining, dibuat section dengan� jumlah sembilan section dengan jarak 50 meter per section untuk melihat gambaran pit dari arah samping. Garis section dibuat searah dengan downdip atau tegak lurus strike guna melihat bentukan samping dari design yang telah dibuat.
Ada beberapa variasi jenjang yang didapatkan yakni pada section A-A� terdapat (dua) jenjang di lowwall dan (satu) jenjang di highwall. Pada section B-B� terdapat (dua) jenjang di lowwall dan (tiga) jenjang di highwall. Pada section C-C� terdapat (dua) jenjang di lowwal dan (satu) jenjang di highwall. Pada section D-D� terdapat (satu) jenjang yang langsung terbuka karena singkapan batubara dan (satu) jenjang di highwall. Pada section E-E� terdapat (dua) jenjang di lowwall dan (tiga) jenjang di highwall. Pada section F-F� terdapat (satu) jenjang dengan batubara langsung menjadi singkapan dan (dua) jenjang di highwall. Pada section G-G� terdapat 1 jenjang yang langsung terbuka karena singkapan batubara dan (dua) jenjang di highwall. Pada section H-H� terdapat (tiga) jenjang di lowwall dan (satu) jenjang di highwall. Pada section I-I� terdapat (satu) jenjang di lowwall dan (satu) jenjang di highwall. Variasi dari highwall dan lowwall disebabkan oleh topografi daerah penelitian yang bervariasi mulai dari 55 mdpl-80 mdpl. Bentukan blok I berdasarkan dari section design pit yang dibuat yakni didominasi oleh 2 jenjang di highwall dan 2 jenjang di lowwall.
Dengan demikian, perancangan pit pada daerah penelitian berdasarkan parameter pit limit, stripping ratio, cadangan terukur dan geometri jenjang dapat menjadi rekomendasi ke perusahaan sebagai rancangan dasar atau rancangan tahap awal.
Gambar
8 Penampang Pit Blok I
(Sumber
: Hasil Pengolahan data, 2018)
��������������������������
Pemodelan sebaran batubara Blok I di PT Keritang Buana Mining digambarkan dengan pemodelan peta dengan melakukan overlay antara peta topografi dan peta floor dari data bor menggunakan perangkat lunak simulasi tambang didapat gambaran yakni 1 seam batubara dinamakan dengan seam S2 dengan strike dan dip N 120�E/20. Persebaran batubara seam S2 yakni menerus dengan ketebalan rata � rata 1,2 m searah dengan kemiringannya dari arah barat laut menuju tenggara daerah penelitian. Design pit Blok I di PT Keritang Buana Mining dirancang dengan mempertimbangkan kajian teknis dan geologi. Luas daerah potensial untuk ditambang atau luas bukaan dari surface adalah 19,71 ha dan luas boundary kearah downdip yakni bottom pit seluas 7,65 Ha dengan total kedalaman 50 meter didapat volume overburden� 3.042.710,5 bcm dan volume cadangan 232.765,7 MT dengan stripping ratio 13:1. Rancangan geometri jenjang yakni tinggi jenjang 10 meter, lebar jenjang 5 meter, sudut lereng pada dinding lowwall 45�, sudut lereng pada dinding high wall dan sidewall �60�. Hasil yang didapatkan dalam perancangan pit ini sangat dibutuhkan dalam implementasi di lapangan guna dilakukannya penambangan batubara yang optimal berdasarkan parameter teknis dan geoteknik. Dengan volume cadangan yang akan ditambang 232.765,7 MT dengan stripping ratio 13:1 masih bisa dilakukan penambangan dikarenakan kualitas batubara didaerah penelitian termasuk kedalam kualitas batubara tinggi.
�����������������������������������������������������������������������������������
BIBLIOGRAFI
Arif, I. (2000). Tambang Terbuka Bandung.
Institut Teknologi Bandung.
Arif, I. I. (2014). Batubara Indonesia.
Gramedia Pustaka Utama.
Febrian, D. T. (2014). Rancangan Desain Pit
Batubara Di PT Cakra Persada Mandiri Mining (PT CPMM) Desa Panaan, Kec. Bintan
Ara Kabupaten Barito Utara Provinsi Kalimantan Tengah.
Fernando, F., Maryanto, M., & Chamid, C. (2019). Perancangan
Pit Ii Penambangan Batubara Sistem Tambang Terbuka Pada Blok 3 Pt. Tri Bakti
Sarimas, Desa Ibul, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi,
Provinsi Riau.
Gusmaningsih, K., Murad, M., & Yulhendra, D.
(2018). Desain Pit Tambang Air Laya Barat Untuk Memenuhi Target Produksi Tahun
2018 PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Sumatera Selatan. Bina Tambang, 3(3),
963�973.
Hancock, G. R., Duque, J. F. M., & Willgoose, G.
R. (2020). Mining rehabilitation�Using geomorphology to engineer ecologically
sustainable landscapes for highly disturbed lands. Ecological Engineering,
155, 105836.
Indrajaya, F., Natallia, A. L., & Sukmawatie, N.
(2020). Perancangan Sequence Penambangan Batubara pada PT XYZ Provinsi Sumatera
Selatan. Jurnal Geomine, 7(3), 240.
Iswandi, D., Kasim, T., & Murad, M. (2018).
Perhitungan Sumberdaya Terukur Batubara Dan Perancangan Pit Pada Area Pit C Pt.
Pipit Mutiara Jaya (Pt. Pmj) Site Bebatu, Desa Bebatu Kebun, Kecamatan Sesayap
Hilir, Kabupaten Tana Tidung, Provinsi Kalimantan Utara. Bina Tambang, 3(2),
920�934.
Madia Dipoera, T. (1990). Bahan Galian Industri.
Direktorat Sumberdaya Mineral.
Martadinata, M. A. J., & Sepriadi, S. (2019). P
Pemodelan Desain Pit Dan Sequence Penambangan Batubara Untuk Memenuhi Target
Produksi Dengan Menggunakan Software Minescape 4.119 Di Pt Bukit Asam, Tbk.
Tanjung Enim, Sumatera Selatan. Jurnal Teknik Patra Akademika, 10(02),
76�85.
Muliyanto, A., Saismana, U., Dwiatmoko, M. U., &
Cahyono, C. (2015). Perencanaan Penambangan Batubara Pit A Pt Amanah Anugerah
Adi Mulia Desa Maragut Kec. Dusun Timur Kab. Barito Timur Provinsi Kalimantan
Tengah. Jurnal Geosapta, 1(01).
Pasintik, A., Lassa, T. A., & Panjaitan, R.
(2015). Rancangan Bukaan Tambang Batubara Pada Pit Jkg Pt. Bbe Site Kabupaten
Kutai Kartanegara, Menggunakan Aplikasi Minescape 4.118. Retii.
Prodjosumarto, P. (1989). Tambang Terbuka (Sureface
Mining). Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Resavani. (2017). Tambang Untuk Negeri.
Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Rifandy, A., & MP, S. S. (2018). Optimasi Pit
Tambang Terbuka Batubara dengan Pendekatan Incremental Pit Expansion, BESR dan
Profit Margin. Jurnal Geologi Pertambangan (JGP), 2(24).
Rozali, M. R., Saismana, U., Dwiatmoko, M. U.,
Triantoro, A., & Nuzuliansyah, F. (2016). Perhitungan Cadangan Batubara Dan
Permodelan Pit Pada Pt Global Indonesia Mandiri, Kabupaten Tapin, Kalimantan
Selatan. Jurnal GEOSAPTA, 1(01).
Sugandi. (2014). Pemodelan dan Perhitungan Volume
Cadangan Batubara pada Sistem Penambangan Terbuka Menggunakan Minescape 4.118.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiyono, P. D. (2017). Metode Penelitian Bisnis: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi, dan R&D. Penerbit
CV. Alfabeta: Bandung.
Sujiman, S. (2015). Kajian Perhitungan Cadangan
Batubara Menggunakan Metode Block Model 2 Dimensi Dan Cross Section Di Software
Surpac Pada Pt Tanito Harum Kalimantan Timur. Jurnal Geologi Pertambangan
(JGP), 1(17), 1�14.
Sulistyana, W. (2018). Perencanaan Tambang.
Yogyakarta : Kilau book.
�����������������������������������������������������������������������������������������������������