Jurnal Syntax Admiration

Vol. 2 No. 2 Februari 2021

p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356

Sosial Teknik

 

UPAYA PENANAMAN PENDIDIKAN AKHLAK MELALUI METODE CERITA BERGAMBAR PADA ANAK USIA DINI

 

Dewi Mike Oktavia dan Junaisih Dewi Madya

Universitas Nurul Jadid, Indonesia

Email: [email protected] dan [email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRACT

Diterima

18 Januari 2020

Diterima dalam bentuk revisi

12 Februari 2021

Diterima dalam bentuk revisi

Morality is fading amid the current association is increasingly free and unimpeded. Therefore, moral education and character urged to continue to be encouraged, especially in early childhood. Interest held education, one of which, is to print the students moral and good morals. The cultivation of moral and religious values in early childhood is very important so that students can have good moral and religious values, so that when students enter the next level, they already have knowledge, good experiences that have been obtained when they at the time pre school. This study discusses the cultivation of religious and moral values of early childhood in Karanganyar Paiton Kindergarten Probolinggo by using pictured story method. Because by using pictured story method the children will be easy in comprehending and understanding what is delivered by educator with the result that the children are easy to practicing it in daily actities. The purpose of this study was to determine the cultivation of moral and religious values in early childhood in kindergarten Karanganyar Paiton Probolinggo. This research is a descriptive qualitative study, which involves a teacher in class. Data were analyzed qualitatively using data reduction, data display, and conclusion drawing. The results showed that the activities of planting moral and religious values in Kindergarten Karanganyar Paiton Probolinggo Kindergarten had been well planned and implemented.

 

ABSTRAK

Moralitas dan akhlak semakin memudar di tengah pergaulan saat ini yang semakin bebas dan leluasa. Karenanya, pendidikan moral dan akhlak mendesak untuk terus digalakkan, terutama pada anak usia dini. Tujuan dilaksanakan pendidikan, salah satunya, memang guna mencetak anak didik yang bermoral dan berakhlak baik. Penanaman nilai-nilai moral dan agama pada anak usia dini sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat memiliki nilai-nilai moral dan agama yang baik, sehingga ketika peserta didik memasuki jenjang selanjutnya maka sudah mempunyai pengetahuan, pengalaman yang baik yang sudah didapatkan ketika mereka pada saat pra sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penanaman nilai-nilai moral dan agama pada anak usia dini di TK Azzainiyah Karanganyar Paiton Probolinggo melalui metode cerita bergambar, karena dengan metode cerita bergambar anak akan mudah memahami dan mengerti apa yang disampaikan oleh pendidik sehingga anak mudah� mempraktekkan dalam kesehariannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, yang melibatkan seorang guru di kelas. Data yang dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan cara reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan penanaman nilai-nilai moral dan agama di TK Karanganyar Paiton Probolinggo sudah terencana dan terlaksana dengan baik.

Keywords:

morality ducation; pictured story method; childhood

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kata kunci:

pendidikan akhlak; metode cerita bergambar; anak usia dini

 

Pendahuluan

Dewasa ini, pentingnya menanamkan akhlak mulia pada anak hendaknya ditanamkan sejak dalam kandungan. Salah satunya adalah melalui lembaga pendidikan khususnya Taman Kanak-Kanak yang berbaris islam, karena pendidikan di Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Akhlak mulia adalah suatu perangai (watak tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa seseorang dan merupakan sumber timbulnya perubahan-perubahan tertentu dari dirinya, secara mudah dan ringan tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya (Lestari, 2016). Oleh karena itu diharapkan pendidikan dapat menanamkan nilai-nilai aqidah kepada anak, melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini dilakukan karena anak adalah manusia merupakan makhluk etis atau makhluk yang mampu memahami kaidah-kaidah moral dan mampu menjadikannya sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap, dan berperilaku.

Kondisi lingkungan masyarakat demikian rentan bagi tumbuhnya perilaku yang agresif dan menyimpang di kalangan siswa. Hampir setiap hari kita dapat menyaksikan dalam realitas sosial banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa, seperti menurunnya moral dan tata krama sosial dalam praktik kehidupan sekolah maupun masyarakat yang pada dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya lokal yang dianut masyarakat sosial (Bastomi, 2019).

Akhlak akhir-akhir ini sekadar dianggap pengetahuan belaka tanpa perlu adanya realisasi nyata. Masyarakat tidak begitu menaruh perhatian dan minat pada pengaplikasian moral dan akhlak. Bagi mereka, kepandaian atau kepintaran yang tampak pada perolehan rangking atau bintang kelas, lebih diutamakan. Beberapa sekolah pun lebih mengedepankan ajang prestasi kognitif yang hal tersebut menjadi kategori sebagai sekolah unggulan dan memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Terbukti, saat ini lembaga pendidikan yang lebeih mengedepankan aspek koginitif menjadi tumpuan; lebih diminati. Mereka berpikir bahwa dengan masuk ke sekolah tersebut anaknya akan menjadi pintar terlebih lagi apabila bisa mengikuti ajang kompetisi kognitif yang bergengsi baik dalam skala nasional maupun internasional. Dengan demikian tentu saja menurut mereka anaknya akan menjadi orang yang sukses di hari kemudian (Hasanah, 2015).

Oleh sebab itu, melalui jurnal ini, penulis merasa perlu untuk mengangkat kembali permasalahan yang dirasakan urgensinya oleh masyarakat ini. Hal ini disinyalir salah satu sebab nilai-nilai Islam yang diterapkan pada Anak Usia Dini kurang optimal sehingga penulis akan menguraikan bagaimana upaya penanaman pendidikan akhlak melalaui metode cerita bergambar pada Anak Usia Dini.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, penelitian ini bersifat setting alamiah (natural setting), dan sumber data menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Metode penelitian deskriptif kualitatif menurut (Sugiyono, 2010) metode penelian kualitatif adalah metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode observasi (Murniyati, 2017).

Metode deskriptif merupakan suatu cara untuk mengangkat fakta, keadaan dan fenomena-fenomena yang terjadi saat sekarang (ketika penelitian sedang berlangsung) dan menyajikan apa adanya. Metode deskriptif yang peneliti gunakan guna untuk menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang (Nadia, Purwanti, 2012).

bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karena merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalamannya berkolaborasi dengan guru lain. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, sementara itu, penelitian tindakan kelas merupakan suatu metode untuk memberdayakan guru yang mampu mendukung kinerja kreatif sekolah (Nadia, Purwanti, 2012). Penelitian ini dilakukan di Taman Kanak-Kanak Azzainiya II Karanganyar Paiton Probolinggo, lokasi ini dipilih karena peneliti bekerja di sekolah tersebut dan terdapat masalah terhadap akhlak mulia anak.

Metode yang diterapkan dalam penelitian untuk pendidikan akhlak adalah melalui metode cerita bergambar yang berisikan pesan tentang nilai-nilai moral yang baik. Metode ini sangat berguna dan sangat menarik untuk meningkatkan perkembangan moral anak usia dini. Kegiatan bercerita di TK Azzainiyah Desa Karanganyar� Kecamatan Paiton biasanya hanya menonton, karena guru tidak menggunakan media dalam bercerita sehingga anak kurang tertarik dalam mendengarkan cerita.� Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan mencoba menggunakan metode bercerita melalui media buku cerita bergambar agar dapat mengatasi problem-problem moral anak.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Hasil

TK Azzainiyah merupakan salah satu Taman Kanak-Kanak yang berada di dusun karanganom desa karanganyar kecamatan Paiton kabupaten probolinggo dengan jumlah siswa adalah 30 anak yang dibagi menjadi 1 kelas kelompok A dan 1 kelas kelompok B. Kegiatan Upaya Penanaman Pendidikan Akhlak Melalui Metode Cerita Bergambar Di TK Azzainiyah Karanganyar� Paiton. Dari proses penerapan metode cerita bergambar dalam menanamkan pendidikan akhlak, proses kegiatan ini menggunakan Cerita Bergambar (cergam) yang mengajarkan dan menanamkan nilai karakter dan moral seperti tanggung jawab, religius, jujur, mandiri, dan lainnya.

Penanaman pendidikan akhlak dilakukan dengan cara mengajarkan hal-hal baik dan buruk, proses kegiatan pembelajaran dalam menanamkan nilai karakter dan moral dengan cara mengajarkan sopan santun kepada anak melalui pemberian contoh-contoh sosok karakter tokoh yang diceritakan dalam kegiatan metode cerita bergambar misalkan buku cerita bergambar Aku Suka Memaafkan, Aku Sayang Ibu dan Ayah, Aku Suka Menolong, Aku Bisa Berdoa, Aku Suka Merapikan Mainan, Aku Suka Menabung dan lain sebagainya. Dengan mengedepankan, serta mengajarkan nilai-nilai akhlak atau karakter. Ketika bercerita tentang suka menolong, sebaiknya mereka tak hanya memberikan sebatas narasi saja kepada anak, tetapi juga contoh nyata. Pembiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan kegiatan pembiasaan dapat menghemat banyak sekali kekuatan dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lapangan lain. Penanaman pendidikan akhlak pada anak diperkenalkan melalui contoh-contoh nyata dan ada yang ditiru (Ramdhani et al., 2019). Penanaman nilai karakter dan moral pada anak usia dini diperkenalkan melalui proses pembiasaan pada tatanan kehidupan (Ramdhani et al., 2019). Pernyataan tersebut cukup jelas bahwa sejak kecil anak harus dibiasakan berprilaku baik, sopan santun dan diperkenalkan nilai-nilai kebaikan.

Hasil penelitian di TK Azzainiyah Karanganyar paiton probolinggo yang didapatkan adalah:

a)      Bentuk kegiatan strategi penanaman pendidikan akhlak atau nilai-nilai karakter didapatkan yang dilakukan oleh pendidik sebagai storytelling.

b)      Bentuk kegiatan penanaman dan pengembangan nilai-nilai Agama dan karakter melalui kegiatan terintegrasi

c)      Proses kegiatan penanaman pendidikan akhlak melalui metode cerita bergambar dengan mengedepankan nilai-nilai karakter dan moral anak melalui cerita rakyat membuat peserta didik antusias, tertarik dan semangat dalam melaksanakan proses kegiatan/pembelajaran bercerita tersebut.

d)     Nilai-nilai karakter yang terlihat setelah pelaksanaan kegiatan bercerita melalui metode cerita bergambar tersebut adalah karakter tanggung jawab, jujur, religius, kerja sama, dan karakter mandiri. Semua nilai karakter tersebut mulai tumbuh dan terintegrasi dalam proses kegiatan pembelajaran setelah proses upaya penanaman pendidikan akhlak melalui metode cerita bergambar dilaksanakan.

 

B.     Pembahasan

1.      Pengertian Pendidikan

�Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut�.

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, di samping kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Pendidikan adalah upaya yang ditempuh oleh manusia untuk mengubah perilaku sehingga menjadi lebih baik dan mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan yang dijalani oleh individu terdapat proses belajar, dimana hasilnya akan membawa perubahan positif dalam kehidupan manusia. Pengaruh tersebut tidak hanya dirasakan secara individual, tetapi juga dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar individu tersebut. Oleh karena itu, keberadaan orang-orang berpendidikan di lingkungan masyarakat tidak pernah dipandang sebelah mata, namun selalu diperhitungkan. Hal tersebut dapat dilihat dari keterlibatan orang-orang berpendidikan untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di lingkungan masyarakatnya. Pendidikan nilai moral adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia (orang dewasa) yang terencana untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik (anak, generasi penerus) menanamkan ketuhanan, nilai-nilai estetik dan etik, nilai baik dan buruk, benar dan salah, mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban; akhlaq mulia, budi pekerti luhur agar mencapai kedewasaannya dan bertanggung jawab (Khaironi, 2017).

Pendidikan merupakan faktor kunci yang memegang peranan terbesar dalam kemajuan suatu bangsa dan peradaban. Pendidikan tidak hanya sekadar membentuk kecerdasan suatu bangsa, tapi juga ikut membentuk watak dan karakter yang kuat dari bangsa tersebut (Saputra, 2016).

Pendidikan merupakan usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Hardianto, 2016)

Marjory Ebbeck menyatakan bahwa PAUD adalah pelayanan kepada anak mulai dari lahir sampai umur enam tahun, hal ini sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa PAUD adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (M.Ag & Abstrak:, 316 C.E.)

Menurut pandangan Islam bahwasanya pendidikan sangat memiliki peran penting selainsebagai fasilitator, juga mempunyai tanggung jawab bagi terbentuknya watak kepribadiaan anak didik yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan bertanggung jawab akan selesai pada masa usia baliq. Dengan demikian anak sewaktu sudah menganjak dewasa akan mendapatkan fitrah yang akan diarahkan, maka dari itu sejak awal anak sudah harus ditanamkan nilai-nilai Islami agar kelak sikap dan perilakunya dalam kehidupan seharinya di landasi dengan nilai-nilai keIslaman (Putri, n.d.)

Pelaksanaan pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga sejak anak lahir bahkan sejak anak dalam kandungan. Pendidikan sejak anak dalam kandungan diberikan melalui berbagai perilaku orang tua, salah satunya dengan memperdengarkan ucapan-ucapan baik kepada sang jabang bayi. Setelah anak lahir ke dunia, pendidikan pertama akan dilalui di dalam lingkungan keluarganya. Orang tua berperan sebagai guru pertama bagi anak (Khaironi, 2017)

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Syaikhon, 2017).

Pendidikan anak harus dimulai semenjak usia dini bahkan semenjak dalam usia kandungan, karena pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sudah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Usia dini merupakan periode awal yang penting dan mendasar sepanjang dalam pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia karena semua potensi anak berkembang sangat cepat pada usia tersebut. Usia dini merupakan langkah awal untuk membentuk akhlak anak untuk mengenalkan nilai baik kepada anak supaya anak menjadi individu yang berkarakter. Anak memiliki karakteristik yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya, anak memiliki karakter yang unik, aktif, rasa ingin tahu, memiliki daya imajinasi yang tinggi, dan senang berteman, dan senang dengan hal-hal yang baru sehingga anak dapat tumbuh dan kembang dengan baik jika mendapatkan bimbingan dan kasih sayang, dari orang tua dan lingkungan sekitarnya (Silahuddin, 2017).

Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian dari anak usia dini yang secaraterminologi disebut sebagai anak usia pra sekolah. Usia demikian merupakan masa peka bagi anak. Para ahli menyebut sebagai masa golden age, dimana perkembangan kecerdasan pada masa ini mengalami peningkatan sampai 50%. Pada masa ini terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan tempo untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, disiplin diri, nilai-nilai agama, konsep diri dan kemandirian (M.Ag & Abstrak:, 316 C.E.).

 

2.      Pengertian Akhlak

Akhlak menurut Rahmat Djatnika adalah dibedakan menjadi dua macam, di antaranya menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab akhlaq (قالخا ) bentuk jamak dari mufrodnya khulluq ( قلخ ), yang berarti budi pekerti. Sinonimnya adalah etika dan moral. Etika berasal dari bahasa Latin, etos yang berarti kebiasaan. Moral berasal dari bahasa Latin juga, mores yang juga berarti kebiasaan. Sedangkan menurut terminologinya, kata budi pekerti terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, rasio yang disebut karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati yang disebut dengan behavior. Jadi, budi pekerti merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia. Maka dalam hati ini dapat diartikan bahwa akhlak adalah hasil dari perpaduan antara rasio dan rasayang diwujudkan dengan tingkah laku (Bastomi, 2019).

Pembahasan akhlak sendiri terbagi menjadi dua, yaitu akhlak baik, adalah sebuah akhlak yang dapt memberikan manfaat pada orang lain, sedangkan akhlak buruk, adalah akhlak yang di dorong oleh keinginan nafsu sesaat serta lebih pada sifat buruk, dan tidak memberikan manfaat kepada orang lain. Shodiq menjelaskan bahwa Akhlak merupakan kondisi batiniyah yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, tanpa adanya pertimbangan oleh orang tersebut, baik dari yang baik dan buruk. Maka sangatlah perlu untuk menanamkan pendidikan akhlak yang baik pada diri seoarang anak khususnya pada anak usia dini (Hermanto, 2019)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti� Pendidikan anak harus dimulai semenjak usia dini bahkan semenjak dalam usia kandungan, karena pertumbuhan dan perkembangan seorang anak sudah dimulai sejak prenatal, yaitu sejak dalam kandungan. Usia dini merupakan periode awal yang penting dan mendasar sepanjang dalam pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia karena semua potensi anak berkembang sangat cepat pada usia tersebut. Usia dini merupakan langkah awal untuk membentuk akhlak anak untuk mengenalkan nilai baik kepada anak supaya anak menjadi individu yang berkarakter. Anak memiliki karakteristik yang berbeda antara satu anak dengan anak lainnya, anak memiliki karakter yang unik, aktif, rasa ingin tahu, memiliki daya imajinasi yang tinggi, dan senang berteman, dan senang dengan hal-hal yang baru sehingga anak dapat tumbuh dan kembang dengan baik jika mendapatkan bimbingan dan kasih sayang, dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Berdasarkantau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab, namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam al- Qur�an. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut, yaitu khuluk yang tercantum dalam al-Qur�an surat al-Qalam ayat 4. Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul (Bastomi, 2019).

 

3.      Pengertian Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak adalah salah satu pendidikan yang wajib diberikan kepada anak dari sejak usia dini. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut anak masih suci dan bersih dan belum terkontaminasi dengan berbagai perangai buruk. Oleh karena itu, sebagai pendidik dan orang tua perlu mengajarkan dan mencontohkan perbuatan-perbuatan yang mulia yang sesuai dengan ajaran al-quran dan hadist nabi Muhammad SAW (Marsigit, 2006).

Pendidikan akhlak yang baik juga dapat menyempurnakan iman seseorang seperti yang tertuang dalam hadist Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Turmudzi yang berbunyi: �orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah orang sempurna budi pekertinya�. (HR. Turmudzi) (Marsigit, 2006).

Pendidikan moral dan akhlak seharusnya penempati posisi tertinggi penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, karena moral dan akhlak erat kaitannya dengan agama bahkan iman seseorang. Kesempurnaan iman diukur dari akhlaknya, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yaitu �Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah orang yang paling baik budi pekertinya/ akhlaknya� (HR.Ahmad). Lebih lanjut Rosulullah Shallahu �alaihi Wasallam bersabda: �Sesunnguhnya seorang mukmin dengan akhlak yang baik benar-benar bisa mendapatkan tingkatan ahli puasa lagi ahli sholat malam� (HR. Abu Daud). Selain itu, beliau bersabda: �Dan aku menjamin istana di surga yang paling tinggi bagi orang yang memperbaiki akhlaknya� (HR. Abu Daud). Dengan demikian jelaslah bahwa akhlak merupakan elemen utama dan paling penting dalam tatanan kehidupan terlebih lagi bagi anak usia dini sebagai bekal hidup di masa- masa selanjutnya. Mereka perlu suatu landasan kokoh dalam pembentukan karakternya yaitu dengan adanya pendidikan moral dan akhlak sejak usia dini (Hasanah, 2015).

Pendidikan spiritual keagamaan untuk Anak Usia Dini menjadidasar peletakan ketauhidan dan menanamkan akhlak dan moral di kehidupan selanjutnya. Pendidiakan yang berhasil adalah pendidikan yang bukan hanya mengembangkan kognitif saja namun lebih kepada sikap, akhlak dan kemampuan sosial emosiaonal. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Nihwan, 2018).

 

4.      Metode Cerita Bergambar

Secara kebahasaan kata �metode� berasal dari bahasa Yunani yaitu methodos, dan dalam bahasa Inggris ditulis method yang berarti cara atau jalan. Dalam bahasa Arab disebut tariqoh� dan adakalanya disebut uslub.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai apa yang telah ditentukan (nursyaidah, n.d.).

Sedangkan cerita merupakan suatu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri dan akan memberikan pengaruh baik bagi anak-anak maupun orang dewasa karena dapat mengasah akal dan rasa. Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia cerita adalah karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang, kejadian dan sebagainya (baik yang sungguh- sungguh terjadi maupun hanya rekaan belaka) (nursyaidah, n.d.)

Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Mengapa metode bercerita ini efektif? Jawabannya adalah pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Kedua, melalui cerita diajar untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui (apriani, 2017).

Bercerita adalah suatu kegiatan yangdilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karenanya orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik (Priscilia et al., 2014).

Dalam penelitian (Dwiantari, 2012) menyatakan bahwa buku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks. Keduanya saling menjalin baik gambar maupun teks secara sendiri belum cukup untuk mengungkapkan cerita secara lebih mengesankan, dan keduanya saling membutuhkan untuk saling mengisi dan melengkapi. Dalam buku cerita bergambar pemahaman kata-kata benda dalam konteks cerita dapat berupa satu gambar, dua gambar, tiga gambar, atau empat gambar dengan ukuran tertentu (Priscilia et al., 2014).

Cerita bergambar merupakan cerita yang menggunakan gambar untuk mengutarakan suatu kisah seperti dalam buku komik, dan cerita gambar. Media cerita bergambar merupakan rangkaian kegiatan cerita yang disajikan secara berurutan kemudian siswa dilatih mengungkapkan adegan dan kegiatan yang terjadi didalam cerita dan diakhir cerita akan disampaian moral value yang ada dalam cerita. Penyajian gambar sesuai dengan perkembangan anak didik atau siswa dan menyangkut pada kehidupan anak-anak maka akan menambah gairah dan semangat anak-anak untuk mendengarkan cerita. Melalui cerita ini seorang guru mampu menyampaikan pembelajaran dengan aktif dan imaginative sehingga anak-anak akan lebih mudah menerima pembelajaran. Melalui kegiatan bercerita akan melahirkan imaginasi anak yang notabene pada usia mereka memiliki daya imajinasi yang tinggi. Gambar sebagai media visual dengan desain dan pewarnaan yang menarik akan lebih mendukung pembelajaran anak-anak dan proses pembelajaran akan terasa lebih menyenangkan. Cerita bergambar sebagai sarana pengungkapan pesan yang benar-benar orisinal maka pesan moral yang diharapkan dapat dengan ringan diterima anak-anak melalui visual gambar yang menarik dan penulisan alur cerita yang sesuai dengan bahasa ank-anak (Nihwan, 2018).

Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak dilakukan pada anak usia dini. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberi perasaan gembira, lucu dan mengasyikkan. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak usia dini dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan (Miarni, 2014).

Metode bercerita merupakan salah satu metode yang menyenangkan bagi anak usia dini dan dianggap menarik karena anak dapat berimajinasi dan masuk ke dalam alur cerita serta memerankan dirinya berada dalam cerita. Dengan contoh-contoh perilaku yang dilakukan oleh tokoh dalam cerita, dapat menjadi teladan bagi anak yang mendengarkan cerita (Tri Budi Utami, 2017). Metode bercerita dapat mengubah etika anak-anak karena sebuah cerita mampu menarik anak-anak untuk menyukai dan memperhatikan, serta merekam peristiwa dan imajinasi yang ada dalam cerita (Putri, 2017)

Dalam pelaksanaan suatu metode pembelajaran tentunya memiliki langkah-langkah tertentu yang menjadi ciri khas atau karakteristik metode itu sendiri. Begitu juga dengan kegiatan bercerita. Kegiatan rinci dalam pelaksaan kegiatan bercerita dapat dilakukan dengan berpedoman pada tahapan berikut (Kusnilawati et al., 2018).

1)      Menyampaikan tujuan dan tema kegiatan bercerita kepada anak.

2)      Melakukan organisasi anak, terhadap posisi dan tempat duduk kegiatan yang dilakukan anak selama bercerita.

3)      Mengatur bahan, alat dan media yang diperlukan dalam bercerita.

4)      Membuka cerita: menggali pengalaman anak dan mengaitkannya dengan tema cerita dalam pembelajaran kegiatan ini dikenal dengan istilah apersepsi.

5)      Melaksanakan cerita dengan pengembangan yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar.

6)      Mengaktifkan anak dalam bercerita baik secara fisik, maupun emosional, misalnya: memberikan sejumlah pertanyaan yang dapat direspon langsung, memberikan stimulus agar mereka bergerak, melompat dan sebagainya.

7)      Mencari untuk mendapatkan balikan (feedback) dari anak mengenai pemahaman pesan dan pelaksanaan program bercerita

8)      Mengajak anak untuk menyimpulkan atau membuat ringkasan dari isi pesan cerita

 

a.       Teknik Bercerita pada Anak Usia Dini Ada beberapa macam teknik bercerita yang dapat dilakukan pada anak usia dini antara lain (Miarni, 2014):

1)      Membaca Langsung dari Buku Cerita

Teknik bercerita dengan membacakan langsung dari buku itu sangat bagus jika guru mempunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan pada anak usia dini.

2)      Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalan cerita.

3)      Menceritakan dongeng

Mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan kebajikan kepada anak.

4)      Bercerita dengan menggunakan papan flanel

Papan flanel dapat dibuat oleh guru dengan melapisi seluas papan dengan kain planel, tokoh cerita juga dapat dibuat sendiri oleh pendidik atau dibeli di pasaran sesuai dengan tema atau pesan yang ingin disampaikan.emperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalan cerita.

Dramatisasi suatu cerita Pendidik dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal.

b.      Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh (Apriani, 2017):

a)      Pemilihan tema dan judul yang tepat Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya �menari-nari�. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia.

b)      Waktu penyajian dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut:

1)      Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit.

2)      Usai 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10-15 menit.

3)      Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit.

c)      Suasana (situasi dan kondisi) disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nyang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.

 

Beberapa manfaat metode bercerita bagi anak usia dini di TK diantaranya yang pertama melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia TK dapat dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan, yang kedua melatih daya pikir anak. Untuk terlatih memehami proses cerita, mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan-hubungan sebab-akibatnya, yang ketiga melatih daya konsentrasi anak TK, untuk merumuskan perhatiannya kepada keseluruhan cerita, karena dengan perumusan perhatiantersebut anak dapat melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam cerita, yang keempat mengembangkan daya imajinasi anak, artinya dengan bercerita anak dengan fantasinya dapat membayangkan atau menggambarkan suatu situasi yang berada di luar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan sekitarnya. Ini berarti membantu menambah wawasan anak serta dapat meningkatkan kognitif pada anak usia dini khususnya, dan yang kelima membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien, sehingga proses percakapan menjadi komunikatif(Priscilia et al., 2014)

Kegiatan bercerita adalah penting, agar bercerita menjadi lebih menarik maka perlu dilakukan melalui tahap-tahap tertentu yaitu yang pertama memilah dan memilih materi cerita, yang kedua memahami dan menghafal isi cerita, yang ketiga menghayati karakter peran tokoh, yang keempat latihan dan introspeksi (Priscilia et al., 2014).

Untuk menghasilkan kualitas bercerita yang baik dan menarik, maka perlu menetapkan tujuan, tema cerita, dan bentuk cerita yang dipilih serta melakukan langkah- langkah yang tepat diantaranya guru mengatur tempat duduk anak, guru memulai dengan pembukaan kegiatan bercerita, guru mengembangkan cerita yang dituturkan, memahami dan menghafal cerita serta dapat berimprovisasi dengan baik agar dapat menarik perhatian anak dalam mengkomunikasikan isi cerita kepada anak. Sehingga dapat senang dan tertarik untuk mendengarkan cerita yang dibawakan oleh guru jika guru membawakan cerita dengan ekspresi yang bagus (Priscilia et al., 2014).

�����������

Kesimpulan��������������������������������������������������������������

Kegiatan penanaman pendidikan akhlak dengan menggunakan metode cerita bergambar untuk menanamkan nilai-nilai karakter anak-anak di TK Azzainiyah Karanganya Paiton Probolinggo. Dari proses menerapkan metode cerita/mendongeng dalam menanamkan nilai-nilai karakter dan moral pada anak, bercerita memberikan pengalaman untuk anak-anak dalam proses pembelajaran dan bermain. Kegiatan bercerita mendukung pemahaman anak-anak dan sangat penting dalam perkembangan bahasa anak atau peserta didik. Dengan melalui metode cerita bergambar (cergam) anak-anak sangat tertarik dan atusias dalam belajar sehingga anak mudah memahami apa yang telah di sampaikan atau di ceritakan oleh guru/pendidik seakan-akan anak ada pada tokoh yang ada dalam cerita� dan pada ahirnya tumbuh nilai-nilai karakter dan moral yang baik pada anak.

�������������������������������������������������������


BIBLIOGRAFI

 

Apriani, D. N. (2017). Peningkatan Hasil Belajar Etika Melalui Media Cerita Bergambar Pada Kelompok B Anak Usia 5-6 Tahun Di Ra Miftahul Huda I Lopait Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017 Skripsi. Dina Nur Apriani.

 

Bastomi, H. (2019). Pendidikan karakter dalam pembentukan akhlak mulia di sekolah. 1, 207�218.

 

Dwiantari. (2012). cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks.

 

Hardianto, H. (2016). Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Agama Islam. HIKMAH: Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 01�20.

 

Hasanah, A. (2015). Urgensi Pendidikan Moral dan Akhlak Pada Anak Usia Dini. �Anil Islam, 8(64), 25�47.

 

Hermanto. (2019). Penanaman Nilai-Nilai Islam dalam Membentuk Sopan Santun Anak di Raudlatul Athfal Yayasan Nurul Bahra Kabupaten Bone. 12(1), 560�569.

 

Khaironi, M. (2017). Pendidikan Moral Pada Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age Universitas Hamzanwadi, 01(1), 1�16.

 

Kusnilawati, K., Fauziddin, M., & Astuti, A. (2018). Meningkatkan Aspek Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini dengan Penerapan Metode Bercerita Tema Islami. Aulad : Journal on Early Childhood, 1(1), 28�38. https://doi.org/10.31004/aulad.v1i1.4

 

Lestari, S. (2016). Upaya Meningkatkan Akhlak Mulia Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Taman Kanak-Kanak Al Hikmah Tayan Hilir. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa, 4(4).

 

M.Ag, D. N., & Abstrak: (316 C.E.). Pentingnya Nilai Agama Dan Moral Bagi Anak Usia Dini. 400.

 

Marsigit. (2006). Pendidikan Akhlak Bagi Anak Usia Dini. III, 124�136.

 

Miarni. (2014). Penerapan Metode Bercerita Dengan Media Gambar Untuk Meningkatkan Karakter Anak Pada Paud Lubuk Puding Kecamatan Pino.

 

Murniyati. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Religius terhadap Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional 20 Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang, November.

 

Nadia, Purwanti, S. L. (2012). Upaya Meningkatkan Akhlak Mulia Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Taman Kanak-Kanak Al Hikmah Tayan Hilir Nadia,. NPsychology Applied to Work: An Introduction to Industrial and Organizational Psychology, Tenth Edition Paul, 53(9), 1689�1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

 

Nihwan. (2018). Pengembangan Media Cerita Bergambar Model Flipchart Untuk Menanamkan Nilai- Nilai Agama Dan Moral Anak Usia Dini Di Tkit Salsabila Banguntapan Oleh: 1, 1�10.

 

Nursyaidah. (n.d.). Efektifitas Metode Bercerita Dengan Buku Cerita Bergambar Berbasisi Islam Dalam Membina Akhlak Siswa SDIT Bunayya Padang Sidimpuan. 111�126.

 

Priscilia, Y., Rosari, P., Agung, A. A. G., Ambara, D. P., Pendidikan, J., Pendidikan, G., Usia, A., Pendidikan, F. I., Ganesha, U. P., Pendidikan, J. T., Pendidikan, F. I., & Ganesha, U. P. (2014). Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Buku. 2(1).

 

Putri, H. (n.d.). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Perspektif ISLAM Hadisa Putri Mahasiswa Pascasarjana PAUD Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin Email: [email protected] Abstract: XIV.

 

Putri, H. (2017). Penggunaan Metode Cerita untuk Mengembangkan Nilai Moral Anak TK/SD. Muallimuna, 3(1), 87�95.

 

Ramdhani, S., Yuliastri, N. A., Sari, S. D., & Hasriah, S. (2019). Penanaman Nilai-Nilai Karakter Melalui Kegiatan Storytelling dengan Menggunakan Cerita Rakyat Sasak pada Anak Usia Dini. 3(1), 153�160. https://doi.org/10.31004/obsesi.v3i1.108

 

Saputra, M. A. (2016). Penanaman Nilai-Nilai Agama Pada Anak Usia Dini Di R.a. Ddi Addariyah Kota Palopo. Al-Qalam, 20(2), 197. https://doi.org/10.31969/alq.v20i2.190

 

Silahuddin. (2017). Urgensi Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar-Raniry, 3(2), 18�41.

 

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

 

Syaikhon, M. (2017). Penanaman Nilai-Nilai Agama Islam Pada Anak Usia Dini Di Tk Taam Adinda Kepatihan Menganti Gresik. Education and Human Development Journal, 3(1), 91�100. https://doi.org/10.33086/ehdj.v3i1.91

 

Tri Budi Utami. (2017). Penerapan Metode Bercerita Untuk Mengembangkan Nilai-Nilai Akhlak Anak Usia Dini Di Tkit Salsabila Al Muthi�in Maguwo Banguntapan Bantul Yogyakarta. Вестник Росздравнадзора, 6, 5�9.