Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 2
No. 3 Maret 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS LAJU KEAUSAN MAIN CONTACT STRIP PANTOGRAF KERETA PT MRT
JAKARTA
Aznawi
Saiful Rifa�i dan Estu Prayogi
Universitas Pancasila Jakarta, Indonesia
Email: [email protected]
dan [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK
|
Diterima 13 Februari 2021 Direvisi 21 Februari 2021 Disetujui 15 Maret 2021 |
Maintenance and examination on pt MRT Jakarta
train pantograph is done every month. In order to keep the train facilities
always viable for operation, there needs to be a reference time for
replacement of the main contact strip. The minimum thickness allowed for the
main contact strip at this time is 5 mm. While the thickness of the new main
contact strip is 17 mm. The
purpose of this study was to determine the difference in the level of wear
that would occur in accordance with the conditions in the field. Wear rate test using Ogoshi method with
speed variant and glide distance variant. From the results of the research conducted,
it can be concluded that the greater the speed, the higher the wear rate. The
farther the glide distance, the lower the wear rate. The wear rate that
occurs in the field is different from the wear rate in the Lab, ABSTRAK Perawatan dan
pemeriksaan pada pantograf kereta PT MRT Jakarta dilakukan setiap satu
bulanan. Guna menjaga agar sarana kereta selalu layak operasi, perlu adanya acuan
waktu penggantian main contact strip. Tebal minimum yang dibolehkan
untuk main contact strip pada saat ini adalah 5 mm. Sedangkan tebal main
contact strip baru adalah 17 mm. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan tingkat keausan yang akan terjadi sesuai dengan kondisi
yang ada di lapangan. Dilakukannya uji laju keausan menggunakan metode Ogoshi
dengan varian kecepetan dan varian jarak luncur. Dari hasil penelitian yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan maka tingkat
keausan semakin tinggi. Semakin jauh jarak luncur maka semakin kecil tingkat
keasusan. Laju keausan yang terjadi dilapangan berbeda dengan laju keausan di
Lab. |
Keywords: wear rate, main
contact strip pantograph, ogoshi method wear test Kata Kunci: laju keausan, main contact strip pantograf, uji
keausan metode ogoshi |
Pendahuluan
Pada era
yang maju ini teknologi di bidang perkeretaapian terus berkembang. Banyak
negara-negara maju yang mengembangkan perkeretaapian otomatis atau tanpa
masinis (driverless). Salah satu alasan yang menjadikan
perkeretaapian terus berkembang karena perkeretaapian merupakan transportasi
yang dapat mengangkut penumpang secara masal (Kusumaningrum & Asfirotun, 2013). Beberapa keunggulan perkeretaapian
dibandingkan dengan moda transportasi lain, diantaranya perkeretaapian mampu
memindahkan orang dan barang secara masal dengan selamat, aman, nyaman, cepat,
efektif, efisien, dan tepat waktu (Istiantara, 2019).
KRL merupakan kereta rel listrik yang memiliki
penggerak sendiri dimana sumber
tenaganya dari listrik (Muhamad et al., 2019). Jakarta merupakan salah satu kota dengan tingkat perkembangan transportasi cukup pesat, salah
satunya adalah KRL MRT Jakarta. MRT Jakarta
diharapkan menjadi transportasi yang tepat waktu, aman, nyaman, dan selamat (Bintari & Pandiangan, 2016). Menurut penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian,
selamat adalah perjalanan kereta api
terhindar dari kecelakaan akibat faktor internal (Syafirati, 2014).
Dalam
peraturan perundang-undangan mengenai kehandalan sarana perkeretaapian telah
diatur bahwa sarana perkeretaapian harus dilakukan perawatan berkala untuk
menjaga kehandalan dari sarana KRL itu sendiri agar layak untuk dioperasikan (Aisyah et al.,
2019), karena jika terdapat kerusakan
atau kegagalan dalam sarana akan mengganggu perjalanan dan ketepatan waktu, untuk
itu kereta harus melakukan perawatan dan pemeriksaan secara periodik sesuai
standar yang berlaku. Ada beberapa jenis perawatan berkala (periodic) yang dilakukan diantaranya
yaitu perawatan harian (daily maintenance)
yang dilakukan setiap tiga hari sekali, perawatan bulanan (monthly maintenance) yang
dilakukan setiap bulan dan perawatan tahunan (overhaul) setiap 8 tahun sekali (Nanjo, 2018).
Salah
satu komponen utama yang ada pada kereta adalah pantograf, karena fungsi dari
pantograf adalah sebagai penghubung antara kabel tembaga dengan tegangan 1500
VDC menuju ke traksi motor kereta (Gohtami, 2018). Bagian dari pantograf yang berhubungan
langsung dengan sumber tegangan listrik aliran atas yaitu main contact strip. Pada saat kereta melaju akan terjadi gesekan
antara main contact strip dengan
kabel listrik aliran atas. Gaya gesek ini mengakibatkan berkurangnya material
pada main contact strip atau disebut
juga dengan aus, retak, bocor dan korosi merupakan penyebab dari suatu
kerusakan komponen (Malau &
Khasani, 2013).
Beberapa faktor yang mempengaruhi keausan yaitu sifat dari material, kekasaran
dari material, koefisien gesek, dan faktor pembebanan atau gaya tekan dari
pantograf (Besihi et al.,
2013).
Perawatan
bulanan pantograf yang dilakukan adalah pemeriksaan secara visual dan
pemeriksaan fungsi kerja, selanjutnya pembersihan pada bagian pantograf,
pengukuran tinggi carbon contact strip,
pengukuran gaya tekan pegas, dan penggantian komponen jika diperlukan (Bruni et al., 2015). Pengukuran bertujuan untuk melihat kondisi
aktual dari carbon contact strip (SINAGA,
2020). Hasil pengukuran yang didapat harus masuk dalam
standar yang sudah ditentukan.
Proses
penggantian main contact strip kurang
efektif jika dilakukan pada saat perawatan harian (Permana et al., 2019). Jika keausan terjadi sebelum jadwal
perawatan bulanan berikutnya maka sarana dianggap tidak layak operasi dan tidak
boleh jalan. Maka untuk menjaga layak operasi harus menjaga standar nilai-nilai
minimum selama satu bulan berikutnya sampai masuk periode perawatan bulanan (Soehodho, 2017). Kemungkinan yang terjadi yaitu main contact strip mencapai batas
minimum atau habis ditengah operasional. Untuk itu, perlu adanya analisis
mengenai masa pakai penggunaan main
contact strip.
Pada
penelitian ini akan dilakukan pembuatan 3 (tiga) spesimen uji yang mengacu pada
standar ASTM G99-04, kemudian pengujian pada main contact strip dengan menggunakan metode Ogoshi. Pengujian dilakukan dengan mengacu pada standar ASTM G99-95.
Data yang sudah didapat dari hasil pengujian laju keausan dan data-data yang
diperoleh di lapangan kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil laju keausan
pada masing-masing data. Dari penelitian diatas penulis ingin mencoba membuat
sebuah penelitian �Analisis Laju Keausan Main Contact
Strip Pantograf Kereta PT MRT Jakarta�. Tujuan akhir dalam penelitian ini
adalah mengetahui laju keausan dari main
contact strip pantograf kereta MRT Jakarta dan mengetahui pengaruh laju
keausan terhadap masa pakai dari main
contact strip pantograf kereta MRT Jakarta.
Metode Penelitian
Gambar 1
�Diagram
Alir Penelitian
Bahan yang digunakan dalam eksperimen
uji keausan ini adalah main contact strip
pada KRL MRT Jakarta dengan jenis carbon
metalized. Pemilihan bahan
dilakukan pada KRL MRT setelah main
contact strip telah beroperasi dan
bagian yang digunakan merupakan bagian yang masih utuh dan bagus. Setelah
memilih bahan untuk spesimen uji, selanjutnya dilakukan pembuatan spesimen dengan
tujuan untuk mempermudah dalam analisis keausan yang sesuai dengan standar.
Standar pembuatan spesimen uji mengacu pada standar ASTM G99-04 untuk pengujian
keausan menggunakan metode pin-on-disk.
1. Pengujian
Laju Keausan
Keausan
merupakan hilangnya material secara progresif� atau perpindahan sejumlah material dari suatu
permukaan akibat dari pergerakan relatif antara permukaan tersebut dan
permukaan lainnya. Pengujian keausan merupakan suatu uji karakteristik fisik
yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keausan benda terhadap
gesekan atau goresan. Uji keausan dilakukan dengan cara menghitung lebar
keausan dari spesimen. Pengujian laus keausan pada main contact strip menggunakan metode Ogoshi yang �mengacu pada standar ASTM G99-95a.
Rumus nilai
keausan spesifik:
Ws =�� ���
���� Keterangan:
B ����= lebar piringan pengaus (mm)
Bo ��= lebar keausan pada benda uji (mm)
r �����= jari-jari piringan pengaus (mm)
X�� ��= jarak tempuh pada proses pengausan
(m)
Ws �= keausan spesifik (mm3/m)
2. Analis Data
Lapangan dan Hasil Pengujian
Data yang
diperoleh dari hasil pengujian laju keausan dan di lapangan kemudian dianalisis
untuk mendapatkan hasil laju keausan pada masing�masing data. Selanjutnya
membandingkan hasil pengujian dengan hasil analisis yang terjadi di lapangan.
Analisis keausan dilihat dari perubahan massa yang terjadi pada pin antara
sebelum dan sesudah pin dilakukan pengujian. Hasil analisis dimasukkan kedalam
tabel untuk mempermudah penelitian.
1. Perhitungan Analisis di Lapang
Tabel 1
Pengukuran Pantograf
Pantograf |
Tinggi aus (mm) |
Volume aus (mm3) |
Jarak tempuh (m) |
Keausan (mm3/m) |
1 |
3,885 |
69.230,7 |
8.614.000 |
0,00804 |
2 |
3,503 |
62.414,6 |
8.614.000 |
0,00725 |
3 |
3,420 |
60.944,4 |
7.854.800 |
0,00776 |
4 |
3,5025 |
62.414,55 |
7.854.800 |
0,00795 |
Sumber: penelitian analisis laju keausan main contact strip pantograf kereta PT MRT Jakarta
Berdasarkan tabel 1, terlihat perbedaan hasil keausan
dari pantograf 1 hingga pantograf 4. Keausan tertinggi terlihat pada pantograf
1 dengan nilai 0,00804 dan keausan terendah terdapat pada pantograf 3 dengan
nilai 0,00776. Hal ini menunjukan bahwa keausan dipengaruhi oleh tinggi aus,
volume aus dan jarak tempuh.
2. Perhitungan Laju Keausan dari Hasil
Lab
Pengujian dilakukan dengan acuan kondisi yang ada di lapangan
yang kecepatan dan jarak tempuh antar stasiunnya tidak sama, maka perlu
dilakukan beberapa varian kecepatan dan varian jarak luncur.
Tabel 2
Laju Keausan Jarak Luncur 100 m-Varian Kecepatan
Kecepatan |
Beban (Po) |
Jarak luncur (lo) |
Lebar piringan (B) |
Jari-jari piringan (r) |
Lebar keausan (Bo) |
Keausan spesifik (Ws) |
0,94 |
3,16 |
100 |
3 |
15 |
1,92 |
1,179 �10-3 |
1,97 |
3,16 |
100 |
3 |
15 |
2,02 |
1,374 �10-3 |
2,91 |
3,16 |
100 |
3 |
15 |
2,10 |
1,544 �10-3 |
Sumber: penelitian analisis laju keausan main contact strip pantograf kereta PT MRT Jakarta
Tabel 3
Laju Keausan Jarak Luncur 200 m-Varian Kecepatan
Kecepatan |
Beban (Po) |
Jarak luncur (lo) |
Lebar piringan (B) |
Jari-jari piringan (r) |
Lebar keausan (Bo) |
Keausan spesifik (Ws) |
0,94 |
3,16 |
200 |
3 |
15 |
2,21 |
0,899 �10-3 |
1,97 |
3,16 |
200 |
3 |
15 |
2,23 |
0,924 �10-3 |
2,91 |
3,16 |
200 |
3 |
15 |
2,65 |
1,551 �10-3 |
Sumber: penelitian analisis laju keausan main contact strip pantograf kereta PT MRT� Jakarta
Tabel 4
Laju Keausan Jarak Luncur 400 m-Varian
Kecepatan
Kecepatan |
Beban (Po) |
Jarak luncur (lo) |
Lebar piringan (B) |
Jari-jari piringan (r) |
Lebar keausan (Bo) |
Keausan spesifik (Ws) |
0,94 |
3,16 |
400 |
3 |
15 |
2,24 |
0,468 �10-3 |
1,97 |
3,16 |
400 |
3 |
15 |
2,69 |
0,811 �10-3 |
2,91 |
3,16 |
400 |
3 |
15 |
2,91 |
0,829 �10-3 |
Sumber: penelitian analisis laju keausan main contact strip pantograf kereta PT MRT�� Jakarta
3. Perbandingan Laju Keausan Terhadap
Jarak Luncur dengan Varian Kecepatan
Grafik 1
�Laju Keausan-Kecepatan
(Jarak Luncur 100m)
Grafik 2
Laju Keausan Spesifik-Kecepatan (Jarak Luncur
200m
Grafik
3
�Laju Keausan
Spesifik-Kecepatan (Jarak Luncur 400m)
Secara teoritis, nilai wear rate akan
semakin besar dengan semakin besarnya nilai kecepatan yang diberikan. Dari
data yang ada, pengujian varian pertama hingga varian ketiga diperoleh hasil
grafik yang hampir sama yaitu nilai laju keausan akan semakin tinggi jika
kecepatan semakin tinggi. Karena besarnya kecepatan berpengaruh pada lebar
keausan (Bo) yang dihasilkan. Besarnya kecepatan berdampak pada lebarnya
keausan (Bo) pada spesimen sehingga semakin tinggi kecepatan yang diberikan
semakin besar pula lebar keausan (Bo) pada spesimen. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Taufik et al., 2017).
4. Perbandingan Laju Keausan Terhadap
Kecepatan dengan Varian Jarak Luncur
��
Grafik 4
Laju Keausan Kecepatan 0,94 M/Detik � Jarak
Luncur
Grafik 5
Laju Keausan Kecepatan 1,97 M/Detik � Jarak
Luncur
Grafik 6
�Laju
Keausan Kecepatan 2,91 M/Detik � Jarak Luncur
Dari hasil pengujian yang dilakukan dengan
varian jarak luncur didapatkan laju keausan yang semakin menurun seiring jarak
luncur yang semakin naik. Dengan begitu laju keausan berbanding terbalik dengan
jarak luncur. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad
Taufik (Widianingrum & Kaelani, 2012).
5. Perhitungan Masa Pakai (Life
Time) dari Main Contact Strip
Tabel 8
Keausan Rata-rata di Lapangan
|
Pantograf
1 |
Pantograf
2 |
Pantograf
3 |
Pantograf
4 |
Rata
� rata |
Keausan |
0,00804 mm3/m |
0,00725 mm3/m |
0,00776 mm3/m |
0,00795 mm3/m |
0,00775 mm3/m |
Sumber: penelitian analisis laju keausan main contact
strip pantograf kereta PT MRT Jakarta
Tabel 9
|
Varian 1 |
Varian 2 |
Varian 3 |
Rata � rata |
||||||
1 |
2 |
3 |
1 |
2 |
3 |
1 |
2 |
3 |
||
Keausan |
1,179 |
1,374 |
1,544 |
0,899 |
0,924 |
1,551 |
0,468 |
0,811 |
0,829 |
1,064 |
Keausan Rata-rata di Lab
Sumber: penelitian analisis laju keausan main contact
strip pantograf kereta PT MRT Jakarta
Terdapat perbedaan antara hasil analisis
lapangan dengan hasil analisis lab disebabkan oleh perbedaan kondisi pengujian
di Lab yang tidak ditambah faktor eksternal sedangkan kondisi di lapangan
terdapat faktor alam seperti hujan, panas matahari, debu, dan panas tegangan
listrik.
Dari hasil
pengujian yang dilakukan telah didapatkan data�data yang sudah dianalisis. Dari
hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa laju keausan main contact strip yang ditinjau dari
data lapangan yaitu� 0,00775 mm3/m
atau 7,75 �10-3 mm3/m.
Sedangkan laju keausan main contact strip
yang ditinjau dari data lab yaitu 1,064
�10-3
mm3/m atau 0,001064 mm3/m. Hasil analisis lapangan dengan
hasil analisis lab berbeda yang disebabkan karena kondisi di lapangan berbeda
dengan kondisi pengujian di lab. Laju keausan main contact strip di lab lebih kecil daripada laju keausan di
lapangan, karena banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi laju keausan
misalnya hujan, panas gesekan, dan tegangan listrik. Masa pakai dari main contact strip jika ditinjau dari data lapangan yaitu main contact strip dapat digunakan
selama 1.724 kali perjalanan (Stasiun Lebak Bulus-Stasiun Bundaran HI) atau 862
kali perjalanan pulang � pergi. Jika dalam perhitungan waktu maka main contact strip dapat digunakan
selama 3,4 bulan. Sedangkan masa pakai main
contact strip jika ditinjau dari data lab yaitu main contact strip dapat digunakan selama 12.561 kali perjalanan (
Stasiun Lebak Bulus � Stasiun Bundaran HI) atau 6.280 kali perjalanan
pulang�pergi. Jika dalam perhitungan waktu maka main contact strip dapat digunakan selama 25 bulan. Masa pakai di
lab lebih hemat 7 kali dibanding masa pakai di lapangan.
aisyah, W. U. N., Salim, F., & Sofyan, M. (2019).
The Influence Of Service Quality And Price On The Interest Of Commuterline Krl
Passengers. Ilomata International Journal Of Management, 1(1),
13�18.
Besihi, N. A., Darmanto, & Syafa�at, I.
(2013). Analisis Keausan Baja St60 Menggunakan Alat Tribotester Tipe Pin On
Disc Dengan Variasi Kondisi Pelumas. Momentum, 9(2), 1�4.
Bintari, A., & Pandiangan, L. H. S.
(2016). Formulasi Kebijakan Pemerintah Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik
Daerah (Bumd) Perseroan Terbatas (Pt) Mass Rapid Transit (Mrt) Jakarta Di
Provinsi Dki Jakarta. Cosmogov. Jurnal Ilmu Pemerintahan Issn, 2442,
5958.
Bruni, S., Ambrosio, J., Carnicero, A.,
Cho, Y. H., Finner, L., Ikeda, M., Kwon, S. Y., Massat, J.-P., Stichel, S.,
& Tur, M. (2015). The Results Of The Pantograph�Catenary Interaction
Benchmark. Vehicle System Dynamics, 53(3), 412�435.
Gohtami, E. (2018). Evaluasi Dan
Eksperimentasi Desain Modul, Pola Dan Sambungan Pada Konstruksi Bambu Dengan
Sistem Pantograf.
Istiantara, D. T. (2019). Pengembangan
Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi Guna Meningkatkan Kinerja
Pegawai Dan Dosen Polikteknik Perkeretaapian Indonesia. Jurnal
Perkeretaapian Indonesia (Indonesian Railway Journal), 3(2).
Kusumaningrum, A. E., & Asfirotun, J.
(2013). Analisis Kepuasan Pengguna Jasa Terhadap Kinerja Pt. Kereta Api
Indonesia (Persero)(Krl Commuter Line Jakarta Kota�Bogor). Prosiding Pesat,
5.
Malau, V., & Khasani. (2013).
Karakteristik Laju Keausan Dan Kekerasan Dari Pack Carburizing Pada Baja Karbon
Aisi 1020. Media Teknik, 30(3), 367�374.
Muhamad, A. T., Sukmadi, T., & Winardi,
B. (2019). Analisa Outage Cost Pada Operasi Kereta Rel Listrik Pt Kai Commuter
Jabodetabek Tahun 2015. Transient: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 7(3),
694�700.
Nanjo, D. (2018). Mass Rapit Transit
Jakarta Contract Package 108 Project Training Material Of Pantograph And Master
Controller. In Japan Railwe (Vol. 1, Issue 18).
Permana, T. L., Asmarany, A. I., &
Saputra, M. (2019). Empati Dan Perilaku Prososial Pada Mahasiswa Pengguna
Kereta Rel Listrik. Jurnal Psikologi, 12(1), 1�10.
Sinaga, A. J. (2020). Analisis Laju
Korosi Dan Kekerasan Baja Stainless Steel 316 L Dan Baja Karbon Rendah Dalam
Larutan 10% Nacl Terhadap Variasi Waktu.
Soehodho, S. (2017). Public Transportation
Development And Traffic Accident Prevention In Indonesia. Iatss Research,
40(2), 76�80.
Syafirati, M. W. (2014). Perlindungan
Konsumen Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian.
Widianingrum, D. T., & Kaelani, Y.
(2012). Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) Resin Akrilik
Dengan Penambahan Serat Penguat Pada Dental Prosthesis. Jurnal Teknik Its,
1(1), B125�B129.