Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 3 Maret 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PERANCANGAN B-AXIS PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL
UNTUK PROSES PERBAIKAN KATUP BOLA (BALL
VALVE)
Oktavianto Dwi Wicaksono dan Estu Prayogi
Universitas Pancasila Jakarta Selatan, Indonesia
Email:[email protected]
dan [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRACK
|
Diterima 15 Februari 2021 Direvisi 20 Februari 2021 Disetujui 15 Maret 2021 |
In the
world of industrial services ball valve repair (ball valve) is required to
reduce the cost of expenses in the process of repair. Especially in the
process of repairing disc balls that have to go through the machining
process. In general, conventional lathes only have 2 axis movement, namely X
axis and Z axis. Therefore, the design was done for the development of
conventional lathes using pahl &beitz method so that it can be used for disc ball repair
process. The design is focused on modifying the compound slide and tool post
on the conventional lathe to be able to have a rotary movement �alternating and grinding process on the
conventional lathe. With the development, it is expected that the
conventional lathe can repair the disc ball according to the demands
following the contour of the ball and can reduce the cost of expenses
compared to using CNC machines where the oprasional
price is expensive. ABSTRAK Dalam dunia industri
jasa perbaikan katup bola (ball
valve) dituntut untuk
menekan biaya pengeluaran dalam proses perbaikannya. Terutama dalam proses perbaikan disc ball yang harus
melalui proses permesinan.
Pada umumnya mesin bubut konventional hanya memiliki pergerakan 2 axis
saja, yaitu sumbu X dan sumbu Z. Mengakibatkan mesin bubut konvensional tidak dapat digunakan
untuk proses perbaikan disc ball karena
keterbatasan pergerakan. Maka dari itu
dilakukan perancangan untuk pengembangan mesin bubut konventional
dengan menggunakan metode Pahl & Beitz agar dapat digunakan untuk proses perbaikan disc ball.
Perancangan difokuskan memodifikasi
eretan atas (compound slide) dan pemegang pahat (tool post) pada mesin
bubut konventional untuk dapat memiliki
pergerakan putar secara bolak balik serta dapat
melakukan proses gerinda
pada mesin bubut konventional. Dengan pengembangan tersebut diharapkan mesin bubut konventional dapat memperbaiki disc ball sesuai
tuntutan mengikuti kontur bola dan dapat menekan biaya pengeluaran dibandingkan menggunakan mesin CNC yang mana
harga oprasionalnya
mahal. |
Keywords : conventional lathe, b axis, tool post, and ball
valve (ball valve) Kata
Kunci: mesin bubut konventional, b axis, tool
post, dan katup bola (ball valve) |
Coresponden Author
Email: [email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Ball valve
yang rusak akibat umur pakai ataupun
faktor lain seperti 1) goresan (scratch)
yang terjadi karena kontaminan yang menempel antara disc ball dengan seat, saat katup dibuka
maka kontaminan tersebut akan membuat
goresan pada disc
ball ataupun merusak dudukan disc ball (seat) dan 2) Karat (corrosion) terjadi karena
adanya goresan pada disc ball dan membuat
lapisan chrome
mengelupas dan terdapat cekungan yang mengakibatkan terjadinya oksidasi pada baja (Kostikov & Romanenkov, 2019).
Pada disc ball terdapat
lubang ditengah sebagai tempat mengatur laju aliran.
Saat posisi lubang terbuka setengah maupun penuh (open) laju aliran akan
mengalir melewati lubang (Li et al., 2013).
Saat posisi lubang tertutup (close) maka laju aliran akan
tertahan. Saat posisi open maupun close aliran hanya boleh
mengalir melalui lubang pada disc ball.
Dari uraian tentang disc ball maka
disc ball harus
memiliki ukuran yang presisi, tingkat kehalusan yang baik untuk mencegah terjadinya kebocoran melalui rongga antara dudukan (seat) dengan disc ball, memiliki
ketahanan akan tekanan tinggi maksimal sampai dengan 10.000 Psi saat kondisi disc ball
close, tahan akan temperatur aliran yang tinggi maksimal sampai dengan 200 ᵒC, dan tahan akan karat karena bersinggungan langsung dengan fluida. Dari uraian mengenai ball valve diperlukan
proses restorasi pada disc ball yang mengalami kerusakan supaya dapat kembali berfungsi
normal dan tidak bocor.
�� �����������������������������������������������
Gambar 1
Restorasi Disc Ball Valve
Proses
perbaikan disc
ball pada ball valve harus melalui tahap
permesinan bubut untuk facing just
clean dan tahap permesinan
gerinda untuk mendapatkan permukaan rata sebelum proses hard
chrome (Rahmi et al., 2018). Selanjutnya setelah proses hard chrome dilakukan
finishing grind process untuk mendapatkan permukaan dan ukuran presisi yang diharapkan. Proses pembentukan disc ball
ini dilakukan dengan mesin yang memiliki pergerakan putar <180o
secara
bolak balik ataupun dengan mesin yang memiliki pergerakan otomasi sinkron antara sumbu X dan sumbu Z yang dimiliki mesin NC (Numerical
Control), maupun mesin
CNC (Computer Numerical Control) (Teixeira Alves et al., 2013) .
Namun untuk proses perbaikan disc ball
menggunakan mesin CNC akan menghabiskan biaya pengeluaran yang banyak. Sedangkan tujuan dari perbaikan
ball valve adalah
menghemat biaya pengeluaran supaya tidak perlu dilakukanya
proses penggantian ball valve dengan
unit yang baru. Maka dalam perbaikan disc ball akan
dilakukan dengan mesin bubut konventional
untuk dapat menghemat biaya pengeluaran.
Gambar 2
(B Axis) Pergerakan
Putar Secara Bolak Balik Pada Tool Post
Bedasarkan hasil analisis
dan prinsip kerja mesin bubut konventional,
perbaikan disc
ball memungkinkan dilakukan
dengan memodifikasi eretan atas (compound slide) dan pemegang pahat (tool post)
pada mesin bubut konventional untuk dapat memiliki pergerakan putar secara bolak balik (Liu et al., 2013). Dengan modifikasi
tersebut pergerakan dari mata potong
dapat membentuk alur disc ball dengan kedalaman potong tertentu sesuai depth
of cut (t) yang dimasukan oleh operator (Bergseth et al., 2020). Pada proses perbaikan disc ball
dituntut proses setting
pencekaman dilakukan seminimal mungkin. Apabila setting pencekaman benda kerja dilakukan secara berulang kali, akan mengakibatkan center dari benda kerja yang bergeser (Cousseau et al., 2012). Hal ini akan berpengaruh
dari hasil perbaikan yang tidak presisi. Dari permasalahan tersebut diambil kesimpulan untuk proses gerinda dilakukan pada mesin bubut konventional� yang sama dengan memodifikasi ulang tool post untuk dapat dipasangkan
mesin gerinda. Hal ini akan meminimalkan
proses setting pencekaman
benda kerja dan dapat menghemat waktu proses kerja dan biaya operational dari jumlah mesin yang digunakan.
1. Mesin
Bubut Konventional
Mesin bubut atau lathe machine adalah mesin perkakas yang berfungsi membentuk benda kerja menjadi sebuah produk dengan pergerakan utama memutar benda kerja yang tercekam pada alat pencekam (chuck) dan disayat dengan alat potong atau cutting tool untuk mengurangi bagian benda kerja sesuai dengan kedalaman yang diinginkan baik mendatar (sesuai dengan arah bed) maupun melintang (medekati atau menjauhi operator) untuk mencapai bentuk dan dimensi tuntutan gambar suatu produk (Kurniawan et al., 2020).
Dari gambar 2 Menjelaskan bagian-bagian
umum dari mesin bubut konventional,
adapun bagian utama dari mesin
bubut yaitu: main motor, headstock, toolpost,
spindle chuck, tailstock, carriage and screw system, lathe bad, dan frame lathe.
Terdapat berbagai ukuran pada mesin bubut konventional, diantaranya ukuran small, medium, maupun
heavy. Namun
pada penelitian kali ini penulis menggunakan mesin bubut konventional
CW61100AX3000 dengan spesifikasi
jarak center sampai dengan bed mesin 600 mm, jarak center mesin dengan bed carriage / eretan
450 mm, jarak antar chuck dengan tail stock 3000 mm, dan lebar
carriage 1500 mm (Ratlalan, 2019).
����� �
Gambar 3
Mesin bubut
konventinal CW61100AX3000
2. Ball
Valve
Ball valve termasuk dalam klasifikasi dengan mekanisme pergerakan seperempat putaran katup (Arman et
al., 2019). Dalam
klasifikasi ini terdapat butterfly valve, plug valve, dan ball
valve. Disc atau piringan
pada ball valve berbentuk bola yang memiliki lubang pada tengahnya sebagai jalur laju aliran
pada saat posisi katup terbuka (open). Ketika katup ditutup,
lubang tegak lurus terhadap ujung katup, dan aliran diblokir (close). Terdapat
dua jenis ball valve, yaitu: Full Bore Valve dan Reduced Bore
Ball Valve (Wicaksono,
2019).
��� �
Hasil perancangan dari modifikasi eretan atas (compound slide) dan pemegang pahat (tool post) pada mesin bubut konventional untuk dapat memiliki pergerakan putar <180o secara bolak balik serta dapat melakukan proses gerinda pada mesin bubut konventional adalah didapatan rancangan B AXIS pada mesin bubut konventional yang dapat melakukan proses perbaikan disc ball pada ball valve dengan kontur menyerupai bola (Christopher, 2017). Dengan proses setting pencekaman yang minimal hanya dilakukan sekali, proses permesinan bubut dan proses permesinan gerinda� guna memperbaiki disc ball valve dapat dilakukan sekaligus pada mesin bubut konventional yang sudah dimodifikasi (Tao et al., 2020).
Metode Penelitian
Dalam merancang sebuah produk diperlukan
tahapan perancangan untuk memudahkan proses perancangan. Ada beberapa tahapan perancangan terkemuka yang telah dikembangkan dan dibukukan diantaranya Metode Zeid, Metode French, Metode VDI, Metode Ullman, dan Metode Pahl
& Beitz. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Pahl & Beitz. Metode ini lebih sistematis pada perencanaan. secara
umum yang dikemukakan oleh Pahl & Beitz dalam bukunya, adalah:
1. Menetapkan kebutuhan
(Clarifying the task)
2. Perancangan konsep
(Conceptual design)
3. Perancangan Detail (Embodiement design)
4. Dokumen pembuatan
produk (Documentation)
5. Produksi awal
(Prototype)
Dari rincian metode Pahl
& Beitz menjadi dasar referensi penelitian dengan diagram alir penelitian sebagai berikut:
Gambar 5
Diagram Alir Penelitian
1. Perancangan Konsep
Pemilihan rancangan Konsep B AXIS untuk membentuk bola pada proses permesinan bubut dan gerinda pada mesin bubut konvensional dapat dibuat apabila fungsi dan prinsip kerja dasar dari alat telah didefinisikan dengan tepat. Blok fungsi dapat digunakan untuk mempermudah pendefinisian dalam pembentukan konsep yang akan dibuat. Blok fungsi merupakan suatu blok yang mendefinisikan masukan dan keluaran dari suatu produk (Lebukan et al., 2019). Penjabaran blok fungsi tesebut sebagai dasar menentukan tuntutan yang harus dicapai� (requirment list)� dan komponen-komponen (matrix morfologi) untuk mendapatkan varian rancangan konsep. Dari varian tersebut dilakukan kuesioner lalu diambil pembobotan angka untuk mendapatkan nilai rata-rata dari masing-masing varian. Varian dengan nilai tertinggi yang akan menjadi dasar untuk perancangan detail.
Gambar
6
�Blok Fungsi B Axis
Dari gambar 6 menjelaskan fungsi mesin bubut yang akan di rancang dengan menggunakan mesin bubut konventional.� Diawali dengan proses standart yaitu pemasangan benda kerja. Lalu dilakukannya proses pembubutan disc ball. Pada umumnya mesin bubut konventional tidak bisa melakukannya. Maka dari itu diperlukan extention B Axis untuk mempermudah proses pembubutan disc ball. Lalu pada perancangan kali ini dituntut untuk dapat melakukan proses grinding ball pada mesin bubut konventional dengan menambahkan dudukan batu gerinda pada extention B Axis (Gokilakrishnan et al., 2014). Pada penelitian sebelumnya penambahan proses gerinda pada mesin bubut hanya untuk cylindrical grinding. Pada proses pengerjaan repair disc ball valve, proses bubut dan gerinda harus dilakukan 1 kali pencekaman untuk mendapatkan center dan ukuran yang presisi dari disc ball. Berikut merupakan tuntutan perancangan B axis dengan referensi mesin bubut konventional CW61100AX3000.
No |
Tuntutan Perancangan |
Persyaratan |
Tingkat
kebutuhan |
1 |
Kinematika |
Mekanismenya mudah dioprerasikan Arah sentripetal tetap |
D D |
2 |
Geometri |
Tinggi berkisar 600 mm (center
mesin bubut dengan bed mesin bubut) Tinggi maksimal rotary plate B AXIS 150 mm Lebar berkisar 1200 mm Panjang berkisar 3000 mm |
D D D D |
3 |
Energi |
Pergerakan tool post
rotary manual Putaran batu gerinda menggunakan motor listrik 220V Depth of cut secara manual ketelitian 0.01
mm |
D D D |
4 |
Ergonomi |
Tidak begetar Mudah dioperasikan |
D D |
5 |
Keselamatan |
Bagian yang penting terlindungi bagi mesin maupun
operator Kontruksi harus kokoh dengan adanya safety faktor |
D D |
6 |
Fleksibilitas |
Mudah dipindahkan dan di
setting pada mesin bubut |
W |
Setelah mengetahui tuntutan yang harus terpenuhi dari rancangan B axis maka kita tentukan beberapa varian desain melalui matrix morfologi untuk mendapatkan perancangan koncep yang medekati sempurna.
Tabel 2
Matrix Morfologi
No |
VARIASI/KOPONEN |
1 |
2 |
3 |
1 |
Material Shaft |
30CrNiMo8 |
CK 45 |
|
2 |
Bantalan rotary
table |
Bantalan gelinding |
Bantalan luncur |
|
3 |
Mengubah dan meneruskan
gaya serta momen putaran |
Pasangan roda gigi payung |
Pasangan poros-roda gigi cacing |
|
4 |
Pengunci Putaran |
Keyway |
Pin |
|
5 |
Sumber energi putaran pada batu gerinda |
Motor Listrik AC |
Motor Listrik DC |
Tuas putar
manual |
6 |
Rail
Slot |
Dovetail
Rail |
T
Slot Rail |
Round
Rail |
7 |
Pahat Bubut |
Tip
Insert |
Pahat Carbide |
|
8 |
Batu Gerinda |
Disc |
Ball |
|
�
Varian 1: 1-1; 2-2;
3-2; 4-1; 5-1; 6-1; 7-1; 8-1
�
Varian 2: 1-2;
2-1; 3-1; 4-2; 5-2; 6-1; 7-2; 8-2
Tabel 3
���������� Pembobotan
No |
Kriteria Evaluasi |
Parameter |
Variant 1 |
Variant 2 |
1 |
Dimensi atau geometri |
mm, pnggunaan ruang kerja |
3,75 |
3,5 |
2 |
Proses Perakitan
|
Prinsip kerja |
4 |
3,5 |
3 |
Pengoperasian |
Mudah / susah |
3,25 |
3 |
4 |
Getaran batu gerinda |
Getaran / hasil pengerjaan |
2,5 |
1,75 |
5 |
ketahanan umur pakai |
Tahun |
3 |
2,75 |
6 |
maintenance |
Perawatan |
4 |
3,25 |
7 |
Keamanan Pengoperasian |
Safety |
2,75 |
3,25 |
8 |
Standart Part |
Mudah dicari dipasaran |
3 |
2,75 |
Total Point |
26,25 |
20,75 |
||
Rata-rata point |
3,28 |
2,59 |
Dari hari
pembobotan didapatkan bahwa varian 1 lah yang mendekati sempurna dan kita lanjutkan keperancangan detail untuk menentukan dimensi kontruksi dari masing-masing komponen.
2. Perancangan Detail
�����
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Dengan
rancangan B Axis pada mesin
bubut konventional dapat melakukan proses perbaikan disc ball dengan pergerakan rotasi mengikuti kontur bola. Rancangan B Axis pada mesin bubut konventional juga sangat efisien karena dapat melakukan
proses bubut dan gerinda B
Axis pada satu mesin. Rancangan ini cocok
digunakan di lingkungan
Universitas untuk pengembangan
produksi dan penelitian, bahkan bisa diterapkan
untuk bengkel-bengkel kecil yang hanya mempunyai mesin bubut konventional dengan biaya operational minimal.
BIBLIOGRAFI
Arman, R., Mahyoedin, Y., Kaidir, K., &
Desilpa, N. (2019). Studi Aliran Air Pada Ball Valve Dan Butterfly Valve
Menggunakan Metode Simulasi Computational Fluid Dynamics. Jurnal Kajian
Teknik Mesin, 4(1), 38�49.
Bergseth, E., Zhu, Y., & S�derberg, A.
(2020). Study Of Surface Roughness On Friction In Rolling/Sliding Contacts:
Ball-On-Disc Versus Twin-Disc. Tribology Letters, 68, 1�15.
Christopher, H. (2017). Pengaruh Putaran
Spindel Dan Pemakanan Terhadap Kekasaran Permukaan Pada Modifikasi Gerinda
Toolpost Untuk Mesin Bubut Konvensional. Universitas Brawijaya.
Cousseau, T., Bj�rling, M., Gra�a, B.,
Campos, A., Seabra, J., & Larsson, R. (2012). Film Thickness In A
Ball-On-Disc Contact Lubricated With Greases, Bleed Oils And Base Oils. Tribology
International, 53, 53�60.
Gokilakrishnan, G. E, Divya, S., Rajesh,
R., & Selvakumar, V. (2014). Operating Torque In Ball Valves: A Review. Int
J Technol Res Eng, 2(4), 311�315.
Kostikov, Y. A., & Romanenkov, A. M.
(2019). The Technology Of Calculating The Optimal Modes Of The Disk Heating
(Ball). Civil Engineering Journal, 5(6), 1395�1406.
Kurniawan, E., Syaifurrahman, S., &
Jekky, B. (2020). Rancang Bangun Mesin Cnc Lathe Mini 2 Axis. Jurnal Engine:
Energi, Manufaktur, Dan Material, 4(2), 83�90.
Lebukan, D. E. P., Wardana, A. N. I., &
Effendy, N. (2019). Pengembangan Blok Fungsi Kendali Pi-Fuzi Pada Iec 61499. Jurnal
Teknik Elektro, 11(1), 16�25.
Li, S., Kahraman, A., Anderson, N., &
Wedeven, L. D. (2013). A Model To Predict Scuffing Failures Of A Ball-On-Disk
Contact. Tribology International, 60, 233�245.
Liu, C., Zhang, H., Zhao, Z., &
Brogliato, B. (2013). Impact�Contact Dynamics In A Disc�Ball System. Proceedings
Of The Royal Society A: Mathematical, Physical And Engineering Sciences, 469(2152),
20120741.
Rahmi, M., Canra, D., & Suliono, S.
(2018). Analisis Perbedaan Tekanan Fluida Pada Ball Valve Kondisi Full Closed
Dan Full Open Dengan Computational Fluid Dynamics. Jtt (Jurnal Teknologi
Terapan), 4(1).
Ratlalan, R. M. (2019). Variasi Parameter
Gaya Potong Mesin Bubut Gedee Weiler Lz 330 G Pada Workshop Prodi Teknik
Perawatan Mesin Ak-Manufaktur Bantaeng. Jurnal Rekayasa Mesin, 14(3),
113�120.
Tao, J., Lin, Z., Ma, C., Ye, J., Zhu, Z.,
Li, Y., & Mao, W. (2020). An Experimental And Numerical Study Of Regulating
Performance And Flow Loss In A V-Port Ball Valve. Journal Of Fluids
Engineering, 142(2).
Teixeira Alves, J., Guingand, M., & De
Vaujany, J.-P. (2013). Designing And Manufacturing Spiral Bevel Gears Using
5-Axis Computer Numerical Control (Cnc) Milling Machines. Journal Of
Mechanical Design, 135(2).
Wicaksono, D. B. K. (2019). Analisis
Kinerja Proses Pengeringan Kacang Panjang Tipe Tray Dryer Dengan Menggunakan
Valve Microcontroller. Universitas Islam Indonesia.