Jurnal Syntax
Admiration |
Vol. 2 No. 3 Maret 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
SIFAT MEKANIK PIPA KOMPOSIT SERAT GELAS, KARBON DAN KARBON KEVLAR YANG DIBUAT DENGAN METODE BLADDER COMPRESSION MOLDING
M. Ubazu Amirudin dan Gesang Nugroho
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected] dan [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 15 Februari 2021 Direvisi 20 Februari 2021 Disetujui 15 Maret 2021 |
The increasing use of composite pipes for various purposes such as in
offshore industries where high corrosion resistance, high rigidity to weight
ratio and low maintenance costs are critical. This study aims to investigate
the mechanical properties of composite pipes using bladder compression molding
method at 7 bar pressure and 120� C temperature and room temperature. Tensile
test results showed that carbon fiber composite pipes, kevlar carbon and
glass with natural curing process had the highest strength with tensile
strength of 375, 281 and 156 MPa respectively. While the highest bending
strength in carbon fiber composite pipes, carbon kevlar and glass with curing
process 120� C with strong bending of 268, 131 and 85 MPa respectively. The
highest stiffness values in carbon fiber composite pipes, kevlar carbon and
glass with curing process 120� C with values of 46, 25 and 18 KPa
respectively. Tensile test results showed that carbon fiber composite pipes,
kevlar carbon and glass with natural curing process had the highest strength
with tensile strength of 375, 281 and 156 MPa respectively. While the highest
bending strength in carbon fiber composite pipes, carbon kevlar and glass
with curing process 120� C with strong bending of 268, 131 and 85 MPa
respectively. The highest stiffness values in carbon fiber composite pipes,
kevlar carbon and glass with curing process 120� C with values of 46, 25 and
18 KPa respectively. This shows that the
bladder compression molding method used in this study has better mechanical
properties than AM (addictive manufacturing), VARTM and compression molding
methods. ABSTRAK Meningkatnya
penggunaan pipa komposit untuk berbagai keperluan seperti pada industri lepas
pantai di mana membutuhkan ketahanan korosi yang tinggi, rasio kekakuan
terhadap berat yang tinggi dan rendahnya biaya pemeliharaan menjadi sangat
penting. Penelitian ini bertujuan untuk investigasi sifat mekanik pipa komposit dengan menggunakan metode bladder compression molding pada tekanan 7 bar, temperatur 120�C
dan temperatur ruangan. Menggunakan variasi serat gelas, karbon dan karbon kevlar dengan lapisan serat pipa komposit sebanyak 6 lapis yang dimanufaktur pada cetakan berbentuk profil pipa dan resin
epoksit sebagai matriknya. Hasil uji tarik menunjukkan bahwa pipa komposit serat karbon, karbon kevlar dan gelas dengan proses natural curing memiliki
kekuatan tertinggi dengan kuat tarik
masing�masing sebesar 375, 281 dan 156 MPa. Sedangkan kekuatan bending tertinggi pada pipa komposit serat karbon, karbon kevlar dan gelas dengan proses curing 120� C dengan
kuat bending masing � masing sebesar
268, 131 dan 85 MPa. Nilai stiffness tertinggi pada pipa komposit
serat karbon, karbon kevlar dan gelas dengan proses curing 120� C dengan
nilai masing-masing sebesar
46, 25 dan 18 KPa. Hal ini menunjukkan
bahwa metode bladder compression molding yang
digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai sifat
mekanik yang lebih baik dari metode AM (addictive manufacturing), VARTM dan compression molding. |
Keywords: bladder compression molding; composite pipe;
mechanical properties Kata Kunci: bladder compression molding, pipa komposit, sifat mekanik |
Email:
[email protected]
Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Pendahuluan
Pemanfaatan material komposit
akhir-akhir ini semakin banyak dan luas pada komposit bergeometri komplek salah
satunya adalah pada pipa komposit. Meningkatnya penggunaan pipa komposit untuk
berbagai keperluan seperti pada industri lepas pantai di mana membutuhkan
ketahanan korosi yang tinggi, rasio kekakuan terhadap berat yang tinggi dan
rendahnya biaya pemeliharaan sangat penting. Beberapa peneliti
telah melakukan penelitian tentang pipa komposit terutama
tentang proses manufakturnya (Dell�Anna et al.,
2018). Kekuatan struktur
dari pipa komposit ditentukan dari proses manufaktur.
Sehingga pemilihan proses manufaktur menjadi hal yang utama agar didapat produk pipa komposit yang seamless, kuat dan ringan. Ovalization dimulai
lebih cepat dalam tabung yang seamless
sebagai akibat dari kurangnya circumferential
stiffness (Fard et al, 2019). Secara umum, proses manufaktur pipa komposit dilakukan dengan
menggunakan metode
pultrusion dan filament winding
Pada umumnya berbagai keperluan
struktural seperti sifat mekanik dari polimer tidak seperti yang diharapkan,
kekakuan dan rigidnya sangat rendah dibandingkan dengan logam dan keramik (Karthik et al, 2020). Pada manufaktur komposit berongga bisa dilakukan
menggunakan metode handlay-up. Metode ini merupakan metode
yang paling mudah tetapi produk yang dihasilkan memiliki sifat mekanik yang rendah. Selanjutnya dikembangkan dengan metode handlay-up
dan vacum-bagging. Dengan metode tersebut bisa membuat suatu produk
komposit dengan bentuk yang komplek serta dapat meminimalkan kandungan void
serta menghasilkan fraksi volume yang tinggi, akan tetapi metode ini masih
memiliki kelemahan yaitu hasil cetakannya masih terbagi menjadi dua, dan pada
proses selanjutnya masih harus dilakukan penyambungan pada kedua bagian
tersebut. Sehingga adanya sambungan dari produk komposit menimbulkan masalah
baru yang menyebabkan luasan pada komposit berongga menjadi tidak uniform
serta tidak seamless yang akan berpengaruh pada kekuatan struktur pipa
komposit tersebut. Selain proses di atas kemudian
dikembangkan proses manufaktur
filament winding. Proses manufaktur filament winding mampu menghasilkan
produk tanpa sambungan dan kepadatan serat yang tinggi. Proses manufaktur ini juga dapat menghasilkan orientasi dan keseragaman serat yang baik. Namun proses manufaktur filament
winding ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, selain itu tidak dapat
membuat produk komposit dengan bentuk yang kompleks.� Untuk mengatasi permasalahan di atas, cetakan bladder dapat digunakan untuk membuat komponen komposit berongga atau hollow. Bladder compressioon molding merupakan metode dalam pembuatan komposit
yang menggunakan bladder sebagai alat penekan pada serat dan campuran
resin. Tekanan internal diberikan pada elemen elastis. Kemudian tekanan bahan komposit pada dinding cetakan terjadi. Cetakan dipanaskan melalui pemanas yang tertanam.
(Antameng, 2020) melakukan penelitian
tentang �desain cetakan yang efektif dalam konsumsi energi untuk manufaktur
produk hollow composite dengan
metode bladder compression molding�. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik perpindahan panas lebih merata
dan konsumsi energi lebih efektif dengan
menggunakan desain pemanas di dalam molding. Namun penelitian� yang dilakukan oleh
(Antameng, 2020) masih terdapat kekurangan yaitu, belum dilakukan lebih lanjut terkait investigasi sifat mekanik. Sehingga pada penelitian
ini akan berfokus pada investigasi sifat mekanik pada pipa komposit yang dibuat dengan metode bladder
compression molding yang membandingkan proses pembuatan pipa komposit menggunakan pemanas inside
molding dan tanpa menggunakan
pemanas (room temperatur)
dengan menggunakan material
serat yang berbeda yaitu serat karbon,
karbon kevlar dan gelas. �Investigasi sifat mekanik pada penelitian� diantaranya adalah tensile dan compressive mechanical test
dilakukan pada bagian-bagian
dari produk komposit berrongga atau hollow untuk mendapatkan sifat mekanik aksial dan circumferential
(Toh et al.,
2018).
(Eggers et al., 2019) meneliti tentang respon mekanis cincin komposit yang bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh dari winding angle, susunan lapisan dan rasio diameter terhadap ketebalan pada respon mekanis cincin komposit yang mengalami kompresi radial, kompresi aksial dan beban tarik melingkar. Cincin komposit tersebut di buat dengan menggunakan metode filament winding. Hasil yang diperoleh bahwa cincin komposit ditemukan sangat tergantung pada winding angle, misalnya
spesimen dengan serat pada � 90� mendapatkan karakteristik kompresi radial terbaik, sedangkan pada serat � 60� dilakukan dengan baik di bawah kompresi aksial, dan kekuatan tarik melingkar ditentukan melalui pengujian split disk lebih
tinggi untuk cincin komposit di � 90�. Semua cincin komposit
tergantung pada rasio
diameter terhadap ketebalan.
Kegagalan dianalisa melalui mikrograf spesimen post-mortem. Mode kegagalan
dominan untuk kompresi radial, kompresi aksial dan beban tarik melingkar secara masing-masing adalah delaminasi, delaminasi dan retakan kecil dari
sumbu, dan debonding serat/matriks dan kerusakan serat.
(Wang et al., 2016) melakukan penelitian tentang optimalisasi proses infusion resin untuk key-part pipa komposit
dan sambungan tipe k/t menggunakan metode vacuum-assisted
resin transfer molding (VARTM). Dalam penelitian ini. Pola aliran depan dan waktu pengisian percobaan menunjukkan kecocokan yang baik dengan simulasi. Gambar cross-section
pipa komposit yang dikeringkan
dan bagian sambungan tipe K/T membuktikan validitas proses injeksi yang dioptimalkan, yang memverifikasi efisiensi metode simulasi dalam memperoleh proses injeksi VARTM
yang sesuai.
(Schillfahrt., 2017) melakukan penelitian tentang pengaruh proses tekanan pada perilaku mengisi fabrics berbentuk tabung dengan metode pembentukan
bladder-assisted resin transfer molding (BARTM). Metode
ini memungkinkan efisien pembuatan bagian komposit berongga berdasarkan pada tekstil penguat berbentuk tabung. Penelitian ini mempelajari perilaku impregnasi pada biaxial braided fabric di dalam tekanan dorong
BARTM di bawah berbagai injeksi dan tekanan bladder.
Percobaan saturasi dilakukan dengan menggunakan uji rig injeksi yang dikembangkan secara khusus yang terdiri dari bladder elastomer under-sized dan cetakan transparan monolitik. Hasil yang diperoleh menunjukkan pengaruh signifikan dari parameter proses
yang relevan pada pemadatan
preform lokal, permeabilitas
global yang nyata, dan waktu
pengisian. Berdasarkan percobaan, diagram universal moldability telah diturunkan yang memungkinkan identifikasi kondisi operasi yang kritis dan dapat diterima dalam BARTM, yang mendukung penemuan pengaturan pengisian bagian yang optimal.
(Ismadi, 2019) telah melakukan penelitian tentang pengaruh tekanan terhadap sifat mekanik pada manufaktur komposit serat karbon/epoxy dengan metode bladder compression moulding (BCM). Penelitian ini bertujuan mencari efek perubahan tekanan pada bladder di mulai
dari komposit formasi dengan tekanan bladder 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 8 bar. Spesimen uji diperoleh dengan memotong setiap produk komposit
menggunakan mesin router
cnc. Selanjutnya komposit diuji secara mekanik, yaitu uji tarik dan uji bending. Selain itu uji fisik juga dilakukan uji densitas. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kekuatan tarik tertinggi dicapai pada tekanan bladder
7 bar, dengan fraksi volume
serat 65,87 dan densitasnya
1,64. Sementara kekuatan lentur tertinggi dicapai pada tekanan bladder
8 bar. Kekuatan dan densitas produk komposit meningkat sementara porositas menurun, seiring dengan peningkatan tekanan pada bladder.
(Setyoko, 2019) melakukan penelitian tentang pengaruh temperatur curing terhadap
sifat mekanik pada manufaktur komposit serat karbon/epoksi
dengan metode pembentukan bladder compression moulding
(BCM). Pembentukan komposit
dengan metode BCM dilaksanakan pada tekanan tetap sebesar 5 bar dan waktu pemanasan selama 60 menit. Temperatur yang digunakan adalah temperatur ruang, 60�, 80�, 100�, 120�, 140� dan 190�C. Hasilnya menunjukkan bahwa penelitian ini telah mengembangkan
sistem dan perangkat dalam pembentukan komposit dengan metode BCM, dari data yang diperoleh bahwa kekuatan tarik dan kekuatan bending tertinggi diperoleh dari proses pada temperatur curing 12M0�C. Pada proses temperatur
curing 120�C ini juga dihasilkan
nilai densitas bahan dan fraksi volume serat terbesar sementara porositas yang dihasilkan adalah minimal.
(Putra, 2020) melakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
waktu optimum pada manufaktur
komposit dengan metode bladder compression moulding
serta mempelajari pengaruh variasi waktu curing terhadap sifat mekanis produk
komposit yang dihasilkan
pada tekanan 7 Bar dan temperatur
120�C dan pada temperatur ruangan.
Sebanyak 6 lapis serat karbon dan 6 lapis serat gelas dibentuk dalam sebuah cetakan
dan resin epoxy sebagai matriksnya
dengan variasi waktu penahanan pada
10,20,30,40,50,60,70 menit serta
8,10,12 dan 14 jam pada temperatur ruangan. Hasil uji tarik menunjukkan bahwa kekuatan tarik tertinggi komposit epoksi/serat karbon
yaitu pada waktu tahan 40 menit (351MPa) dan 316
MPa pada waktu tahan 14
jam. Kekuatan tarik tertinggi komposit epoksi/serat gelas
diperoleh pada waktu tahan 30 menit (279 MPa) dan 269
MPa pada waktu tahan 10
jam. Kekuatan bending tertinggi
material komposit epoksi/serat karbon yang dibentuk menggunakan sistem pemanas 120�C diperoleh pada waktu tahan 40 menit (99 MPa) dan pada room
temperature diperoleh pada waktu
14 jam (68.2 MPa) sedangkan pada material komposit epoksi/serat gelas menggunakan
sistem pemanas 120�C kekuatan bending tertinggi diperoleh pada waktu tahan 30 menit (50.5 MPa) dan waktu tahan 12 jam (49.4 MPa)
pada pembentukan dengan room
temperature.
(Kechout., 2019) telah melakukan penelitian tentang analisis tegangan sisa dalam
tabung komposit multilayer
yang digunakan untuk pembawa air minum. Tegangan sisa telah
diukur dengan menggunakan teknik crampton dan metode penghilangan lapisan. Pengamatan menunjukkan bahwa tekanan tegangan
sisa bekerja melalui 80% ketebalan dinding tabung. Oleh karena itu, keberadaan
lapisan pusat GFP memungkinkan untuk menyeimbangkan distribusi tegangan selama masa kerja tabung. Distribusi
tegangan sisa sesuai dengan persetujuan
evolusi energi yang diserap secara mekanis per satuan volume bahan sesuai dengan
lokasinya di dalam tabung induk. Untuk
sebuah diameter dan ketebalan
pipa ekuivalen, tegangan sisa pada pipa komposit sepuluh kali lebih tinggi dari pada pipa PE.
(Taktak., 2017) telah meneliti tentang Pengaruh serat E-glass dan
orientasi lapisan pada perlakuan mekanis komposit FRP yang digunakan untuk pipa tekanan. Tujuan utama dari
penyelidikan eksperimental ini adalah untuk
membandingkan perilaku mekanik resin yang diperkuat dengan woven fabrics yang berbeda
(bidirectional dan quadriaxial rovings)
yang dibuat dengan metode hand lay-up. Dari hasil
utama, itu ditemukan bahwa komposit berdasarkan kain R500 menunjukkan perilaku terbaik dalam uji tarik sedangkan laminasi berdasarkan kain RM menunjukkan sifat lentur terbaik. laminasi komposit quadriaxial
(QA/VE dan QA/UP) dengan urutan
susun dari [0�, + 45�, 90�,
−45�] memberikan perilaku
daya tarik yang sangat elastis dan resistensi fraktur interlaminar tertinggi.
(Xu et al., 2016) melakukan penelitian tentang crashworthiness tabung
komposit serat karbon. Dalam penelitian ini, lima jenis tabung komposit
yang dibuat dengan metode filament winding dan kinerja
crashworthiness diselidiki secara
eksperimental. Efek dari crushing speed, temperature treatment, bahan baku dan struktur termasuk rasio hibrida, orientasi serat dan ketebalan dinding tabung pada kemampuan penyerapan energi diselidiki melalui tes kompresi quasi-statis dan kompresi dinamis. Pengamatan mikroskop optik dari penampang
dilakukan untuk menganalisis mekanisme kegagalan. Tabung FRP karbon/aramid hibrida setelah temperature treatment menunjukkan
bahwa Es tertinggi dalam uji quasi-statis (Rata-rata 98
kJ/kg) dan tes dinamis
(rata-rata 82 kJ/kg) yang memiliki pengelolaan penyerapan energi sangat baik.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini proses pembuatan produk komposit hollow menggunakan metode bladder compression modling dengan cetakan dari alumunium dan profil cetakan dalam berbentuk pipa, di dalam cetakan terdapat sebuah bladder untuk menampung udara bertekanan tinggi dari kompresor. Pada setiap bagian cetakan terdapat dua elemen pemanas yang ditanam di dalam setiap cetakan, di mana temperatur diatur oleh thermo control. Dapat dilihat pada gambar 1 skema set-up pembuatan produk komposit hollow.
Gambar 1 �
a). Skema Set Up Bladder Compression Molding Produk Komposit Hollow, B) Skema Pembuatan
Produk Komposit Hollow
Tabel
1
�Komposisi Material
Temperatur (�C) |
Tekanan (bar) |
Lama Proses Curing (menit) |
|
Carbon fiber |
Natural curing |
7 |
14 jam |
Carbon Kevlar |
Natural curing |
7 |
14 jam |
Glass |
Natural curing |
7 |
14 jam |
Carbon fiber |
�120� |
7 |
40 menit |
Carbon Kevlar |
120� |
7 |
40 menit |
Glass |
120� |
7 |
40 menit |
Setiap variasi pembentukan komposit hollow menghasilkan produk komposit hollow yang kemudian dipotong untuk mendapatkan bentuk spesimen sesuai standar uji. Berikut ini contoh spesimen uji yang telah dipotong dengan menggunakan cnc router.
Gambar 2
Spesimen Pengujian
Produk komposit hollow yang merupakan hasil dari proses manufaktur dengan metode bladder compression molding selanjutnya dilakukan pemeriksaan sifat-sifat mekaniknya melalui pengujian Tarik ASTM D638, pengujian bending ASTM D790 dan pengujian ring stiffness BS EN 1228.
Pada penelitian ini metode bladder compression molding digunakan untuk menghasilkan produk komposit berbentuk hollow dari material gelas/epoksi, karbon/epoksi dan karbon kevlar/epoksi. Kemudian produk komposit hollow dipotong dengan menggunakan mesin cncn router untuk mendapatkan bentuk spesimen yang sesuai dengan standar
pengujian mekanik. Jenis pengujian mekanik yang dilakukan adalah pengujian tarik, pengujian bending, dan pengujian ring stiffness untuk
mengetahui kekuatan
material komposit hollow.
Pengujian tarik
dilakukan sesuai dengan standar ASTM D638, hasil pengujian tarik (tensile test) material epoksi/serat gelas, epoksi/serat karbon dan epoksi/serat karbon.
Kevlar ditampilkan dengan bentuk grafik perbandingan
sifat mekanik berikut.
Kekuatan
Tarik Komposit Epoksi/Serat Gelass, Epoksi/Serat Karbon dan Epoksi/Serat Karbon Kevlar
Gambar 3 menunjukkan kekuatan tarik komposit, epoksi/serat karbon, epoksi/serat karbon kevlar
dan epoksi/serat gelas dengan tiga
proses pembuatan yang berbeda.
Kekuatan tarik tertinggi dengan komposit epoksi/serat karbon, epoksi/serat karbon kevlar
dan epoksi/serat gelas ditemukan pada proses pembuatan dengan menggunakan natural curing dengan
nilai masing-masing yaitu
375,4, 280,72 dan 156,17 MPa. Sedangkan kekuatan tarik pada metode lain dengan
material karbon, karbon kevlar dan
gelas yaitu dari (Dickson et al 2017), (Vasudevan et al., 2020) memiliki
nilai masing-masing sebesar 216, 150 dan 83 MPa.
Fenomena ini disebabkan dengan semakin banyaknya kandungan serat di dalam pipa komposit yang dibuat dengan proses natural curing, maka kontribusi serat sebagai penahan beban juga akan semakin besar. Hal ini tentu saja didukung oleh adanya ikatan yang baik antara serat dan matrik. Pada saat pembebanan berlangsung, beban terdistribusi secara merata pada seluruh permukaan serat sehingga serat menanggung beban yang sama.
Sedangkan untuk
modulus tarik pipa komposit
serat gelas, karbon dan karbon kevlar dengan proses natural
curing memiliki nilai tertinggi. Hal ini dapat diamati pada gambar berikut ini.
�
Modulus Tarik Komposit Epoksi/Serat Gelass, Epoksi/Serat Karbon dan Epoksi/Serat Karbon Kevlar pada Pengujian
Tarik
Gambar 4 menunjukkan kekuatan modulus komposit, epoksi/serat karbon, epoksi/serat karbon kevlar dan epoksi/serat gelas dengan tiga proses pembuatan yang berbeda. Kekuatan modulus tertinggi dengan komposit epoksi/serat karbon, epoksi/serat karbon kevlar dan epoksi/serat gelas ditemukan pada proses pembuatan, BCM natural curing, BCM natural curing dan BCM natural curing dengan nilai masing � masing yaitu 4600, 4000 dan 3350 Mpa. (Elkazaz et al., 2020) Jelas bahwa modulus elastisitas sangat dipengaruhi oleh fraksi volume serat. Hal ini pada pipa komposit yang dibuat dengan metode natural curing memiliki fraksi volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses curing menggunakan pemanas.
Sedangkan modulus tarik pada metode lain dengan material karbon, karbon kevlar dan gelas yaitu dari (Dickson et al 2017), (Vasudevan et al., 2020) memiliki nilai masing-masing sebesar 3730, 3610 dan 3199 MPa. �
Peningkatan modulus tarik menunjukkan bahwa proses curing mempengaruhi
terhadap kandungan fraksi volume. Pada gambar di atas menunjukkan bahwa proses natural curing memiliki
nilai modulus yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses curing dengan
sistem pemanas, hal ini disebabkan
karena pada proses natural curing memiliki nilai fraksi volume yang tinggi dibanding dengan proses curing
sistem pemanas.
Pengujian bending empat
titik dilakukan sesuai dengan standart
ASTM D790. Hasil pengujian bending empat titik material epoksi/serat gelas,
epoksi/serat karbon dan epoksi/serat karbon kevlar
ditampilkan dengan bentuk grafik.
Kekuatan
Bending Komposit Epoksi/Serat Gelas, Epoksi/Serat Karbon dan Epoksi/Serat Karbon Kevlar pada Pengujian
Bending Empat Titik
Gambar 5 menunjukkan kekuatan bending komposit pada sampel komposit epoksi/serat karbon 120�C, epoksi/serat karbon natural curing, epoksi/serat karbon kevlar 120�C, epoksi/serat karbon kevlar natural curing, epoksi/serat gelas 120�C, epoksi/serat gelas natural curing dan metode lain. Kekuatan bending tertinggi dengan komposit epoksi/serat karbon BCM curing 120�C, epoksi/serat karbon kevlar BCM curing 120�C dan epoksi/serat gelas BCM curing 120�C dengan nilai masing-masing yaitu 267,86, 130,66 dan 85,04 Mpa. Sedangkan kekuatan bending pada metode lain dengan material karbon, karbon kevlar dan gelas yaitu dari (Dickson et al 2017), (Nayak et al., 2020) memiliki nilai masing-masing sebesar 250,106 dan 85 MPa.
Peningkatan kekuatan bending yang terjadi pada pipa komposit serat gelas, karbon dan karbon kevlar dengan proses curing 120�C. Hal ini erat kaitannya dengan ketebalan pipa komposit, di mana ketebalan pipa komposit dengan proses curing sistem pemanas mengalami penambahan ketebalan sedangkan pada pipa komposit dengan proses natural curing mengalami penurunan ketebalan. Sedangkan untuk modulus bending, pipa komposit serat gelas, karbon dan karbon kevlar juga mengalami peningkatan dengan proses curing 120�C. Seperti yang terlihat pada gambar 6 di bawah ini.
Modulus Bending Komposit Epoksi/Serat Gelass,
Epoksi/Serat Karbon dan Epoksi/Serat Karbon Kevlar pada Pengujian Bending Empat Titik
Gambar 6 menunjukkan kekuatan modulus sampel komposit epoksi/serat karbon 120�C, epoksi/serat karbon natural curing, epoksi/serat karbon kevlar 120�C, epoksi/serat karbon kevlar natural curing, epoksi/serat gelas 120�C, epoksi/serat gelas natural curing dan metode lain. Kekuatan modulus tertinggi dengan komposit epoksi/serat karbon curing 120�C, epoksi/serat karbon kevlar 120�C, dan epoksi/serat gelas 120�C, dengan nilai masing-masing yaitu 49,23, 26,93 dan 16,84 GPa. Sedangkan modulus bending pada metode lain dengan material karbon, karbon kevlar dan gelas yaitu dari (Dickson et al 2017), (Vasudevan et al., 2020) memiliki nilai masing-masing sebesar 13,5 dan 7 GPa. Peningkatan modulus bending yang terjadi pada pipa komposit dengan proses curing 120�C menunjukkan bahwa seiring dengan kenaikan ketebalan pipa komposit, maka pipa komposit juga akan semakin kaku. Sifat kaku dipengaruhi oleh regangan maksimum yang dihasilkan (Elkazaz et al., 2020). Jelas bahwa modulus elastisitas sangat dipengaruhi oleh fraksi volume serat. Hal ini pada pipa komposit yang di buat dengan metode natural curing memiliki fraksi volume yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses curing menggunakan pemanas.�
Pengujian ring stiffness
dilakukan sesuai dengan standart BS EN 1228. Hasil
pengujian ring stiffness pada komposit epoksi/serat gelas, epoksi/serat karbon dan epoksi/serat karbon
kevlar ditampilkan dengan bentuk grafik.
Seperti yang terlihat pada gambar 7 grafik perbandingan nilai kekakuan.
Ring Stiffness Komposit
Epoksi/Serat Gelas, Epoksi/Serat
Karbon dan Epoksi/Serat
Karbon Kevlar pada Pengujian Ring Stiffness
Gambar 7 menunjukkan tingkat kekakuan pada sampel komposit epoksi/serat karbon 120�C, epoksi/serat karbon
natural curing, epoksi/serat karbon kevlar
120�C, epoksi/serat karbon kevlar natural curing,
epoksi/serat gelas 120�C, epoksi/serat gelas natural curing.
Kekakuan tertinggi terjadi pada serat karbon curing 120�C, karbon kevlar curing 120�C dan gelas
curing 120�C dengan nilai
masing-masing yaitu 46,25 dan 18 KPa. Sedangkan kekakuan terendah terjadi pada pipa komposit serat gelas, karbon dan karbon kevlar dengan
menggunakan natural curing. Hal ini erat kaitannya dengan ketebalan pipa komposit, di mana ketebalan pipa komposit dengan proses curing
sistem pemanas mengalami penambahan ketebalan sedangkan pada pipa komposit dengan proses natural
curing mengalami penurunan
ketebalan.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Metode� bladder compression molding untuk
produksi pembuatan pipa komposit menggunakan serat glass, carbon dan carbon kevlar telah disajikan.
Diketahui bahwa metode pembuatan dengan� �Kekuatan tarik
tertinggi material komposit
adalah pada pipa komposit serat karbon, karbon
kevlar dan gelas dengan proses natural curing dengan
kuat tarik masing-masing sebesar 375,281 dan 156 MPa. Sedangkan
kekuatan bending tertinggi
pada pipa komposit serat karbon, karbon kevlar dan gelas dengan proses curing 120�C dengan
kuat tarik masing-masing sebesar 268,131 dan 85 MPa. Nilai stiffness tertinggi pada pipa komposit serat karbon, karbon
kevlar dan gelas dengan proses curing 120� C dengan
nilai masing-masing sebesar
46, 25 dan 18 KPa. Hal ini menunjukkan bahwa metode bladder compression molding yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
nilai sifat mekanik yang lebih baik dari metode AM (addictive manufacturing), VARTM dan compression
molding.
BIBLIOGRAFI
Antameng,
Budi Purwanto. (2020). Desain Cetakan Yang Efektif Dalam Konsumsi Energi
Untuk Manufaktur Produk Hollow Composite Dengan Metode Bladder Compression
Molding Effective (Vol. 5). Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Dell�anna,
Riccardo, Lionetto, Francesca, Montagna, Francesco, & Maffezzoli, Alfonso.
(2018). Lay-Up And Consolidation Of A Composite Pipe By In Situ
Ultrasonicwelding Of A Thermoplastic Matrix Composite Tape. Materials,
11(5).
Dickson,
Andrew N., Barry, James N., Mcdonnell, Kevin A., & Dowling, Denis P.
(2017). Fabrication Of Continuous Carbon, Glass And Kevlar Fibre Reinforced
Polymer Composites Using Additive Manufacturing. additive manufacturing,
16(june), 146�152.
Eggers,
Frederico, Almeida, Jos� Humberto S., Azevedo, Cristiano B., & Amico,
Sandro C. (2019). Mechanical Response Of Filament Wound Composite Rings
Under Tension And Compression. Polymer Testing, 78(January).
Https://Doi.Org/10.1016/J.Polymertesting.2019.105951
Elkazaz,
E., Crosby, W. A., Ollick, A. M., & Elhadary, M. (2020). Effect of fiber
volume fraction on the mechanical properties of randomly oriented glass fiber
reinforced polyurethane elastomer with crosshead speeds. Alexandria
Engineering Journal, 59(1), 209�216.
Ismadi,
Ignatius Henry. (2019). Pengaruh Tekanan Terhadap Sifat Mekanik Pada Manufaktur
Komposit Serat Karbon/Epoxy Dengan Metoda Bladder Compression Moulding. Universitas
Gadjah Mada.
Karthik,
K., Rajamani, D., Manimaran, A., & Udayaprakash, J. (2020). Evaluation of
Tensile Properties on Glass/Carbon/Kevlar Fiber Reinforced Hybrid Composites.
Materials Today: Proceedings, (Xxxx).
Kechout,
K., Amirat, A., & Zeghib, N. (2019). Residual stress
analyses in multilayer pp/gfp/pp composite tube. International Journal Of Advanced Manufacturing Technology, 103(9�12),
4221�4231.
Nayak,
Suhas Yeshwant, Satish, Shenoy B., Sultan, Mohamed Thariq Hameed, Kini,
Chandrakant R., Rajath Shenoy, K., Samant, Rashmi, Sarvade, Praneeth P., Basri,
Adi Azriff, & Mustapha, Faizal. (2020). Influence of fabric orientation and
compression factor on the mechanical properties of 3d e-glass reinforced epoxy
composites. Journal Of Materials Research And Technology, 9(4), 8517�8527.
Putra,
Muhammad Idris. (2020). Pengaruh Curing Time Terhadap Sifat Mekanis Pada Pembentukan
Komposit Epoxy/Carbon Fiber Dan Epoxy/Glass Fiber Dengan Metode Bladder
Compression Molding (Vol. 28). Universitas Gadjah Mada.
Schillfahrt,
Christian, Fauster, Ewald, & Schledjewski, Ralf. (2017). Influence Of
process pressures on filling behavior of tubular fabrics in bladder-assisted
resin transfer molding. Advanced Manufacturing: Polymer And Composites
Science, 3(4), 148�158.
Setyoko,
Antonius Dwi. (2019). Pengaruh Temperatur Curing Terhadap Sifat Mekanik Pada
Manufaktur Komposit Serat Karbon/Epoksi Dengan Metoda Pembentukan Bladder
Compression Moulding. Universitas Gadjah Mada.
Taktak,
Rym, Guermazi, Noamen, & Kossentini Kallel, Tasnim. (2017). Effect of
E-glass fibre and ply orientation on the mechanical behaviour of frp composites
used for pressure pipe. International Journal Of Advanced Manufacturing
Technology, 92(5�8), 1741�1749.
Toh,
William, Tan, Long Bin, Tse, Kwong Ming, Giam, Anthoni, Raju, Karthikayen, Lee,
Heow Pueh, & Tan, Vincent Chye. (2018). Material characterization of fi
lament-wound composite pipes. Composite Structures Journal, 206(July),
474�483.
Vasudevan,
A., Navin Kumar, B., Victor Depoures, Melvin, Maridurai, T., & Mohanavel,
V. (2020). Tensile And Flexural Behaviour Of Glass Fibre Reinforced Plastic �
Aluminium Hybrid Laminate Manufactured By Vacuum Resin Transfer Moulding
Technique (Vartm). Materials Today: Proceedings, (Xxxx).
Wang,
Changchun, Bai, Guanghui, Yue, Guangquan, Wang, Zhuxi, Li, Jin, & Zhang,
Boming. (2016). Optimization Of Resin Infusion Processing For Composite Pipe
Key-Part And K/T Type Joints Using Vacuum-Assisted Resin Transfer Molding. Applied
Composite Materials, 23(5), 1065�1078.
Xu,
Jing, Ma, Yan, Zhang, Qianjin, Sugahara, Toshi, Yang, Yuqiu, & Hamada,
Hiroyuki. (2016). Crashworthiness Of Carbon Fiber Hybrid Composite Tubes Molded
By Filament Winding. Composite Structures, 139, 130�140.
Yekani
Fard, Masoud, Raji, Brian, Woodward, John, & Padilla, Michael. (2019).
Experimental Characterization Of Damage Mechanisms Of Seamless Net-Shaped
Circular Pre-Form And Overlapped Stitched Composite Pipes. Polymer Testing,
78(March).
�