Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 2
No. 4 April 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial
Teknik |
PENGARUH VARIASI MOLAR
PADA KUAT TEKAN MORTAR GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH PLTU PANGKALAN
SUSU
Abdul Jalil Bangun, Johannes Tarigan, dan Ahmad Perwira
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
Email: [email protected] , [email protected], dan [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 5 April 2021 Direvisi 10 April 2021 Direvisi 15 April 2021 |
In general in the
world of construction to make a mixture of concrete used materials such as
semen, sand, gravel and air. However, at the time of semen production process
occurs carbon release gas in identical (CO2) to the air of a large average
with a large amount of semen that is able to have the environment of global
warming and greenhouse effect. Then another alternative material that can be
cement in concrete mixture for environmentally friendly concrete. In this
study times waste from power plants that fly ash to become a geopolymer a
geopolymer that drains semen on concrete mixtures. Fly ash used comes from pltu Pangkalan Susu to root
mortar into the mixture with cube test objects mortar size 5cm x 5cm x 5cm
with test force by means of plastic cover and temperature with age 3, 7, 14
and 28 days. Variations of alkali activators this time 6M, 8M and 10M with an
average NaSiO3 : NaOH what 1 : 1,5 and Fly Ash :
Alkaline solution again 70%:30% on variations of each molasses alkali. The
purpose of this study is to know the optimum compressive strength resulting
in geopolymer mortar on molar variations and treatments Distance the results
of existing analysis, the value of optimum press optimum press geopolymer
above the mixture with molaritas activator 10M with
wide temperature treatment that is 32.9 Mpa age 28
days that is healing with plastic covering not very strong concrete press
value. ABSTRAK Pada umumnya dalam dunia konstruksi untuk membuat suatu campuran beton digunakan material seperti semen, pasir, kerikil dan air. Akan tetapi, pada saat proses produksi semen terjadi pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara yang besarnya sebanding dengan jumlah semen yang diproduksi yang dapat merusak lingkungan hidup kita diantaranya pemanasan global dan efek rumah kaca. Maka diperlukan bahan alternatif lain yang bisa menggantikan semen dalam campuran beton untuk mendapatkan beton yang ramah lingkungan. Dalam penelitian ini digunakan limbah dari PLTU yang berupa fly ash untuk digunakan menjadi sebuah geopolymer yang berfungsi sebagai pengganti semen pada campuran beton. Fly ash yang digunakan berasal dari PLTU Pangkalan Susu untuk dicampurkan kedalam campuran mortar dengan benda uji berbentuk kubus mortar ukuran 5cm x 5cm x 5cm dengan perawatan benda uji dengan cara di plastic covering dan suhu ruangan dengan umur 3, 7, 14 dan 28 hari. Variasi alkali aktivator yang digunakan adalah 6M, 8M dan 10M dengan perbandingan NaSiO3 : NaOH adalah 1 : 1,5 dan Fly Ash : Larutan Alkali adalah 70%:30% pada setiap variasi molaritas alkali. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuat tekan optimum yang dihasilkan oleh� mortar geopolymer pada variasi molar dan perawatan tersebut dengan eksperimen langsung di Laboratorium. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh nilai kuat tekan optimum mortar geopolymer terdapat pada campuran dengan activator molaritas 10M dengan perawatan suhu ruangan yaitu 32,9 Mpa pada umur 28 hari yang berarti curing dengan plastic covering tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai kuat tekan beton. |
Keywords: Geopolymer;� fly ash; mortar Kata Kunci: Geopolymer; fly
ash; �mortar |
Pendahuluan
Seiring dengan semakin pesatnya
pertumbuhan pengetahuan dan teknologi di bidang konstruksi yang mendorong kita
lebih memperhatikan standar mutu serta produktivitas kerja untuk dapat berperan
serta dalam meningkatkan sebuah pembangunan konstruksi dengan lebih
berkualitas, diperlukan suatu inovasi bahan bangunan yang memiliki keunggulan
yang lebih baik dibandingkan bahan bangunan yang sudah ada selama ini (Sarker,
2010).
Beton dan mortar merupakan material bangunan paling populer yang tersusun dari komposisi� agregat kasar, agregat halus, air, dan semen portland
menjadi material yang sangat penting dan banyak digunakan untuk membangun
berbagai infrastruktur seperti gedung, jembatan, jalan raya, di bawah tanah
seperti pondasi
(Haach et al., 2013). Dengan adanya pembangunan
infrastruktur yang semakin hari semakin meningkat mengakibatkan produksi semen
yang meningkat pula. Menurut (Abdullah et al., 2011) produksi semen dunia akan terus meningkat dari 1,5 milyar ton pada tahun
1995 menjadi 2,2 milyar ton pada tahun 2010.
Akan tetapi, pada saat proses produksi semen terjadi
pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara yang besarnya sebanding
dengan jumlah semen yang diproduksi (Dwika A, 2017), yang dapat merusak lingkungan hidup kita diantaranya pemanasan global dan
efek rumah kaca. Maka diperlukan bahan alternatif lain yang bisa menggantikan
semen dalam campuran beton untuk mendapatkan beton yang ramah lingkungan.
Diantaranya ialah melalui pengembangan beton dengan menggunakan bahan pengikat
anorganik seperti alumina-silikat polymer atau dikenal dengan geopolymer
yang merupakan sintesa dari material geologi yang terdapat pada alam yang kaya
akan kandungan silika dan alumina (Budh & Warhade, 2014).
Unsur-unsur ini banyak didapati
diantaranya pada material hasil sampingan industri, seperti misalnya fly ash
dari sisa pembakaran batu bara (Khoiriyah
& Maisytoh, 2016). Hasil
pembakaran batubara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini banyak
digunakan sebagai bahan tambahan untuk memperbaiki kinerja beton (Fitriani,
2010).
Material fly ash dalam pembuatan beton dapat saja
bereaksi secara kimia dengan cairan alkaline pada temperatur tertentu
untuk membentuk material campuran yang memiliki sifat seperti semen (Junaid et al., 2015).
Material geopolymer ini digabungkan dengan agregat batuan kemudian
menghasilkan beton geopolymer, tanpa menggunakan semen lagi (Sumajouw et al., 2014).� Pada dasarnya, fly ash
tidak memiliki kemampuan mengikat seperti semen, namun jika dicampur dengan
cairan alkaline (activator) maka fly ash akan membentuk
reaksi kimia dan menghasilkan material yang mengikat seperti semen. Aktivator
yang umumnya digunakan adalah sodium hidroksida (NaOH) 8 M sampai 16 M dan
sodium silikat (Na2SiO3) dengan perbandingan 0,4 sampai
2,5 (Dewi et al., 2016). Atas dasar hal tersebut, penelitian ini
melakukan pengujian kuat tekan mortar geopolymer dengan variasi molaritas dan curing untuk
mendapatkan workability dan kuat tekan optimum pada beton geopolimer
dengan fly ash dari PLTU Pangkalan Susu (Ekaputri & Triwulan, 2013).
Telah banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
terkait penggunaan fly ash sebagai pengganti penggunaan semen pada beton dan
mortar. Saukani dan Arif� (2018) dalam (Atmaja et al., 2011) melakukan
penelitian karakteristik termal mortar geopolymer berbasis abu laying dan
kaolin alam berbahan dasar abu layang kelas F PLTU Asam-asam dan Lempung Kaolin
Tatakan. Berdasarkan hasil tersebut dapat terlihat bahwa semakin banyak jumlah
fly ash yang digantikan oleh metakaolin nilai kuat tekan yang dihasilkan
semakin meningkat. Kuat tekan material geopolimer dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya rasio SiO2/Al2O3 yang terkandung dalam bahan alumina
silikat, jumlah NaOH yang berfungsi sebagai matrik, dan suhu curing. (Dony & Das, 2019) melakukan penelitian tentang studi mikrostruktur mortar
geopolimer abu sawit dengan variasi rasio Na2SiO3
terhadap NaOH yang menggunakan abu sawit sebagai limbah perusahaan perkebunan
kelapa sawit PT. Petaling Mandra Guna Provinsi Jambi sebagai precursor,Na2Si03,
larutan NaOH dengan konsentrasi 8, 10, 12, 14 dan 16 M, air, superplasticizer
dan agregat halus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semakin tinggi
konsentrasi larutan NaOH, maka workability campuran semakin rendah dan
semakin cepat waktu settingnya serta hasil kuat tekan mortar geopolimer semakin
tinggi dan rasio Na2SiO3 terhadap NaOH� 1,5 menyebabkan percepatan reaksi
polimerisasi dibandingkan rasio 1,0. Namun kadar Na2SiO3 yang berlebihan justru
menjadi penghambat percepatan proses geopolimerisasi.
Beberapa penelitian terdahulu menggunakan material dasar berupa fly ash, baik sebagai fasa pasta, mortar maupun beton menunjukkan performa yang baik dalam menghasilkan beton geopolymer (Simatupang. P.H, 2013, Sujatha T, 2012, Rangan 2010, Sumajouw 2007, Hardjito 2005). Bahkan sebagian besar penelitian mengenai beton geopolymer yang terbaru menggunakan material dasar fly ash. Hal ini cenderung dikarenakan isu pemanfaat limbah buangan industry untuk menciptakan infrastruktur yang ramah lingkungan. Demikian juga dalam penelitian ini akan menggunakan bahan dasar yang sama. Sifat geopolimer dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti alkali aktivator, temperatur, waktu perawatan, dan perbandingan alkali aktivator dengan bahan dasar geopolimer (Astuti, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian kuat tekan mortar geopolimen berbahan dasar fly ash PLTU Pangkalan Susu
dengan variasi molar dan perawatan untuk mendapatkan kuat tekan optimum mortar geopolymer yang mampu
dihasilkan dapat diketahui apakah memungkinkan untuk diaplikasikan sebagai bahan beton ramah
lingkungan.
Metode Penelitian
Metode penelitian
yang digunakan adalah eksperimen di Laboratorium Beton Universitas Sumatera Utara. Pada tahap
awal penelitian, komposisi alkaline yang akan
digunakan sebagai activator
geopolymer adalah dengan
perbandingan NaSiO3 :
NaOH (6M) adalah 1:1,5 , NaSiO3 : NaOH
(8M) adalah 1:1,5 dan NaSiO3 : NaOH (10M) adalah 1:1,5. Adapun komposisi campuran mortar geopolymer dalam
penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1
Komposisi Campuran Mortar Geopolymer
Selanjutnya dilakukan
pembuatan benda uji mortar geopolymer
untuk setiap variasi molar dan perawatan.
Benda uji yang dibuat adalah
benda uji kubus dengan volume 5 cm x 5 cm x 5 cm. Jumlah
benda uji yang dibuat adalah 108 sampel dengan jumlah sampel
untuk masing-masing variasi
molar adalah 36 sampel.
Sampel yang dibuat
kemudian dirawat dengan 3 cara perawatan,
yaitu dengan ditutup plastik (plastic
covering) selama 3 hari
dan dibiarkan pada suhu ruang dengan umur
pengujian masing-masing adalah
3,7,14 dan 28 hari. Setelah umur
sampel tercapai, dilakukan pengujian kuat tekan pada benda uji di laboratorium. Hasilnya dicatat untuk kemudian dianalisis.
Setelah pengujian kuat tekan dilakukan maka dilakukan proses analisis terhadap hasil yang didapat. Adapun hasil pegujian kuat tekan pada variasi molaritas alkaline dan� cara
perawatan adalah sebagai berikut.
1. Kuat Tekan Mortar dengan
Larutan Alkaline 6 Molar
Hasil pengujian kuat
tekan mortar geopolymer dengan
alkaline 6 molar disajikan pada Tabel 1 dan Grafik hubungan kuat tekan
dan mortar disajikan pada Gambar 2.
Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Geopolymer 6 Molar
No |
Molaritas |
Waktu Curing
Plastic covering |
Umur Rencana
Tes |
Kuat Tekan
(Mpa) |
1 |
6 Mol |
Tidak Plastic covering |
3 |
4,0 |
Tidak Plastic covering |
7 |
7,0 |
||
Tidak Plastic covering |
14 |
7,8 |
||
Tidak Plastic covering |
28 |
10,9 |
||
2 |
6 Mol |
3 Hari |
3 |
3,4 |
3 Hari |
7 |
6,2 |
||
3 Hari |
14 |
6,9 |
||
3 Hari |
28 |
10,5 |
||
3 |
6 Mol |
7 hari |
3 |
- |
7 hari |
7 |
6,7 |
||
7 hari |
14 |
7,0 |
||
7 hari |
28 |
10,6 |
Gambar 2
Hubungan Kuat Tekan dan Umur Mortar Geopolymer
6 Molar
Dari Tabel 1 didapat bahwa mortar geopolymer
mengalami peningkatan kuat tekan rata-rata dari umur 3 hari
yaitu 4 MPa untuk yang tidak di plastic
covering, 3,4 Mpa untuk
yang di plastic covering 3 hari� tidak ada benda uji. Untuk yang di plastic
covering 7 hari ke umur 7 hari yaitu
7 MPa untuk yang tidak di plastic covering. 6,2 Mpa untuk yang di plastic covering 3 hari� 6,7 Mpa untuk yang di plastic
covering 7 hari dan pada saat
mortar geopolymer pada umur 14 hari untuk yang plastic covering 3 hari
dan plastic covering 7 hari adalah 6,9 dan 7 Mpa, sedangkan untuk benda uji yang tidak di plastic
covering mengalami peningkatan
dengan kuat tekan 7,8 Mpa seperti
yang terlihat pada Gambar 2.
2. Kuat Tekan Mortar dengan
Larutan Alkaline 6 Molar
Hasil pengujian
kuat tekan mortar geopolymer
8 molar yang telah dilakukan
disajikan pada Tabel 2 dan Grafik hubungan umur mortar dan kuat tekan dapat dilihat
pada Gambar 3.
Tabel 2
Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Geopolymer 8 Molar
No |
Molaritas |
Waktu Plastic covering |
Umur Rencana
Tes |
Kuat Tekan
(Mpa) |
1 |
8 Mol |
Tidak Plastic covering |
3 |
3,8 |
Tidak Plastic covering |
7 |
8,2 |
||
Tidak Plastic covering |
14 |
9,4 |
||
Tidak Plastic covering |
28 |
18,2 |
||
2 |
8 Mol |
3 Hari |
3 |
3,6 |
3 Hari |
7 |
8,6 |
||
3 Hari |
14 |
9,9 |
||
3 Hari |
28 |
16,7 |
||
3 |
8 Mol |
7 hari |
3 |
- |
7 hari |
7 |
9,0 |
||
7 hari |
14 |
9,9 |
||
7 hari |
28 |
17,4 |
Gambar 3
Hubungan Kuat Tekan dan Umur Mortar Geopolymer 8 Molar
Dari Tabel
2 didapat bahwa mortar geopolymer
dengan NaOH 8 M mengalami peningkatan kuat tekan rata-rata dari umur 3 hari yaitu
3,8 MPa untuk yang tidak di
plastic covering, 3,6 Mpa untuk yang di plastic covering 3 hari
tidak ada benda uji. Untuk yang di plastic covering 7 hari
ke umur 7 hari yaitu 8,2 MPa untuk yang tidak di plastic covering, 8,6 Mpa untuk yang di plastic covering 3 hari� 9 Mpa untuk yang di plastic
covering 7 hari. Pada saat
mortar geopolymer berumur 14 hari untuk yang plastic covering 3 hari
dan plastic covering 7 hari adalah 9,9 dan 9,9 Mpa, sedangkan untuk benda uji yang tidak di plastic
covering mengalami peningkatan
dengan kuat tekan 9,4 Mpa seperti
yang terlihat pada Gambar 3.
3. Kuat Tekan Mortar dengan
Larutan Alkaline 10 Molar
Hasil pengujian kuat
tekan mortar geopolymer dengan
alkaline 6 molar disajikan pada Tabel
3. Grafik hubungan kuat tekan dan mortar disajikan pada Gambar 4.
Tabel 3
�Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Geopolymer 10 Molar
No |
Molaritas |
Waktu Plastic covering |
Umur Rencana
Tes |
Kuat Tekan
(Mpa) |
1 |
10 Mol |
Tidak Plastic covering |
3 |
4,0 |
Tidak Plastic covering |
7 |
12,2 |
||
Tidak Plastic covering |
14 |
12,8 |
||
Tidak Plastic covering |
28 |
32,9 |
||
2 |
10 Mol |
3 Hari |
3 |
4,0 |
3 Hari |
7 |
7,2 |
||
3 Hari |
14 |
13,7 |
||
3 Hari |
28 |
27,7 |
||
3 |
10 Mol |
7 hari |
3 |
- |
7 hari |
7 |
9,9 |
||
7 hari |
14 |
11,7 |
||
7 hari |
28 |
30,2 |
Gambar 4
Hubungan Kuat Tekan dan Umur Mortar Geopolymer 10 Molar
Pada Tabel 3 didapat bahwa mortar geopolymer
mengalami peningkatan kuat tekan rata-rata dari umur 3 hari
yaitu 4 MPa untuk yang tidak di plastic
covering, 4 Mpa untuk
yang di plastic covering 3 hari tidak ada.
Untuk yang di plastic
covering 7 hari ke umur 7 hari yaitu
12,2 MPa untuk yang tidak
di plastic covering, 7,2 Mpa untuk yang di plastic covering 3 hari
9,9 Mpa untuk yang di plastic covering 7 hari.
Dan pada saat mortar geopolymer pada umur 14 hari untuk
yang plastic covering 3 hari dan plastic
covering 7 hari adalah
13,7 dan 11,7 Mpa, sedangkan
untuk benda uji yang tidak di plastic
covering mengalami peningkatan
dengan kuat tekan 12,8 Mpa seperti yang terlihat pada Gambar
4.
Rekapitulasi hasil pengujian kuat tekan mortar geopolymer pada berbagai
variasi molar dan cara perawatan disajikan pada Tabel 4 dan grafik hubungan molar dan kuat tekan pada umur 28 hari disajikan pada Gambar 5.
Tabel 4
Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Geopolymer Masing-Masing Molaritas
No |
Molaritas |
Waktu Plastic covering |
Umur Rencana
Tes |
Kuat Tekan
Rata-Rata (Mpa) |
1 |
6 Mol |
Tidak Plastic covering |
28 |
10,9 |
3 Hari |
28 |
10,5 |
||
7 hari |
28 |
10,6 |
||
2 |
8 Mol |
Tidak Plastic covering |
28 |
18,2 |
3 Hari |
28 |
16,7 |
||
7 hari |
28 |
17,4 |
||
3 |
10 Mol |
Tidak Plastic covering |
28 |
32,9 |
3 Hari |
28 |
27,7 |
||
7 hari |
28 |
30,2 |
Gambar 5
Grafik Hasil Pengujian Kuat Tekan Mortar Geopolymer
Masing-Masing Molaritas Umur 28 Hari
Pada Tabel 4 terlihat pada benda uji mortar geopolimer NaOH molaritas 6M umur 28 hari memiliki kuat
tekan optimum 10,9 Mpa untuk yang dengan perawatan/curing suhu ruangan. Sama halnya dengan benda uji mortar NaOH 8M
dan 10M memiliki kuat tekan yang optimum untuk benda uji yang perawatan/curingnya dengan suhu ruangan. Untuk
kuat tekan optimum dari berbagai variasi
diatas adalah pada benda uji mortar geopolimer NaOH
10M dengan kuat tekan 32,9 Mpa untuk perawatan dengan suhu ruangan.
Gambar 6
Benda Uji Mortar Geopolimer
Gambar 7
Proses Perawatan/Curing Benda Uji Mortar Geopolimer
�����������
Gambar 8
Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Mortar Geopolimer
(Lado
et al., 2018) melakukan penelitian uji kuat tekan mortar berbahan dasar pasir sungai
dan semen tipe I dengan mutu rencananya adalah 25 Mpa. Dari hasil penelitian tersebut didapat hasil dari kuat
tekan maksimum dari mortar pada umur 28 hari adalah 26,61 Mpa. Berikut adalah
grafik yang menunjukkan kuat tekan mortar dengan bahan semen dan mortar geopolymer.
Gambar 9
Grafik Perbandingan Mortar Geopolimer
dan Mortar Normal (Manuahe et al., 2014)
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
�Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa proses perawatan dengan cara di plastic covering tidak
terlalu efektif untuk mortar geopolymer karena
nilai kuat tekan mortar dengan jenis perawatan suhu ruangan memiliki
kuat tekan lebih tinggi di berbagai jenis molaritas activator.
Nilai kuat tekan
optimum mortar geopolymer terdapat pada campuran dengan activator molaritas 10M dengan perawatan suhu ruangan yaitu 32,9 Mpa pada umur 28 hari. Ini berarti
bahwa semakin tinggi konsentrasi molar yang digunakan maka semakin kental
larutan yang dihasilkan dan semakin
sulit pengerjaannya (workability).
BIBLIOGRAFI
Abdullah, M. M. A. B., Kamarudin, H.,
Bnhussain, M., Khairul Nizar, I., Rafiza, A. R., & Zarina, Y. (2011). The
Relationship Of Naoh Molarity, Na2sio3/Naoh Ratio, Fly Ash/Alkaline Activator
Ratio, And Curing Temperature To The Strength Of Fly Ash-Based Geopolymer. Advanced
Materials Research, 328, 1475�1482. Google
Scholar
Atmaja, L., Fansuri, H., & Maharani, A.
(2011). Crystalline Phase Reactivity In The Synthesis Of Fly Ash-Based
Geopolymer. Indonesian Journal Of Chemistry, 11(1), 90�95. Google
Scholar
Budh, C. D., & Warhade, N. R. (2014).
Effect Of Molarity On Compressive Strength Of Geopolymer Mortar. International
Journal Of Civil Engineering Research, 5(1), 83�86. Google
Scholar
Dewi, N. R., Dermawan, D., & Ashari, M.
L. (2016). Studi Pemanfaatan Limbah B3 Karbit Dan Fly Ash Sebagai Bahan
Campuran Beton Siap Pakai (Bsp)(Studi Kasus: Pt. Varia Usaha Beton). Jurnal
Presipitasi, 13(1), 34�43. Google
Scholar
Dony, W., & Das, A. M. (2019). Studi
Mikrostruktur Mortar Geopolimer Abu Sawit Dengan Variasi Rasio Na2sio3 Terhadap
Naoh. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(1), 132�138. Google Scholar
Dwika A, B. (2017). Pengaruh Perbandingan
Water Solid Ratio (W/S) Terhadap Kuat Tekan Dan Kuat Lekat Mortar Geopolymer
Berbahan Dasar Abu Terbang Dengan Naoh 12 M Pada Suhu Ruangan. Rekayasa
Teknik Sipil, 2(2/Rekat/17). Google
Scholar
Ekaputri, J. J., & Triwulan, T. (2013).
Sodium Sebagai Aktivator Fly Ash, Trass Dan Lumpur Sidoarjo Dalam Beton
Geopolimer. Jurnal Teknik Sipil, 20(1), 1�10. Google
Scholar
Fitriani, D. R. (2010). Pengaruh Modulus
Alkali Dan Kadar Aktivator Terhadap Kuat Tekan Fly Ash-Based Geopolymer Mortar. Google
Scholar
Haach, V. G., Vasconcelos, G., &
Louren�o, P. B. (2013). Development Of A New Test For Determination Of
Tensile Strength Of Concrete Blocks. Google
Scholar
Junaid, M. T., Kayali, O., Khennane, A.,
& Black, J. (2015). A Mix Design Procedure For Low Calcium Alkali Activated
Fly Ash-Based Concretes. Construction And Building Materials, 79,
301�310. Google
Scholar
Khoiriyah, N. L., & Maisytoh, P.
(2016). Karakteristik Mortar Geopolimer Dengan Perawatan Oven Pada Berbagai
Variasi Waktu Curing. Jurnal Poli-Teknologi, 15(1). Google
Scholar
Lado, Y., Utomo, S., & Hunggurami, E.
(2018). Kuat Tekan Beton Dan Mortar Menggunakan Pasir Kali Noeleke. Jurnal
Teknik Sipil, 7(1), 37�44. Google
Scholar
Manuahe, R., Sumajouw, M. D. J., &
Windah, R. S. (2014). Kuat Tekan Beton Geopolymer Berbahan Dasar Abu Terbang
(Fly Ash). Jurnal Sipil Statik, 2(6). Google
Scholar
Sarker, P. (2010). Bond Strengths Of
Geopolymer And Cement Concretes. Advances In Science And Technology, 69,
143�151. Google
Scholar
Sumajouw, M. D. J., Dapas, S. O., &
Windah, R. S. (2014). Pengujian Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi. Jurnal Ilmiah
Media Engineering, 4(4). Google
Scholar
Copyright holder : Abdul Jalil Bangun,
Johannes Tarigan dan Ahmad Perwira
(2021) |
First publication right : Journal Syntax
Admiration |
This article is licensed under: |