Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 2
No. 5 Mei 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Karinina Zahruli Sundusiyah,
Wiwin Priana dan Muhammad Wahed
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Surabaya Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], dan [email protected]
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan dari
suatu perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa (Sukirno, 2011).
Semakin tingginya pertumbuhan ekonomi semakin tinggi pula kesejahteraan
masyarakat (Lointier et al., 2001).
Pertumbuhan ekonomi memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan kesejahteraan
masyarakat. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, semakin tinggi pula kemampuan
negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pertumbuhan
suatu perekonomian dapat juga dilihat apabila jumlah total output
produksi barang dan penyediaan jasa tahun tertentu lebih besar dari pada tahun
sebelumnya. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan dalam suatu perekonomian
adalah pertumbuhan ekonomi.
Tujuan dari suatu pertumbuhan ekonomi ialah untuk
mencapainya tingkat suatu kemakmuran yang lebih tinggi. Setiap negara
menginginkan pertumbuhan ekonomi pada negara sendiri agar dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari
Produk Domestik Bruto (PDB) dengan dasar harga konstan, menunjukkan adanya
perkembangan PDB di beberapa tahunnya. Berikut dapat dilihat perkembangan laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Namun bisa dicermati dari gambar diatas hasil rasio pertumbuhan, perekonomian Indonesia mampu mencapai hasil yang positif yang artinya perbaikan kondisi perekonomian terus berjalan. Pada tahun 2020 pertumbuhan ekonomi indonesia mengalami penurunan yang cukup drastis yang� disebabkan oleh pandemi COVID-19. Dampak dari pandemi COVID-19 membuat melemahnya perekonomian di Indonesia dan juga perekonomian dunia. Melemahnya perekonomian dunia termasuk Indonesia disebabkan oleh pemberlakuan lockdown di negara masing-masing. Pemberlakuan lockdown tersebut menimbulkan dampak pada melemahnya kinerja ekonomi. Hal itu menyebabkan menghambatnya kegiatan produksi dan distribusi barang serta ekspor dan impor. Akibat dari fenomena tersebut terjadi penurunan kinerja ekonomi dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan bahkan sampai terjadinya kontraksi ekonomi BPS, (2020) (Hastasari & Suharini, 2021).
Berbagai macam studi telah dilakukan mengapa perekonomian suatu negara mengalami pertumbuhan, baik pertumbuhan yang positif maupun pertumbuhan negatif. Pada teori Keynesian menyatakan bahwa pertumbuhan pendapatan nasional ditentukan oleh besarnya pengeluaran konsumsi, pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor bersih. Pada konsep dan teori Keynesian juga dapat digunakan untuk menghitung pertumbuhan ekonomi baik dalam skala nasional maupun dalam skala makro atau daerah.
Perkembangan ekspor di Indonesia mengalami peningkatan dan penurunan pada tiap tahunnya. Pada tahun 2018 nilai ekspor di Indonesia menujukkan perkembangan yang positif dengan mengalami peningkatan sebesar 6,62 persen. Namun pada tahun 2019-2020 ekspor mengalami penurunan hingga -9,46 persen dikarenakan kondisi perekonomian global yang terus menurun, dan tantangan perekonomian global di tahun 2020 terus meningkat akibat ketidakpastian perekonomian global serta semakin merebaknya pandemi COVID-19 di dunia termasuk Indonesia. Adanya COVID-19 menyebabkan ekspor menurun dan terganggunya ketersediaan bahan yang diperoleh di negara lain, BPS (2020) (Hastasari & Suharini, 2021).
�� Selain diatas, nilai perkembangan PMA (Penanaman Modal Asing) di Indonesia, pada tahun 2017-2019 mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan nilai penanaman modal asing yang masuk ke Indonesia terdapat pada semua sektor kecuali sektor gas, listrik, air, dan trasportasi. Penyebab dari menurunnya nilai penanaman modal asing disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal diantaranya adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah masih kurang dan belum fokus untuk memperbaiki. Tetapi penanaman modal asing juga mengalami peningkatan pada sektor gas dan air pada tahun 2019 dan peningkatannya cukup besar, sebesar 35, 07 persen penanaman modal asing untuk sektor ini jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain pada sektor gas dan air, sektor transportasi juga mengalami peningkatan karena memberikan keuntungan bagi investor asing, dimana pada tahun 2018 penanaman modal asing naik sebesar 10,33 persen dari total investasi asing. Pada tahun 2019 juga terjadi peningkatan pada sektor transportasi sebesar 56,18 persen investasi asing. Hal ini menujukkan minat dari investor asing cukup tinggi untuk berinvestasi di sektor transportasi, BPS (2020) (Hastasari & Suharini, 2021).
�� Selain itu dapat dilihat juga perkembangan PMDN (penanaman modal dalam negeri) di Indonesia, perkembangan nilai realisasi penanaman modal dalam negeri di Indonesia selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2019 nilai penanaman modal dalam negeri mencapai Rp. 386,50 triliun dan mengalami peningkatan sebesar 17,62 persen dari tahum sebelumnya. Pada tahun 2020 yang diawali pandemi COVID-19, Indonesia juga tidak luput dalam pandemi tersebut, namun kinerja dari BKPM masih mampu menyerap penanaman modal dalam negeri BPS (2020).
�� Perkembangan konsumsi rumah tangga di Indonesia cukup stabil. Dengan stabilnya kondisi pertumbuhan komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, pola konsumsi masyarakat mengalami pergeseran. Awalnya good-based consumption (konsumsi yang berwujud barang) yang meliputi sandang, pangan, dan papan, sekarang berubah kepada konsumsi yang bersifat experienced-bassed consumption (konsumsi yang berwujud pengalaman). Namun pada tahun 2020, konsumsi rumah tangga mengalami penurunan sebesar -2,63% yang disebabkan oleh adanya pandemi BPS, (2020) (Hastasari & Suharini, 2021). Dan dengan meningkatnya ataupun menurunnya konsumsi rumah tangga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena konsumsi memegang peranan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi khususnya di negara yang sedang berkembang, karena pertumbuhan ekonomi di dalam negara yang sedang berkembang umumnya di dominasi oleh tingkat konsumsi di negara tersebut.
�� Ekspor merupakan hal yang sering dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena ekspor akan menghasilkan devisa yang digunakan untuk membiayai impor bahan baku dan barang modal yang diperlukan untuk proses produksi yang akan membentuk nilai tambah. Nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh unit produksi dalam perekonomian merupakan nilai produk domestik bruto (Sutawijaya, 2010).
Lebih lanjut, penelitian mengenai ekspor dan pertumbuhan ekonomi telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya, salah satunya adalah (Adianto, 2011), (Pridayanti, 2013), (Alfian, 2020), (Agustin et al., 2021), menjelaskan bahwa ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun penelitian yang dilakukan oleh (Mahzalena & Juliansyah, 2019), menyimpulkan bahwa ekspor tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Beberapa penelitian yang membahas tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Pertumbuhan Ekonomi telah banyak dilakukan, diantaranya (Adianto, 2011), (Fitri, 2016) menerangkan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh negative dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun penelitian yang dilakukan oleh (Hariwijaya, 2020), (Wihda & Poerwono, 2014), (Kambono & Marpaung, 2020), menyimpulkan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh (Amri et al., 2020), dan (Tria, 2018), menjelaskan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh postif tetapi tidak signifikan.
Beberapa penelitian yang membahas tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia telah banyak dilakukan diantaranya (Adianto, 2011), (Hariwijaya, 2020), (Amri et al., 2020), dan (Tria, 2018) menyimpulkan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun penelitian yang dilakukan oleh (Wihda & Poerwono, 2014), (Kambono & Marpaung, 2020), menyimpulkan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian tentang konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dilakukan oleh (Jahanshahi et al., 2011), (Afiftah et al., 2019), (Varlina & Amar, 2019), dan (Rafiq et al., 2016) menyimpulkan bahwa konsumsi rumah tangga berpengaruh positif dan signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan
penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada
data-data numerikal (angka)
yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis pengaruh ekspor, PMA, PMDN, dan konsumsi rumah tangga terhadap
perkonomian Indonesia periode
2009-2020.
Teknik yang digunakan penelitian ini dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode dokumentasi data sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi terkait dari data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Metode pengumulan data dalam penelitian ini dengan mengunduh data kuantitatif, berupa data sekunder yang didapatkan dari situs Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode 2009-2020.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda dengan model (Ordinary Least Square) OLS. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel independen (X1,X2,X3,�,K) terhadap variable dependen (Y). Metode ini diyakini mempunyai sifat yang dapat diunggulkan yaitu secara teknis sangat akurat, mudah dalam menginterprestasikan perhitungannya serta sebagai alat estimasi linier dan unbiased terbaik (Nachrowi & Usman, 2005).
1.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
Pertumbuhan ekonomi suatu negara mencerminkan keadaan perekonomian
negara tersebut. Dimana pertumbuhan
ekonomi itu merupakan gambaran tingkat perkembangan ekonomi yang terjadi.
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia diukur melalu nilai PDB berdasarkan harga
konstan. Untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
Gambar 1
Perkembangan PDB Indonesia Tahun
2009-2020
Sumber: BPS, 2020
Perkembangan PDB tahun 2010 merupakan PDB tertinggi selama periode 2009-2020, selama tahun 2010 kinerja perekonomian Indonesia terus mengalami perbaikan walaupun berada di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global. Hal ini dikarenakan dengan angka pertumbuhan PDB yang meningkat tinggi dan surplus neraca pembayaran yang cukup besar. Pertumbuhan ekonomi mencapai 6,6 persen yang memiliki nilai lebih tinggi dari tahun 2009 yang hanya 5,0 persen. Peningkatan tersebut didukung oleh sumber pertumbuhan yang semakin berimbang seperti pada peningkatan peran investasi dan kinerja ekspor yang meningkat.
Perkembangan PDB tahun 2020 merupakan PDB terendah selama periode 2009-2020 yaitu sebesar -2,07 persen, pada tahun 2020 indonesia menghadapi tantangan dan hambatan dalam perekonomian. Tantangan dan hambatan masalah ekonomi yang sedang dihadapi inondesia yaitu masih terjadinya ketidakpastian serta perlambatan ekonomi global, defisit transaksi berjalan, dan defisit neraca perdagangan, melambatnya pertumbuhan kredit, melambatnya investasi asing dan investasi dalam negeri, potensi melemahnya konsumsi masyarakat dan juga adanya wabah pandemi COVID-19. Dampak dari pandemi COVID-19 ini mampu memberikan efek kepada beberapa aspek kesehatan, sosial, ekonomi dan keuangan. Bahkan dampak terhadap aspek ekonomi sangat besar dirasakan pada aktivitas perekonomian di Indonesia. COVID-19 yang semakin meluas penyebarannya di Indonesia menyebabkan perekonomian semakin tertekan. Adanya kebijakan pembatasan mobilitas kegiatan masyarakat termasuk kegiatan porduksi dan kegiatan ekonomi lainnya yang menyebabkan terjadinya penurunan kinerja perekonomian. Akibat yang mulai dirasakan dengan adanya pembatasan kegiatan yaitu semakin berkurangnya permintaan tenaga kerja, adanya PHK karyawan di beberapa sektor, menurunnya pendapatan masyarakat yang berdampak lagi terhadap penurunan konsumsi dalam negeri.
2. Perkembangan Ekspor Indonesia
Ekspor merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi negara. Dengan adanya peningkatan ekspor akan meningkatkan output dan akan mampu mengemangkan kegiatan dan kehidupan perekonomian suatu negara. Berikut di bawah ini data perkembangan ekspor di Indonesia.
Gambar 2
Perkembangan Ekspor Indonesia Tahun 2009-2020
Sumber: BPS, 2020
Ekspor Indonesia pada tahun 2009 mengalami penurunan, dan memiliki nilai perkembangan paling rendah diantara periode 2009-2020. Pada tahun 2009 ekspor Indonesia mengalami penurunan 14,97 persen hingga berada pada nilai US$ 116.520,0 juta. Hal ini dikarenakan dengan melemahnya perekonomian global, dimana negara tujuan ekspor Indonesia mengurangi permintaannya. Ekspor migas bahkan turun hingga minus 34,7 persen yang dipengaruhi oleh turunnya harga minyak dunia. Sementara itu ekspor non migas pun juga mengalami penurunan hingga 9,64 persen yang disebabkan oleh turunnya harga komoditas ekspor non migas dan dampak dari kontraksi ekonomi global menekan kinerja eskpor non migas.
Pada tahun 2010 ekspor Indonesia mengalami peningkatan sebesar 35 persen hingga mencapai nilai US$ 157,7 juta. Ekspor non migas pada tahun 2010 mencapai rekor tertinggi sebesar US$ 129,7 juta. Kontribusi ekspor non-migas tahun 2010 terhadap total ekspor Indonesia sangat tinggi, yaitu sebesar 82,22 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi ekspor migas tahun 2010. Kinerja ekspor Indonesia saat ini mengalami diversifikasi dengan meningkatnya ekspor produk non-migas. Kuatnya ekspor non-migas pada tahun 2010 didorong oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor, dan peningkatan tertinggi pada sektor pertambangan yang naik sebesar 35,36 persen, sektor industri sebesar 33,47 persen.
3. Perkembangan PMA Indonesia
Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya ataupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
Perkembangan investasi asing yang masuk ke Indonesia dalam bentuk penanaman modal dapat bersifat positif, investasi dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yaitu dapat menggerakkan sektor-sektor yang berhubungan dengan pertumbuhan ekonomi. Investasi asing sangat penting untuk menunjang pembangunan ekonomi terutama untuk Indonesia.
Gambar 3
Perkembangan PMA Indonesia Tahun
2009-2020
Sumber: BKPM, 2020
Perkembangan penanaman modal asing di Indonesia menujukkan pergerakan yang berfluktuatif setiap tahunnya. Di tahun 2009 investasi asing memiliki nilai terendah, karena kemampuan sektor industri untuk menarik investor asing untuk menanamkan modalnya terus menurun sejak tahun 2008 dan berlanjut hingga tahun 2009, dimana hanya mampu menyerap 35,42 persen investasi asing yang masuk dengan nilai realisasi hanya mencapai juta US$ 3.831,1 pada sektor industri.
Namun seiring berjalannya waktu, sektor industri menjadi sektor yang sangat diminati oleh para investor asing yang menganggap bahwa sektor tersebut memberikan keuntungan. Sektor lainnya yang cukup diminati oleh investor asing adalah sektor pertambangan, sektor listrik, gas dan air, dan sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran.
Lebih lanjut, investor asing menanamkan modalnya pada tahun 2016 tercatat sebanyak US$ 28.964,1 juta dan tersebar di 25.321 proyek. Nilai investasi asing ini turun 1,06 persen dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2017 investasi asing yang masuk ke Indonesia mengalami peningkatan nilai investasi sebesar 11,31 persen, menjadi US$ 32.239,8 juta dan demikian juga dengan jumlah protek yang meningkat sebesar 3,70 persen, menjadi 26.257 proyek.
4. Perkembangan PMDN Indonesia
Menurut undang-undang No.25 Tahun 1997 tentang penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri. Penanam modal adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi suatu negara. oleh sebab itu PMDN memiliki peranan yang sangat penting sebagai alternatif sumber dana dalam negeri yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan suatu negara.
Gambar 4
Perkembangan PMDN Indonesia Tahun
2009-2020
Sumber: BKPM, 2020
Realisasi investasi domestik selama kurun waktu 2009-2020 selalu mengalami peningkatan. Investasi yang terealisasi sepanjang tahun 2018 mencapai Rp. 328,60 triliun terjadi kenaikan sebesar 25,25 persen dibanding tahun 2017 yang baru mencapai Rp. 262,35 triliun. Peningkatan nilai investasi domestik juga diikuti dengan meningkatnya jumlah proyek yang menyerap nilai investasi tersebut.
Sepanjang tahun 2019, jumlah investasi yang dialirkan dari masyarakat ataupun perusahaan domestik mencapai Rp.386,50 triliun yang mengalami peningkatan sebesar 17,62 persen dan jumlah proyek mengalami peningkatan 200 persen menjadi 30.451 proyek dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor industry masih menjadi sektor unggulan yang banyak diminati oleh para investor domestik, pada penyerapan realisasi nilai investasi PMDN.
Memasuki tahun 2020 yang diawali oleh adanya pandemi COVID-19 kinerja BKPM masih mampu menyerap investasi domestik sebesar Rp. 413,53 triliun yang tersebar di 96.623� proyek. Pada tahun 2020 sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi menjadi sektor yang paling banyak diminati investor di dalam negeri dibandingkan sektor industri. Investasi PMDN yang terserap pada tahun 2020 dari sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi mencapai 22,6 persen, dengan nilai sebesar Rp. 93.3 triliun, sedangkan sektor industri hanya menyerap sebesar 10,8 persen dengan nilai Rp. 68,3 triliun.
5. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Indonesia
Pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah total nilai pasar dari barang-barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga dan lembaga nirlaba. Berikut data perkembangan konsumsi rumah tangga di Indonesia.
Gambar 5
Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Indonesia Tahun 2009-2020
Sumber: BPS, 2020
Perkembangan konsumsi rumah tangga selalu meningkat setiap tahunnya. Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri dari sub komponen makanan dan minuman, pakaian, alas kaki, jasa pendidikan, transportasi, komunikasi, restoran, hotel, dan lainnya. Pertumbuhan komponen ini cukup stabil selama beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2019 pertumbuhan komponen ini sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan nasional dengan pertumbuhan sebesar 5,04 persen. Kondisi ini berbeda dengan tahun sebelumnya yang selalu di bawah pertumbuhan nasional.
Namun pada tahun 2020 komponen konsumsi rumah tangga mengalami penurunan -2,6 persen akibat meluasnya pandemi COVID-19 yang berdampak pada menurunnya pendapatan masyarakat dan aktivitas ekonomi juga terjadi akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
6. Hasil Analisis Regersi Linier Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan pengolahan data dengan bantuan program IBM SPSS versi 16.0 maka diperoleh persamaan regresi berganda sebagai berikut:
Y = -1.023E7 + 31.654X1 +152.421X2+0,032X3+ 1.943X4
Intepretasi dari persamaan regresi diatas:
β1: Koefisien regresi X1 (β1) =� 31.654
Koefisien variable ekspor (X1) = 31.654 dan bernilai positif yang menujukkan bahwa ekspor berpengaruh positif terhadap PDB. Jika Ekspor naik sebesar 1% dan variabel yang lain tetap, maka PDB akan naik sebsar 31.654%
β2:� Koefisien regresi X2 (β2) = 152.412
Koefisien variabel PMA (X2) = 152.412 dan bernilai positif menujukkan bahwa PMA berpengaruh positif terhadap PDB. Jika PMA naik sebesar 1% dan variabel lain tetap maka PDB akan naik sebesar 152.412%.
β3:� Koefisien regresi X3 (β3) = 0,032
Koefisien variabel PMDN (X2) = 0,032 dan bernilai positif menujukkan bahwa PMDN berpengaruh positif terhadap PDB. Jika PMA naik 1% dan variabel lain tetap maka PDB akan naik sebesar 0,032%.
β3: Koefisien regresi X4 (β4) = 1.934
Koefisien variabel Konsumsi Rumah Tangga (X4) = 1.934 dan bernilai positif menujukkan bahwa Konsumsi Rumah Tangga berpengaruh positif terhadap PDB. Jika Konsumsi Rumah Tangga naik 1% dan variabel lain tetap maka PDB akan naik sebesar 1.934%.
7. Hasil Uji Asumsi Klasik (BLUE)
Agar mendapatkan hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) maka estimasi tersebut harus memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah satu asumsi tersebut dilangga, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilai keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah bertujuan untuk mengetahui kenormalan distribusi data. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil merupakan data yang normal atau tidak (Puspita & Ghozali, 2011). Dalam uji normalitas ini, data akan diuji dengan statistik Kolmogrov-Smirnov. Dasar pengembalian keputusan adalah jika 2-tailed > 0,05 maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya. Selain itu pada pengujian ini juga dengan menggunakan P-P Plot, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menujukkan pola distribusi normal. Adapun hasil yang diperoleh dari pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Uji Normalitas
(One Sample Kolmogrov-Smirnov Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
|
Unstandardized Residual |
N |
12 |
|
Normal Parametersa |
Mean |
.0000000 |
Std. Deviation |
4.37755468E5 |
|
Most Extreme
Differences |
Absolute |
.130 |
Positive |
.125 |
|
Negative |
-.130 |
|
Kolmogorov-Smirnov
Z |
.450 |
|
Asymp. Sig.
(2-tailed) |
.987 |
|
a. Test
distribution is Normal. |
|
Sumber: Output SPSS
Pada uji normalitas residual dikatakan data terdistribusi normal, jika nilai signifikan residual lebih dari 0,05. Dapat dilihat dari tabel 1 di atas diketahui nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,450 dan nilai Asym. Sig (2-tailed) 0,987. Nilai signifikan residual yaitu 0,450 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
b. Uji Autokorelasi
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk mendekteksi ada atau tidaknya autokorelasi bisa menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Berdasarkan perhitungan pada penelitian ini menggunakan SPSS diperoleh
Nilai DW test sebsar 1.710, dalm persamaan ini jumlah variabel bebas (k) adalah 4 dan banyaknya data (n) adalah 12 sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar dL = 0,5120 dan dU = 2,1766. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka dapat dibuktikan dengan kurva DW dibawah ini:
Gambar 6
Kurva Durbin-Watson
test
Sumber: Output SPSS
Dari kurva di atas dapat
dijelaskan bahwa nilai DW test berada diantara nilai dL sampai dU, maka data yang digunakan dalam penelitian ini berada pada daerah keragu-raguan atau tidak terkena gejala
autokorelasi dan dapat digunakan untuk melakukan tahap pengujian selanjutnya.
c. Uji
Multikoliniearitas
Uji multikoliniearitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikuti dalam pembentukan model. Untuk mendeteksi apakah ada model regresi linier yang mengalami gejala multikoliniearitas dapat diperiksa menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel independen, yaitu jika suatu variabel
independen mempunyai nilai VIF >10 maka telah terjadinya multikoliniearitas.
Adapun hasil yang diperoleh setelah dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Uji Multikoliniearitas
Variabel |
Tolerance |
Ketentuan |
VIF |
Ketentuan |
Keterangan |
X1 |
0,256 |
≥ 0,10 |
1,416 |
≤10 |
Tidak Terjadi Multikolonier |
X2 |
0,183 |
≥ 0,10 |
5,456 |
≤10 |
Tidak Terjadi Multikolonier |
X3 |
0,314 |
≥ 0,10 |
3,180 |
≤10 |
Tidak Terjadi Multikolonier |
X4 |
0,291 |
≥ 0,10 |
3.434 |
≤10 |
Tidak terjadi Multikolinier |
Sumber: Output SPSS
Maka hasil yang diperoleh setelah diadakan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui bahwa dari keempat
variabel dalam pengujian nilai pertumbuhan ekonomi Indonesia, dimana nilai VIF lebih kecil dari
10 sehingga dalam model regresi ini tidak
terjadi multikoliniearitas.
d. Uji
Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan
pada model regresi (Puspita & Ghozali, 2011). Pada regresi
linier nilai residual tidak
boleh ada hubungan dengan variabel bebas (X). Pembuktian adanya atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Y |
Sig 2-tailed (X1) |
Sig 2-tailed (X2) |
Sig 2-tailed (X3) |
Sig 2-tailed (X4) |
Ketentuan |
Keterangan |
PDB |
0,587 |
0,762 |
0,527 |
0,880 |
≥ 0,05 |
Tidak Terjadi Heterokedastisitas |
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh tingkat signifikasi koefisien korelasi Rank Spearman untuk variabel terikat pertumbuhan ekonomi, keseluruhan residualnya lebih besar dari
0,05 (tidak signifikan) hal tersebut menujukkan
bahwa antara nilai residual dengan variabel yang menjelaskan tidak mempunyai korelasi yang berarti. Dapat disimpulkan persamaan tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil dari uji asumsi klasik yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi pelanggaran
uji asumsi klasik. Hasil pengolahan data diatas dapat diketahui secara bersama-sama bahwa variavel independen ekspor, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN), dan konsumsi rumah tangga berpengaruh simultan dan nyata terhadap variabel dependen pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2009-2020. Akan tetapi jika secara parsial
tidak semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Variabel ekspor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009-2020. Hasil penelitian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hariwijaya, 2020), (Pridayanti, 2013), (Astuti & Ayuningtyas, 2018) yang menjelaskan bahwa ekspor berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ekspor bagi Indonesia sudah mulai di perhatikan sejak 1990, dan ekspor menjadi perhatian dalam memacu pertumbuhan ekonomi seiring dengan berubahnya strategi industrialisasi yang mengarah ke promosi ekspor
dalam upaya meningkatkan devisa dan lapangan kerja memalui ekspor ke negara lain. Oleh karena itu, ekspor memiliki
peranan yang sangat penting dan strategis karena ekspor merupakan
salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang terpenting bagi Indonesia (Sulistiawati et al., 2019).
Variabel Penanaman Modal Asing (PMA) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode
2009-2020. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Kambono & Marpaung, 2020), (Wihda & Poerwono, 2014), (Winarni et al., 2020) yang menjelaskan bahwa Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi asing bagi Indonesia memiliki pernanan yang sangat besar. Investasi asing meningkatkan kemampuan produksi dan menjadi media transfer teknologi dari luar negeri ke dalam negeri. Total investasi asing merupakan salah satu variabel dalam perhitungan pendapatan nasional yang menjadi tolak ukur ekonomi,
dan harus dijaga kestabilan perkembangannya (Jufrida et
al., 2016).
Variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009-2020. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Kambono & Marpaung, 2020), (Wihda & Poerwono, 2014), (Winarni et al., 2020), (Ariyatama, 2016) yang menjelaskan bahwa Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang belum merata, dan masih terjadi kesenjangan
ekonomi.
Variabel konsumsi rumah tangga secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode
2009-2020. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Varlina & Amar, 2019), (Afiftah et al., 2019) dan (Ginting, 2017) yang menjelaskan bahwa konsumsi rumah tanggu berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. hal ini sudah
dijelaskan pada teori
Keynes yang menyatakan bahwa
konsumsi rumah tangga sangat memengaruhi
perilaku perekonomian baik dalam jangka
waktu yang pendek, ataupun jangka waktu yang panjang� (Mankiw, 2006).
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan hasil analisis yang telah diurarkan pada Bab
IV, maka dapat diambil kesimpulan yaitu, setelah dilakukan uji statistik maka diperoleh bahwa Ekspor, Penanaman Modal
Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dan konsumsi rumah tangga secara
simultan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2009-2020 yang artinya secara
bersamaan dari keempat variabel dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ekspor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2009-2020, hal tersebut digambarkan
dengan meningkatnya ekspor yang akan mendorong peningkatan produksi dalam
negeri. Produksi yang meingnkat akan menggerakkan roda perekonomian dalam
negeri sehingga pertumbuhan ekonomi pun meningkat. Penanaman
Modal Asing (PMA) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2009-2020, hal ini disebabkan
karena para investor asing mempercayakan menanamkan modalnya di Indonesia, yang
akan membuat nilai tukar rupiah terapresiasi dengan adanya aliran modal ke
dalam negeri (capital in flow). Secara parsial Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
berpengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia selama tahun 2009-2020, hal ini disebabkan karena tata kelola
infrastruktur indonesia masih belum maksimal dan kurangnya komunikasi antara
pengusaha dengan pemerintah, serta peranan sektor industri dan perdagangan yang
lebih tinggi.
Secara parsial konsumsi rumah tangga berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode 2009-2020,
hal ini disebabkan konsumsi rumah tangga telah menjadi penopang dari
pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena konsumsi rumah tangga dapat memberikan
pemasukan pendapatan nasional. Konsumsi rumah tangga juga dapat memberikan
dampak fluktuasi suatu kegiatan ekonomi dari waktu ke waktunya. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga memegang sumber pertumbuhan yang relatif besar
dibandingkan dengan pengeluaran yang lainnya.
BIBLIOGRAFI
Adianto, T. (2011). Analisis Pengaruh
Penanaman Modal Asing (Pma), Penanaman Modal Dalam Negeri (Pmdn), Dan Ekspor
Total Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Google Scholar
Afiftah, A. T., Juliprijanto, W., &
Destiningsih, R. (2019). Analisis Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Dan
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia
Tahun 1988-2017. Dinamic: Directory Journal Of Economic, 1(1), 11�22.
Google Scholar
Agustin, R., Mubyarto, N., & Yunus, M.
(2021). Pengaruh Ekspor, Impor Dan Investasi Pmtb Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Jambi Tahun 2012-2019 Ditinjau Dalam Perspektif Ekonomi Islam.
Uin Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Google Scholar
Alfian, R. (2020). Pengaruh Ekspor Impor
Perkebunan Dan Pembentukan Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia.
Universitas Muhammadiyah Malang. Google Scholar
Amri, N. A., Oktafiani, F., Hamid, E. Y.,
& Munir, A. (2020). Comparison Of Image Reconstruction On Microwave
Tomography Using Filtered Back Projection. 2020 27th International
Conference On Telecommunications (Ict), 1�4. Google Scholar
Ariyatama, F. D. W. I. L. (2016). Pengaruh
Nilai Ekspor, Pma Dan Pmdn Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur. Jurnal
Pendidikan Ekonomi (Jupe), 4(3). Google Scholar
Astuti, I. P., & Ayuningtyas, F. J.
(2018). Pengaruh Ekspor Dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia. Jurnal
Ekonomi & Studi Pembangunan, 19(1), 1�10. Google Scholar
Fitri, D. N. E. (2016). Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun
1984-2013. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Google Scholar
Ginting, A. M. (2017). Analisis Pengaruh
Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan,
11(1), 1�20. Google Scholar
Hariwijaya, I. (2020). Pengaruh Perdagangan
Internasional Dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Feb, 9(1). Google Scholar
Hastasari, R., & Suharini, S. (2021).
Tinjauan Non-Performing Loan Perbankan Indonesia Tahun Pandemi 2020. Jurnal
Akrab Juara, 6(1), 120�131. Google Scholar
Jahanshahi, A. A., Nawaser, K., Sadeq
Khaksar, S. M., & Kamalian, A. R. (2011). The Relationship Between
Government Policy And The Growth Of Entrepreneurship In The Micro, Small &
Medium Enterprises Of India. Journal Of Technology Management &
Innovation, 6(1), 66�76. Google Scholar
Jufrida, F., Syechalad, M. N., & Nasir,
M. (2016). Analisis Pengaruh Investasi Asing Langsung (Fdi) Dan Investasi Dalam
Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal Perspektif Ekonomi
Darussalam, 2(1), 54�68. Google Scholar
Kambono, H., & Marpaung, E. I. (2020).
Pengaruh Investasi Asing Dan Investasi Dalam Negeri Terhadap Perekonomian
Indonesia. Jurnal Akuntansi Maranatha, 12(1), 137�145. Google Scholar
Lointier, M., Truc, P., Drapeau, L., Nanga,
S., & Tarek, M. (2001). Methodologie De Determinanon De Zones Arisque De
Maladie Du Sommeil En Cote D�ivoire Par Approche Spatialisee. Med. Trop,
61, 390�396. Google Scholar
Mahzalena, Y., & Juliansyah, H. (2019).
Pengaruh Inflasi, Pengeluaran Pemerintah Dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Indonesia. Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 2(1),
37�50. Google Scholar
Mankiw, N. G. (2006). The Macroeconomist As
Scientist And Engineer. Journal Of Economic Perspectives, 20(4),
29�46. Google Scholar
Nachrowi, N. D., & Usman, H. (2005).
Penggunaan Teknik Ekonometri: Pendekatan Populer Dan Praktis Dilengkapi Teknik
Analisis Dan Pengolahan Data Dengan Menggunakan Paket Program Spss. Edisi
Revisi, Pt Rajagrafindo Persada, Jakarta. Google Scholar
Pridayanti, Y. (2013). Pengaruh Minuman
Ringan Kemasan Gelas Terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus Musculus).
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Puspita, T., & Ghozali, I. (2011). Analisis
Faktor�Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham Pada Saat Initial
Public Offering (Ipo) Di Bursa Efek Indonesia Periode 2005�2009.
Universitas Diponegoro. Google Scholar
Rafiq, S., Salim, R., & Nielsen, I.
(2016). Urbanization, Openness, Emissions, And Energy Intensity: A Study Of
Increasingly Urbanized Emerging Economies. Energy Economics, 56,
20�28. Google Scholar
Sukirno, S. (2011). Makroekonomi Teori
Pengantar Edisi Ketiga, Jakarta. Rajawali Pers. Google Scholar
Sulistiawati, S., Sundari, M. S., &
Setyaningrum, I. (2019). Analisis Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman
Modal Dalam Negeri, Dan Ekspor Total Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Calyptra,
7(2), 4203�4216. Google Scholar
Sutawijaya, A. (2010). Pengaruh Ekspor Dan
Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1980-2006. Jurnal
Organisasi Dan Manajemen, 6(1), 14�27. Google Scholar
Tria, L. (2018). Salute E Lavoro: Al
Tempo Della Gig-Economy. Key Editore. Google Scholar
Varlina, I., & Amar, S. (2019).
Pengaruh Investasi Asing (Fdi), Konsumsi Rumah Tangga, Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Perekonomian Indonesia. Jurnal Kajian Ekonomi Dan Pembangunan, 1(2),
263�272. Google Scholar
Wihda, B. M., & Poerwono, D. (2014).
Analisis Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (Pmdn), Penanaman Modal Asing
(Pma), Pengeluaran Pemerintah Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Di Yogyakarta (Tahun 1996�2012). Diponegoro Journal Of Economics, 3(1),
210�221. Google Scholar
Winarni, E., Ahmad, A. A., & Suharno,
S. (2020). Pengaruh Investasi Dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2),
447�450. Google Scholar
Copyright holder : Karinina Zahruli
Sundusiyah, Wiwin Priana dan Muhammad Wahed (2021) |
First publication right : Journal Syntax
Admiration |
This article is licensed under: |