Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 2
No. 5 Mei 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PERAN GURU DALAM PEMBENTUKAN ADAB PADA PESERTA DIDIK DALAM MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM
Muhammad Rafliyanto, Alharis Muhammad Yusuf, dan Jihan Alfiatus Solihah
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa
Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], dan [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 5 Mei 2021 Direvisi 10 Mei 2021 Disetujui 15 Mei 2021 |
Current education problems are not only concerned
with the problems of the nation's children who are still illiterate. The
issue of degradation of behavior, manners, morality and national character is
of particular concern that must be resolved. This study aims to foster and
develop adab towards students in improving the
quality of Islamic education in Islamic education management. This research
is for the development and development of adab to
students in improving the quality of Islamic education in islamic
education management. This research method qualitative research method, in
this study method library (library research). The findings in this literature
study show that adab and morality are two important
components that should be supplied by each student. Even in some literature
which educators are also good in the process to the end. One of the leading
scholars, Imam Ibn Qayyim (may Allaah
have mercy on him), said that, "The purpose of adab
in the human being is good morals." Thus it has
become an obligation for every student who wants knowledge in order to
achieve the success dreamed should be bergai with
good adab, it could be from internal and
institutional Islamic education. ABSTRAK Persoalan pendidikan
sekarang ini tidak hanya berkutat
pada permasalahan anak bangsa yang masih buta huruf. Persoalan
degradasi tingkah laku, adab, akhalaq
dan karakter bangsa menjadi perhatian khusus yang harus diselesaikan. Penelitian ini bertujuan untuk pembinaan dan pengembangan adab terhadap peserta didik dalam meningkatkan
mutu kualitas pendidikan islam di dalam manajamen pendidikan Islam. Penelitan ini memakai metode
penelitian kualitatif, dimana di dalam penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research). Temuan pada penelitian
kepustakaan ini menunjukkan bahwa adab dan akhlak adalah dua komponen
penting yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik. Bahkan dalam beberapa literatur yang dijelaskan seorang pendidik juga harus memiliki adab yang baik dalam proses pembelajaran. Salah satu ulama terkemuka Imam Ibn Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa, �tujuan dibentuknya adab di dalam diri seorang manusia adalah terciptanya akhlak yang baik.� Maka demikian
itu sudah menjadi kewajiban bagi setiap peserta
didik yang ingin menuntut ilmu guna mencapai kesuksesan yang diimpikan hendaknya disertai dengan adab yang baik, karena demikian itu dapat meningkatkan kualitas dari internal maupun eksternal kelembagaan pendidikan Islam. |
Keywords: Islamic education; alternative education; public
schools Kata Kunci: pendidikan Islam; pendidikan
alternatif; sekolah umum |
Pendahuluan
Pendidikan karakter merupakan sebuah gerakan bersama dan
disengaja untuk memperoleh ekosistem pendidikan yang ramah secara adab dan
etika (Rosada & Albertus, n.d.).
Karakter yang merupakan ciri khas dari setiap manusia itu terbentuk dari
norma-norma yang diyakini sebagai landasan untuk menciptakan moral yang baik
dan bertindak dengan sopan santun. Karakter merupakan kunci untuk mengatasi
berbagai macam krisis multidimensional yang terjadi selama ini. Proses
pembentukan karaker yang baik dapat dilakukan dengan bimbingan spiritual yang
baik dan mendalam, serta dengan menggunakan teori dan praktek (Maya, 2017).
�� Karakter
merupakan identitas bagi setiap negara. Negara manapun itu pasti memiliki etika
dan karakter yang berbeda-beda. Namun, ketika sebuah bangsa memiliki sikap dan
karakter yang baik dan kuat, maka negara tersebut akan menjadi negara yang
beradab karena memiliki penduduk yang menjunjung tinggi nilai adab tersebut.
Adian Husaini dalam bukunya �Pendidikan Islam: Mewujudkan Generasi Gemilang
Menuju Negara Adidaya 2045� menukilkan pendapat yang dikemukakan oleh Al Imam
Ibnu Mubarak rahimahullah, beliau menyatakan, �Jika aku diceritakan tentang
seorang yang memiliki ilmu generasi terdahulu dan yang akan datang, aku tidak
menyesal jika tidak sempat berjumpa dengannya. Namun jika aku mendengar ada
seorang yang memiliki kepribadian karakter yang baik (adab yang baik), aku
sangat berharap bisa berjumpa dengannya dan akan sangat menyesal jika aku tidak
sempat berjumpa dengannya.� (Husaini, 2018).
�� Salah satu yang
menjadi variabel nilai negara itu beradab atau tidak adalah dengan tidak
terlalu memuja secara berlebihan, seperti memuja simbol-simbol negara, bendera
negara, lambang negara, dan lain-lain. Hal tersebut juga diungkapkan oleh salah
satu guru bangsa Indonesia yang dikenal cerdas dalam berdiplomatik, juga salah
satu cendikiawan muslim terbesar Indonesia, beliau adalah Haji Agus Salim
rahimahullah. Dalam artikel yang ditulis beliau rahimahullah berjudul �Cinta
Bangsa dan Tanah Air,� sebagaimana juga dikutip oleh Adian Husaini yang seolah-olah
kata �Nusantara�
ini ditempatkan sebagai makna �Tuhan�.
Menurutnya dalam mengimplementasikan bentuk cinta tanah air yaitu dengan
menunjukkan cinta kasih sayangnya melebihi benda dan rupa di dunia ini. Cinta
kepada yang memiliki hak dan keadilan di dunia ini, yaitu cinta kepada Allah SWT tanpa menyekutukannya (Husaini, 2020).
�� Islam sebagai
agama yang menjunjung tinggi nilai adab sudah memproklamirkan itu sejak zaman
para Nabi dan Rasul, bahwa yang paling penting dalam pembentukan umat yang baik
dan terciptanya masyarakat madani adalah tingginya nilai tentang adab dan
akhlak. Bahkan, Rasulullah SAW menyatakan bahwa nilai tentang adab dan akhlak
termasuk karakter yang wajib dimiliki oleh setiap ummat muslim, dan karakter
itu sangat tinggi derajatnya, bisa menambah timbangan kebaikan di hari kiamat
nanti. �Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin
selain akhlak yang baik. Sungguh, Allah membenci orang yang berkata keji dan
kotor� (H.R At Tirmidzi).
�� Seperti kisah
yang sudah masyhur dikalangan para ulama, yaitu bagaimana kisah Nabi Musa A.S
ketika menyampaikan sebuah risalah kepada Fir�aun. Kemudian turun firman Allah SWT yang artinya, �Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut.� (Q.S Thaha : 44). Dalam
kitab tafsir As-Sa�di, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa�di R.A menjelaskan
ayat ini bahwa sampaikanlah risalah ini dengan lembut dan beradab, tidak
mengada-ada, dan tidak keras dalam berucap dan tidak kasar sikapnya. Ucapan
yang lembut dapat membuat orang lain menerima, sedangkan ucapan yang keras
dapat membuat orang lain semakin menjauh. Itulah karakter yang dibentuk oleh
Nabi Musa A.S dalam menyampaikan kebenaran terhadap Fir�aun, yaitu adab dan
akhlak.
�� �Proses pembentukan karakter yang baik bagi setiap umat
manusia, terlebih lagi kepada peserta didik harus membutuhkan proses dan
didampingi oleh seorang guru atau muaddib. Menjadikan guru sebagai pembimbing
utama dalam proses pembentukan karakter terhadap peserta didik merupakan sebuah
anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. Seorang guru adalah agent of change-nya dari
sebuah bangsa. Pendidikan karakter yang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia
harus menyentuh aspek guru. Kualitas yang dimiliki oleh setiap tenaga pendidik
pasti berbeda-beda dan tidak semua mempunyai metode belajar yang sama. Tetapi,
seorang guru yang memiliki karakter yang baik akan menularkan kebaikan kepada
muridnya. Sebaliknya, jika seorang guru tidak menampilkan karakter yang baik
dan itu dilihat oleh peserta didiknya, maka muru�ah yang dimiliki guru tersebut
akan jatuh (Suriansyah & ., 2015).��
Doni Koesoeman Albertus dalam bukunya Pendidikan Karakter
Berbasis Kultur Sekolah mengemukakan bahwa kunci daripada pendidikan karakter
ini adalah di budaya sekolah, jika kita berbicara tentang pendidikan karakter
utuh dan menyeluruh. Kultur sekolah mempengaruhi bagaimana para guru memimpin,
guru mengajar, peserta didik belajar dan bagaimana menyatukan relasi antara
guru dengan peserta didik agar menjadi harmonis. Guru sebagai pemeran utama
dalam pembentukan karakter dari para peserta didik harus paham dengan kondisi
yang dimiliki oleh setiap peserta didiknya (Rosada & Albertus, n.d.).
Mendidik peserta didik, terlebih lagi dalam menanamkan nilai-nilai karakter
yang baik, adab yang baik bukanlah suatu perkara yang mudah, harus dengan niat
serta sikap ikhlas yang tulus, karena seorang peserta didik itu seperti halnya
ranting pohon, semakin keras kita mencoba untuk meluruskannya maka akan ranting
itu akan patah, tetapi jika dengan sikap tenang, lemah lembut, maka semoga itu
bisa meluruskan ranting pohon itu. Sudah saatnya bagi para guru untuk berperan
aktif dalam pembentukan adab dan karakter peserta didik, maka pemerintah juga
harus membantu meningkatkan kualitas orang tua dan guru sebagai tenaga pendidik
profesional, bukan sekedar pengajar professional (Husaini, 2020).
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kepustakaan terkait pembentukan adab terhadap peserta
didik dalam manajemen pendidikan islam. Manajemen pendidikan islam merupakan proses pengelolaan lembaga pendidikan islam berdasarkan ajaran agama islam. Manajamen berguna untuk meningkatkan mutu dan kualitas berbagai kelembagaan, baik itu memiliki
latar belakang keagamaan atau formal. Penulis melakukan penelitian kepustakaan terhadap literatur-literatur yang
sesuai dengan judul penelitian dan metode yang sesuai dengan kemampuan penulis. �
Artikel ini disusun untuk memaparkan peran guru dalam
pembentukan karakter peserta didik dalam manajemen pendidikan islam.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode pendekatan secara kualitatif, jenis studi pengumpulan pustaka (library research), dengan
cara menghimpun dan mengumpulkan berbagai data dari pustaka berupa
beberapa referensi yang mempunyai korelasi dengan penelitian ini, �Problematika Adab Dalam Pendidikan Islam di
Indonesia�, dengan menganalisa
pola jenis historis. Penelitian ini memiliki fokus
kepada peristiwa-peristiwa
yang sudah lama berlalu dan
melakukan rekontruksi masa lalu dengan menggunakan
sumber data atau narasumber sejarah yang masih ada hingga
saat ini. Kemudian peneliti akan mencari sumber-sumber
yang terkait dengan sejarah adab dan sejarah pendidikan Indonesia dengan menggunakan metode historiografi untuk mengkaji sejarah adab dalam
perkembangan pendidikan Islam
di Indonesia secara luas
dan objektif (Razak et al., 2017).
A. Manajemen Karakter (Adab) Peserta Didik
Penanaman pendidikan akhlak adab, dan nilai-nilai karakter pada peserta didik sangat penting dalam suatu
pembelajaran, baik dalam ligkup pendidikan formal
maupun non formal. Dengannya, diperlukan sebuah sistem atau tatanan yang mampu
mengorganisir setiap langkah dan tahapan yang digunakan dalam menjalankan suatu
tujuan. Langkah-langkah yang digunakan untuk mengatur sesuatu agar tersistem
dengan baik dan cara untuk mencapai sebuah tujuan yang didambakan disebut Manajemen (Annas, 2017). Dalam hal ini, manajemen
diimplementasikan dalam proses pendidikan adab peserta didik dalam
pembelajaran. Jadi, Manajemen adab ialah langkah, tahapan, cara yang dirancang
secara sistematis untuk menanamkan, menumbuhkan dan membiasakan nilai-nilai
karakter (adab) pada diri peserta didik.
Lingkup sekolah, sebuah manajemen
nilai-nilai adab bisa terealisasikan apabila seluruh sumber daya yang bergerak didalamnya saling
bekerjasama dalam menjalankan misi tersebut. Guru memang menjadi penggerak
utama dalam pembinaan, pemberian bimbingan dan pengajaran dalam aktivitas
belajar siswa. Namun, pemberian keteladanan, pemahaman dan pendidikan harus
ditopang seluruh warga sekolah termasuk para stakeholder yang bekerja
disekolah. Sebab, pendekatan kebiasaan atau habitus adalah langkah yang tepat
dalam sebuah manajemen adab peserta didik (Katni & Laksana, 2020).�
Nilai-nilai adab yang dibentuk berupa penguatan keyakinan, norma,
nilai-nilai karakter pendidikan dan akhlak. Dalam ajaran
Islam, landasan akhlaq terdapat di Al-Qur�an dan Sunnah (Yusuf, 2015). Apa-apa yang di perintahkan oleh Allah didalam kitabNya pastilah baik dan berbuah baik. Begitupun sebaliknya, yang menjadi larangan berarti akan membawa mudhorot
bagi manusia. Penanaman adab, akhlaq, karakter siswa diawali dengan menciptakan lingkungan yang kondusif dan nyaman di dalam
kelas. Begitu pula di luar kelas agar tercipta pendidikan
yang efektif dan efisien. Kemudian, mengimplementasikan langkah-langkah dalam
manajemen adab peserta didik, antara lain:
1.
Tahap Perencanaan
Merupakan tahapan awal sebelum seluruh elemen sekolah menjalankan tugas dan
kewajiban masing-masing. Proses perencanaan dilakukan dengan mengadakan proses
musyawarah bersama Kepala Sekolah, Dewan Guru, Staf dan Komite Sekolah.
Membahas terkait rancangan sistem, perumusan nilai-nilai, dan tata cara pelaksanaannya sesuai kapasitas atau posisi
(jabatan) masing-masing. Rumusan nilai-nilai adab ditinjau dari segi kegiatan
meliputi tujuannya apa, substansi kegiatan seperti apa, pelaksana dan penanggung
jawabnya siapa, mekanisme pelaksanaan, tempat, waktu dan fasilitas yang
digunakan seperti apa. Misalkan, dalam pembiasaan adab di ranah perilaku
sosial, siswa dibiasakan untuk 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun).
Mekanisme pelaksanaanya, sekolah memasang poster terkait kampanye 5S di
lingkungan sekolah, para warga sekolah wajib saling mengingatkan dan memberi
pemahaman terkait adab 5S.
2.
Tahap Pengorganisasian
Fungsi Manajemen selanjutnya, melakukan penataan terorganisir dalam suatu
sistem. Pemberian tugas dan tanggung jawab kepada seluruh warga sekolah.
Komunikasi, kerjasama, tanggung jawab dengan tugas masing-masing sangat
diperlukan dalam keberhasilan tahapan ini. Kegiatan yang di susun dengan baik
maka akan menghasilkan buah yang manis. Seperti yang dikatakan oleh (Ningrum & Sobri, 2015) bahwa suatu kegiatan dapat berjalan
dengan sukses apabila tercipta dukungan yang baik dari seluruh komunitas dalam
organisasi tersebut. Tentu dalam tahap pengorganisasian, guru diamanahi tugas
yang lebih daripada sumber daya sekolah yang lain. Sebab, guru memegang peran
dalam mendidik peserta didik didalam kelas.
3.
Tahap Pelaksanaan
Pada tahapan ini, merupakan implementasi dari semua persiapan-persiapan
yang sudah di rancang sebelumnya. Sekolah merupakan sarana atau lembaga yang
mengolah, mendidik dan mengajarkan pendidikan pada peserta didik dengan
berlandaskan pada nilai-nilai. Lembaga ini dengan seluruh sumber daya yang ada
bergerak untuk mengontrol pola tingkah laku, pola pikir, pola pendidikan
manusia didalamnya (Isnaini, 2018). Dengan tujuan untuk melahirkan
generasi yang mampu mencapai kedewasaan diri, kematangan intelektual dan
kesempurnaan adab (perilaku) sehingga dapat menjalankan kehidupan sosial
dimasyarakat kelak.
Proses pendidikan adab seseorang dapat dikatakan dipengaruhi oleh
proses-proses belajar yang ia dapat yakni apa-apa yang ia lihat, rasakan,
biasakan (habitus), kondisi lingkungan dan siapa yang menjadi teladan.
Singkatnya, dalam keberhasilan pendidikan adab peserta didik sekolah harus
memberikan, menciptakan lingkungan yang baik, memberikan keteladanan yang baik
dan membentuk kebiasaan-kebiasaan yang baik bagi peserta didik dan warga
sekolah lainnya.��
4.
Tahap Evaluasi
Tahapan terakhir yang mana disebut juga tahap menilai hasil. Pada fungsi
manajemen ini, seluruh sumber daya sekolah akan mengevaluasi hasil kerjanya
masing-masing. Apakah sudah mampu merealisasikan seluruh rencana yang ada,
apakah sudah mencapai tujuan yang diharapkan, apakah menemui kendala dan lain
sebagainya. Proses evaluasi adalah refleksi bagi seluruh penggerak pendidikan
untuk menilai dan mengapresiasi hasil kerja serta untuk bahan pengembangan pada
proses-proses pendidikan selanjutnya (Hambali, 2016).
Mengontrol� serta� menjaga�
baik-baik� adab (perilaku)� siswa�
yang� sesuai berarti� dapat dikatakan sebagai bentuk pencegahan terhadap
terjadinya perilaku siswa yang tidak sesuai. Seorang guru dapat melakukan suatu
pengawasan� sebagai bentuk pencegahan. Tindakan pencegahan� ini� merupakan�
salah� satu�� indikator keberhasilan� dalam� pengelolaan� kelas.�
Untuk� itulah� guru� harus� sigap dalam menentukan langkah-langkah yang akan diambil
secara efektif dan efisien (Hasibuan et al., 2018).
Pada akhirnya manajemen adab seorang anak
atau peserta didik memerlukan kontribusi dari seluruh sumber daya di sekolah
maupun di luar sekolah. Selain guru menjadi pengendali utama disekolah. Orang
tua menjadi madrasah utama dan pertama dalam pembentukan adab seorang anak.
Orang tua yang mengajarkan dan mebiasakan anak-anaknya dalam perilaku yang baik
akan memudahkan guru-guru mereka menyempurnakan adab dan intelektual peserta didik.
B. Peran Guru dalam Membentuk Adab Siswa
Pahlawan yang disebut guru adalah seorang yang mempunyai suatu kekhususan untuk merangkai suatu program pembelajaran, di lain sisi juga dapat mengelola kelas agar siswa mampu belajar yang nantinya dapat menuju tingkat kedewasaan yang menjadi final dari proses pendidikan (Ni�mah, 1390). Dalam menjalankan kewajibannya, guru harus mempunyai totalitas ketika menjalankan segala hal yang akan diajarkan pada siswa yang tidak terbatas hanya di ruang kelas semata.
Totalitas yang di miliki oleh seorang guru yakni tidak terlepas melalui sudut pandang keseharian siswa. Yang berarti secara tidak langsung siswa mengevaluasi akhlak gurunya yang didasari tentang bagaimana cara guru mengembangkan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui sudut pandang siswa, siswa akan memahami seperti apa seorang guru bisa berperan sebagai suri tauladan dengan mengajarkan kepribadian dan nilai moral (akhlak mulia), seperti kejujuran, kepercayaan, keadilan, rasa hormat, dan tanggung jawab (Dimyati et al., 2018).
Ketika berusaha menciptakan pembinaan akhlak mulia kepada siswa, sebaiknya tetap merujuk melalui prinsip yang sering dijalankan serta diajarkan oleh Rasulullah SAW, disaat menanam rasa iman dan akhlak kepada siswa. Prinsip tersebut menurut Abdul Majid (2008: 131-132), antara lain adalah:
1. Motivasi yang bisa tampak pada setiap tutur kata serta perangai Rasulullah SAW, semua hal tersebut terdapat motivasi serta dorongan yang kuat untuk berbuat kebajikan serta meninggalkan keburukan.
2. Memberikan pelajaran sebaiknya terfokus kepada suatu masalah yang diberikan, agar siswa dapat memahami apa yang disampaikan.
3. Rutin menyampaikan pengulangan materi yang dikira penting untuk disampaikan agar siswa dapat lebih mengingat dengan baik.
4. Menyampaikan analogi secara langsung agar siswa bisa meningkatkan potensi pola pikirnya, agar tampak kesadaran dan berkonsentrasi serta menjalankan introspeksi diri masing-masing.
5. Mengamati berbagai ragam siswa, yang berarti guru harus berusaha mengamati keadaan beragaman siswa, maka dari itu guru mampu menyiapkan dan memfasilitasi kebutuhan siswa sebagai acuan dasar.
6. Mengamati tiga tujuan akhlak (kognitif, emosional dan kinetik).
7. Mengamati tumbuh kembang siswa.
8. Meningkatkan kreativitas siswa melalui pengajuan beberapa butir pertanyaan agar dapat mengerti pemahaman serta tanggapan siswa mengenai apa saja yang sudah diterangkan.
9. Bergaul bersama siswa dan masyarakat serta tidak menyendiri dalam berbagai kegiatan seperti gotong royong, musyawarah, dan lain-lain.
10. Diharapkan setiap akan mengawali pelajaran dimulai dengan berdo�a memulai kegiatan pembelajaran, lalu diakhiri juga dengan berdoa kepada Allah SWT, berharap akan selalu memperoleh ilmu yang bermanfaat serta barokah.
11. Menjadi suri tauladan antara ucapan dan perbuatan yang berarti guru harus dapat mengaplikasikan apa yang disampaikan kepada siswa sebagai teladan bagi siswa dengan niat yang ikhlas serta tulus hanya untuk mengharapkan rahmat hidayat serta balasan dari Allah SWT.
Pandangan guru ketika membina serta mendidik suatu bentuk kehidupan beragama di lingkungan sekolah dapat memberikan pengaruh positif ketika membentuk akhlak remaja. Guru Islam mempunyai peran yang penting untuk� membentuk akhlak remaja, karena guru yakni sebagai sosok pahlawan yang memiliki wibawa serta dihormati oleh anak.
Guru diharapkan dapat membentuk siswa agar menjadi manusia yang manusiawi yang mencakup hubungan manusia pada Tuhan, hubungan manusia pada manusia lainnya sebagai makhluk sosial, serta hubungan manusia pada lingkungan sekitar. Guru juga dituntut untuk mengamati kebutuhan pengembangan aspek kesehatan jasmani, sehingga terciptanya akhlak mulia siswa, yang seimbang antara kebutuhan dunia dan akhirat, sesuai dengan Firman Allah swt. (QS. Al-Qashash: 77) yang artinya: �Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan�.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Kualitas baik dan buruknya suatu Negara dilihat dari karakter bangsa
mereka. Memperbaiki karakter, adab, akhlaq dan moral bangsa menjadi kunci utama
suatu peradaban umat manusia. Seorang
peserta didik haruslah pandai secara inteletual dan beradab. Dalam ranah pendidikan di sekolah guru
harus mempunyai totalitas ketika menjalankan segala hal yang akan diajarkan
pada siswa yang tidak terbatas hanya di ruang kelas semata. Mengajarkan �Menjadi suri tauladan antara ucapan dan
perbuatan, yang berarti guru harus dapat mengaplikasikan apa yang disampaikan
kepada siswa sebagai teladan bagi siswa dengan niat yang ikhlas serta tulus
hanya untuk mengharapkan rahmat hidayat serta balasan dari Allah swt.
Guru dalam pendidikan Islam mempunyai peran yang penting
untuk membentuk akhlak remaja, karena Guru yakni sebagai sosok pahlawan yang
memiliki wibawa serta dihormati oleh anak. Guru diharapkan dapat membentuk
siswa agar menjadi manusia yang manusiawi yang mencakup hubungan manusia pada
Tuhan, hubungan manusia pada manusia lainnya sebagai makhluk sosial, serta
hubungan manusia pada lingkungan sekitar. Agar kewajiban tersebut terlaksana,
maka ditempuh dengan sistem manajemen sekolah, manajemen sumberdaya dan peserta
didik yang baik. Sehingga, tujuan pembentukan pendidikan adab peserta didik
dapat tercapai dengan efektif dan efesien.
BIBLIOGRAFI
Annas, A. N. (2017). Manajemen Peserta
Didik Berbasis Kecerdasan Spiritual Pendidikan Islam. Tadbir: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 5(2), 132�142. Google Scholar
Dimyati, M., Komarudin, M., Susanto, E.,
& Purwanto, J. (2018). The Capabilities Of Sports Education Teachers In
Making Character Oriented Lesson Plans And Learning Practices. 2nd
Yogyakarta International Seminar On Health, Physical Education, And Sport
Science (Yishpess 2018) And 1st Conference On Interdisciplinary Approach In
Sports (Cois 2018), 190�193. Google Scholar
Hambali, M. (2016). Manajemen Pengembangan
Kompetensi Guru Pai. J-Mpi (Jurnal Manajemen Pendidikan Islam), 1(1).
Https://Doi.Org/10.18860/Jmpi.V1i1.3229 Google Scholar
Hasibuan, A. A., Syah, D., & Marzuki,
M. (2018). Manajemen Pendidikan Karakter Di Sma. Tarbawi: Jurnal Keilmuan
Manajemen Pendidikan, 4(02), 191.
Https://Doi.Org/10.32678/Tarbawi.V4i02.1230 Google Scholar
Husaini, A. (2018). Pendidikan Islam:
Mewujudkan Generasi Gemilang Menuju Negara Adidaya 2045: Kompilasi Pemikiran
Pendidikan. Yayasan Pendidikan Islam At-Taqwa. Google Scholar
Husaini, A. (2020). Filsafat Ilmu:
Perspektif Barat & Islam. Gema Insani. Google Scholar
Isnaini, R. L. (2018). Penguatan Pendidikan
Karakter Siswa Melalui Manajemen Bimbingan Dan Konseling Islam. Manageria:
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1), 35�52.
Https://Doi.Org/10.14421/Manageria.2016.11-03 Google Scholar
Katni, K., & Laksana, S. D. (2020). Model
Manajemen Pendidikan Adab Anak Usia Pendidikan Dasar Di Min Demangan Madiun
Jawa Timur Indonesia. Google Scholar
Maya, R. (2017). Esensi Guru Dalam
Visi-Misi Pendidikan Karakter. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 2(03).
Google Scholar
Ni�mah, D. H. (1390). Relasi Guru Dengan
Murid Prespektif Kh. Hasyim Asy�ari Dalam Kitab Adab Al-�Alim Wa Al-Muta�allim.
Relasi Guru Dengan Murid Prespektif Kh. Hasyim Asy�asri Dalam Kitab Adab
Al-�Alim Wa Al-Muta�allim, Februari. Google Scholar
Ningrum, E. S., & Sobri, A. Y. (2015).
Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar. Jurnal Manajemen Pendidikan,
24(5), 416�423. Google Scholar
Razak, F. Z. B. A., Bakar, A. A., &
Abdullah, W. S. W. (2017). How Perceived Effort Expectancy And Social Influence
Affects The Continuance Of Intention To Use E-Government. A Study Of A
Malaysian Government Service. Electronic Government, An International
Journal, 13(1), 69�80. Google Scholar
Rosada, A., & Albertus, D. K. (2019). Pendidikan
Multikultural: Strategi Mengelola Keberagaman Di Sekolah. Pt Kanisius. Google Scholar
Suriansyah, A., & . A. (2015). Strategi
Kepemimpinan Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Dan Masyarakat Dalam Membentuk
Karakter Siswa. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 2(2), 234�247.
Https://Doi.Org/10.21831/Cp.V2i2.4828 Google Scholar
Yusuf, A. (2015). Pengertian Pendidikan
Karakter. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9),
1689�1699. Google Scholar
Copyright holder : Muhammad Rafliyanto,
Alharis Muhammad Yusuf, dan Jihan
Alfiatus Solihah (2021) |
First publication right : Journal Syntax
Admiration |
This article is licensed under: |