Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 2
No. 6 Juni 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
Ayu
Putri Islamiah, Wiwin Priana, Muhammad
Wahed
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa
Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 1 Juni 2021 Direvisi 10 Juni 2021 Disetujui 15 Juni 2021 |
The economy is again changing economic change. If
the actual total remuneration of the use of production factors in the year is
higher than the previous year, namely the growing sub-district. In other words,
if people's income in the year is still large from people's income in the
year, then it can be said that the economy will be exposed. The purpose of
this study is to analyze the influence of household consumption on economic
growth in Surabaya. Analyzing the influence of investment on economic growth
in Surabaya. Analyzing the influence of business on the economy in Surabaya.
The method in this study uses quantitative method, because this research
analyzes with numbers. Which data is the 20th data for this study. Which data is the 20th data for this study. The results of the analysis in which Household
Consumption ben positive and good to the Economic Economy of Surabaya. This
becomes, if Household Consumption is injured, then the Economic Economy of Surabaya
city will also be in a good direction. ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi
adalah proses perubahan kondisi ekonomi. Jika total remunerasi aktual penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih tinggi dari tahun
sebelumnya, dianggap perekonomian sedang tumbuh. Dengan kata lain, jika pendapatan aktual masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari
pendapatan aktual masyarakat pada tahun sebelumnya, maka dapat dikatakan perekonomian akan mengalami pertumbuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Surabaya. Menganalisa pengaruh
investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Surabaya. Menganalisa pengaruh
jumlah usaha terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya. Metode
dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Data yang digunakan
untuk penelitian ini adalah data sekunder. Data
yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder. Hasil analisis menunjukkan bahwa Konsumsi Rumah Tangga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota
Surabaya. Hal ini berarti,
jika Konsumsi Rumah Tangga mengalami peningkatan, maka Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya juga akan
mengalami peningkatan yang
signifikan. |
Keywords: economic growth;
household consumption, investment Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi; konsumsi rumah tangga, investasi |
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi
ekonomi.
Negara ini telah bergerak menuju keadaan yang lebih baik
untuk jangka waktu tertentu. Jika tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi dari
tingkat pada periode sebelumnya maka perkembangan perekonomian akan berubah (Gwijangge et al., 2018). Hal ini dikarenakan
pertumbuhan ekonomi memungkinkan perkembangan ekonomi di banyak daerah. Menurut
Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan jangka panjang dalam kemampuan
suatu negara untuk menyediakan berbagai barang ekonomi yang lebih luas kepada
penduduknya. Kemampuan ini tumbuh dengan kemajuan teknologi dan diperlukan
penyesuaian kelembagaan dan ideologis (Fau, 2018).
Karena kegiatan ekonomi dasar adalah proses pemanfaatan
faktor-faktor produksi untuk menghasilkan keluaran, maka proses ini pada
gilirannya akan menimbulkan aliran remunerasi bagi faktor-faktor produksi yang
dimiliki oleh masyarakat (Basri et al., 2010). Peningkatan
faktor produksi pemilik juga akan meningkat (Lumintang, 2013)
Jika total remunerasi aktual penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun
tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya, dianggap perekonomian sedang
tumbuh. Dengan kata lain, jika pendapatan aktual masyarakat pada tahun tertentu
lebih besar dari pendapatan aktual masyarakat pada tahun sebelumnya, maka dapat
dikatakan perekonomian akan mengalami pertumbuhan. Salah satu tolak ukur
terpenting untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah
dengan melihat produk domestik bruto (PDB).
PDB mencatat nilai pelindung barang dan jasa akhir yang
diproduksi oleh suatu perekonomian di suatu negara dalam satu tahun (Yuniandra et al., 2007). Tiga metode yang
dapat digunakan untuk menghitung PDB suatu negara, yaitu 1). metode pendapatan, 2) metode pengeluaran sebaiknya, 3) metode nilai tambah.
Salah satu tolak ukur terpenting untuk mengukur tingkat
pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah dengan melihat produk domestik bruto
(PDB).
Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh antara konsumsi rumah tangga, investasi,
dan jumlah usaha terhadap pertumbuhan ekonomi.
Surabaya merupakan ibu kota provinsi Jawa Timur, sekaligus
menjadi pusat perekonomian di Jawa Timur. Dilihat dari PDRB Kota Surabaya yang
setiap tahun mengalami peningkatan.
Gambar 1
�Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya
Sumber: BPS Kota Surabaya, 2021
Pertumbuhan ekonomi Surabaya berfluktuasi setiap tahun.
Pertumbuhan ekonomi �disebabkan oleh
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, antara lain pertumbuhan
konsumsi, investasi dan jumlah usaha. Tahun lalu, perekonomian Surabaya mampu
tumbuh dengan stabil sekitar 7% (7%). Laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi
dari Jawa Timur dan rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi Surabaya mulai
melambat pada tahun 2014 dan 2015 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6%. Penyebab
perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah ketidakstabilan ekonomi global. Tren
penurunan ini juga terjadi di Jawa Timur dan seluruh nusantara.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, perekonomian
Surabaya tumbuh sebesar 6,20% pada tahun 2018. Dilihat dari cara produksi,
wilayah usaha pelayanan kesehatan dan kegiatan kemasyarakatan mencapai pertumbuhan
tertinggi yaitu mencapai 7,81%. Diikuti oleh industri akomodasi dan katering
sebesar 7,80%, transportasi dan industri penyimpanan sebesar 7,56%. Berdasarkan metode
pengeluaran, segmen ekspor mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu segmen ekspor
sebesar 10,50%, diikuti segmen impor sebesar 9,45%, dan segmen pembentukan
modal tetap sebesar 6,36% (Anggoro, 2015).
Pada tahun 2018, tiga bidang usaha utama PDRB di Surabaya
adalah: perdagangan grosir dan eceran, industri bengkel mobil dan sepeda motor meningkat
27,94%, industri pengolahan meningkat 18,58%, akomodasi dan penyediaan makanan
dan minuman meningkat 15,95%. Sedangkan dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi
rumah tangga (PKRT) memberi kontribusi terbesar yaitu�� sebesar 58,69 persen, menyusul komponen
ekspor barang dan jasa sebesar 38,39 persen dan impor barang dan jasa sebesar
32,45 persen.
Secara nominal, PDRB Kota Surabaya tahun 2018 atas dasar
harga berlaku mencapai Rp. 554,59 triliun dan PDRB atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp. 387,33 triliun. Sektor yang sangat berperan dan dominan penyumbang PAD (Pendapatan Asli
Daerah) terbesar di kota Surabaya yaitu perdagangan, hotel dan restoran, dan
angkutan
atau transportasi. Menurut Pakar ekonomi
Universitas Airlangga Surabaya (UNAIR) Rudi Purwono kota Surabaya termasuk kota
yang menjanjikan untuk berinvestasi. Beliau mengatakan bahwa pertumbuhan dan
sarana infrastruktur turut menopang kota Surabaya sebagai kota jasa dan
perdagangan.
Beberapa para ahli telah mengemukakan faktor-faktor yang
menyebabkan meningkatnya pertumbuhan ekonomi salah satunya Keynes. Berdasarkan
pendekatan Keynes, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh peningkatan pengeluaran (Mankiw, 2006).
Salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurut pendekatan
Keynes yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga. Konsumsi sebagai indikator
kesejahteraan di beberapa wilayah. Di kebanyakan wilayah konsumsi rumah tangga
memberikan dampak kepada pendapatan. Di kebanyakan wilayah pengeluaran konsumsi
rumah tangga sekitar 60-75% dari pendapatan. Konsumsi rumah tangga juga berdampak dalam menentukan fluktuasi kegiatan dari satu
periode ke periode lainnya. Dalam jangka panjang pengaruh konsumsi rumah tangga
dan tabungan masyarakat sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi (Gadeng, 2011). Semakin tinggi tingkat
pengeluaran konsumsi rumah tangga, semakin rendah penghasilan rumah tangga.
Investasi merupakan suatu pembelian barang-barang modal
dan peralatan produksi untuk meningkatkan suatu perekonomian di masa depan (Gadeng, 2011). Investasi juga
merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dengan adanya
investasi yang bertujuan untuk pembelian barang-barang dan jasa akan dapat
meningkatkan PDRB riil dan akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
Kota surabaya sebagai pusat perekonomian di Jawa Timur,
dimana banyak perusahaan baik skala global maupun nasional yang beroperasi di
Surabaya. Maka dari itu dengan banyaknya sejumlah unit usaha yang berkembang
dari tahun ke tahun di Surabaya juga dapat mempengaruhi pertumbuhan PDRB.
Menurut teori Schumpeter, kemajuan perekonomian sangat ditentukan oleh adanya
pengusaha. Pengusaha �yang unggul akan
menciptakan suatu produksi yang unggul juga. Semakin bertambahnya jumlah
produksi akan mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di suatu wilayah. Hal ini
dibuktikan adanya penelitian dari (Robiani, 2005) bahwa nilai tambah sektor industri berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan. Berikut Grafik Pertumbuhan Ekonomi,
Konsumsi Rumah Tangga, Investasi, dan Jumlah Usaha di Kota Surabaya periode 2014-2018.
Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya,
maka yang menjadi tujuan umum penelitian adalah untuk
menganalisa pengaruh konsumsi rumah tangga terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya. Menganalisa pengaruh investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya. Menganalisa pengaruh jumlah usaha terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis di Kota Surabaya. Pemilihan Kota Surabaya ini didasarkan pertimbangan bahwa Kota Surabaya merupakan ibu kota Provinsi Jawa Timur. Selain itu Surabaya juga menjadi pusat perekonomian di Jawa Timur. Dengan pertimbangan tersebut maka penulis tertarik meneliti mengenai pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya dengan variabel pendukung yaitu konsumsi rumah tangga, investasi, dan jumlah usaha.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Utama, 2013)
yang mengemukakan penelitian
kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan
data, penafsiran terhadap
data tersebut, serta penampilan hasilnya.
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur dalam suatu
skala numerik (angka), dan biasanya menggunakan sampel yang lebih banyak, serta
menggunakan pertanyaan atau observasi terstruktur (Kuncoro, 2003).
Data
yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh dari peneliti dari
subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Azwar, 2000). Penggunaan data pada penelitian ini meliputi variabel
terikat yaitu pertumbuhan ekonomi dan variabel bebas yaitu konsumsi rumah tangga, investasi
(PMDN dan PMA) dan unit usaha. Dalam
penelitian ini data yang digunakan meliputi data, yakni: 1) pertumbuhan PDRB di kota Surabaya (20010-2019), 2) konsumsi
Rumah Tangga di kota Surabaya (2010-2019), 3) total Investasi
di Kota Surabaya (2010-2019). 4). Jumlah Unit Usaha
di kota Surabaya (2010-2019).
Teknik
pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian adalah dengan menggunakan
metode studi pustaka, yaitu metode mempelajari dan menganalisis buku-buku jurnal dan data-data olahan. Pengumpulan dengan metode seperti ini bertujuan untuk
mendapatkan data yang akurat
dan relevan. Data yang digunakan
berasal dari data sekunder Disperindag Kota
Surabaya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya, Dinas Penanaman Modal (DPM) Kota
Surabaya, dan sumber-sumber kepustakaan
lain yang terkait dengan penelitian ini.
A. Hasil Penelitian
1. Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Tabel 1
Statistik Deskriptif Variabel
Penelitian
Variabel |
Minimum |
Maximum |
Mean |
SD |
Pertumbuhan Ekonomi (Y) |
5,79 |
7,58 |
6,5210 |
0,65954 |
Konsumsi Rumah Tangga
(X1) |
18,78 |
19,29 |
19,0500 |
0,17237 |
Investasi (X2) |
18,02 |
18,54 |
18,2900 |
0,17327 |
Jumlah Usaha (X3) |
4,98 |
5,76 |
5,3350 |
0,19449 |
Sumber: Hasil Olah Data Statistik Deskriptif, 2021
Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan oleh yang berikut:
1) Pertumbuhan ekonomi rata-rata (Y) dari 6.5210, nilai minimum 5,79, nilai maksimum 7,58, dan standar deviasi 0,65954 dengan jumlah pengamatan (n) dari 10. Nilai rata-rata pertumbuhan ekonomi (Y) mendekati Nilai deviasi standar 0,65954, sehingga ketidakteraturan data pertumbuhan ekonomi rendah (Y).
2) Konsumsi rumah tangga rata-rata (X1) adalah 19.0500, nilai minimum 18,78, nilai maksimum 19.29, dan standar deviasi 0,17237 dengan jumlah pengamatan (n) dari 10. Nilai konsumsi rata-rata rumah tangga (X1) cukup Dekat dengan nilai deviasi standar 0,480, dengan demikian penyimpangan dalam data konsumsi rumah tangga (X1) cukup rendah.
3) Rata-rata investasi (X2) sebesar 18.2900, nilai minimum 18.02, nilai maksimum 18,54, dan standar deviasi 0,221278 dengan jumlah pengamatan (n) dari 10. Nilai investasi rata-rata (X2) hanya mendekati standar Nilai deviasi 0,17327, sehingga deviasi data investasi (X2) cukup rendah.
4) Jumlah rata-rata bisnis (x3) adalah 5.3350, nilai minimum 4,98, nilai maksimum 5,76, dan standar deviasi 0,19449 dengan sejumlah pengamatan (n) dari 10. Nilai rata-rata jumlah bisnis ( X3) Mendekati nilai deviasi standar 0,19449 sehingga deviasi data dalam bisnis rendah (X3).
b. Pengujian Asumsi Klasik
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau dekat dengan normal (Ghozali et al., 2016). Untuk menguji normalitas, dapat menganalisis nilai tes Smirnov Kolmogorov. Dasar pengambilan keputusan adalah, jika nilai probabilitas >0,05, model regresi memenuhi asumsi normalitas, model regresi memenuhi asumsi normalitas dan sebaliknya. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov
Smirnov Test
Variabel |
Sig. |
Nilai Kritis |
Keterangan |
Residual |
0,834 |
0,05 |
Normalitas |
Sumber: Lampiran Hasil
Uji Asumsi Klasik, 2021
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test� di atas terlihat bahwa nilai probabilitas = 0,834 > 0,05, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Uji Multikolinearitas
Tes multicollinearity adalah situasi di mana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel independen lainnya. Salah satu asumsi regresi linier klasik adalah tidak adanya multikolinieritas sempurna (tidak ada multikolinieritas yang sempurna). Model regresi dikatakan terpapar multicollinearity jika hubungan linear sempurna atau tepat di antara beberapa atau semua variabel independen. Akibatnya, akan sulit untuk melihat pengaruh individu pada variabel gratis ke non-bebas (Ghozali et al., 2016). Deteksi multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode VIF.
Kriteria Tes:
Jika VIF ≥ 10, maka Ho ditolak
Jika vif <10, maka Ho diterima
Hasil uji multikolinearitas dengan metode VIF adalah sebagai berikut:���������������������
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode VIF
Persamaan |
VIF |
Nilai Kritis |
Keterangan |
X1 |
1,671 |
10 |
Tidak terkena multikolinearitas |
X2 |
1,868 |
10 |
Tidak terkena multikolinearitas |
X3 |
4,641 |
10 |
Tidak terkena multikolinearitas |
Sumber: Lampiran Hasil
Olah Data Regresi Linier Berganda, 2021.
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dengan metode VIF, nilai VIF < 10, artinya bahwa semua variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas, sehingga tidak membiaskan interpretasi hasil analisis regresi.�
3) Uji Autokorelasi
�Autokorelasi adalah situasi di mana faktor yang mengganggu (istilah kesalahan) pada periode tertentu berkorelasi dengan faktor-faktor yang mengganggu dalam periode lain. Faktor-faktor yang tidak dijalankan tidak acak (tidak dirandom). Autokorelasi disebabkan oleh faktor ketimpangan (inersia), manipulasi data, kesalahan dalam menentukan model (spesifikasi bias), fenomena sarang laba-laba, dan penggunaan lag dalam model. Deteksi asumsi autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan oleh uji Durbin-Watson.
Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti ada autokorelasi
Jika dL < d-hitung < (4 � dL), Ho diterima, berarti tidak terjadi autokorelasi
Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.
Dari hasil regresi diperoleh nilai D-W statistik sebesar 2,854. Dengan n = 10, k = 3, dan taraf nyata (α) 5 %, maka nilai dL = 0,525, dU = 2,016, sehingga (4-dU) = 4-2,016 = 1,984 dan (4-dL) = 4-0,525 = 3,475.
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Tingkat Autokorelasi (DW) |
Jenis Autokorelasi |
(4 -DW.L ) < DW < 4 (4 -DW.U)< DW< (4 �DW.L) 0,525 < 2,854 < (3,475) DW.L < DW < DW.U 0 < DW < DW. L |
Ada Autokorelasi negatif Tanpa kesimpulan Tidak Ada Autokorelasi Tanpa Kesimpulan Ada Autokorelasi positif |
Sumber:
Lampiran Hasil Olah Data Regresi Linier Berganda, 2021.
Ternyata
nilai D-W statistik sebesar 2,854 berada di daerah
penerimaan Ho. Hal ini berarti model yang diestimasi tidak terjadi
autokorelasi.
4) Uji Heteroskedastisitas
�Homoskedasitas adalah situasi dimana varian
(σ2) dari faktor gangguan atau istilah gangguan adalah sama untuk semua
pengamatan X. Penyimpangan pada asumsi ini disebut heteroscedasticity,
yaitu jika varian (σ2) variabel tidak gratis (Yi) meningkat sebagai hasil
dari meningkatnya variabel variabel independen (XI), varian Yi tidak sama (Ghozali
et al., 2016). Deteksi heteroskedastisitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode Glejser.
Caranya adalah dengan melihat nilai probabilitas> 0,05, sehingga tidak
terpapar heteroskedastisitas (Ghozali
et al., 2016). Hasil uji heteroskedastisitas dengan Glejser
sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser
Variabel |
Sig. |
Nilai Kritis |
Keterangan |
X1 |
0,723 |
0,05 |
Homoskedastisitas |
X2 |
0,942 |
0,05 |
Homoskedastisitas |
X3 |
0,438 |
0,05 |
Homoskedastisitas |
Sumber: Lampiran Hasil
Olah Data Uji Asumsi Klasik, 2021.
Berdasarkan
hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan Glejser terlihat bahwa nilai
probabilitas >0,05. Hal ini berarti model yang diestimasi bebas dari
heteroskedastisitas.
c. Analisis
Regresi Linier Berganda
Analisis
dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Analisis ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel Konsumsi Rumah Tangga (X1),
Investasi (X2), dan Jumlah Usaha (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program statistik komputer
SPSS for Windows diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6
Hasil� Regresi Linier Berganda
Variabel |
Koefisien Regresi |
Standart�
Error |
t-statistik |
Sig. |
Konstanta |
84,821 |
7,022 |
12,079 |
0,000 |
X1 |
11,145 |
2,427 |
4,593 |
0,004 |
X2 |
7,275 |
2,572 |
2,828 |
0,030 |
X3 |
0,178 |
0,453 |
0,394 |
0,707 |
R2������������������� :� 0,977 |
||||
Adj. R2����������� :� 0,965 |
||||
F-statistik��������� ��������:�� 84,755, Sig = 0,000. |
||||
DW-statistik����������� :� 2,854 |
||||
N�������������������� :� 246 |
Sumber: Hasil Olah Data Regresi Linier Berganda,
2021.
Secara
matematis hasil dari analisis regresi linier berganda tersebut dapat ditulis
sebagai berikut:
���� Y =
84,821 + 11,145LnX1 + 7,275LnX2 + 0,178LnX3
�Pada persamaan di atas ditunjukkan pengaruh
independen (X) terhadap dependen (Y). Adapun arti dari koefisien regresi
tersebut adalah:
1)
b0 =
84,821
�Artinya,
apabila Konsumsi Rumah Tangga (X1), Investasi (X2), dan Jumlah Usaha (X3) sama
dengan nol, maka Pertumbuhan Ekonomi (Y) sebesar 84,821 persen.
2)
b1 =
11,145
Artinya
apabila kenaikan Konsumsi Rumah Tangga (X1) sebesar 1 persen, maka Pertumbuhan
Ekonomi (Y) naik sebesar 11,145 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan
(ceteris paribus).
3)
b2 =
7,275
Artinya
apabila kenaikan Investasi (X2) sebesar 1 persen, maka Pertumbuhan Ekonomi (Y)
naik sebesar 7,275 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris
paribus).
4)
b3 =
0,178
Artinya
apabila kenaikan Jumlah Usaha (X3) sebesar 1 persen, maka Pertumbuhan Ekonomi
(Y) naik sebesar 0,178 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan
(ceteris paribus).
d. Pengujian
Statistik
1)
Pengujian
Hipotesis (Uji F)
Uji F adalah uji simultan yang digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel
dependen. Diperoleh nilai Sig.F = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha
diterima, artinya ada pengaruh secara simultan antara Konsumsi Rumah Tangga
(X1), Investasi (X2), dan Jumlah Usaha (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
2)
Pengujian
Hipotesis (Uji t)
Uji t digunakan untuk membuktikan pengaruh
Konsumsi Rumah Tangga (X1), Investasi (X2), dan Jumlah Usaha (X3) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y) secara individual (uji t) dengan asumsi bahwa variabel
yang lain tetap atau konstan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
program statistik komputer SPSS for Windows�
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Uji
t
Variabel |
�� t-statistik |
���� Sig.t |
X1 |
4,593 |
0,004 |
X2 |
2,828 |
0,030 |
X3 |
0,394 |
0,707 |
Sumber: Hasil Olah Data
Regresi Linier Berganda, 2021.
a)
Pengujian
Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai Sig.t
= 0,004 < Level of Significant = 0,05, maka Ho ditolak atau Ha
diterima, artinya disimpulkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan
Konsumsi Rumah Tangga (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
b)
Pengujian
Pengaruh Investasi (X2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Berdasarkan
hasil olah data diperoleh nilai Sig.t = 0,030 < Level of Significant = 0,05,
maka Ho ditolak atau Ha diterima, artinya bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan Investasi (X2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
c)
Pengujian
Pengaruh Jumlah Usaha (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Berdasarkan
hasil olah data diperoleh nilai Sig.t = 0,707 > Level of Significant
= 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, artinya disimpulkan bahwa ada
pengaruh positif, tetapi tidak signifikan Jumlah Usaha (X3) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y).
3)
Pengujian
Goodness of Fit�
Hasil
dari regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Square) diperoleh R2
(Koefisien Determinasi) sebesar 0,965, artinya variabel dependen (Y) dalam
model yaitu Pertumbuhan Ekonomi (Y) dijelaskan oleh variabel independen yaitu
Konsumsi Rumah Tangga (X1), Investasi (X2), dan Jumlah Usaha (X3) sebesar
96,5%, sedangkan sisanya sebesar 3,5% dijelaskan oleh faktor lain di luar
model.
B. Pembahasan
1. Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga (X1)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Hasil
analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga (X1)
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). Ini
berarti, jika konsumsi rumah tangga (X1) meningkat, pertumbuhan ekonomi (Y)
juga akan mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian (Rafiq,
2016), (Tapparan,
2020) yang menyatakan konsumsi rumah tangga
memiliki pengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut
teori konsumsi Keynes, pihaknya berpendapat bahwa semakin tinggi pendapatan,
tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga juga akan meningkat. Pengeluaran
konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga
untuk membeli berbagai jenis kebutuhan dalam periode satu tahun tertentu.
Pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan digunakan untuk membeli
makanan, pakaian, layanan transportasi, membayar pendidikan anak-anak, membayar
sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang dibeli oleh rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan mereka (Sukirno,
1994). Menurut teori Schumpter, menekankan teorinya
bahwa kemajuan ekonomi sangat ditentukan oleh peran wirausahawan. Pengusaha
superior yang memiliki inisiatif tinggi, kemampuan, dan keberanian untuk
menerapkan penemuan baru dalam kegiatan produksi mereka. Para pengusaha akan
menciptakan hal-hal baru seperti membuat item baru menggunakan cara-cara baru
dalam memproduksi pasar yang berkembang ke daerah-daerah baru yang
mengembangkan sumber reorganisasi mentah baru dan restrukturisasi di perusahaan
atau industri untuk kemajuan yang lebih baik.
2. Pengaruh Investasi (X2) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Hasil
analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa Investasi (X2) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Hal ini berarti, jika
Investasi (X2) mengalami peningkatan, maka Pertumbuhan Ekonomi (Y) juga akan
mengalami peningkatan yang signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian (Rafiq,
2016) yang
menyatakan investasi berpengaruh positif
atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut teori Harrod dan Domar,
berpendapat bahwa suatu perekonomian akan tumbuh melesat dalam jangka panjang
apabila adanya investasi. Upaya untuk mewujudkan investasi perlu meningkatkan
tabungan, maka dari itu, pelaku ekonomi selalu menyisihkan sebagian pendapatan
untuk meningkatkan tabungan. Tetapi dalam konsepnya, Harrod-Domar tetap
memerlukan adanya peranan pemerintah untuk menghimpun dana investasi agar
pertumbuhan ekonomi semakin meningkat dalam jangka panjang. Investasi merupakan
suatu pembelian barang-barang modal dan peralatan produksi untuk meningkatkan
suatu perekonomian di masa depan (Rusdiansyah,
2014). Investasi
juga merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dengan
adanya investasi yang bertujuan untuk pembelian barang-barang dan jasa akan
dapat meningkatkan PDRB riil dan akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dari seluruh sektor penanaman modal yang dilakukan investor di
Surabaya, yang paling besar adalah dari sektor non fasilitas. Dari data
DPM-PTSP Surabaya, penerimaan dari penanaman modal asing terbilang kecil
dibandingkan dengan penanaman modal non fasilitas. Hal ini berarti Kota Surabaya
tidak bergantung pada investasi dari asing melainkan di Surabaya sendiri sudah
cukup banyak yang berinvestasi. Dari sektor non fasilitas tersebut, investasi
yang terbesar adalah bidang perdagangan sebesar 29 Miliar. Selain konsumsi
rumah tangga dan investasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan PDRB, jumlah
unit usaha juga termasuk salah satu indikator penting pada pertumbuhan ekonomi.
3. Pengaruh Jumlah Usaha (X3) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Hasil
analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa Jumlah Usaha (X3)
berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
Hal ini berarti, jika Jumlah Usaha (X3) mengalami peningkatan, maka Pertumbuhan
Ekonomi (Y) juga akan mengalami peningkatan yang tidak signifikan. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian (Julianto,
2016)
yang menyatakan jumlah usaha berpengaruh positif atau signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. (Robiani,
2005) juga
menyatakan bahwa penambahan nilai tambah sektor industri memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan. Hal tersebut
berarti nilai tambah sektor industri adalah adanya peningkatan unit produksi,
sehingga dengan bertambahnya unit produksi maka ada serapan tenaga kerja dan
modal sehingga produksi pada sektor ini dapat meningkat dan akan mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Kota Surabaya sebagai pusat perekonomian di Jawa Timur,
dimana banyak perusahaan baik skala global maupun nasional yang beroperasi di
Surabaya. Maka dari itu dengan banyaknya sejumlah unit usaha yang berkembang
dari tahun ke tahun di Surabaya juga dapat mempengaruhi pertumbuhan PDRB.
Menurut teori Schumpeter, kemajuan perekonomian sangat ditentukan oleh adanya
pengusaha. pengusaha yang unggul akan menciptakan suatu produksi yang unggul
juga. Semakin bertambahnya jumlah produksi akan mempengaruhi pertumbuhan
perekonomian di suatu wilayah.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Hasil analisis menunjukkan bahwa konsumsi rumah tangga
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya.
Hal ini berarti, jika konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan, maka dapat berpengaruh terhadap perrtumbuhan ekonomi di Kota
Surabaya. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa
investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota
Surabaya. Hal ini berarti, Investasi di Kota Surabaya berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah usaha berpengaruh positif, tetapi
tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya. Hal ini berarti, Jumlah Usaha tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya.
BIBLIOGRAFI
Anggoro, M. H. (2015). Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi Dan Pertumbuhan Angkatan Kerja Terhadap Tingkat Pengangguran
Di Kota Surabaya. Jurnal Pendidikan Ekonomi (Jupe), 3(3). Google Scholar
Azwar, S. (2000). Asumsi-Asumsi
Dalam Inferensi Statistika. Buletin Psikologi, 9(1). Google Scholar
Basri, G., Walkowicz, L. M.,
Batalha, N., Gilliland, R. L., Jenkins, J., Borucki, W. J., Koch, D., Caldwell,
D., Dupree, A. K., & Latham, D. W. (2010). Photometric Variability In
Kepler Target Stars. Ii. An Overview Of Amplitude, Periodicity, And Rotation In
First Quarter Data. The Astronomical Journal, 141(1), 20. Google Scholar
Fau, J. F. (2018). Analisis
Potensi Sektoral Ekonomi Kabupaten Nias Selatan Metode Analisis Shift-Share Dan
Location Quotient. Jurnal Education And Development, 5(1), 26. Google Scholar
Gadeng, T. (2011). Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat Di Provinsi Aceh. Jurnal
Ilmiah Manajemen Muhammadiyah Aceh, 1(2).Google Scholar
Ghozali, M., Fauzi, L. R.,
& Triwulandari, E. (2016). Sintesis Dan Uji Mekanik Epoksi Termodifikasi
Poliuretan Berbasis Ester Gliserol Monooleat. Jurnal Kimia Terapan Indonesia
(Indonesian Journal Of Applied Chemistry), 18(01), 45�54. Google Scholar
Gwijangge, L., Kawung, G. M. V,
& Siwu, H. (2018). Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Provinsi Papua. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 18(6). Google Scholar
Julianto, F. T. (2016).
Analisis Pengaruh Jumlah Industri Besar Dan Upah Minimum Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Di Kota Surabaya. Jeb17: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1(02).Google Scholar
Kuncoro, A. (2003).
Microeconomic Determinants Of Economic Growth In East Asia. Economics And
Finance In Indonesia, 51, 1�52. Google Scholar
Lumintang, F. M. (2013).
Analisis Pendapatan Petani Padi Di Desa Teep Kecamatan Langowan Timur. Jurnal
Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(3). Google Scholar
Mankiw, N. G. (2006). The
Macroeconomist As Scientist And Engineer. Journal Of Economic Perspectives,
20(4), 29�46.Google Scholar
Rafiq, M. (2016). Pengaruh
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga, Investasi Dan Pengeluaran Pemerintah
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Tahun 2001: T1-2010: T4. Google Scholar
Robiani, B. (2005). Analisis
Pengaruh Industrialisasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Selatan. Jurnal
Ekonomi Dan Pembangunan Indonesia, 6(1), 93�103. Google Scholar.
Rusdiansyah, M. (2014). Pengaruh
Konsumsi Rumah Tangga Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Sulawesi Selatan Periode 2000-2012. Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.Google Scholar
Sukirno, S. (1994). Pengantar
Teori Ekonomi Makro. Penerbit Raja Grafindo, Jakarta.Google Scholar
Tapparan, S. R. (2020).
Analisis Korelasi Infrastruktur Jalan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Tana Toraja. Jurnal Ekonomika, 4(1), 68�72.Google Scholar
Utama, P. (2013). Ahmadi, A.
2009. Psikologi Umum Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. 2006.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.
Aunurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Azwar, S. 2006.
Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. International
Journal, 1(1), 49�57.Google Scholar
Yuniandra, F., Kusmana, C.,
& Nurrochmat, D. R. (2007). Formulasi Kebijakan Pengelolaan Hutan Bersama
Masyarakat Di Taman Nasional Gunung Ciremai. Jurnal Manajemen Hutan Tropika,
13(3), 146�154.Google
Scholar
Ginting, A. M. (2009). Prosespek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2013: Suatu Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Konsumsi, Dan Ekspor Indonesia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.Google Scholar
Sangaji, M. (2009). Fungsi Konsumsi Rumah Tangga di Indonesia (Pendekatan Model Koreksi Kesalahan). Journal of Indonesian Applied Economics, 3(2).Google Scholar
Copyright holder : Ayu Putri Islamiah,
Wiwin Priana, Muhammad Wahed (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |