Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 2
No. 6 Juni 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS PENGARUH PMA,
PMDN DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURABAYA
Trismafara Zabilla
Buciarda, Wiwin Priana, Muhammad Wahed
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur,
Indonesia
Email : [email protected], [email protected],�� [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRACT |
Diterima 5 Juni 2021 Direvisi 9 Juni 2021 Disetujui 21 Juni 2021 |
Consumption is an indicator of people's well-being
in Indonesia. The greater the amount of kekkahan
for consumption, goods and services, the higher the stage of family welfare.
Household consumption today has a good good for the
economy, while providing a lot of national income that is approximately
60-70% times the cost of consumption. The purpose of this research is to
conduct edere and know the influence of PMA on
Economic Economy in Surabaya. For the Dance Effect of PMDN on The Economy In Surabaya. For the relenting and influence of household
influence on the economy in the city of Surabaya. Which research force is in
which way in a quantitative and qualitative way. The
data analysis in this study used multiple linear regression tests and the
technique that this time for the data collection is the second data. The
results of this study have PMA (Foreign Investment), PMDN (Domestic
Investment), and household consumption is important in economic progress in a
region, such as can be employment, improve sustainable economic development,
increase the competitiveness of the national business world, increase
national power and technology, process the economy into economic strength
rill by using funds that come well from within the country. ABSTRAK Konsumsi merupakan
indikator kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Semakin
besar pengeluaran untuk konsumsi, barang dan jasa, maka semakin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut. Konsumsi rumah tangga saat ini mempunyai
dampak cukup baik bagi pertumbuhan
ekonomi, karena memberikan pemasukan pendapatan nasional yang cukup banyak yaitu kurang lebih 60-70% merupakan pengeluaran konsumsi. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya. Untuk
menganalisis dan mengetahui
pengaruh PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota
Surabaya. Untuk menganalisis
dan mengetahui pengaruh Konsumsi Rumah Tangga terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya.
Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda dan teknik yang digunakan untuk pengumupulan data adalah data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PMA (Penanaman Modal Asing), PMDN (Penanaman Modal Dalam Negri),
dan konsumsi rumah tangga berperan penting dalam kelajuan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, seperti dapat memberikan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi rill dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam
negeri maupun luar negeri
sehingga masyarakat akan sejahtera. |
Keywords: consumption; economic
growth; pma; pmdn;
household consumption Kata Kunci: konsumsi; pertumbuhan
ekonomi; pma; pmdn; konsumsi rumah tangga |
Pendahuluan
Pembangunan ekonomi secara sederhana dapat diartikan
sebagai proses berkelanjutan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan pendapatan
domestik bruto (PDB) suatu negara dan pendapatan per kapita penduduk suatu
negara dalam jangka panjang yang berdampak pada berbagai aspek baik ekonomi,
sosial, maupun teknologi (Arsyad, 2010), pembangunan
ekonomi sebagai suatu proses yang membuat pendapatan perkapita penduduk suatu
masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Subing, 2019).
Pertumbuhan ekonomi sendiri secara sederhana dapat
diartikan sebagai peningkatan dalam produksi barang dan jasa ekonomi, yang
dibandingkan dari satu periode ke periode lainnya Adelman (1975) sumber
dari (Arsyad, 2010). Suatu negara
dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika terjadi peningkatan produk
nasional bruto dan rill pada negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang terus
meningkat dalam jangka panjang diharapkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat juga ikut meningkat (Bishop dkk, 2014).
Peningkatan ekonomi di Kota Surabaya terlihat dengan
banyaknya investasi dari berbagai bidang di Surabaya. Dunia Ekonomi dan Bisnis
di Kota Surabaya sudah bergerak dengan sesuai.�
Hal ini menyebabkan peningkatan penduduk Surabaya meningkat dengan pesat
menurut data BPS.� Laju Pertumbuhan
Ekonomi di Kota Surabaya dapat dilihat dari perkembangan nilai PDRB (Produk
Domestik Bruto). Berdasarkan data BPS Kota Surabaya dapat diperoleh data
tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya pada tahun 2015 � 2019, pada gambar
berikut:
Gambar1
Pertumbuhan Ekonomi dan Konsumsi Masyarakat Kota Surabaya Sumber: BPS
Surabaya 2019 (data diolah)
Berdasarkan gambar 1, maka dapat disimpulkan bahwa nilai laju pertumbuhan ekonomi dan nilai konsumsi rumah tangga di Kota Surabaya selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Kenaikan pada pertumbuhan ekonomi ini terjadi karena adanya beberapa dukungan dari berbagai sektor unggulan seperti, sektor penyediaan akomodasi pelayanan makanan dan minuman, sektor transprotasi, sektor pergudangan, sektor kontruksi dan sektor real estate. Sedangkan Untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga didorong oleh konsumsi pada hari raya keagamaan, pembayaran masuk sekolah, kuliah dan semester, disamping itu juga pendapatan rumah tangga yang semakin meningkat (Prasetya et al., 2020).
Kota Surabaya sendiri merupakan salah satu kota yang� sedang� berkembang� peranan� pengeluaran pemerintah dalam perekonomian relatif besar yang dapat mempengaruhi� aktivitas� ekonomi� pada� umumnya. Pengeluaran pada pemerintah bukan saja dapat menciptakan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan tetapi juga dapat menjadikan salah satu komponen dari permintaan yang kenaikannya akan mendorong produk domestik. Hal ini berkaitan dengan fungsi pemerintah yaitu sebagai pelopor dan pengendali (Widiana, 2013)
Anggaran pemerintah menjadikan pedoman bagi pemerintah dalam mengambil keputusan yang akan dilaksanakan dan didalam anggaran disajikan rencana�rencana penerimaan dan pengeluaran secara sistematis. Jumlah dari penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan dapat dicapai dalam tahun anggaran tertentu (Shandra et al., 2012). Hal� ini� dapat� dilihat� dari� Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) dimana APBD ini� mempunyai� andil� yang� cukup� besar� bagi �terciptanya� tabungan� dan� investasi� daerah� yang� menjadikan� faktor� penting� bagi� peningkatan� pertumbuhan� ekonomi� dan� kegiatan dunia usaha (Sjafii, 2009)
Konsumsi merupakan indikator kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Semakin besar pengeluaran untuk konsumsi, barang dan jasa, maka semakin tinggi tahap kesejahteraan keluarga tersebut. Konsumsi rumah tangga saat ini mempunyai dampak cukup baik bagi pertumbuhan ekonomi, karena memberikan pemasukan pendapatan nasional yang cukup banyak yaitu kurang lebih 60-70% merupakan pengeluaran konsumsi (Sukirno, 2011)
Investasi sendiri secara sederhana dapat dikatakan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam suatu perekonomian (Sukesti & Iriyanto, 2011).
Bentuk investasi dibagi menjadi 2 bagian yaitu PMA (Penanaman Modal Asing) dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri). Pemasukan� modal� asing� ini bisa dijadikan sebagai� tambahan� tabungan� domestik� dalam� membiayai� pembangunan� nasional� yang� saat� ini� memang� dirasa� oleh� beberapa� kalangan sangat dibutuhkan sehingga dapat dikelompokkan menjadi modal yang diterima oleh sektor� pemerintah� terutama� dalam� bentuk� pemberian atau� pinjaman� luar� negeri,� sedangkan� modal� yang� diterima� oleh� sektor� swasta� dapat� berupa� investasi� langsung� atau penanaman modal asing (Djojo� Subroto, 1996 :7).
Selain nilai investasi PMA, nilai invetasi PMDN juga mengalami ketidakstabilan nilai investasI dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2007 nilai investasi PMDN juga mengalami kenaikan yang cukup tingi yaitu sebesar 1 108 485 555 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi pada tahun 2018 juga mengalami penurunan yang cukup rendah yaitu sebesar 27 796 154. Menurunnya nilai investasi PMDN pada tahun 2018 ini disebabkan oleh gejolak harga komoditas yang menjadikan salah satu penyebab investor yang semula akan menanamkan modal di Indonesia cenderung menunggu yang menyebabkan pada penanaman modal di dalam negeri melambat (Brajadenta et al., 2018).
Lebih lanjut, Penelitian mengenai pengaruh pma, pmdn terhadap pertumbuhan ekonomi banyak yang telah melakukan penelitian tersebut, diantaranya (Rizky et al., 2016), (Wijayanti et al., 2016), (Mukhlis & Simanjuntak, 2016), menjelaskan bahwa pada penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena didororong oleh perekonomian di Indonesia yang sehat, stabilitas ekonomi, dan iklim investasi di Indonesia. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah sangat memperhatikan pengelolaan belanja modal dengan baik untuk menunjang investasi.
Penelitian mengenai konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi juga telah banyak yang melakukan penelitian ini, diantaranya (Afiftah et al., 2019), (Juliprijanto & Sarfiah, 2017), (Destiningsih & Achsa, 2017), menjelaskan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi memeliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran konsumsi pemerintah mmeliki peran yang andil dalam perkonomian. Pada pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh positif yang di dorong oleh faktor pendapatan yang diterima oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh PMA terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh PMDN terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh Konsumsi Rumah Tangga terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan dibagi menjadi dua jenis yaitu,
pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, pada dasarnya menekankan analisisnya pada
data-data numerikal (angka)
yang diolah dengan menggunakan metode statistika. Pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (dalam rangka pengujian
hipotesis) dan menyandarkan
kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan menggunakan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang akan diteliti (Hamdi & Bahruddin, 2015).
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda dan teknik yang digunakan untuk pengumupulan data adalah data sekunder. Data yang diperoleh digunakan untuk memperoleh suatu gambaran untuk menganalisis apakah PMA, PMDN dan Konsumsi Rumah Tangga berpengaruh
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Surabaya pada periode
2011-2019.
1.
Hasil Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pada uji normalitas memiliki tujuan untuk menguji apakah pada model regresi
variabel dependen dan variabel independen terdapat adanya distribusi yang
normal atau tidak. Hasil dari model regresi yang baik adalah memiliki rotasi
nilai hasil data yang normal atau hampir mendekati normal (Ghozali et al., 2016).
Untuk melakukan pengujian normalitas, yang bertujuan untuk menganalisis
nilai Kolmogorov Smirnov Test. Pada dasar pengambilan keputusan untuk melakukan
uji normalitas yaitu� jika nilai
probabilitas > 0,05, maka dengan ini model regresi memenuhi syarat asumsi
normalitas, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas begitu juga
sebaliknya.
������ Hasil uji normalitas dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov Test sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
|
Unstandardized Residual |
N |
10 |
|
Normal
Parametersa |
Mean |
-.0000026 |
Std.
Deviation |
2.84942364E8 |
|
Most
Extreme Differences |
Absolute |
.220 |
Positive |
.094 |
|
Negative |
-.220 |
|
Kolmogorov-Smirnov
Z |
.697 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.716 |
|
a.
Test distribution is Normal. |
|
Sumber: Lampiran Hasil Uji Asumsi Klasik Otuput SPSS
Pada syarat untuk memenuhi uji normalitas residual agar data terdistribusi normal, maka nilai signifikan residual lebih dari 0,05. Maka dilihat dari table 1 diketahui nilai kolmogrov-smirnov sebesar 0,697 dan nilai Asym. Sig (2-tailed) 0,716. Nilai signifikan residual yaitu 0,697> 0,05 maka dalam hasil ini dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
Gambar
2
Uji
Normalitas(
P- Plot )
Sumber: Lampiran Hasil Uji Asumsi Klasik Otuput SPSS
Berdasarkan gambar 2 pada penyebaran data atau titik pada sumbu diagonal grafik yang menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menujukkan pola distribusi yang normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Pada Uji Multikolinearitas merupakan terdapat adanya suatu keadaan dimana terdapat salah satu atau lebih variabel independen yang dapat dinyatakan sebagai koalisi linier dari variabel independen lainnya. Salah satu mengenai asumsi regresi linier klasik yaitu tidak terdapat atau ditemukannya multikolinearitas yang sempurna atau no perfect multikolinearitas. Bilamana suatu model regresi dapat dikatakan terjadi multikolenearitas apabila adanya hubungan linier yang sempurna atau exact pada beberapa atau semua variabel bebas. Dampaknya akan sulit untuk mengetahui apakah ada pengaruh secara individu variabel bebas terhadap tak bebas (Ghozali et al., 2016). Pengamatan uji multikolinearitas pada penelitian ini dilakukan dengan metode VIF. Kriteria pengujian uji multikolinieritas yaitu:
Jika VIF ≥ 10, maka Ho ditolak
Jika VIF < 10, maka Ho diterima
����� Maka, hasil uji multikoliniearitas dengan metode VIF sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode VIF
Persamaan |
VIF |
Nilai Kritis |
Keterangan |
X1 |
1,357 |
10 |
Tidak terkena multikolinearitas |
X2 |
1,324 |
10 |
Tidak terkena
multikolinearitas |
X3 |
1,066 |
10 |
Tidak terkena
multikolinearitas |
Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas dengan metode VIF, diketahui dari ketiga variabel bebas yang telah diteliti memiliki nilai VIF < 10 atau nilai VIF kurang dari 10 yang artinya bahwa pada semua variabel bebas tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Pada Uji Autokorelasi merupakan adanya suatu keadaan dimana adanya faktor pengganggu atau error term pada periode tertentu yang berkaitan dengan faktor pengganggu pada periode lain. Faktor pengganggu ini tidak random (unrandom). Pada uji autokorelasi disebabkan oleh adanya faktor-faktor kelembaman, terjadinya manipulasi data, adanya kesalahan dalam menentukan model, terdapat fenomena sarang laba-laba, dan kesalahan sehingga penggunaan lag dalam model. Pendeteksian pada asumsi autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria pengujian uji autokolerasi yaitu:
Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti ada autokorelasi
Jika dL < d-hitung < (4 � dL), Ho diterima, berarti tidak terjadi autokorelasi
Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokoelasi.
Dari hasil regresi maka diperoleh nilai D-Wstatistik sebesar 1,350. Dengan n = 10, k = 3, maka nilai dL = 0,525, dU = 2,016, sehingga (4-dU) = 4-2,016 = 1,984
dan (4-dL) = 4-0,525 = 3,475.
Gambar
3
Kurva Hasil Uji Autokolerasi
Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasi dari gambar 3 dapat disimpulkan bahwa nilai D-Wstatistik sebesar 1,350 berada di daerah penerimaan Ho atau nilai D-Wstatistik berada diantara nilai dL sampai dU. Maka dengan ini berarti model yang diestimasi tidak terjadinya autokorelasi dan dengan ini dapat melakukan tahap pengujian selanjutnya.
d. Uji Heteroskedastisitas
Pada Uji Heteroskedastisitas merupakan adanya situasi nilai varian yang bersumber dari faktor pengganggu atau disturbance term yang sama untuk semua observasi X. Kesalahan terhadap asumsi ini disebut dengan heteroskedastisitas yaitu dimana pada nilai varian (σ2) variabel tak bebas (Yi)� yang meningkat sebagai dari akibat dari meningkatnya varian dari variabel bebas (Xi), maka varian dari Yi tidak lagi sama (Ghozali et al., 2016).
Dari hasil analisis uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Glejser, dengan melihat nilai probabilitas > 0,05, sehingga tidak terjadinya� heteroskedastisitas (Ghozali et al., 2016). Hasil uji heteroskedastisitas dengan Glejser yaitu:
Tabel 3
Hasil
Uji Heteroskedastisitas dengan
Glejser
Variabel |
Sig. |
Nilai Kritis |
Keterangan |
X1 |
0,580 |
0,05 |
Homoskedastisitas |
X2 |
0,934 |
0,05 |
Homoskedastisitas |
X3 |
0,855 |
0,05 |
Homoskedastisitas |
Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan Glejser dapat disimpulkan bahwa nilai probabilitas > 0,05. Hal ini berarti model yang diestimasi bebas dari heteroskedastisitas.
e. Pengujian Hipotesis (Uji F)
Uji F adalah uji simultan yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program statistik komputer SPSS for Windows� diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4
Uji F Simultan
(ANOVA)
ANOVAb |
||||||
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
3.258E20 |
3 |
1.086E20 |
891.674 |
.000a |
Residual |
7.307E17 |
6 |
1.218E17 |
|
|
|
Total |
3.265E20 |
9 |
|
|
|
|
a. Predictors:
(Constant), konsumsi, pmdn,
pma |
|
|
||||
b. Dependent
Variable: pdrb |
|
|
|
|
Sumber: Lampiran hasil olahan data Uji F
Dari hasil Uji F pada tabel 4, maka diperoleh nilai Sig.F = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, artinya ada pengaruh secara simultan antara PMA (X1), PMDN (X2), dan Konsumsi Rumah Tangga� (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
f. Pengujian Hipotesis (Uji t)
Uji t digunakan untuk membuktikan apakah ada pengaruh antara� PMA (X1), PMDN (X2), dan Konsumsi Rumah Tangga (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y) secara individual (uji t) dengan asumsi bahwa variabel yang lain tetap atau konstan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program statistik komputer SPSS for Windows� diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Uji t
Variabel |
�� t-statistik |
����
Sig.t |
X1 |
1.011 |
.351 |
X2 |
-.616 |
.560 |
X3 |
49.846 |
.000 |
Sumber: Hasil Olah Data Regresi Linier Berganda, 2021.
a. Pengujian Pengaruh PMA (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai Sig.t = 0,351 > nilai sig = 0,05, maka Ho diterima atau Ha ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif akan tetapi tidak signifikan terhadap variabel PMA atau Penanaman Modal Asing (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
b. Pengujian Pengaruh PMDN (X2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai Sig.t = 0,560 > nilai sig= 0,05, maka Ho diterima atau Ha ditolak, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif dan akan tetapi tidak signifikan PMDN atau Penanaman Modal Dalam Negri (X2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y).
c. Pengujian Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Berdasarkan hasil olah data diperoleh nilai Sig.t = 0,000 < nilai sig = 0,05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh positif dan signifikan Jumlah Usaha (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). ������������������������
2. Pengaruh PMA (X1) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Dari hasil analisis regresi linier berganda yang menunjukkan bahwa PMA atau Penanaman Modal Asing (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Jika pada PMA atau Penanaman Modal Asing (X1) mengalami peningkatan, maka pada Pertumbuhan Ekonomi (Y) juga akan mengalami peningkatan yang signifikan. Demikian hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Imam Mukhlis (2016) �Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia, pada variabel PMA berpengaruh postif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Menurut (Adianto, 2011) penanaman Modal Asing ini terdapat banyak karakteristik yang baik dibandingkan dengan aliran portofolio, penanaman modal asing ini relatif lebih stabil dan dapat berkontribusi dalam proses produksi dibandingkan dengan aliran portofolio. Selain itu dapat memberikan potensi yang bermanfaat untuk negara penerima modal tersebut untuk mendorong aliran masuk penanaman modal asing, yaitu sebagai Perusahaan asing ini memiliki pengaruh pada teknologi yang lebih canggih yang dimana perusahaan tersebut membawanya dari negaranya sendiri
�Investasi asing dapat meningkatkan sebuah kompetisi dalam perekonomian sebuah negara yang menerima. Kehadiran akan perusahaan baru di luar dari sektor perdagangan dapat meningkatkan sebuah output dan juga dapat menurunkan tingkat harga pada domestik. Sehingga dari dampak tersebut akan meingkatkan kesejahteraan masyarakat (Rahardja & Manurung, 2008).
Penanaman Modal Asing sangat memperngaruhi laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, karena Penanaman Modal Asing dapat dimanfaatkan oleh negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai dasar untuk mempercepat invstasi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu jika pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan diikuti dengan perubahan pada struktur produksi dan perdagangan. Sehingga modal asing dapat berperan penting dalam perputaran dana maupun transformasi struktual. Kebutuhan pada modal asing akan menurun apabila adanya perubahan struktual secara nyata.
3. Pengaruh PMDN� (X2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa PMDN (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Jika pada PMA atau Penanaman Modal Asing (X1) mengalami peningkatan, maka pada Pertumbuhan Ekonomi (Y) juga akan mengalami peningkatan yang signifikan.� Demikian hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Yustirania Septiani (2014-2018) �Analisis Pengaruh PMA, PMDN, dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah, dimana pada variabel PMDN berpengaruh postif atau signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah.
Undang-undang yang membahas tentang penanaman modal dalam negri: Merupakan bagian yang berasal dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh Negara maupun pihak swasta asing yang berdomosili atau bertempat tinggal di Indonesia yang sengaja untuk disishkan atau disediakan guna menjalankan suatu usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur oleh ketentuan-ketentuan pasal 2 UU No. 12 tahun 1970 tentang penanaman modal asing.
Penanaman modal dalam negri merupakan salah satu bagian dari penggunaan kekayaan yang dapat dilakukan baik secara langsung oleh pemilik sendiri atau secara tidak langsung, dapat dilakukan melalui pembelian obligasi, saham, deposito, dan tabungan dalam jangka waktu minimal 1 tahun. Menurut UU yang tercantum pada pasal 3, bagi perusahaan yang dapat menggunakan modal dalam negeri dapat dibedakan menjadi dua jenis perusahaan, yaitu perusahaan nasional dan perusahaan asing. Perusahaan nasional dimiliki seluruhnya oleh negara atau swasta nasional ataupun sebagai usaha gabungan antara negara dan atau swasta nasional dengan swasta asing dimana minimal 51% modal yang dimiliki oleh negara atau swasta nasional.
PMDN atau Penanaman Modal Dalam Negri juga ikut berperan penting dalam lajubaju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, seperti dapat memberikan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, meningkatkan daya saing dunia usaha nasional, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi rill dengan menggunakan dana yang berasal baik dari dalam negri maupun luar negri sehingga masyarakat akan sejahtera.
4. Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga (X3) terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y)
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa Konsumsi Rumah Tangga� (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi (Y). Jika Konsumsi Rumah Tangga (X1) mengalami peningkatan, maka pada Pertumbuhan Ekonomi (Y) juga akan mengalami peningkatan yang tidak signifikan. Demikian hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Andi Hakib (2019) � Pengaruh Konsumsi Rumah Tangga dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sulawesi Selatan� , dimana pada variabel konsumsi rumah tangga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Selatan.
Menurut (Sukirno, 2011), berpendapat bahwa pada pengeluran konsumsi rumah tangga merupakan nilai dari sebuah pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli berbagi jenis kebutuhannya dalam sehari-hari dalam satu tahun yang bisa digolongkan sebagai konsumsi. Sedangkan barang-barang yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya disebut dengan barang konsumsi. Pola konsumsi masyarakat dapat dilihat berdasarkan alokasi penggunaannya dan dapat digolongkan ke dalam kelompok-kelompok menurut penggunaannya, yaitu pengeluran untuk makanan dan bukan makanan.
Menurut teori Konsumsi Keynes, berpendapat bahwa semakin tinggi pendapatan, maka tingkat pengeluaran konsumsi rumah tangga juga akan meningkat. Sebaliknya, apabila perkembangan konsumsi mengalami penurunan maka pertumbuhan ekonomi juga akan mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan terjadinya penurunan perkembangan konsumsi berarti telah terjadinya penurunan permintaan terhadap barang dan jasa. Penurunan ini akan mengakibatkan perekonomian menurunkan produksi barang dan jasa. Penurunan produksi barang dan jasa akan menyebabkan penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uji yang
terdapat pada bab IV, maka kesimpulan dalam penelitian ini berdasarkan hasil analisis pada variabel Penanaman Modal Asing (PMA)
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Surabaya pada periode 2010-2019, hal ini disebabkan para investor asing
mengerem realisasi penanaman modal karena adanya kelesuan aktivitas manufaktur
pada beberapa tahun ini di Kota Surabaya, sehingga para calon investor yang
akan masuk menahan diri untuk masuk menanamkan modal. Berdasarkan
hasil analisis pada variabel Penanaman Modal Dalam Negri (PMDN) berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Surabaya pada
periode 2010-2019, hal ini disebabkan karena biaya impor bahan baku yang kian
tinggi akibat depresiasi rupiah membuat para pengusaha di dalam negri menunda
realisasi investasi. Dari sisi daya saing, upah minimum yang kian tinggi akan
tetapi tidak diiringi dengan produktivitas tenaga kerja yang sepadan membuat
Kota Surabaya kurang kompetitif. Berdasarkan hasil analisis pada Konsumsi Rumah Tangga
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Surabaya pada periode 2010-2019,� hal ini
disebabkan konsumsi rumah tangga telah menjadi penopang dari pertumbuhan
ekonomi Indonesia, ada
beberapa alasan mengapa analisis makroekonomi perlu
memperhatikan konsumsi rumah tangga dengan serius. Yaitu alasan pertama,
konsumsi rumah tangga telah memberikan pemasukan kepada pendapatan nasional. Pengeluran
konsumsi rumah tangga sekitar 60.75% dari pendapatan nasional. Dan alasan
kedua, tedapat dampak dalam menetukan fluktuasi ekonomi dari satu waktu ke
waktu lainya.
BIBLIOGRAFI
Adianto, T. (2011). Analisis Pengaruh
Penanaman Modal Asing (Pma), Penanaman Modal Dalam Negeri (Pmdn), Dan Ekspor
Total Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.Google Sholar
Afiftah, A. T., Juliprijanto, W., &
Destiningsih, R. (2019). Analisis Pengaruh Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Dan
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia
Tahun 1988-2017. Dinamic: Directory Journal Of Economic, 1(1),
11�22.Google Scholar
Arsyad, L. (2010). Ekonomi Pembangunan,
Edisi Kelima. Yogyakarta: Upp Stie Ykpn. Google Scolar
Brajadenta, G. S., Laksana, A. S. D., &
Peramiarti, I. D. S. A. P. (2018). Faktor Risiko Tuberkulosis Paru Anak: Studi
Pada Balai Kesehatan Paru Masyarakat (Bkpm) Purwokerto. Strada Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 7(2), 1�6. Google Scholar
Destiningsih, R., & Achsa, A. (2017).
Overview Of Micro Enterprise In Welcoming Balesari Tourist Village �Java Kilometer
Zero.� Eko-Regional: Jurnal Pembangunan Ekonomi Wilayah, 12(1).Google Scholar
Ghozali, M., Fauzi, L. R., &
Triwulandari, E. (2016). Sintesis Dan Uji Mekanik Epoksi Termodifikasi Poliuretan
Berbasis Ester Gliserol Monooleat. Jurnal Kimia Terapan Indonesia
(Indonesian Journal Of Applied Chemistry), 18(01), 45�54. Google Scholar
Hamdi, A. S., & Bahruddin, E. (2015). Metode
Penelitian Kuantitatif Aplikasi Dalam Pendidikan. Deepublish.Google Sholar
Juliprijanto, W., & Sarfiah, S. N. (2017).
Diskripsi Dan Permasalahan Pelaku Usaha Kecil Menengah (Ukm)(Studi Kasus Ukm Di
Desa Balesari, Kecamatan Windusari). Jurnal Rep (Riset Ekonomi Pembangunan),
2(1), 77�90.Google Scholar
Mukhlis, I., & Simanjuntak, T. H.
(2016). Tax Compliance For Businessmen Of Micro, Small And Medium Enterprises
Sector In The Regional Economy. International Journal Of Economics, Commerce
And Management, 4(9), 116�126. Google Scholar
Prasetya, E. M., Afrianty, T. W., &
Prasetya, A. (2020). Pengaruh Kepemimpinan Dan Perilaku Inovasi Guru Terhadap Mutu
Pendidikan, Prestasi Belajar Dan Kesempatan Kerja (Studi Pada Karyawan Pt Pln
(Persero) Unit Induk Pembangunan Viii Surabaya). Profit: Jurnal Administrasi
Bisnis, 78�92. Google Scholar
Rahardja, P., & Manurung, M. (2008).
Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi). Language, 15(490p),
26cm Google Scholar. Google Scholar
Rizky, R. L., Agustin, G., & Mukhlis,
I. (2016). Pengaruh Penanaman Modal Asing, Penanaman Modal Dalam Negeri Dan
Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia. Jurnal
Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 8(1), 9�16. Google Scholar
Shandra, Y., Amar, S., & Aimon, H.
(2012). Konsumsi Dan Investasi Serta Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat. Jurnal
Kajian Ekonomi, 1(1). Google Scholar
Sjafii, A. (2009). Pengaruh Investasi Fisik
Dan Investasi Pembangunan Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
1990-2004. Journal Of Indonesian Applied Economics, 3(1). Google Scholar
Subing, M. A. (2019). Pembangunan Daerah
Lampung Suatu Pendekatan Pengeluaran Biaya Investasi Dan Biaya Pembangunan. Penelitian
Mandiri Universitas Bandar Lampung.Google Scholar
Sukesti, F., & Iriyanto, S. (2011).
Pemberdayaan Ukm: Meningkatkan Komoditas Unggulan Ekspor Ukm Dalam Rangka
Pengembangan Ekonomi Daerah (Studi Pada Ukm Di Jawa Tengah). Prosiding
Seminar Nasional & Internasional, 1(1).Google Scholar
Sukirno, S. (2011). Makroekonomi Teori
Pengantar Edisi Ketiga, Jakarta. Rajawali Pers. Google Scholar
Widiana, S. (2013). Perencanaan Teknis
Sistem Penyaluran Dan Pengolahan Air Buangan Domestik (Studi Kasus: Kelurahan
Bojongsalaman Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang). Jurnal Teknik
Lingkungan, 2(1), 1�9.Google Scholar
Wijayanti, W., Agustin, G., &
Rahmawati, F. (2016). Pengaruh Jenis Kelamin, Ipk, Dan Semester Terhadap
Literasi Keuangan Mahasiswa Prodi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang.
Jurnal Pendidikan Ekonomi, 9(1), 88�98.Google Scholar
Copyright holder : Trismafara Zabilla
Buciarda, Wiwin Priana, dan Muhammad Wahed (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |