Jurnal Syntax Admiration

Vol. 2 No. 7 Juli 2021

p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356

Sosial Teknik

 

ANALISIS PENGARUH SUB SEKTOR PARIWISATA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN BANGKALAN DAN KABUPATEN SUMENEP

 

Hanum Isnaini Savira, Niniek Imaningsih, Riko Setya Wijaya

Uiversitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Indonesia

Email: [email protected], [email protected] [email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima

5 Juli 2021

Direvisi

9 Juli 2021

Disetujui

21 Juli 2021

Penelitian bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh Sub Sektor Pariwisata dengan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Bangkalan serta Kabupaten Sumenep. Data yang digunakan adalah jumlah kunjungan wisatawan, PDRB, belanja modal, range hunian hotel dan pendapatan asli daerah. Metode penelitian yang dipakai yakni metode kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi data panel. Periode penelitian dimulai dari 2006-2019. software yang digunakan dalam menganalisis data adalah eviews10. Dari riset ini menunjukkan hasil variabel jumlah wisatawan berdampak negative serta tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Variabel produk domestik regional bruto berdampak positif dan tidak signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Variabel Belanja modal berdampak positif serta signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Variable tingkat hunian hotel berdampak positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.


�
ABSTRACT������������������������

The aim of this journal is to analyze the influence of the tourism sub-sector on Locally-generated revenue in Bangkalan District and Sumenep District. The data used are the number of tourist visits, GRDP, capital expenditures, hotel occupancy rates and local revenue. The method used is a quantitative method using panel data regression analysis. Data used from 2006 to 2019. The software used to perform the analysis is eviews10. From this research, the results of the variable number of tourist visits have a negativeand insignificant effect on Regional Original Income. The gross regional domestic product variable has positive and �insignificant �effectt �on �Regional �Original Income. The variable of capital expenditureIhas positive and significant effect on Regional Original Income. The hotel occupancy rate variable has positive and significant effect on Regional Original Income.

Kata Kunci:

Jumlah kunjungan wisatawan, PDRB, belanja modal, tingkat hunian hotel, pendapatan asli daerah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords:

number of tourist visits, GRDP, capital expenditure, hotel occupancy rate, local revenue.



Pendahuluan

Semua negara diseluruh dunia membutuhkan kemajuan moneter yang bekerja untuk meningkatkan gaya hidup dan bantuan pemerintah daerah. Perkembangan moneter yang diikuti oleh pergantian dalam Tindakan struktur kegiatan ekonomi disebut sebagai perkembangan ekonomi (Sukirno 2010). Kemajuan finansial dapat dilakukan dengan menggunakan aset yang di klaim oleh setiap negara atau local tanpa mengurangi dan memperhatikan sumber daya ekologi dan bantuan pemerintah daerah setempat. Seiring perkembangan globalisasi, �suatu negara diwajibkan dapat meningkatkan daya saing dengan meningkatan kualitas pembangunan nasional.

Pengembangan potensi daerah tidak luput dari otonomi daerah atau kebijakan daerah. Negara Indonesia menetapkan otonomi daerah menurut �UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 9 Tahun 2015�, yang menjelaskan jika tiap wilayah dibedakan dalam menyelenggarakan pemerintahan sendiri serta meningkatkan wilayah, dan menonjolkan wilayah yang memiliki potensi wisata dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Pariwisata merupakan aktivita kunjungan yang dilakukan seseorang maupun kelompok dalam beberapa hari dari tempat tinggal ke daerah tepat wisata dengan tujuan tidak menetap melainkan hanya untuk menghilangkan rasa jenuh dan menghabiskan waktu senggang (Meyers, 2009). Peningkatan sektor pariwisata di Indonesia adalah upaya usaha mengembangkan pembangunan untuk kemakmuran masyarakat dan juga mempunyai tujuan yaitu mempromosikan paronama alam serta ciri khas Indonesia teruntuk para turis local dan nonlocal dan dapat Imenambah devisa negara Indonesia (Novitri, Qorina dan Syafri, 2014).

Penelitian mengenai pendapatan asli daerah di berbagai wilayah telah dilakukan salah satunya yaitu (Sari & Yuliarmi, 2018) menjelaskan bahwa wisatawan �berdampak positif serta signifikan terhadap PAD Kabupaten Karangasem tahun 1997 sampai 2016. Penelitian tentang pdrb terhadap PAD di lakukan oleh (Adriani & Handayani, 2010) bahwa pdrb berdampak signifikan terhadap PAD Kabupaten Merangin. Pengaruh belanja modal terhadap PAD contoh dalam penelitian yang dilakukan (Ririn et al., 2014) menjelaskan tidak dipengaruhinya PAD terhadap belanja modal . Penelitian mengenai pengaruh tingkat hunian hotel terhadap PAD di lakukan oleh (Suastika & Yasa, 2017) menjelaskan bahwa range hunian hotel berdampak pada pendapatan asli daerah Provinsi Bali.

Penelitian terdahulu memiliki perbedaan penelitian yaitu mengenai variabel yang digunakan, Teknik analisis serta tempat penelitian dan kurun waktu yang berbeda dalam pelaksanaan penelitian. Terdapat dua kabupaten objek penelitian antara lain Bangkalan dan Sumenep. Periode 2006 sampai 2019 merupakan waktu penelitian dengan menggunakan metode analisis regresi data panel. Berdasarkan penelitian terdahulu terdapat adanya perbedaan hasil penelitian yang merupakan alasan peneliti untuk mengkaji ulang mengenai analisis berbagai faktor yang berpengaruh pada PAD terutama segi pariwisata.

Indonesia memiliki berbagai pulau dengan keindahan alami yang memikat banyak turis baik lokal atau mancanegara. Salah satu pulau yang masih terjaga keindahannya yaitu Pulau Madura yang memiliki empat Kabupaten dengan ciri khas pariwisatanya masing-masing. Wilayah yang dinilai memiliki kemampuan daerah yang bisa dipakai sebagai penyelenggara obyek wisata yakni Kabupaten Bangkalan dan Sumenep. �Hal dilihat dalam Gambar dibawah ini

Gambar 1 Perbandingan Data Jumlah Wisatawan Kabupaten Bangkalan dengan Kabupaten Sumenep

Pada Gambar 1 menunjukkan data jumlah wisatawan antara Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep mengalami kenaikan meskipun juga mengalami penurunan. Pada tahun 2006-2009 jumlah wisatawan Kabupaten Bangkalan sebelum dibangunnya Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) sehingga wisatawan harus menggunakan kapal. Sehingga jumlah wisatawan yang berlibur ke Kabupaten Bangkalan masih rendah pada tahun 2006 sampai 2009 yang disebabkan masih terbatasnya alat transportasi dan memerlukan waktu yang cukup lama. Pada tahun 2010-2013 wisata yang berwisata ke Kabupaten Bangkalan meningkat disebabkan adanya pembangunan Jembatan Suramadu yang memudahkan para wisatawan berkunjung ke Kabupaten Bangkalan dan pada tahun 2014-2017 mengalami penurunan yang terus menerus yang disebabkan obyek wisata di Kabupaten Bangkalan kurang diperhatikan oleh Pemerintah daerah dan kurangnya partisipasi masyarakat sekitar obyek wisata. Tetapi pada tahun 2018-2019 Pemerintah Kabupaten Bangkalan mulai membangun obyek wisata yang baru sehingga wisatawan yang berkunjung semakin banyak.

Jumlah wisatawan Kabupaten Sumenep pada tahun 2006-2009 mengalami kenaikkan yang statis disebabkan belum adanya jembatan suramadu dan perjalanan ke Kabupaten Sumenep yang jauh dari Kabupaten Bangkalan. Tetapi pada tahun 2010 setelah dibangunnya jembatan suramadu jumlah wisatawan Kabupaten Sumenep terus meningkat yang disebabkan obyek wisata yang terus dikembangkan oleh pemerintah. Kabupaten Sumenep sendiri memiliki obyek wisata pantai yang bagus dan indah terutama pantai Gili Labak sehingga para wisatawan tertarik untuk berkunjung ke Kabupaten Sumenep.

Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep dengan adanya keterbatasan SDA yang mempunyai beberapa sektor yang bisa di tingkatkan adalah sektor pariwisata. Banyak potensi wisata yang dapat ditingkatkan seperti meliputi wisata budaya, sejarah dan religi sehingga lebih maksimal bisa menyumbangkan partisipasi yang baik bagi Kabupaten Bangkalan maupun Kabupaten Sumenep. Dibutuhkan peran dan partisipasi pihak untuk berkontribusi pembangunan pariwisata yang ada di Kabupaten Sumenep dan Kabupatan Bangkalan.

Berikut contoh sektor pariwisata yang terdapat di Kabupaten Bangkalan seperti bukit kapur jaddih, mercusuar sembilangan, pantang rongkang dan lainnya. Sedangkan di Kabupaten Sumenep seperti Gili Labak, Gili Genting, Kepulauan Masalembu dan lainnya. Untuk mendorong angka PAD diperlukan perbaikan sektor pariwisata dimana dijadikan suatu potensi dan peluang sehingga berdampak baik dalam kegiataan perekonomian Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara angka destinasi wisatawan serta produk local daerah �,belanja modal dan tingkat hunian hotel terhadap PAD di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Selain untuk mengetahui pengaruh tersebut juga dapat mendorong wisatawan untuk mengunjungi daerah Bangkalan dan Sumenep dan memperkenalkan wisata alam yang masih terjaga.

Berdasarkan pemaparan diatas maka peneliti tertarik untuk membahas mengenai korelasi variabel pariwisata dengan PAD di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Selain itu juga peneliti ini melihat bagaimana pengaruh antar variabel dengan objek Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep pada Tahun 2006-2019.

 

Metode Penelitian

Data dokumentasi sekunder merupakan teknik yang diterapkan pada proses pencarian data dimana didapatkan dari lembaga yang berkaitan di penelitian. Metode pengumpulan penelitian memakai data kuantitatif dalam bentuk data tidak langsung yang diperoleh di Badan Pusat Kabupaten Bangkalan, Dinas Pariwisata Kabupaten Bangkalan, dan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep.

Analisis regresi linier berganda dipilih (Multiple Regression) dengan Data Panel, perangkat yang digunakan Eviews ver10 �dalam mensiasati seberapa signifikan dari tiap-tiap koefisien variabel bebas terhadap variabel terikat.

Persamaan regresi yang digunakan sebagai berikut:

�

Dimana :

���������������� = PAD pada sektor i dan tahun t

������������������� = Jumlah Wisatawan pada sektor i dan tahun t

������������ = Produk Domestik Regional Bruto pada sektor i dan tahun t

������������������ = Belanja Modal pada sektor i dan tahun t

��������������� = Tingkat Hunian Hotel pada sektor i dan tahun t

���������������������������������� = konstanta

������ = Koefisien Regresi

������������������������� = Kesalahan Penganggu pada sektor 1 dan tahun t

 

 

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Hasil Penelitian

1.    Estimasi Regresi Data Panel

Terdapat tiga metode pengukuran data panel dalam regresi sebagai berikut:

a.    �Common �Effect �Model (CEM)

Penggabungan antara data time series dengan data section berupa kuadrat kecil merupakan bentuk dari CEM. (Rosadi, 2012 : 271)

Tabel 1

�Estimasi Koefisien Common Effect Model

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

LOG(JW?)

-0.561931

0.182014

-3.087289

0.0050

LOG(PDRB?)

0.492832

0.127902

3.853205

0.0008

LOG(BM?)

0.829004

0.092690

8.943848

0.0000

THH?

0.063596

0.017403

3.654230

0.0013

Sumber : Output Eviews 10

 

Berdasarkan Tabel 1 model regresi data panel dengan CEM dengan persamaan Yit = -0.561931X1 + 0.492832X2 + 0.829004X3 + 0.063596X4.

b.    Fixed Effect Model (FEM)

FEM merupakan metode berupa model yang menjelaskan jika ketidaksamaan individu bisa difasilitasi dengan intersep yang berbeda. (Rosadi, 2012 : 272).

Tabel 2

Estimasi Koefisien Fixed Effect Model

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

-1.172349

7.045374

-0.166400

0.8694

LOG(JW?)

-0.268656

0.339712

-0.790836

0.4375

LOG(PDRB?)

0.200060

0.325786

0.614084

0.5455

LOG(BM?)

0.905279

0.346908

2.609565

0.0160

THH?

0.062090

0.024022

2.584665

0.0169

Sumber : Output Eviews 10

Tabel 2 menunjukkan bentuk regresi untuk FEM dengan persamaan Yit = -1.172349 - 0.268656X1 + 0.200060X2 + 0.905279X3 + 0.062090X4.

c.    Random Effect Model (REM)

Metode ini menjelaskan jika elemen kesalahan (galat individu) tidak berhubungan satu dengan lainnya serta elemen kesalahan yang tidak ada hubungan.

Tabel 3

�Estimasi Koefisien Random Effect Model

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

4.907529

3.555716

1.380180

0.1808

LOG(JW?)

-0.222247

0.129232

-1.719745

0.0989

LOG(PDRB?)

0.592879

0.109055

5.436517

0.0000

LOG(BM?)

0.472423

0.169485

2.787409

0.0105

THH?

0.026397

0.014476

1.823478

0.0813

Sumber : Output Eviews 10

Berdasarkan Tabel 3 model regresi data panel untuk REM dengan persamaan Yit = 4.907529 - 0.222247X1 + 0.592879X2 + 0.472423X3 + 0.026397X4.

2.    Pemilihan Model Terbaik

a.    Uji Chow

Uji chow dilakukan untuk membuktikan model estimasi regresi data panel CEM atau FEM yang terpilih.

Tabel 4

Uji Chow

Effects Test

Statistic

d.f.

Prob.

Period F

9.032451

(13,10)

0.0007

Period Chi-square

71.257710

13

0.0000

Sumber : Output Eviews 10

Output tabel 4 membuktikan hasil probability ialah 0.0000 atau lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. sehingga model yang dipilih adalah FEM �maka dilanjutkan ke uji hausman.

b.    Uji Hausman

Uji hausman dilakukan membuktikan tentang pengestimasian model REM atau FEM yang terpilih.

Tabel 5

Uji Hausman

Test Summary

Chi-Sq. Statistic

Chi-Sq. d.f.

Prob.

Period random

32.740520

4

0.0000

Sumber : Output Eviews 10

Hasil Uji �hausman �ditunjukkan dengan besarnya nilai probability dalam penelitian ini sebesar 0.0000 lebih kecil dari 0.05. maka H�0 ditolak dan menerima H1 sehingga model yang dipilih yaitu FEM.

3.    Uji Asumsi Klasik

a.    Uji Normalitas

Penilaian uji normalitas ditunjukkan dengan Jarque-Bera jika nilai probability lebih �besar �dari �0.05 maka berdistribusi normal.

Tabel 6

Uji Normalitas

Sumber : Output Eviews 10

Dilihat tabel 6 nilai probability senilai 0.647133. probability lebih besar dari signifikan 0.05 maka dapat dikatakan bahwa berdistribusi dengan normal.

b.    Uji Multikolinieritas

Bertujuan memperhitungkan apakah metode regresi ada ikatan antar variable bebas ataupun tidak (Gujarati, 2012). Angka VIF harus dibawah angka 10 sehingga dapat dikatakan terbebas dari terjadinya multikol.

Tabel 7

Uji Multikolinieritas

 

Coefficient

Uncentered

Centered

Variable

Variance

VIF

VIF

C

39.94741

10574.23

NA

LOG(JW)

0.042018

2106.234

7.562698

LOG(PDRB)

0.028655

2023.003

3.732907

LOG(BM)

0.094090

17072.84

4.997091

THH

0.000543

372.3314

8.480967

Sumber : Output Eviews 10

Hasil Tabel 7 membuktikan bahwa semua variable terbebas dari gejala multikolinearitas sebab nilai toleransi tidak jauh dari angka 1. Jika VIF tidak lebih besar dari 10 maka disimpulkan model regresi bebas pada uji ini.

c.    Uji Heteroskedastisitas

Bentuk kesalahan pada uji ini yakni dilihat dari nilai residualnya. Dilihat dari nilai probability R-squared apabila nilai lebih besar dari nilai signifikan 0.05 maka terbebas dari persoalan heteroskedastisitas.

 

Tabel 8

UjiIHeteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic

0.865109

Prob. F(14,13)

0.6057

Obs*R-squared

13.50466

Prob. Chi-Square(14)

0.4872

Scaled explained SS

11.11919

Prob. Chi-Square(14)

0.6766

Sumber : Output Eviews 10

Uji heteroskedastisitas diatas menyatakan nilai Obs*R-squared senilai 13.50466 serta probabilitas Obs*R-squared sebesar 0.4872. membuktikan bahwa model memenuhi asumsi heteroskedastisitas sebab probabilitas Obs*R-squared > taraf signifikan (0.05) Sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.

d.    Uji Autokorelasi

Bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan kesalahan penganggu dalam waktu pengamatan Dilihat dari Breusch Godfrey dimana probabilitas lebih besar dari 0.05.

 

 

 

Tabel 9

Uji Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

3.887993

Prob. F(2,21)

0.0366

Obs*R-squared

7.566295

Prob. Chi-Square(2)

0.0228

Sumber : Output Eviews 10

Tabel 9 membuktikan jika angka yang diperoleh sebesar �0.0228 kurang dari 0.05 artinya adanya autokorelasi pada regresi penelitian sehingga dilakukan upaya berupa dengan mentransformasi menggunakan model GLS (Generalized Least Squared) merupakan selisih antara data pada periode T-1 dikalikan dengan nilai Rh0 �dimana:

Tabel 10

Uji Autokorelasi Menggunakan Model GLS

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic

0.617934

    Prob. F(2,20)

0.5490

Obs*R-squared

1.571325

    Prob. Chi-Square(2)

0.4558

Sumber : Output Eviews 10

Berdasarkan �tabel �10 maka diperoleh �nilai probabilitas �sebesar 0.4558 setelah �dilakukannya �transformasi. Angka yang diperoleh melebihi dari 0.05 sehingga tidak terjadi masalah autokorelasi.

e.    Uji Hipotesis

Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)

Digunakan untuk menjelaskan berapa banyak varian yang dijelaskan dalam model. Dengan melihat nilai adjusted R-square. (Gujarati dan Dawn 2012:255�256) .

Tabel 11

Koefisien Determinasi

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared

0.862434

    Mean dependent var

25.22303

Adjusted R-squared

0.831169

    S.D. dependent var

0.783344

S.E. of regression

0.321869

    Akaike info criterion

0.758064

Sum squared resid

2.279190

    Schwarz criterion

1.043537

Log likelihood

-4.612899

    Hannan-Quinn criter.

0.845336

F-statistic

27.58462

    Durbin-Watson stat

1.201900

Prob(F-statistic)

0.000000

 

 

 

Sumber : Output Eviews 10

Nilai Adjusted R-Square pada penelitian sebesar 0.831169. Hal ini menandakan bahwa korelasi PAD dengan jumlah wisatawan, pdrb, belanja modal dan tingkat hunian hotel sebesar 83.12% �artinya variabel bebas yang dipakai dapat mempresentasekan 83.11 terhadap variable terikat. Sisanya 16.89% lainnya dipengaruhi faktor lain di luar model regresi tersebut.

1)    Uji Simultan (Uji-f)

Uji simultan dilihat melalui perbandingan nilai Fhitung dengan Ftabel atau dengan melihat angka probabilitas apabila bawah nilai signifikan maka H1 diterima. (Ghozali, 2011)

Tabel 12

�Uji Simultan

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared

0.862434

    Mean dependent var

25.22303

Adjusted R-squared

0.831169

    S.D. dependent var

0.783344

S.E. of regression

0.321869

    Akaike info criterion

0.758064

Sum squared resid

2.279190

    Schwarz criterion

1.043537

Log likelihood

-4.612899

    Hannan-Quinn criter.

0.845336

F-statistic

27.58462

    Durbin-Watson stat

1.201900

Prob(F-statistic)

0.000000

 

 

 

Sumber : Output Eviews 10

Tabel 12 menjelaskan jika �nilai Fhitung yaitu sebesar 27.58462 sementara Ftabel dengan tingkat α = 0.05. Dengan demikian Fhitung > Ftabel (27.58462 > 3.34), dan jika dilihat dari angka probabilitas 0.000000 dimana kurang dari 0.05sebagai angka signifikansi dimana H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara serentak variabel Jumlah Wisatawan, Produk Domestik Regional Bruto, Belanja Modal dan Tingkat Hunian Hotel berpengaruh signifikan pada PAD sehingga dapat dikatakan model regresi layak digunakan.

2)    Uji Parsial (Uji-t)

Uji ini bertujuan dalam memprediksi terjadinya pengaruh antara variabel independent terhadap variabel dependen dengan menganalogikan sebagai konstanta.

Tabel 13

Uji Parsial

Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.  

C

-1.172349

7.045374

-0.166400

0.8694

LOG(JW?)

-0.268656

0.339712

-0.790836

0.4375

LOG(PDRB?)

0.200060

0.325786

0.614084

0.5455

LOG(BM?)

0.905279

0.346908

2.609565

0.0160

THH?

0.062090

0.024022

2.584665

0.0169

Sumber : Output Eviews 10

Penjelasan mengenai tabel �13 sebagai berikut :

a)    Keterkaitan antara Jumlah Wisatawan terhadap PAD

Angka yang diperoleh dalam uji regresi data panel dimana variabel independent Jumlah Wisatawan (JW) adalah sebesar -0.790836, sementara t-tabel adalah 1.71387 artinya t hitung lebih kecil dari nilai t-tabel ( -0.790836 < 1.71387), dan dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0.4375 yang lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa jumlah wisatawan tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap PAD.

b)   Keterkaitan antara PDRB terhadap PAD

Dilihat dari hasil pengujian tabel diatas ditemukan untuk t hitung pada �variabel bebas PDRB adalah 0.614084, sedangkan nilai t-tabel adalah sebesar 1.71387 yang berarti nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (0.614084 < 1.71387), dari probabilitasnya sebesar 0.5455 lebih besar dari 0.05, maka variabel independen yakni pdrb tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD.

c)    Keterkaitan antara Belanja Modal terhadap PAD

Pada tabel diatas memperlihatkan angka uji t pada variabel bebas belanja modal sebesar 2.609565 sedangkan t-tabel dengan α = 5% adalah sebesar 1.71387 yang� berarti bahwa nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel sebesar ( 2.609565 > 1.71387) selain dilihat dari t hitung juga dilihat nilai probabilitas sebesar 0.0160 yang lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa belanja modal mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

d)    Keterkaitan antara Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah

Angka uji t pada regresi membuktikan jika variabel bebas tingkat hunian hotel 2.584665 sedangkan nilai t-tabel dengan α = 5% adalah senilai 1.71387 nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel sebesar (2.584665 > 1.71387) Dilain sisi angka �probabilitas sebesar 0.0169 kurang dari 0.05 membuktikan jika tingkat hunian hotel berpengaruh dan �signifikan terhadap PAD.

 

B.  Pembahasan

Untuk mengukur seberapa jauh korelasi antara Jumlah Wisatawan, PDRB, Belanja Modal, dan Tingkat Hunian Hotel terhadap PAD. Berikut dapat dijelakan pada tabel �dibawah sebagai berikut:

Tabel 14

Hubungan Variabel IndependenIterhadap Pendapatan Asli Daerah

Variabel

Hubungan yang Ditemukan

Signifikan

Jumlah Kunjungan Wisatawan (JW)

Negatif (-)

Tidak Signifikan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Positif (+)

Tidak Signifikan

Belanja Modal (BM)

Positif (+)

Signifikan

Tingkat Hunian Hotel (THH)

Positif (+)

Signifikan

 

1.    Keterkaitan antara Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap PAD

Jumlah kunjungan wisatawan dengan PAD menunjukkan tidak ada pengaruh yang siginifikan seperti yang tersaji di atbel 14 diatas. Dalam aktifitas kunjungan wisatawan pada Kabupaten Bangkalan masih minimnya infrastruktur yang memadai untuk menunjang aktifitas pariwisata sehingga menyebabkan naik dan turunnya jumlah wisatawan. Selain minimnya infrastruktur, di Kabupaten Bangkalan masih belum memanfaatkan sebaik mungkin SDA yang dimiliki untuk menggelola kemampuan wisata yang masih terjaga. Dengan memanfaatkan SDA yang masih lestari dan menggunakan potensi alam yang dimiliki sebaik mungkin sesuai dengan peraturan pariwisata akan dapat meningkatkan daya tarik wisata dari berbagai daerah untuk berkunjung ke Kabupaten Bangkalan.

Pada Kabupaten Sumenep sendiri memiliki wisata alam yang indah seperti Gili Labak merupakan pulau yang masih terjaga kadar oksigen dan kelestarian alamnnya yang memiliki keelokan pasir putih serta warna biru laut yang indah nan mempesona. Tetapi para wisatawan atau turis masih belum mengetahui jika Kabupaten Sumenep menyajikan keindahan pulau yang mempesona dan juga menawan. Selain faktor tersebut juga sulitnya akses sarana menuju wisata yang ada di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan mengalami naik dan turun. Namun demikian, jumlah kunjungan wisata tidak berpengaruh terhadap PAD di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Hal tersebut tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Adil et al., 2019) yang menyatakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan berpengaruh positif serta signifikan terhadap PAD. Pada penelitian ini jumlah wisatawan tidak signifikan serta berpengaruh negative terhadap PAD yang disebabkan oleh kurangnya saran dan prasarana yang memadai ketempat wisata dan kurangnya promosi untuk menarik wisata berkunjung ke Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Dan didukung oleh penelitian (Purwanti & Dewi, 2014) yang menyatakan jumlah kunjungan wisatawan tidak berpengaruh terhadap PAD Kabupaten Mojokerto

2.    Pengaruh PDRB Terhadap PAD

Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara pdrb dengan pad namun memiliki hubungan yang positif sehingga peningkatan maupun penurunan produk domestik regional bruto tidak berpengaruh. Bertolak belakang dengan hipotesis yang diajukan dimana mengatakan bahwa PDRB positif terhadap PAD di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Hal ini disebabkan karena utama dalam PDRB adalah sektor pertanian, sehingga kurang memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan daerah. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Mawar & Sroyer, 2021) dan (Syarafina, 2018)yang menyatakan bahwa PDRB berpengaruh positif dan tidak signifikan.

3.    Keterkaitan antara Belanja Modal Terhadap PAD

Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa terdapat korelasi signifikan antara belanja modal dengan PAD. Peningkatan dan penurunan belanja modal sangat berpengaruh terhadap PAD. Belanja modal di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep merupakan belanja yang digunakan untuk meningkatkan pembangunan sektor transportasi menunjang pariwisata, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Sehingga semakin besar pengeluaran belanja modal yang di lakukan oleh pemerintah di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep berdampak pada tingginya angkan pendapatan asli daerah. Sejalan dengan penelitian (Ambada, 2018)yang menunjukkan bahwa belanja modal berpengaruh terhadap PAD.

4.    Keterkaitan antara Tingkat Hunian Hotel Terhadap PAD

Tingkat hunian hotel dengan PAD. Peningkatan dan penurunan angka hunian hotel bisa berdampak terhadap pendapatan asli daerah. Membuktikan jika tingkat hunian hotel memiliki angka yang positif terhadap PAD. Semakin banyak orang yang menginap secara langsung angka pad bisa mengalami kenaikan. Meningkatnya hunian hotel tidak hanya dilihat dari berapa banyak jumlah kunjungan wisatawan pada Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep melainkan berapa banyak yang menginap di hotel tersebut dan pariwisata tidak hanya berwisata ketempat pemandangan yang indah melainkan bisa wisata ke hotel yang memiliki pemandangan indah memiliki suasana yang baru.

Di Kabupaten Sumenep sudah memiliki hotel yang berbintang dan tidak kalah dengan pemandangan wisatanya. Hunian hotel yang ada di Kabupaten Sumenep memiliki pemandangan hotel yang bagus bisa membuat kenyamanan bagi orang yang menginap. Sedangkan Kabupaten Sumenep sendiri memiliki hotel yang masih baru dan memberikan kenyamanan bagi orang yang menginap.� Sehingga semakin banyak pengunjung hotel akan semakin meningkatkan PAD. Hal ini sesuai dengan penelitian� (Sabrina & Mudzhalifah, 2018)berpendapat jika tingkat hunian hotel� berpengaruh terhadap PAD�

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil riset dan penjelasan diperoleh kesimpulan mengenai hasil riset membuktikan jika angka orang berwisata berdampak negative serta tidak signifikan terhadap PAD Kabupaten Bangkalan serta Kabupaten sumenep. Membuktikan bahwa wisatawan tidak berpengaruh terhadap PAD di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Hasil analisis regresi data panel dimana pdrb memberikan dampak positif serta tidak signifikan terhadap PAD di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Hasil dari penelitian belanja modal berdampak positif serta signifikan terhadap PAD di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep. Hal ini berarti belanja modal memiliki pengaruh terhadap PAD. Hasil dari penelitian tingkat hunian hotel berdampak positif serta signifikan terhadap PAD di Kabupaten Bangkalan serta Kabupaten Sumenep.

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Adil, R. A., Naukoko, A. T., Wauran, P. C., Pembangunan, J. E., Ekonomi, F., & Ratulangi, U. S. (2019). KERJA. 19(04), 107�114.

 

Adriani, E., & Handayani, S. I. (2010). Pengaruh PDRB dan Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Merangin. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 8(2), 1�6.Google Scholar

 

Ambada, D. T. (2018). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Penanaman Modal Dalam Negri, Belanja Modal dan Jumlah Industri Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Jawa Tengah Tahun 2010-2016.Google Scholar

 

Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS (jilid 2). BP Universitas Diponegoro.Google Scholar

 

Gujarati, D. N. dan D. C. P. (2012). Dasar-Dasar Ekonometrika. Salemba Empat.Google Scholar

 

Mawar, M., & Sroyer, S. (2021). Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto dan Jumlah Penduduk Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Mimika. Journal of Economics and Regional Science, 1(1), 40�53. https://doi.org/10.52421/jurnal-esensi.v1i1.135 Google Scholar

 

Meyers, K. (2009). Pengertian Pariwisata. Unesco Office. Google Scholar

 

Novitri, Qorina dan Syafri, M. (2014). Determinan Penerimaan Daerah dan Sektor Pariwisata di Kab/Kota Provinsi Jambi Periode 2000-2012. Jurnal Paradigma Ekonomika, volume 9 N. Google Scholar

 

Purwanti, N. D., & Dewi, R. M. (2014). Pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap pendapatan asli daerah kabupaten mojokerto tahun 2006-2013. Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, 2(3), 1�12. Google Scholar

 

Ririn, T., Murdayanti, Y., & Prihatni, R. (2014). Pengaruh Belanja Modal, Investasi, Dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Pendapatan Asli Daerah Theodora Ririn, Rida Prihatni, Yunika Murdayanti, Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta. Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 9(1). Google Scholar

 

Rosadi, D. (2012). Ekonometrika & Analisis Runtun Waktu Terapan dengan EViews. C.V Andi Offset. Google Scholar

 

Sabrina, N., & Mudzhalifah, I. (2018). Pengaruh Jumlah Objek Wisata, Jumlah Wisatawan Dan Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Dengan Penerimaan Sektor Pariwisata Sebagai Variabel Moderating Pada Dinas Pariwisata Kota Palembang. BALANCE Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 3(2), 464. Google Scholar

 

Sari, S. I. S. P., & Yuliarmi, N. N. (2018). Pengaruh Kunjungan Wisatawan, Lama Tinggal, Tingkat Hunian, Dan Jumlah Objek Wisata Terhadap Pad Kabupaten Karangasem. E-Jurnal EP Unud, 7(6), 1282�1310. Google Scholar

 

Suastika, I. G. Y., & Yasa, I. N. M. (2017). Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Lama Tinggal Wisatawan, dan Tingkat Hunian Hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 6(7), 1338. Google Scholar

 

Sukirno, S. (2010). Makro Ekonomi/Teori Pengantar. Google Scholar

 

Syarafina, N. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PAD Di Provinsi Diy Tahun 2010-2015. Naskah Jurnal Publikasi. Google Scholar

 

Copyright holder:

Hanum Isnaini Savira, Niniek Imaningsih, Riko Setya Wijaya (2021)

 

First publication right:

Jurnal Syntax Admiration

 

This article is licensed under: