Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 7 Juli 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI JAWA TIMUR
Nurliana Mufida, Muchtolifah,
Sishadiyati
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 5 Juli 2021 Direvisi 9 Juli 2021 Disetujui 21 Juli 2021 |
Tenaga kerja adalah seluruh penduduk usia kerja yang berusia minimal 15 tahun dan dapat menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja dapat menjadi sarana untuk menggerakkan pembangunan ekonomi. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan dapat dilihat sejauh mana pemerintah dapat meningkatkan lapangan kerja. Jawa Timur sebagai salah satu dengan penduduk terpadat kedua yang selalu mengalami permasalahan tenaga kerja, permasalahan itu sendiri meliputi
tenaga kerja yang terserap lebih rendah dari angkatan
kerjanya. Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui pengaruh upah minimum, pertumbuhan ekonomi, dan pendidikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Penelitian ini memakai metode kuantitatif karena menyajikan angka-angka. Jenis data yang dipakai data sekunder dan memakai metode analisis regresi linier berganda. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa upah tidak
berdampak pada penyerapan
tenaga kerja, sementara pertumbuhan ekonomi dan pendidikan memiliki dampak penting dan besar pada penyerapan tenaga kerja. ABTRACT Labor is
all working age population who are at least 15 years old and can produce
goods and services. Labor can be a means to drive economic development. The
success of the government in development can be seen how far the government
can increase employment. East Java as one with the second largest population
that cannot be separated from employment problems, the problems itself
includes the absorbed workforce is lower than its workforce. The purpose of
this study was to determine the effect of minimum wages, economic growth, and
education on employment in East Java Province. The method used is a
quantitative method because this study presents numbers. The type of data
used is secondary data and uses multiple linier regression analysis method.
This study found that wages have no impact on employment, while economic
growth and education have an important and major impact on emploment. |
Kata
Kunci: Penyerapan tenaga kerja; upah minimum; pertumbuhan ekonomi; pendidikan Keywords: labor absorption;
minimum wage; economic growth; education |
Pendahuluan
Keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan dapat dilihat sejauh mana pemerintah dapat mengurangi pengangguran
dan meningkatkan lapangan kerja, agar tenaga kerja dapat terserap dengan baik
harus diiringi dengan lapangan kerja yang baru, dampak dari adanya lapangan
kerja yang baru dapat meningkatkan kemakmuran masyarakat yang semakin tinggi. Masalah ketenagakerjan
selalu melingkupi negara berkembang seperti Indonesia dimana jumlah penduduknya
besar. Akibat dari tingginya jumlah penduduk bisa mengakibatkan jumlah angkatan kerja yang besar sehingga jumlah orang yang mencari pekerjaan dan menganggur akan semakin banyak yang mengakibatkan pendapatannya relatif rendah. Oleh karena itu, harus
memperhatikan pertumbuhan ekonomi untuk menghadapi
masalah tenaga kerja.
Merebaknya virus corona (Covid-19) telah menginfeksi hampir seluruh negara di dunia. Hingga saat ini,
dengan adanya pandemi Covid-19 melemahkan perekonomian dunia menyebabkan kebijakan pembangunan berubah haluan, begitu pula dengan kebijakan perencanaan tenaga kerja (Sulistiawati, 2020). Perusahaan mau tidak mau
mengurangi jumlah pekerja atau karyawannya
sehingga berujung pada PHK untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut. Terlalu banyak perusahaan yang mengambil langkah-langkah dan tindakan ekstrim untuk mempertahankan usahanya dan tentunya mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh Covid-19. Menurut
pemeriksaan ILO (International
Labor Organization) karena tindakan
isolasi total atau sebagian saat ini
memengaruhi hampir 2,7 miliar pekerja, para pekerja ini sudah
mencapai 81% dari tenaga kerja dunia. Pada situasi saat ini,
perusahaan di berbagai sektor ekonomi menghadapi krisis ekonomi terutama di perusahaan kecil. Jutaan pekerja dapat dengan mudah
kehilangan pekerjaan dan penghasilan mereka dan menghadapi PHK (Syahrial, 2020).
Kepadatan penduduk
yang menyebabkan laju pertumbuhannya tinggi tetapi lapangan kesempatan kerjanya terbatas. Maka dari
itu, pertumbuhan ekonomi harus dilakukan
dengan maksimal agar permasalahan ketenagakerjaan cepat terselesaikan. Berikut digambarkan dalam diagram kondisi ketenagakerjaan di Jawa Timur periode 2004-2019.
Gambar 1
Kondisi Ketenagakerjaan
di Jawa Timur
Sumber: (BPS
Jawa Timur, 2020)�
Diagram diatas memperlihatkan
kondisi umum ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Timur yang mengalami fluktuasi. Tingginya peningkatan jumlah angkatan kerja menjadi masalah ketenagakerjaan yang dihadapi
oleh Jawa Timur karena tidak diimbangi dengan tingginya tenaga kerja yang terserap. Provinsi Jawa Timur harus segera meningkatkan perluasan kesempatan kerja karena pertumbuhan
jumlah angkatan kerja terus meningkat.
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bekerja mulai tahun
2004 hingga 2019 berfluktuasi,
tahun 2019 jumlah angkatan kerja meningkat menjadi 21.590.000 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang bekerja juga ikut mengalami peningkatan dari 20.449.949 jiwa pada tahun 2018 menjadi 20.760.000 jiwa tahun 2019. Penambahan jumlah penduduk berdampak pada penambahan angkatan kerja. Jika terserap dengan baik, jumlah
angkatan kerja akan menjadi bonus demografi, tetapi jika tidak terserap
akan menjadi bencana. Angka pengangguran bisa melonjak apabila
pertumbuhan kesempatan kerjanya lebih lambat daripada angkatan kerja. Tahun 2019, yaitu 20.760.000 jiwa. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 1,52% bila dibandingkan tahun 2018. Perkembangan tertinggi penyerapan tenaga kerja terjadi pada periode 2017 sejumlah 5,15% dan terendah terjadi pada periode 2010 sejumlah -3,14%. Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus melakukan berbagai upaya dan kebijakan dalam memanifestasikan ekuilibrium antara kesempatan kerja dan pencari kerja agar kesempatan kerja bisa diperluas.
Penduduk usia
kerja dari tahun ke tahun
di Jawa Timur mengalami penambahan serta jumlah penduduk ikut mengalami peningkatan sehingga penawaran tenaga kerja ikut bertambah
juga. Fenomena tersebut dapat berdampak pada kecilnya peluang kesempatan kerja karena lapangan pekerjaan yang tersedia semakin sedikit. Meningkatnya jumlah penduduk tiap tahun
bisa menghambat pembangunan dan menimbulkan masalah pengangguran jika tidak diiringi
dengan perluasan lapangan kerja sehingga permasalahan ini perlu dibahas
lebih mendalam lagi.
Investasi asing dan domestik yang
tersendat ternyata bisa memicu minimnya lapangan kerja baru sehingga
menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang belum mampu menjadi harapan dalam
memanifestasikan lapangan kerja yang baru karena penambahan penyerapan tenaga
kerja masih sangat rendah. Selain itu, faktor penentu upah minimum, pendidikan
ternyata tidak sesuai dengan keinginan pasar tenaga kerja.
Menentukan tingkat upah ekuilibrium
serta penerapan tenaga kerja harus menyeimbangkan permintaan dimana
keseimbangan interaksi tersebut berasal dari penyerapan tenaga kerja (Pratiwi & Indrajaya, 2019). Pendapatan yang besar
diperoleh dari keuntungan operasional dimana perusahaan membutuhkan permintaan tenaga kerja (Tahir, 2018). Hal-hal yang memengaruhinya yaitu a) Permintaan pasar akan produk perusahaan
bisa naik maupun turun, penggunaan tenaga kerja bisa
ditingkatkan oleh produsen apabila permintaan akan produksi terus
mengalami peningkatan dan sering menambah kapasitas produksinya, b) Jika biaya produksi turun maka akan
menurunkan harga barang modal yang mengakibatkan turunnya harga jual barang per unit sehingga output produksi dari produsen akan
cenderung mengalami peningkatan karena permintaannya meningkat. Selain itu, karena
aktivitas perusahaan yang semakin tinggi maka terjadi peningkatannya.
Hal yang memengaruhi upah yang dilihat
dari permintaan, teori (Mankiw 2003) upah selalu
disesuaikan untuk memanifestasikan ekuilibrium pada yang dimintakan. Menurut Malthus, dengan bertambahnya jumlah penduduk, menjadi peningkatan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Begitu pula apabila penawaran tenaga kerja menurun karena
penurunan jumlah penduduk, maka tingkat upah akan
meningkat. Upah dan penyerapan tenaga kerja mempunyai keterkaitan yaitu upah bisa menurunkan
dan menaikkan penyerapan tenaga kerja. Kebijakan
untuk menerapkan dan meningkatkan upah riil berdampak negatif karena dapat menyebabkan pengangguran sosial. Setiap kota perlu
meningkatkan upah minimum setiap tahunnya untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, di sisi lain (pengusaha) justru berdampak negatif pada pengangguran. Hal ini karena perluasan
kompensasi sehingga biaya akan produksi
semakin tinggi yang mengakibatkan inefisiensi perusahaan dan bakal mengadopsi kebijakan pengurangan tenaga kerja untuk menekan
biaya produksi yang akan mengakibatkan pengurangan tenaga kerja (Kurniawan & Handayani, 2013).
Pembangunan disuatu daerah bisa diukur
dengan indikator pertumbuhan ekonomi dengan cara mengevaluasi
dari kemajuan suatu daerah dalam
periode tertentu. Dalam kurun waktu
tertentu pertumbuhan ekonomi dengan penyerapan tenaga kerja mempunyai interaksi berbanding lurus agar memanifestasikan sumber daya manusia
yang berkualitas dan mampu menambah kuantitas. Selain itu, bisa
membawa harapan baik dalam memanifestasikan
lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan menambah penyerapan tenaga kerja (Ferdinandus, 2014).
Suatu negara bisa
mencapai kesuksesan ekonomi dalam jangka
panjang harus memperhatikan pendidikan, karena pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kesuksesan negara (Ganie, 2017). Investasi dalam bidang sumber daya
manusia meliputi pendidikan yang disebut dengan human capital.
Investasi modal manusia bisa meningkatkan lapangan kerja dan pendapatan. Semakin banyak orang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, maka akan semakin
banyak yang terserap oleh angkatan kerja bahkan menciptakan lapangan kerja. Adanya pendidikan tingkat tinggi akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan efisiensi produksi sehingga akan membantu
pertumbuhan ekonomi.
Pendidikan memiliki hubungan
apabila pendidikan yang tinggi mampu menghasilkan
produksi perusahaan juga tinggi, dan output yang tinggi mampu mendorong perusahaan menambah jumlah pekerja. Untuk meningkatkan standar dari pekerjaan
yang diharapkan bisa sesuai dengan apa
yang diinginkan (Buchari, 2016).
Pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2019 mengalami peningkatan, tetapi peningkatan ini kebetulan belum bisa menyerap banyak
tenaga kerja apalagi dengan adanya pandemi Covid-19 perekonomian menjadi lemah sehingga diperlukan adanya penerapan kebijakan upah minimum dan pentingnya peningkatan pendidikan di Provinsi Jawa Timur. Tingginya angkatan kerja dan belum diiringi tingginya tenaga kerja yang terserap akan mengakibatkan
tingginya pengangguran, sehingga bisa diambil
benang merahnya bahwa belum optimal terserapnya tenaga kerja di Jawa Timur.
Penelitian ini
memiliki tujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang memengaruhi penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Manfaat dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan
dalam menentukan arah dan strategi pembangunan ke depan, serta
bisa dipertimbangkan untuk rencana prediksi
kondisi tenaga kerja daerah khususnya
Pemerintah provinsi Jawa Timur.
Ada beberapa kajian
yang relevan dan dimanfaatkan
sebagai sumber perspektif dalam penelitian ini, penelitian mengenai khusunya penelitian yang dilakukan (Alamsyah & Effendi, 2020)
dengan judul penelitian �Pengaruh Tingkat
Pendidikan dan Upah Minimum terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun
2014-2018�. Alat analisis yang dipakai
dalam eksplorasi ini adalah memanfaatkan
metode Fixed
Effect Model (FEM). Kemudian penelitian
dari (Gautama et al., 2021)
dengan judul penelitian �Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Tanah Laut�. Penelitian ini bersifat deskriptif
kuantitatif dan kualitatif.
Metode yang dipilih menggunakan metode wawancara. Kemudian penelitian dari (Pratiwi & Indrajaya, 2019)
dengan judul eksplorasi �Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja serta Kesejahteraan
Masyarakat di Provinsi Bali�. Alat analisis yang dipakai dalam eksplorasi ini adalah memanfaatkan
metode Path Analysis.
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengarahkan eksplorasi dengan judul �Analisis Beberapa Faktor yang Memengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur�.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Jawa Timur
sebab pusat perekonomian di Pulau Jawa dimiliki oleh Jawa Timur dan khususnya
laju pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi dimiliki oleh Pulau Jawa.
Penelitian ini memakai pendekatan
kuantitatif sebab yang dipakai adalah data berupa angka. Penelitian kuantitatif
merupakan penelitian yang memprioritaskan pada pengukuran serta analisis korelasi penyebab dan akibat dari berbagai
variabel (Ahyar
et al., 2020)
Jenis datanya memakai data sekunder yang merupakan data yang tersedia sebelumnya diakumulasikan tidak langsung atau berkas tersebut
merupakan kumpulan dari semua sumber
tertulis milik pemerintah atau perpustakaan yang terkait dengan penelitian (Ahyar et al., 2020). Penelitian ini memakai variabel terikat yakni penyerapan
tenaga kerja dan variabel bebas yakni upah, pertumbuhan
ekonomi dan pendidikan. Penelitian ini memakai data yang meliputi: 1) jumlah penduduk bekerja provinsi Jawa Timur (2004-2019), 2) upah
minimum provinsi Jawa Timur
(2004-2019), 3) pertumbuhan ekonomi
provinsi Jawa Timur
(2004-2019), 4) pendidikan provinsi
Jawa Timur (2004-2019).
Teknik pengumpulan
datanya memakai dokumentasi dan studi kepustakaan, merupakan penelitian yang dilaksanakan dengan menafsirkan, mendalami, serta menyatat sesuai topik untuk bahan
bacaan, lalu disaring dan dituangkan ke dalam kerangka
teori, informasi tersebut berasal dari Badan Pusat Statistik untuk wilayah Jawa Timur. Pemilihan informasi ini berarti memperoleh
informasi yang tepat dan dapat diterapkan. Teknik analisisnya memakai analisis regresi linier berganda sebab menganalisis pengaruh antar variabel, serta menyertakan variabel lebih dari dua (Martono, 2010).
A. Hasil Penelitian
1.
Uji Asumsi Klasik
a.
Autokorelasi
Pengujian autokorelasi
terjadi pada model regresi
yang memakai data deret waktu. Tujuannya untuk menguji apakah
ada hubungan antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan periode lalu pada model regresi linier. Metode yang digunakan menggunakan uji Durbin
Watson. Aturan keputusannya
sebagai berikut:
Jika d < dL atau d > (4-dL), dilolaknya
Ho, ini menyiratkan bahwa ada autokorelasi.
Jika dL < d < (4-dL), diterimya Ho, ini menyiratkan bahwa tidak ada autokorelasi.
Jika dL < d < dU atau (4-dU) < d <
(4-dL), maka belum bisa menyimpulkan apakah terdapat autokorelasi.
Hasil regresi memperoleh D-W tes senilai 1,918, dengan k = 3, n = 16, dan taraf nyata 5% maka nilai
dL = 0,857, dU = 1,728, karena
nilai D-W tes yang diperoleh pada daerah dU dan (4-dU) adalah 1,918 yang merupakan daerah tanpa autokorelasi, sehingga bisa ditarik
kesimpulan hasil analisis regresi tidak terjadi autokorelasi.
b.
Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji ada
tidaknya hubungan antara faktor bebas.
Untuk menentukan ada tidaknya multikolinieritas
dapat menggunakan nilai VIF dengan asumsi nilai VIF > 10, terdapat multikolinieritas dalam persamaan regresi linier. Hasil pengujian multikolinieritas menggunakan metode VIF adalah berikut ini:
Tabel 1
Hasil Uji Multikolinieritas
menggunakan Metode VIF
Persamaan |
VIF |
Nilai Kritis |
Keterangan |
X1 |
4,980 |
10 |
Tidak terkena multikolinieritas |
X2 |
2,191 |
10 |
Tidak terkena multikolinieritas |
X3 |
7,338 |
10 |
Tidak terkena multikolinieritas |
Sumber: Output Hasil SPSS
(Lampiran)
Berdasarkan tabel
1, nilai VIF < 10, menyiratkan
bahwa seluruh variabel bebas tidak terkena multikolinieritas.
c.
Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas adalah pengujian untuk menilai apakah terdapat varians dari residual yang diamati. Dalam uji heterokedastisitas dapat menggunakan uji Spearman�s.
Apabila hasil regresi menunjukkan nilai yang signifikan ≥ nilai α maka memperlihatkan bahwa regresi linier tidak terkena heterokedastisitas.
Tabel 2
Hasil Uji Heterokedastisitas
dengan Korelasi Rank
Spearman
Variabel |
Sig. |
Nilai Kritis |
Keterangan |
X1 |
0,637 |
0,05 |
Homokedastisitas |
X2 |
0,922 |
0,05 |
Homokedastisitas |
X3 |
0,905 |
0,05 |
Homokedastisitas |
Sumber: Output Hasil SPSS
(Lampiran)
Tingkat signifikan koefisien rank
spearman�s seluruh variabel
bebas terhadap residual nilainya lebih dari 0,05, jadi mendapatkan kesimpulan bahwa tidak mengalami
gejala heterokedastisitas.
2.
Analisis Regresi
Linier Berganda
Y = -5387542 + 0,640X1 +
777555,7X2 + 2765648X3
Adapun arti dari
koefisien regresi tersebut adalah:
β0 = -5387542
Artinya, apabila
Upah (X1), Pertumbuhan Ekonomi (X2) dan Pendidikan (X3) sama
dengan nol, maka Penyerapan Tenaga Kerja (Y) sebesar 5387542.
β1 = 0,640
Artinya, apabila
naiknya Upah (X1) satu rupiah maka Penyerapan Tenaga Kerja (Y) naik
0,640 jiwa dengan asumsi variabel lain konstan.
β2 = 777555,7
Artinya, apabila
naiknya Pertumbuhan Ekonomi (X2) satu persen maka Penyerapan
Tenaga Kerja (Y) naik 777555,7 jiwa
dengan asumsi variabel lain konstan.
β3 = 2765648
Artinya, apabila
naiknya Pendidikan (X3) satu
tahun maka Penyerapan Tenaga Kerja (Y) naik
2765648 jiwa dengan asumsi variabel lain konstan.
3.
Uji F
Uji F dipakai untuk menentukan
dampak variabel bebas secara simultan
pada variabel terikat. Diperoleh nilai Sig. 0,000 <
0,05, maka ditolaknya Ho, berarti ada pengaruh
simultan antara Upah (X1), Pertumbuhan Ekonomi (X2), dan Pendidikan (X3) terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja (Y).
4.
Pengujian Hipotesis
a.
Uji t
Uji t dipakai dalam membuktikan
pengaruh Upah Minimum (X1),
Pertumbuhan Ekonomi (X2),
dan Pendidikan (X3) terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja (Y) secara parsial. Berdasarkan pengujian di SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3
Hasil Uji t
Variabel |
t-statistik |
Sig. |
X1 |
1,382 |
0,192 |
X2 |
2,448 |
0,031 |
X3 |
3,275 |
0,007 |
Sumber: Output Hasil SPSS
(Lampiran)
1)
Pengujian Pengaruh
Upah (X1) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Hasil olah data didapat nilai Sig. = 0,192 > 0,05, maka
diterimanya Ho, berarti tidak ada pengaruh
Upah Minimum (X1) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
2)
Pengujian Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi (X2) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
Hasil olah data didapat nilai Sig. = 0,031 < 0,05, maka
H0 ditolak, artinya ada pengaruh positif
dan signifikan Pertumbuhan Ekonomi (X2) terhadap Penyerapan Tenaga Kerja (Y)
3)
Pengujian Pengaruh
Pendidikan (X3) terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja (Y)
Hasil olah data didapat nilai Sig. = 0,007 < 0,05, maka
ditolaknya Ho, berarti ada pengaruh positif
dan signifikan pendidikan
(X3) terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja (Y).
B. Pembahasan
1. Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan hasil
penelitian yang sudah dilaksanakan memperlihatkan bahwa upah tidak
memengaruhi penyerapan tenaga kerja. Ini
menunjukkan bahwa bila upah naik, penyerapan tenaga kerja tidak akan
berkurang karena pekerja mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya sehingga produktivitas akan meningkat dan beban produksi yang telah dibelanjakan, perusahaan bisa menekannya. Penelitian dari (Wijaya
et al., 2014), (Pangastuti,
2015), dan (Kawet
et al., 2019) mendukung hasil penelitian ini, yang membuktikan bahwa upah belum
mempunyai pengaruh terhadap terserapnya tenaga kerja, sebab
bila pengupahan meningkat, seseorang akan termotivasi dan berusaha dalam mencari pekerjaan sehingga, yang menyebabkan peningkatan dengan menawarkan ataupun yang menjadi dorongannya. Bisa dikatakan bahwa tingginya upah belum tentu terjaminnya
tenaga kerja terserap juga ikut tinggi dan tinggi rendahnya upah masih kurang efektif
dalam memacu terserapnya tenaga kerja.
Hasil penelitian ini bertentangan oleh penelititian dari (Indradewa
& Natha, 2015) menunjukkan bahwa pengupahan memiliki dampak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Bali. Upah yang meningkat bisa berpengaruh pada kemampuan daya beli masyarakatnya dan mengakibatkan meningkatnya permintaan serta perusahaan yang memasuki pasar semakin banyak sehingga meningkatkan terserapnya tenaga kerja di perusahaan dan dikarenakan adanya upah yang naik bisa mengupayakan penambahan dari terserapnya tenaga kerja.
2. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan hasil
penelitian dapat diperhatikan jika pertumbuhan ekonomi memiliki dampak positif dan nyata pada penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Membuktikan bahwa jika pertumbuhan
ekonomi naik akan menyebabkan terserapnya tenaga kerja menjadi
naik. Penelitian dari (Ferdinandus,
2014), (Rusniati
et al., 2018) dan (Tahir,
2018) mendukung penelitian ini, yang membuktikan jika daya tumbuh berdampak
positif pada terserapnya tenaga kerja, disebabkan
oleh peningkatan kapasitas produksi sehingga pengusaha sering menambah tenaga kerja untuk kegiatan
produksi guna memenuhi permintaan konsumen. Agar seluruh masyarakat bisa sejahtera harus mampu dalam memanifestasikan
pemerataan pendapatan dengan cara memperbaiki
pertumbuhan ekonomi melalui menyerap banyak tenaga kerja.
3. Pengaruh Pendidikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Timur
Pengkajian yang dilakukan memperlihatkan pendidikan mempunyai dampak positif dan nyata terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Membuktikan bahwa terserapnya tenaga kerja bisa
dipengaruhi oleh salah satu
faktor yakni pendidikan. Dilihat dari indikator kinerja bidang pendidikan, terlihat bahwa keberhasilan pembangunan terletak pada kesempatan anak didik untuk memperoleh
pendidikan yang layak baik dari segi
kuantitas ataupun kualitas. Penelitian dari (Atiyatna
et al., 2016), (Buchari,
2016), (Alamsyah
& Effendi, 2020) dan (Rahayu,
2020) mendukung hasil dari penelitian
ini. Untuk memudahkan masyarakat dalam menyerap informasi salah satunya harus memiliki tingginya jenjang pendidikan, sehingga bakal terbentuk masyarakat yang berderajat tinggi dan memiliki kemampuan produksi yang berkembang. Artinya, tingginya tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingginya tingkat produktivitas atau kinerja tenaga
kerja.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Hasil analisis membuktikan
bahwa upah tidak memberikan kontribusi terhadap terserapnya tenaga kerja di Jawa Timur. Membuktikan berarti tinggi rendahnya upah belum cukup
memengaruhi terserapnya tenaga kerja. Variabel
pertumbuhan ekonomi memberikan kontribusi terhadap terserapnya tenaga kerja di Jawa Timur. Membuktikan berarti, jika naiknya
pertumbuhan ekonomi, maka dapat memengaruhi
terserapnya tenaga kerja. Variabel pendidikan memberikan kontribusi terhadap terserapnya tenaga kerja di Provinsi Jawa Timur. Membuktikan berarti meningkatnya pendidikan bisa berpengaruh terhadap terserapnya tenaga kerja. Bagi peneliti
seterusnya yang ingin meneliti tentang penyerapan tenaga kerja diharapkan untuk menambah variabel dan periode tahun yang lebih lama biar mewujudkan pengkajian yang lebih maksimal lagi.
Ahyar, H., Andriani, H., Sukmana, D. J., Auliya, N. H.,
Adriani, H., Fardani, R. A., Ustiawaty, J., Utami, E. F., Sukmana, D. J., &
Istiqomah, R. R. (2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif
(Cetakan 1). CV. Pustaka Ilmu Group.
Alamsyah, & Effendi, M. (2020).
Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
di Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2014-2018. JIEP: Jurnal Ilmu Ekonomi
Dan Pembangunan, 3(2), 500�515.
https://doi.org/https://doi.org/10.20527/jiep.v3i2.2552
Atiyatna, D. P., Muhyiddin, N. T.,
Soebyakto, B., Ricardo, D., & Malthus, R. (2016). Pengaruh Upah Minimum,
Pertumbuhan Ekonomi dan Pendididikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 14(1),
8�21. https://doi.org/https://doi.org/10.29259/jep.v14i1.8771. Google Scholar
BPS. (2020). Kondisi Ketenagakerjaan
Jawa Timur. Badan Pusat Statistik. �Google Scholar
Buchari, I. (2016). Pengaruh Upah Minimum
dan Tingkat Pendidikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri
Manufaktur di Pulau Sumatera Tahun 2012-2015. Jurnal Riset Ekonomi Dan
Bisnis, 11(1), 73�85.
https://doi.org/https://doi.org/10.26533/eksis.v11i1.33
Ferdinandus, S. (2014). Pengaruh Tingkat
Upah dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Penyerapan Tenaga kerja di Kota
Ambon. Benchmark, 2(3), 17�32.Google Scholar
Ganie, D. (2017). Analisis Pengaruh Upah,
Tingkat Pendidikan, Jumlah Penduduk dan PDRB terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
di Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Jurnal EKSEKUTIF, 14(2),
332�354. Google Scholar
Gautama, M. S., Pyadini, A. N., & Ulya,
D. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten
Tanah Laut (Studi Kasus Pada Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten
Tanah Laut). Jurnal Riset Akuntansi Politala, 4(1), 15�21.
https://doi.org/https://doi.org/10.34128/jra.v4i1.49
Indradewa, I. G. A., & Natha, K. S.
(2015). Pengaruh Inflasi, PDRB dan Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
di Provinsi Bali. E-Jurnal EP Unud, 4(8), 923�950.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eep/article/view/14385 Google Scholar
Kawet, J. A., Masinambow, V. A. ., &
Kawung, G. M. . (2019). Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, dan Tingkat Upah
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Manado. Jurnal Pembangunan Ekonomi
Dan Keuangan Daerah, 19(10), 1�18.
https://doi.org/https://doi.org/10.35794/jpekd.32790.20.2.2019 Google Scholar
Kurniawan, A. P., & Handayani, H. R.
(2013). Analisis Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik di Kabupaten
Purworejo. Diponegoro Journal of Economics, 2(4), 1�11.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme
Martono, N. (2010). Statistik Sosial:
Teori dan Aplikasi Program SPSS (Cetakan 2). Gava Media.
Pangastuti, Y. (2015). Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jawa Tengah. Economics
Development Analysis Journal, 4(2), 203�211.
https://doi.org/https://doi.org/10.15294/edaj.v4i2.14825
Pratiwi, N. P. A., & Indrajaya, I. G.
B. (2019). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja serta Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Bali. Buletin
Studi Ekonomi, 24(2), 220�233.
https://doi.org/10.24843/bse.2019.v24.i02.p05
Rahayu, Y. (2020). Pengaruh Upah dan
Tingkat Pendidikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Jambi Tahun
2010-2019. Jurnal Development, 8(1), 114�128.
Rusniati, R., Sudarti, & Agustin, A. F.
(2018). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum terhadap
Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Malang. FALAH Jurnal Ekonomi Syariah,
3(2), 34�42.
Sulistiawati, R. (2020). Strategi Kebijakan
Perencanaan Tenaga Kerja Pasca Pandemic COVID-19 Dalam Perspektif Revolusi
Industri 4 . 0 di Provinsi Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Akademik
Tahunan Ilmu Ekonomi Dan Srudi Pembangunan 2020, 114�129.
Syahrial. (2020). Dampak COVID-19 terhadap
Tenaga Kerja di Indonesia. Jurnal Ners, 4(23), 21�29.
Tahir, K. (2018). Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Investasi, Upah Minimum Provinsi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di
Sulawesi Selatan. Jurnal Ekonomi Bisnis Syariah, 1(2), 110�132.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1440550
Wijaya, A., Indrawati, T., & Pailis, E.
A. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di
Provinsi Riau. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau,
1(2), 1�15.
Copyright holder: Nurliana Mufida, Muchtolifah,
Sishadiyati (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |