Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 7 Juli 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS PENGARUH
PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENDUDUK, PENDIDIKAN DAN PENGANGGURAN TERHADAP
TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN TUBAN
Mar�atus Sholikah, Niniek Imaningsih, Riko Setya Wijaya
Uiversitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran
Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected] [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 5 Juli 2021 Direvisi 9 Juli 2021 Disetujui 21 Juli 2021 |
Kemiskinan adalah masalah sosial yang bersifat menyeluruh yang selalu menjadi
perhatian oleh pemerintah di berbagai Negara manapun yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya seperti banyaknya penduduk yang bertempat tingal
di wilayah tersebut, lambatnya pertumbuhan ekonomi, rendahnya tingkat
pendidikan dan meningkatnya angka pengangguran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, pendidikan dan pengangguran terhadap
tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban tahun 2005-2019. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan data sekunder yang diperoleh melalui
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tuban. Teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi dan pengangguran tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban. Jumlah penduduk berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban. Pendidikan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten
Tuban. ABSTRACT������������������������� Poverty is a
comprehensive social problem that is always a concern by the government in
any country which is influenced by several factors including the large number
of people living in the region, slow economic growth, low levels of education
and rising unemployment rates. The purpose of this study is to analyze the
effect of economic growth, population, education and unemployment on the
poverty rate in Tuban Regency in 2005-2019. This study uses quantitative
methods with secondary data obtained through the Central Bureau of Statistics
of Tuban Regency. The data analysis technique used is multiple linear regression
analysis technique. The results showed that economic growth and unemployment
had no significant effect on the poverty level in Tuban Regency. The
population has a negative and significant effect on the poverty level in
Tuban Regency. Education has a positive and significant effect on the level
of poverty in Tuban Regency. |
Kata Kunci: Kemiskinan,
Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, Pendidikan, Pengangguran. Keywords: Poverty, Economic
Growth, Population, Education, Unemployment |
Pendahuluan
Pembangunan adalah suatu proses perubahan yang berkesinambungan pada seluruh aspek perekonomian, sumber daya alam, sumber daya manusia, pendidikan maupun industri untuk menjadikan ke sisi yang lebih baik. Tujuan pembangunan yaitu mewujudkan kesejahteraan penduduknya. Permasalahan yang banyak di hadapi oleh berbagai negara terutama di Indonesia yang berkaitan dengan kesejahteraan penduduk yaitu ketidakmampuannya dalam mencukupi kehidupannya. Hal ini dikarenakan tingkat kemiskinan yang masih tinggi sehingga akan membatasi mereka dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kemiskinan adalah masalah sosial yang bersifat menyeluruh yang selalu menjadi perhatian oleh pemerintah di berbagai Negara manapun. Kemiskinan bisa menghambat kesejahteraan dan peradaban masyarakat dikarenakan salah satunya dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat. Permasalahan yang mengakibatkan tinggi rendahnya kemiskinan juga bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti banyaknya penduduk yang bertempat tingal di wilayah tersebut, lambatnya pertumbuhan ekonomi, rendahnya tingkat pendidikan dan meningkatnya angka pengangguran.
Kemiskinan adalah orang yang tidak dapat memperoleh sumber daya yang cukup untuk mencukupi kehidupannya. Mereka hidup di bawah garis kemiskinan. Masalah kemiskinan yaitu masalah yang menyeluruh. Dengan demikian, usaha dalam �penanggulangan kemiskinan harus� dilaksanakan secara tepat dan meliputi seluruh aspek kehidupan (Hambarsari & Inggit, 2016)
Dilihat dari segi ekonomi, faktor yang dapat menentukan kesejahteraan masyarakat dan keberhasilan pembangunan disuatu wilayah yaitu dengan mendorong laju pertumbuhan ekonomi dimana dapat berdampak pada menurunnya tingkat kemiskinan. Menurut Schumpeter dalam (Putong, 2008), pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan output atau peningkatan pendapatan nasional yang diakibatkan karena pertumbuhan alami atas besarnya jumlah penduduk serta tingkat tabungan. Berdasarkan sebagian para ahli ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai gambaran terhadap negara yang sudah maju untuk menyebutkan keberhasilan dalam pembangunannya. Perekonomian dalam suatu Negara dikatakan mengalami pertumbuhan yaitu bilamana tingkat kegiatan ekonomi saat ini lebih besar dari pada pencapaian di masa sebelumnya.
Menurut pakar ekonomi klasik yang di pimpin oleh Adam Smith berpendapat bahwa populasi yaitu input potensial dimana bisa berguna untuk kegiatan faktor produksi yang dapat meningkatkan kegiatan produksi rumah tangga dalam perusahaan. Jika semakin besar populasi maka semakin banyak tenaga kerja yang tersedia. Tetapi menurut pakar ekonomi lain yakni Robert Malthus berpendapat bahwa penduduk pada keadaan awal sebenarnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam kondisi optimal pertumbuhan penduduk tidak dapat mendorong pertumbuhan ekonomi melainkan dapat menekan pertumbuhan ekonomi (Mustika, 2011).
Faktor lain yang mempunyai pengaruh pada kemiskinan yaitu pendidikan. Pendidikan ialah strategi penting dalam meningkatkan pembangunan nasioal. Dengan pedidikan yang lebih baik bisa mendapakan pekerjaan yang lebih baik pula sehingga bisa menambah pendapatan seseorang yang bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masalah kemiskinan terkadang karena masih banyak masyarakat yang �berpendidikan rendah dan juga adanya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali. Hal ini dapat membuat sempitnya lapangan pekerjaan sehingga akan membuat seorang menganggur semakin banyak dikarenakan masyarakat yang belum memiliki pekerjaan.
Pengangguran yaitu seseorang yang tidak bekerja sama sekali dan angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan atau seseorang yang belum mendapatkan pekerjaan sesuai yang diinginkannya. Pengangguran yang tinggi dapat berdampak pada perekonomian suatu negara karena banyaknya orang yang menganggur sehingga bisa berdampak pada kemiskinan sehingga bisa mengurangi daya beli masyarakat dikarenakan tidak mendapatkan pendapatan. Tingginya angka pengangguran menunjukkan bahwa rendahnya penghasilan masyarakat. Karena pendapatan yang rendah, masyarakat akan kesulitan mengakses barang dan jasa, yang akan berujung pada penurunan kesejahteraan. Meningkatnya pengangguran akan menghambat pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya akan meningkatkan angka kemiskinan (Yusuf et al., 2019)
Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh
Kabupaten Tuban dimana pemerintah Kabupaten Tuban belum mampu menyelesaikan
masalah kemiskinannya. Persentase penduduk miskin di Kabupaten Tuban menempati
peringkat ke lima tertinggi dari 38 kabupaten/kota se-Provinsi Jawa Timur (Index @ Tubankab.Bps.Go.Id, n.d.)
Gambar
1
Tingkat
Kemiskinan Kabupaten Tuban Tahun 2005-2019
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban
Berdasarkan gambar 1 di atas diketahui bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban mengalami kecenderungan menurun. Pada tahun 2005-2006 tingkat kemiskinan meningkat dari 28,28 persen menjadi 30,52 persen dimana pada tahun 2006 ini merupakan kenaikan tertinggi presentase penduduk miskin di Kabupaten Tuban. Pada tahun 2007 sampai 2015 tingkat kemiskinan mengalami penurunan dari 28,51 persen ke 17,08 persen. Selanjutnya Tahun 2016 mendapati peningkatan kembali menjadi 17,14 persen. Peningkatan angka kemiskinan pada tahun 2016 antara lain disebabkan karena harga barang kebutuhan pokok yang meningkat. Kemudian mengalami penurunan sampai tahun 2019 menjadi 14,58 persen. Namun keberhasilan pemerintahan Kabupaten Tuban dalam pengentasan masalah kemiskinan belum sepenuhnya terkendali, hal ini dapat dilihat pada tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban yang masih relatif tinggi, yakni diatas 10 persen.
Berbagai penelitian mengenai kemiskinan telah dilakukan di beberapa negara salah satunya dilaksanakan oleh (Hantika, 2020) yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan pada kemiskinan. Akan tetapi penelitian menurut (Febby Indriani, 2019) menyatakan bahwa Pertumbuhan Ekonomi dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan pada Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur namun Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Kemiskinan Provinsi Jawa Timur. Penelitian yang dilakukan oleh� (Usman, 2018) yang menjelaskan bahwa jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Penelitian yang dilakukan oleh (Fitri, 2012) menjelaskan bahwa pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Penelitian dilakukan oleh (Moch. Aldino P. G. :, 2018) menjelaskan bahwa tingkat pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
Berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan perbedaan penelitian ialah mengenai variabel yang digunakan dan juga teknik analisisnya serta tempat penelitian dan kurun waktu dalam pelaksanaan penelitian. Pada penelitian ini dilakukan tempat penelitian yaitu di Kabupaten Tuban. Penelitian ini dilakukan dalam periode 2005 sampai 2019 dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda. terdapat juga adanya perbedaan hasil penelitian, sehingga peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian kembali tentang analisis berbagai faktor yang mempengaruhi kemiskinan.
Permasalahan kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Tuban masih menjadi masalah yang tergolong tinggi yang menempati peringkat ke lima tertinggi dari 38 kabupaten/kota se-Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Tuban memiliki bermacam-macam sumberdaya alam dengan kondisi tanah dan stuktur tanah yang berbeda-beda. Melalui pemanfaatan sumber daya alam yang dikelola secara efesien dan efektif berdampak pada kontribusi sumber daya alam terhadap pertumbuhan ekonomi akan terpengaruh secara optimal yang pada akhirnya dapat menekan angka kemiskinan. Pemerintah pusat dan daerah sudah menerapkan berbagai kebijakan dan program untuk pengentasan masalah kemiskinan, akan tetapi kebijakan dan program tersebut masih jauh dari optimum. Masih terdapat kebijakan dan rencana yang telah dilakukan belum mencapai tujuan yang terbaik. Meskipun angka kemiskinan terus mengalami penurunan, akan tetapi belum mampu mengeluarkan Tuban dari zona kemiskinan di Jawa Timur. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul �Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Kabupaten Tuban�
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebab data yang dipakai berupa angka-angka dan menggunakan analisis statistik. penelitian ini berfokus pada pengaruh pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, Pendidikan, dan pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban (Sugiyono, 2017).
Pengumpulan data dalam penelitian ini yakni melalui studi pustaka dimana pengumpulan data dan informasi dengan membaca jurnal, buku-buku literatur, dan juga penelitian terdahulu serta melalui pengumpulan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tuban dalam Periode waktu data tahun 2005 sampai 2019.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Adapun persamaannya yaitu:
KMS= a + b1PE + b2JP + b3PDK + b4PNG + e
Keterangan :
KMS�� = Kemiskinan
a� ������� = Konstanta
b �������� = Koefisien Regresi
PE������ = Pertumbuhan Ekonomi
JP ������ = Jumlah Penduduk
PDK �� = Pendidikan
PNG��� = Pengangguran
e �������� =
Standar Error
A. Hasil Penelitian
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel dependen dan
variabel independen dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Dalam
penelitian ini Uji normalitas menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||
|
Unstandardized Residual |
|
N |
15 |
|
Normal Parameters |
Mean |
,0000000 |
Std. Deviation |
1,04801774 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
,163 |
Positive |
,105 |
|
Negative |
-,163 |
|
Kolmogorov-Smirnov Z |
,632 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
,819 |
|
a. Test distribution is Normal |
||
b. Calculated from data. |
Sumber: Hasil Output uji SPSS
Berdasarkan tabel 1, menunjukkan nilai asymp. sig. (2tailed) sebesar 0,819 > 0,05. maka dapat disimpulkan data pada penelitian ini berdistribusi normal dan asumsi normalitas terpenuhi.
Pada uji multikolinearitas, Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi di antara variabel bebas yaitu dengan melihat nilai VIF < 10,00 dan nilai Tolerance > 0,10, maka model regresi bebas dari multikolinearitas
Tabel 2
Hasil Uji Multikolonieritas
Tolerance |
VIF |
||
1 |
(Constant) |
|
|
Pertumbuhan Ekonomi |
0,563 |
1,776 |
|
Jumlah Penduduk |
0,107 |
9,375 |
|
Pendidikan |
0,492 |
2,034 |
|
Pengangguran |
0,156 |
6,415 |
|
a. Dependent Variable: Kemiskinan |
Sumber : Hasil Output uji SPSS
Berdasarkan tabel 2, nilai Tolerance pada masing-masing variabel independen > 0,1 dan VIF < dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel bebas dan variabel terikat. Hal ini berarti asumsi atau persyaratan kolinearitas dalam model regresi telah terpenuhi.
Uji heterokedestisitas dengan menggunakan uji Rank spearman, yang
mengasumsikan bahwa koefisien korelasi Rank Spearman adalah nol dan mengambil
nilai mutlak. Jika hasil regresi menunjukkan nilai signifikan residual ≥
nilai α, maka tidak terjadi regresi linier dengan heterokedestisitas (Suliyanto, 2011).
Berdasarkan hasil dari uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tingkat signifikansi semua variabel independen pada residual lebih besar dari 0,05 (tidak signifikan). Sehingga tidak memiliki korelasi yang berarti antara residual maka tidak terdapat masalah Heteroskedastisitas.
d.
Uji Autokorelasi
Berdasarkan tabel model summary, menunjukkan nilai durbin-watson (d)
sebesar 1,435. Dengan jumlah variabel independen (k) sebanyak 4 dan jumlah
sampel (N) sebanyak 15 pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai dl = 0,6852,
nilai du =1,9774,� nilai 4-dl =3,3148 dan
nilai 4-du =2,0226. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dL < DW <�� dU� (
0,6852 < 1,435 < 1,9774 ). Maka dapat disimpulkan bahwa data yang
digunakan berada pada daerah keragu-raguan atau tidak terdapat masalah
autokorelasi. Dengan demikian, dapat digunakan untuk melakukan pengujian
selanjutnya.
2.
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Melalui pengelohan data dengan bantuan program SPSS, peneliti mendapatkan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
KMS= 237,225 � 0,406PE + 0,000JP + 5,152PDK + 0,087PNG + e
Nilai konstanta sebesar 237,225 menyatakan jika petumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, pendidikan dan pengangguran dalam keadaan konstan atau 0, maka tingkat kemiskinan sebesar 237,225 persen. Koefisien regresi pertumbuhan ekonomi (X1) memiliki arah koefisien regresi bernilai negatif� sebesar -0,406. Hal ini berarti bahwa apabila pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan sebesar 1 persen, maka kemiskinan akan turun sebesar 0,406 persen. Koefisien regresi jumlah penduduk (X2) sebesar 0,000 artinya apabila ada penambahan jumlah penduduk 1 jiwa� maka� kemiskinan akan naik sebesar 0,000 jiwa dan sebaliknya. Koefisien regresi Tingkat Pendidikan (X3) sebesar 5,152 yang berarti bahwa apabila Tingkat Pendidikan mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka tingkat kemiskinan akan naik sebesar 5,152 persen dan sebaliknya. Koefisien regresi Tingkat Pengangguran (X4) sebesar 0,087 yang berarti bahwa apabila Tingkat Pengangguran mengalami peningkatan sebesar 1 persen maka kemiskinan akan naik sebesar 0,087� persen dan sebaliknya.
3.
Uji Hipotesis
a.
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 3
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
,980a |
,961 |
,945 |
1,24003 |
a.
Predictors: (Contast), PNG, PE, PDK, JP
b.
Dependent Variable: KMS
Sumber : Hasil Output uji SPSS
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa nilai R square yaitu sebesar 0,961. artinya bahwa seluruh variabel independen dalam menjelaskan pengaruh perubahan variabel dependen pada penelitian ini sebesar 96,1%. Sedangkan sebesar 3,9% (100% - 96,1%) dijelaskan oleh pengaruh perubahan variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
b.
Uji Simultan ( Uji F )
Tabel 4
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
379,110 |
4 |
94,777 |
61,637 |
,000a |
|
Residual |
15,377 |
10 |
1,538 |
|
|
|
Total |
394,487 |
14 |
|
|
|
a.
Predictors: (Constant), PNG, PE, PDK, JP
b.
Dependent Variable: KMS
Sumber : Hasil Output uji SPSS
Rumus F tabel = F(k;n-k) = F(4;15-4) = F(4;11) = 3,36. Berdasarkan tabel uji F diatas diketahui bahwa nilai F hitung �61,637 > F tabel 3,36 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang berarti variabel Pertumbuhan Ekonomi, Jumlah Penduduk, Pendidikan dan Pengangguran secara simultan berpengaruh terhadap Tingkat Kemiskinan.
c. Uji Parsial ( Uji t )
Tabel 5
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa |
|||||||
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig |
|||
B |
Std. Error |
Beta |
|
|
|||
1 |
(Constant) |
237,255 |
41,176 |
|
5,762 |
,000 |
|
PE |
-,406 |
,598 |
-,057 |
-,679 |
,512 |
||
JP |
,000 |
,000 |
-1,161 |
-6,074 |
,000 |
||
PDK |
5,152 |
1,365 |
,336 |
3,774 |
,004 |
||
PNG |
,087 |
,477 |
,029 |
,182 |
,859 |
||
a. Dependent Variable: KMS |
|||||||
Sumber :
Hasil Output uji SPSS
Berdasarkan hasil pengujian uji t diatas diketahui bahwa Variabel pertumbuhan ekonomi (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,512 > 0,05 dengan nilai t hitung sebesar -0,679 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,262. hal ini berarti bahwa secara parsial variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban.Variabel jumlah penduduk (X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dengan nilai t hitung sebesar -6,074 lebih besar dari t tabel sebesar 2,262. artinya secara parsial variabel jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban.Variabel pendidikan (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,004 < 0,05 dengan nilai t hitung sebesar 3,774 lebih besar dari t tabel sebesar 2,262Hal ini berarti bahwa secara parsial variabel pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban.Variabel pengangguran (X4) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,859 > 0,05 dengan nilai t hitung sebesar 0,182 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,262. Hal ini berarti secara parsial variabel pengangguran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban.
B.
Pembahasan
1.
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan di
Kabupaten Tuban
Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban. Yang berarti pertumbuhan ekonomi tersebut belum berhasil dalam menurunkan tingkat kemiskinan. Artinya, pertumbuhan tersebut tidak merata kelapisan masyarakat yang hendaknya menyebar ke setiap kelompok pendapatan, termasuk kelompok orang miskin (Pananrangi, 2012). Pertumbuhan ekonomi yang ada hanya memberikan manfaat yang besar bagi kaum pengusah atau masyarakat golongan menengah keatas, tetapi belum tentu untuk masyarakat lapisan bawah sehingga menjadi penyebab lambatnya pengurangan kemiskinan.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian (Hantika, 2020) yang menujukkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara signifikan pada kemiskinan. apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka tidak akan berdampak signifikan dalam mengurangi jumlah penduduk miskin selama periode tersebut.
2. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tuban
Jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan di Kabupaten Tuban, dimana penduduk yang berada di Kabupaten Tuban
didominasi penduduk usia produktif. Sehingga dapat mendorong sektor produksi
dan menjadi kesempatan untuk menekan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan.
Bertambahnya jumlah penduduk dijadikan sebagai pemacu dalam mendorong
peningkatan pembangunan sehingga dapat mendorong berbagai kegiatan ekonomi dan
pada nantinya dapat mengurangi tingkat kemiskinan. (Mahsunah, 2013)
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian (Usman, 2018)yang menjelaskan jumlah
penduduk berpengaruh negatif dan signifikan pada tingkat kemiskinan artinya
apabila terjadi penambahan jumlah penduduk maka dapat menurunkan kemiskinan.
3.
Pengaruh Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tuban
Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban, dimana tingkat pendidikan belum mampu menekan angka kemiskinan di Kabupaten Tuban. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan dan keterampilan dalam berdaya saing untuk mencari pekerjaan yang lebih baik. Di kabupaten Tuban pendidikan menjadi salah satu faktor sulitnya menekan angka kemiskinan karena tingkat lamanya belajar disekolah masih minim. Meskipun rata-rata pendidikan konsisten naik, tetapi kenaikan pendidikan tersebut tidak signifikan, dimana masih banyak warga Tuban yang tidak tamat SMP dan juga mayoritas masyarakat yang pendidikannya hanya lulusan SD dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnya. Apabila kualitas sumber daya manusia rendah maka produktivitasnya juga akan rendah yang nantinya akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang rendah sehingga akan meningkatkan tingkat kemiskinan.(Giovanni, 2018)
Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian (Fitri, 2012)yang menjelaskan pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan. Pendidikan adalah investasi yang manfaatnya dapat dirasakan beberapa tahun kemudian dalam bentuk peningkatan hasil kerja dan mempengaruhi tingkat produktivitas.
4.
Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten Tuban
Pengangguran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban� karena pengangguran bukan satu-satunya faktor penyebab kemiskinan. karena tingkat pengangguran bukan satu-satunya faktor penyebab kemiskinan(Retnowati et al., 2015). Artinya naik turunnya tingkat pengangguran tidak akan berdampak pada tingkat kemiskinan dikarenakan pendapatan keluarga yang tinggi yang mana dapat membantu anggota keluarga yang menganggur untuk biaya hidup. Selain itu Pengangguran di Kabupaten Tuban merupakan penduduk dalam keadaan baru saja menyelesaikan pendidikan yang sedang pada situasi mencari pekerjaan berdasarkan keterampilan yang ada dan tingkat pendapatan yang diharapkan. Sektor pertanian mempunyai peran penting dalam perekonomian di Kabupaten Tuban dikarenakan kurangnya lapangan pekerjaan yang belum bisa menopang seluruh para pencari kerja di Kabupaten Tuban sehingga tingkat pengangguran di Kabupaten Tuban sedikit mengalami penurunan.
Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian (Moch. Aldino P. G. :, 2018) yang menunjukkan tingkat pengangguran berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah sebab naik turunnya tingkat pengangguran tidak berdampak pada tingkat kemiskinan.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Penelitiaan ini dimaksud untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Kabupaten Tuban. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa Pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban dilihat dari tingkat signifikansi sebesar 0,512 > 0,05. Jumlah penduduk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban, dilihat dari t hitung sebesar -6,074 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban, dilihat dari t hitung sebesar 3,774 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,004 < 0,05. Pengangguran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Tuban, dilihat dari tingkat signifikansi �sebesar 0,859 > 0,05. Kemudian dari hasil uji F diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, pendidikan dan pengangguran berpengaruh secara bersama-sama terhadap kemiskinan di Kabupaten Tuban dengan nilai F hitung 61,637 > F tabel 3,36 dan nilai signifikansi 0,000 < 0,05.
BIBLIOGRAFI
Febby Indriani. (2019). Pengaruh
pertumbuhan ekonomi, tingkat pendidikan, dan pengangguran terhadap tingkat
kemiskinan di provinsi jawa timur. Google Scholar
Fitri, A. (2012). Pengaruh Pendidikan,
Pengangguran dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan di. Kawasan Timur
Indonesia (KTI) Periode 2001-2010. EconoSains, x(2).Google Scholar
Giovanni, R. (2018). Analisis pengaruh
PDRB, pengangguran dan pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di Pulau Jawa
tahun 2009-2016. Economics Development Analysis Journal, 7(1), 23�31.
.Google Scholar
Hambarsari, D. P., & Inggit, K. (2016).
Analisis Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan inflasi
terhadap tingkat kemiskinan di jawa Timur Tahun 2004-2014. JEB17: Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis, 1(02). .Google Scholar
Hantika, M. (2020). Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Indeks Pembangunan Manusia Dan Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan Di
Sumatera Selatan Tahun 2016-2018. In Journal of Chemical Information and
Modeling. .Google Scholar
index @ tubankab.bps.go.id. (n.d.). https://tubankab.bps.go.id/
Mahsunah, D. (2013). Analisis pengaruh
jumlah penduduk, pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Timur.
Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(3). .Google Scholar
Moch. Aldino P. G. : (2018). Analisis
Kemiskinan Di Jawa Tengah. Jurnal Pembelajaran. .Google Scholar
Mustika, C. (2011). Pengaruh PDB dan Jumlah
Penduduk terhadap Kemiskinan di Indonesia periode 1990-2008. Jurnal
Paradigma Ekonomika, 1(4). .Google Scholar
Pananrangi, A. I. (2012). Pengaruh
pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan. Jurnal Plano Madani, 1(1),
29�38. .Google Scholar
Putong, I. dan N. A. (2008). Pengantar
Ekonomi Makro. Mitra Wacana Media. .Google Scholar
Retnowati, D., Si, M., & Harsuti, S. E.
(2015). Pengaruh Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Jawa Tengah. Jurnal
Widjayakusuma Purwokerto, 608�618. .Google Scholar
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. .Google Scholar
Suliyanto. (2011). Ekonomika Terapan
Teori dan Aplikasi dengan SPSS. .Google Scholar
Usman, U. & D. (2018). Pengaruh Jumlah
Penduduk, Pengangguran, dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Provinsi
Kepulauan Riau. Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 1(2). .Google Scholar
Yusuf, S., Umanailo, M. C. B., Putri, R.
N., Qhuril, D., Ely, M., & Darma, D. (2019). Village Institution Relations
in the Utilization of Village Funds in Namlea District. Int. J. Sci.
Technol. Res, 8(8), 1837�1842. .Google Scholar
Copyright holder: Mar�atus Sholikah,Niniek
Imaningsih, Riko Setya Wijaya (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |