Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
Devita Rosmadayanti, Niniek Imaningsih, Riko Setya Wijaya
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa
Timur, Indonesia
Email: [email protected],
[email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 Juli 2021 Direvisi 05 Agustus 2021 Disetujui 15 Agustus 2021 |
Indeks
Pembangunan Manusia merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan
suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia. Indeks Pembangunan
Manusia merupakan salah satu ukuran kesejahteraan masyarakat yang dapat
dilihat dari tiga indikator yang terdiri dari kesehatan, pendidikan dan
standar hidup. Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli
Daerah, Dana Alokasi Khusus, dan Belanja Daerah terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Jenis data yang didapatkan adalah data bersifat
kuantitatif yang bersumber dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur. Dalam penelitian ini data yang digunakan
adalah data time series mulai dari tahun 2009-2019 dengan menggunakan software
SPSS Statistic versi 22.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara
simultan variabel independen yang terdiri dari Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Daerah berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Sedangkan pengujian secara
parsial, variabel Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Daerah berpengaruh terhadap
Indeks Pembangunan Manusia, serta variabel Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Khusus tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia. ABSTRACT������������������������� The Human Development Index is one way to measure
the success of a country or region in the field of human development. The
Human Development Index is a measure of community welfare that can be seen
from three indicators consisting of health, education and living standards.
The purpose of this study is to determine the effect of economic growth,
regional original income, special allocation funds, and regional expenditures
on the human development index in East Java. The research method used is
multiple linear regression analysis. The type of data obtained is
quantitative data sourced from the Realization Report of the Regional Revenue
and Expenditure Budget of East Java Province. In this study, the data used is
time series data from 2009-2019 using SPSS Statistics software version 22.0.
The results of this study indicate that simultaneously the independent
variables consisting of Economic Growth, Regional Original Income, Special
Allocation Funds and Regional Expenditures have a significant effect on the
Human Development Index. While the partial test, the variables of Economic
Growth and Regional Expenditures have an effect on the Human Development
Index, and the variables of Regional Original Income and Special Allocation
Funds have no effect on the Human Development Index. |
Kata Kunci:
indeks pembangunan manusia; pertumbuhan ekonomi; pendapatan asli daerah; dana alokasi khusus; belanja daerah. Keywords: human
development index, economic growth, regional original income, special
allocation funds, regional expenditures. |
Pendahuluan
Prosedur pada
pengembangan di suatu Negara di wajibkan untuk meluaskan Sumber Daya Manusia
(SDM) secara berkepanjangan.
Akan tetapi, faktanya pembangunan nasional tidak bisa sukses jika dikelola oleh pemerintah pusat saja. Maka dari itu
harus diadakannya pemerataan pembangunan Nasional, terutama didalam peningkatan
pendanaan yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan untuk masyarakat agar bisa
meningkatnya kualitas pembangunan manusia.
Provinsi Jawa Timur dinobatkan sebagai peringkat kedua di
Indonesia dengan provinsi yang memiliki jumlah pendudukan terbesar. Jumlah
penduduk Jawa Timur diperkirakan sebanyak 38,85 juta dan luas wilayah
mencapai 47.800 km�. Pembangunan manusia adalah ukuran pertumbuhan. Indeks
Pembangunan Manusia Jawa Timur 2019 terus membaik. Di tahun 2018 Indeks Pembangunan Jawa Timur berjumlah 70,77 selanjutnya di 2019 berjumlah 71,50 dan tumbuh 1,03%. Kota Surabaya memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
paling tinggi yaitu IPM nya mencapai 82,22 sementara IPM terendah di Jawa Timur
berada di Sampang atas jumlah IPM sebesar 61,94. Terdapat 4 kabupaten/kota yang memiliki kategori
IPM �sangat tinggi� antaranya Kota Malang, Kota Surabaya, Kota Madiun, dan Kabupaten
Sidoarjo. Sedangkan sejumlah 20 kabupaten/kota kategorinya �tinggi� dan 14
kabupaten/kota kategorinya �sedang� (Ogestiawan, 2012).
Pembangunan manusia itu penting sebab jika satu daerah bukan mempunyai
Sumber Daya Alam (SDA) yang terpendam bahwa langkah yang tepat yaitu menggunakan Sumber Daya Manusia
(SDM). Melihat dari pernyataan tadi, maka peranan Sumber Daya Manusia itu
sangatlah penting didalam proses pembangunan suatu daerah. Arah belakang dari pengembangan adalah kesejahteraan rakyat. Manusia tidak namun dijadikan
sebagai bahan pembangunan saja tapi bisa dikatakan sebagai subjek, yang dimana manusia
itu bisa ikut andil dalam kemajuan suatu wilayah yang dimana jika diartikan
secara makro manusia ini bisa berkontribusi besar dalam kemajuan negara (Prasetyo, 2008).
Jawa Timur Membentuk daerah Berpartisipasi di sistem otonomi lokal dengan pelaksanaan pemerintahan itu. Pemerintah
daerah yang berperan sebagai bagian dari penyelenggara maka menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, menyatakan �perlu memanipulasi serta mengendalikan penyelenggaraan pemerintahan
sesuai asas otonomi daerah semuannya diatur oleh pemerintah daerah�. Melalui
inovasi, partisipasi masyarakat dan pelayanan masyarakat, maka daerah bisa
mendukung misi dalam implementasi kesejahteraan.
Otonomi Daerah merupakan bagian dari desentralisasi, Jawa
Timur dikenal memiliki kekayaan alam yang melimpah. Bahkan setiap
kabupaten/kota juga memiliki kekayaan yang khas daerah masing-masing. Adanya potensi alam�
yang melimpah menjadikan peningkatan perekonomian suatu daerah secara
signifikan.
Manfaat adannya otonomi daerah yaitu
pemerintahan daerah bisa meningkatkan sumber-sumber pendapatan yang ada di
daerah sehingga bisa membiayai semua kebutuhan rumah tangganya mandiri. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 mengenai tujuan kedaulatan lingkungan yaitu �kesejahteraan masyarakat meningkat pada daerah yang dikuasai,
meningkatkan kekuatan bersaing didaerah, dan salah satu bahan utama otonomi daerah secara tersusun
yaitu memberi peningkatan pada indeks pengembangan manusia
yang dimana pembangunan manusia ini digunakan sebagai peningkatan keselamatan untuk masyarakat�.
Menurut pendapat (Setyowati & Suparwati, 2012), menyebutkan bahwa saat ini seharusnya
pembangunan sudah tidak lagi bertumpu
pada kekuatan SDA (based on natural resources), tapi sebaiknya bertumpu pada kekuatan
SDM (based on human resources). Hal yang diutamakan yaitu pembangunan manusia, sebab berhasilnya pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat itu tergantung
dari kualitas pembangunan mnusiannya.
Dari perspektif sektor ekonomi, manusia merupakan
faktor pendukung keberhasilan pembangunan manusia itu sendiri. Bagi (Widodo, 2011)
secara konsep pembangunan manusia merupakan sesuatu upaya
yang dicoba buat menggapai hidup layak, secara universal bisa dicoba lewat
kenaikan kapasitas dasar serta energi beli. Banyak aspek yang bisa mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia, satu diantarannya
yaitu perkembangan ekonomi atau disingkat
dengan PE (Rudolf, 2012).
Pembangunan
manusia sering berkaitan erat dengan
pertumbuhan ekonomi. Tujuan
utama pembangunan yaitu bergantung pada pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat. Bagi negara berkembang, menurut United Nations Development Programme (Ginting, 2008)
jika jumlah barang dan produksi sosial meningkat maka akan terjadi peningkatan pula pada kualitas sumber
daya manusia atau SDM, yang indikator pertumbuhan ekonominnya
bisa dilihat pada
skala PBN atau
Produk Domestik Bruto.
Agar pertumbuhan ekonomi bisa bertumbuh ada faktor
pendukung yaitu dengan cara peningkatan
investasi. Dengan meningkatkan investasi
diharapkan bisa meningkatkan pula pada ketersediaan infrastruktur yang memadai
baik itu kuantitasnya ataupun kulitasnya, agar bisa menciptkan kepastiaan di
hukum.
Pemerintah mempunyai sumber-sumber pendanaan untuk
pelaksanaan pemerintah daerah didalam pelaksanaan otonomi daerah, diantarannya
yaitu: (1) Dana Pertimbangan, (2) Pendapatan Asli Daerah, (3) Pinjaman dari daerah,
dan (4) yaitu lain - lain penghasilan sah. Menurut UU No 33 Tahun 2004, memberitahukan bahwa �Pendapatan
Asli Daerah merupakan pendapatan yang dihasilkan dari daerah dan dikumpulkan berlandaskan peraturan yang ada di daerah yang di sesuaikan bersama peraturan perundang-undangan. Peran
pemerintahan daerah sangatlah penting didalam upaya peningkatan Indekss
Pembangunan Manusia (IPM) khususnya dalam penggunaan pendapatan daerah yang
untuk pembelanjaan daerah pada bagian yang bisa meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
(semacam
pendidikan, kesehatan, dan prasarana).
Pendapatan Asli Daerah berasal dari retribusi daerah,
pajak daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Dilihat dari hasil
Pendapatan Asli Daerah di Jawa Timur di tahun 2009-2019 mengalami peningkatan
yang cukup signifikan. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah harusnya ssama dengan peningkatan pencapaian
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Dana Penugasan Khusus (DAK) yaitu dana dari APBN yang
dimana dana itu dialokasikan untuk daerah tertentu agar bisa membantu membiayai
Acara Khusus yang dimana acara ini menjadi urusan daerah yang sejalan sama
perioritas nasional. Untuk penggunaan Dana Alokasi
Khusus adalah kewenangan pemerintahan daerah sebab Dana Alokasi Khusus merupakan
bagian dari APBN. Supaya didalam penggunaan DAK pemerintah daerah bisa
selaras dengan kepentingan Nasional, maka pemerintah pusat mengatur penggunaan
Dana Penugasan Khusus dengan berbagai aturan yang ada. Dalam hubungan dengan
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah DAK sebenarnya hanya sebagai
perlengkapan atau penambahan jenis dana pengimbangan lainnya. DAK dalam
penggunaan dan pemanfaatan menjadikan faktor penting dalam program untuk
pembangunan daerah (Usman et al., 2008)
dalam (Putra & Ulupui, 2015).
Menurut Undang-Undang No 17 Tahun 2003 mengenai Keuangan
Negara menyebutkan bahwa �Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu
agenda keuangan dalam jangka tahuan pemerintah daerah degan persetujuan DPRD�.
Tujuan serta fungsi APBD sama dengan APBN. APBD terdiri dari belanja daerah, pendapatan daerah, dan pembiayaan daerah. Belanja daerah
biasanya diterapkan untuk, belanja barang dan jasa, belanja pegawai serta untuk
belanja modal. Jumlah Produk Domistik Regional Bruto (PDRB) jika semakin besar
maka pendapatan yang akan diterima oleh Kabupaten/Kota juga akan semakin besar.
Maka jika semakin besarnya pendapatan daerah maka semakin besar pula
pengalokasian belanja pemerintah pusat yang dimana bisa meningkatkan berbagi
potensi lokal pada daerah tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelayanan
publik (Gorahe et al., 2014).
Jumlah penduduk disuatu daerah bisa digunakan untuk
melihat pengeluaran belanja daerah, yaitu jika semakin meningkatnya perkembangan
jumlah penduduk �maka anggaran yang
diperlukan juga semakin besar, sebab dengan meningkatan jumlah penduduk maka
akan memberikan dampak pada pengembangan media dan infrastruktur standar secara kapasitas dan karakter.
Perkembangan penduduk yang semakin banyak membutuhkan jumlah yang lebih besar, agar kapasitas
kemajuan ekonomi makin baik, dan saja diperlukan pengendalian pertumbuhan penduduk. Populasi juga menjadi bagian penting dalam peningkatan belanja daerah.
Beralaskan latar belakang tersebut, peneliti terikat untuk melaksanakan penelitian yang berjudul �Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Khusus dan Belanja Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia
di Jawa Timur�.
Metode Penelitian
Penelitian ini memerlukan ancangan kuantitatif, sebab yang disajikan dalam penelitian ini berbentuk angka-angka. Hal seperti ini sama dengan pendapat (Arikunto, 2013)
yang berpendapat bahwa penelitian
kuantitatif membentuk
pendekatan penelitian yang diwajibkan
menggunakan angka, mulai dari, penafsiran terhadap data, pengumpulan data dan yang trakhir yaitu �penampilan hasilnya.
Penelitian ini dilakukan di Provinsi
Jawa Timur, atas lembaga terkait yaitu Badan Badan Pusat Statistik
(BPS) Jawa Timur yang berada di Jl. Raya Kendangsari Industri� No. 43-44 Kendangsari, Kec. Tenggilis Mejoyo,
Kota Surabaya, Jawa Timur 60292. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
2020 - Januari 2021. Penelitian dilakukan dengan Uji regresi linier berganda. Tahun pengamatan dari tahun 2009-2019 untuk memperoleh data yang menunjukkan
gambaran tentang Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi, Dana bagian spesial, Belanja Daerah dan Indeks Pengembangan Manusia (IPM) Provinsi Jawa Timur.
A. Hasil Penelitian
1.
iPerkembangan iIndeks iPembangunan
iManusia
Pembangunan manusia adalah salah
satunya indikator
terjadinya pembangunan yang imampu
imendorong ipertumbuhan iekonomi. Perkembangan Indeks Pembangunan iManusia
idi iJawa iTimur ipada itahun i2009-2019 idapat disajikan dalam itabel idibawah iini:
Tabel 1
Perkembangan Indeks Pembangunan
Manusia di Jawa Timur
Tahun |
Indeks Pembangunan Manusia (%) |
Perkembangan (%) |
2009 |
71,60 |
- |
2010 |
71,62 |
0,56 |
2011 |
72,18 |
0,56 |
2012 |
72,83 |
0,65 |
2013 |
73,54 |
0,71 |
2014 |
68,14 |
-5,4 |
2015 |
68,95 |
0,81 |
2016 |
69,74 |
0,79 |
2017 |
70,27 |
0,53 |
2018 |
70,77 |
0,5 |
2019 |
71,5 |
0,73 |
Sumber : Badan Pusat Statistik 2009-2019 (diolah)
Berdasarkan itabel idiatas, iperkembangan iIndeks iPembangunan
iManusia
idi
iJawa
iTimur
idari
itahun
i2009-2019 icenderung ifluktuatif. iPada itahun i2015 isebesar i68,95% imengalami iperkembangan
i0,81%. Dan iperkembangan iterrendah iterjadi
ipada
itahun
i2014 isebesar i68,14% idengan inilai iperkembangan
i-5,4%.
2. iPerkembangan iPertumbuhan iEkonomi
Dalam ipelaksanaan
ipembangunan ibisa
itercapai idapat
iterlihat idari
ibesaran ioutput
iyang idihasilkan
isuatu idaerah. iIndikator iterpenting
idalam ikegiatan
iekonomi idaerah
isalah isatunya
iadalah ipertumbuhan
iekonomi idari
itahun ike
itahun iyang
iberdampak ipada
ipeningkatan ipendapatan. iPDRB imerupakan
iindikator iyang
ibisa idigunakan
isebagai iukuran
idalam imenilai
isuatu ikeberhasilan
idari ipembangunan
idaerah, ibisa idikatakan
ibahwa ipertumbuhan
inilai iPDRB
isuatu idaerah
iialah ipertumbuhan
iekonomi. Untuk imelihat iperkembangan iekonomi idapat
idilihat ipada
itabel idi
ibawah iini
i:
Tabel 2
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi i
di Jawa Timur
Tahun |
Pertumbuhan Ekonomi (%) |
Perkembangan (%) |
2009 |
5,01 |
- |
2010 |
6,68 |
1,67 |
2011 |
7,22 |
0,54 |
2012 |
7,27 |
0,05 |
2013 |
6,55 |
-0,72 |
2014 |
5,86 |
-0,69 |
2015 |
5,44 |
-0,42 |
2016 |
5,57 |
0,13 |
2017 |
5,46 |
-0,11 |
2018 |
5,50 |
0,04 |
2019 |
5,52 |
0,02 |
Sumber : Badan Pusat Statistik 2009-2019 (diolah)
Berdasarkan itabel idiatas, iperkembangan ipertumbuhan
iekonomi
idi
iJawa
Timur imengalami
ipeningkatan
iyang
icukup
ifluktuatif. iTerdapat Pertumbuhan ekonomi iyang imengalami
iperkembangan
itertinggi
ipada
itahun
i2009-2010, yang iawalnya ipada itahun i2009 isebesar i5,01% imengalami iperkembangan
sebesar i1,67% imenjadi i6.68% ipada itahun
i2010. iDan
iperkembangan
terendah ipada itahun
i2012-2013, yang iawalnya iPertumbuhan Ekonomi isebesar 7,27% imengalami ipenurunan
isebesar
i-0,72% imenjadi
i6,55%.
3. Perkembangan iPendapatan iAsli iDaerah
i(PAD)
Besar ikecilnya inilai isuatu iPAD iberasal idari ipungutan ipajak idaerah, retribusi daerah, ihasil ikekayaan idaerah iyang idipisahkan, idan ilain-lain pendapatan iasli daerah iyang isah. iDengan iadanya iPAD idapat imembiayai program-program yang isudah idirencanakan idan itertuang idalam iRPJMD. Dibawah imerupakan tabel iperkembangan inilai iPAD idari iProvinsi iJawa Timur:
Tabel �3
Perkembangan Pendapatan Asli Daerah i
di Jawa Timur
Tahun |
PAD (Miliar iRupiah) |
Perkembangan (%) |
2009 |
5.708.040.337.081,51 |
- |
2010 |
7.154.985.156.500,43 |
0,25 |
2011 |
8.898.616.683.296,90 |
0,24 |
2012 |
9.725.627.568.500,81 |
0,09 |
2013 |
11.579.222.929.456,70 |
0,19 |
2014 |
14.442.516.534.958,90 |
0,24 |
2015 |
15.392.645.714.902,50 |
0,06 |
2016 |
15.900.699.087.340,20 |
0,03 |
2017 |
17.326.461.167.058,50 |
0,08 |
2018 |
8.499.535.556.408,82 |
-0,50 |
2019 |
19.327.125.485.405,90 |
1,27 |
Sumber : Badan Pusat Statistik 2009-2019 (diolah)
I
Dalam iperiode
i2009-2019 inilai iPendapatan iAsli iDaerah idi iJawa Timur imemiliki
irata-rata isebesar
i12.177.770.565.537 iribu irupiah.
Perkembangan inilai iPendapatan Asli Daerah tahun 2019 isebesar
i1,27%� dengan inilai
i19.327.125.485.405,90 iribu
irupiah imerupakan iperkembangan tertinggi. iDan iperkembangan iterrendah pada itahun
i2018 isebesar i-0,50% dengan inilai
iPAD isebesar i8.499.535.556.408,82 ribu rupiah.
4. Perkembangan Dana Alokasi
Khusus (DAK)
DAK iberasal idari iAPBD iyang dialokasikan iuntuk idaerah, iDAK bertujuan iguna mendanai ikegiatan-kegiatan ikhusus ipemerintah yang imenjadi urusan idaerah iyang isesuai idengan iprioritas inasional. iDAK ilebih iterfokus khususnya idalam imembiayai ikebutuhan isarana idan iprasarana ipelayanan masyarakat iyang ibelum memenuhi istandar iyang iditentukan iatau mendorong pembangunan idaerah. Untuk melihat perkembangan inilai iDAK idari iProvinsi Jawa Timur idengan itabel dibawah iini :
Tabel 4
Perkembangan Dana Alokasi Khusus i
Di Jawa Timur
Tahun |
DAK (Miliar Rupiah) |
Perkembangan (%) |
2009 |
18.001.000.000,00 |
- |
2010 |
56.982.200.000,00 |
0,68 |
2011 |
55.031.200.000,00 |
-0,03 |
2012 |
53.490.060.000,00 |
-0,02 |
2013 |
85.644.430.000,00 |
0,60 |
2014 |
101.875.970.000,00 |
0,18 |
2015 |
66.039.190.000,00 |
-0,35 |
2016 |
5.516.240.624.514,00 |
82,52 |
2017 |
7.056.095.687.317,00 |
0,27 |
2018 |
3.667.619.773.897,00 |
-0,48 |
2019 |
7.551.054.471.797,64 |
1,05 |
Sumber : Badan Pusat Statistik 2009-2019 (diolah)
Dari periode
penerimaan Dana Alokasi Khusus mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, yang dirata-ratakan sebesar
2.202.552.237.048 ribu rupiah. Perkembangan
DAK tertinggi di Jawa Timur
terdapat pada tahun 2016 sebesar 82,52% dengan nilai 5.516.240.624.514,00 ribu
rupiah. Dan untuk perkembangan
terendah DAK terjadi di tahun 2018 sebesar -0,48% dengan nilai 3.667.619.773.897,00
ribu rupiah.
5. Perkembangan Belanja Daerah
Belanja daerah yaitu bagian dari anggaran dari
daerah yang dimana susunannya itu untuk satu periode,
dalam satu periode itu menggambarkan strategi pemerintah didalam mengalokasikan
sumber daya terbatas yang digunakan untuk pembangunan negara atau daerah,
fungsinya untuk alat pengendalian serta instrumen politik. Dibawah ini merupakan tabel perkembangan Belanja Daerah di Jawa Timur:
Tabel 5
Perkembangan Belanja Daerah di Jawa Timur
Tahun |
Belanja Daerah (Miliar Rupiah) |
Perkembangan (%) |
2009 |
7.602.038.807.526,87 |
- |
2010 |
9.957.311.230.369,50 |
0,30 |
2011 |
11.857.906.468.828,20 |
0,19 |
2012 |
15.311.542.331.666,30 |
0,29 |
2013 |
16.711.548.513.611,50 |
0,09 |
2014 |
20.006.881.302.740,90 |
0,19 |
2015 |
22.936.300.360.145,70 |
0,14 |
2016 |
23.874.752.201.134,10 |
0,04 |
2017 |
28.893.245.170.348,30 |
0,21 |
2018 |
12.767.947.247.478,90 |
-0,55 |
2019 |
34.007.062.917.513,80 |
1,66 |
Sumber : Badan Pusat Statistik
2009-2019 (diolah)
Dari periode 2009-2019
nilai Belanja Daerah di Jawa Timur memiliki rata-rata sebesar 18.538.776.050.124 ribu
rupiah. Perkembangan nilai Belanja Daerah tahun 2019 sebesar 1,66% dengan nilai 34.007.062.917.513,80 ribu
rupiah merupakan perkembangan
tertinggi. Dan perkembangan
terendah pada tahun 2018 sebesar -0,55% dengan nilai Belanja Daerah
12.767.947.247.478,90 ribu rupiah.
6. Analisis dan Pengujian Hipotesis
Pengujian Hipotesis dipilih oleh
peneliti. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier berganda. agar memudahkan analisis data peneliti memakai program IBM SPSS (Statistical
Package for Social Sciences)
for Windows versi 22.0.
Berdasarkan dari hasil analisis maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = -49,218 + 23,515X1 + 2,489X2 + 0,567X3 + 2,919X4
Berdasarkan persamaan diatas dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. = �Nilai konstanta : Y = -49,218
Menunjukkan bahwa apabila
Pertumbuhan Ekonomi (X1),
Pendapatan Asli� Daerah (X2), Dana Alokasi Khusus (X3)
dan Belanja Daerah (X4) dianggap konstan maka Indeks Pembangunan Manusia (Y) akan turun sebesar 49,218 persen.
β1 = �Koefisien regresi X1 (β1) : Y = 23,515
Positif itu dapat dipengaruhi oleh (X1) Pertumbuhan Ekonomi yang artinya
jika Pertumbuhan Ekonomi meningkat sebesar 1% maka Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur (Y) juga
meningkat sebesar 23,515 persen. Yang bisa di asumsikan �X2,
X3 dan X4 konstan.
β2 �= �Koefisien regresi X2 (β2) : Y = 2,489
Menunjukan bahwa (X2) itu Pendapatan Asli Daerah,
yang berpengaruh positif, artinya jika Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan sebesar 1 rupiah maka Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur (Y) juga meningkat sebesar 2,489 persen. Yang bisa diasumsikan X1, X3 dan X4.
β3
�= Koefisien
regresi X3 (β3) : Y = 0,567
Menunjukkan bahwa Dana Alokasi Khusus (X3) berpengaruh positif, dapat diartikan apabila Dana Alokasi Khusus mengalami peningkatan sebesar 1 rupiah maka Indeks
Pembangunan Manusia di Jawa
Timur (Y) meningkat sebesar 0,567 persen. Dengan asumsi X1, X2
dan X4.
β4 = �Koefisien
regresi X4 (β4) : Y = 2,919
Menunjukkan bahwa Belanja
Daerah (X4) berpengaruh positif, artinya jika Belanja Daerah mengalami peningkatan sejumlah 1 rupiah maka Indeks
Pembangunan Manusia di Jawa
Timur (Y) meningkat sebesar 2,919 persen. Yang diasumsikan X1, X2 dan X3.
7. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan guna memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka estimasi tersebut
wajib memenuhi beberapa asumsi yang berkaitan. Jika �salah satu asumsi tersebut dilanggar, maka persamaan regresi tidak lagi bersifat
BLUE, sehingga
pengambilan keputusan melalui Uji F dan Uji t menjadi bias.
a. Uji Autokorelasi
Dari hasil
analisis kedua persamaan untuk uji autokorelasi pada penelitian diperoleh nilai DW test sebesar 2,749. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model penelitian maka dapat dibuktikan dengan kurva DW.
Dalam persamaan ini jumlah variabel bebas (k) adalah 4 dan banyaknya data (n) adalah 11 sehingga diperoleh nilai DW tabel adalah sebesar dL = 0,4441 dan dU = 2,2833. Dapat dilihat pada kurva dibawah ini :
Gambar 1
Kurva DW test
b.
Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui
apakah ada hubungan linier tertentu yang �sempurna� antara beberapa atau semua
variabel bebas dalam model regresi, diperlukan uji langsung. statistik adaa atau tidaknya
gejala multikolinier dengan melihat nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dari hasil
analisis regresi dengan ketentuan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Adapun hasil yang diperoleh setelah dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6
Nilai TOL dan VIF
Variabel |
Tolerance |
Ketentuan |
VIF |
Ketentuan |
Keterangan |
X1 |
0,693 |
≥ i0,10 |
1,444 |
≤10 |
TidakTerjadi Multikolinier |
X2 |
0,461 |
≥ i0,10 |
2,168 |
≤10 |
Tidak Terjadi Multikolinier |
X3 |
0,174 |
≥ i0,10 |
5,757 |
≤10 |
Tidak Terjadi Multikolinier |
X4 |
0,231 |
≥ i0,10 |
4,322 |
≤10 |
Tidak Terjadi iMultikolinier |
Sumber : Lampiran 2
(Output SPSS)
Setelah dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda mendapatkan hasil seperti pada tabel diatas, dapat
diketahui dari ke-empat variable dalam pengujian Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur dengan nilai VIF lebih kecil dari
10 sehingga dalam model regresi tidak terjadi
multikolinieritas.
c.
Uji Heteroskedastisitas
Tujuan pengujian
hipotesis ini adalah untuk mengetahui
apakah terdapat varians residual yang tidak sama antara satu
pengamatan dengan pengamatan lainnya dalam model regresi. Gunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman untuk menguji heteroskedastisitas, yang
mengkorelasikan residual
absolut dari hasil regresi
dengan semua variabel independen. Jika signifikansi hasil korelasi lebih kecil dari 0,05 (5%), persamaan regresi tersebut termasuk heteroskedastisitas, jika tidak berarti tidak
terjadi heteroskedastisitas
atau homoskedastisitas.
Heteroskedastisitas diuji menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman, yang mengkorelasikan
residual absolut
hasil regresi dengan semua variabel
independen. Hasil uji heteroskedastisitas
ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 7
Korelasi Rank Spearman
Variabel (Y) |
Sig i2- itailed i(X1) |
Sig i2- itailed i(X2) |
Sig i2- itailed (X3) |
Sig i2- itailed (X4) |
Ketentuan |
keterangan |
Indeks iPembangunan iManusia |
0,873 |
0,979 |
0,689 |
0,537 |
≥ i0,05 |
Tidak iterjadi iheterokedastisitas |
Sumber : Lampiran 2 (Output SPSS)
Sesuai dengan tabel 7, diperoleh dengan hasil tingkat signifikansi
koefisien korelasi Rank Spearman
untuk variabel terikat Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur, keseluruhan residualnya lebih besar dari
0,05 (tidak signifikan).
Hal tersebut menunjukkan bahwa antara nilai
residual dengan variabel
yang menjelaskan tidak mempunyai korelasi yang berarti. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persamaan tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil Uji Asumsi Klasik yang telah dilakukan diatas, dapat disimpulkan bahwa pada model penelitian ini tidak terjadi
pelanggaran asumsi klasik, maka dapat
dilakukan analisis selanjutnya Gunakan metode yang disajikan dalam bab sebelumnya.
8. Uji F
Untuk memahami pengaruh atau hubungan
sekaligus
(simultan),
gunakan uji
F untuk mendapatkan hasil perhitungan dari perhitungan menggunakan
program SPSS ANOVA sebagai berikut :
Tabel 8
Anova
Model |
Sum iof
iSquares |
df |
Mean iSquare |
F |
Sig |
Regression |
3546,017 |
4 |
886,504 |
12,233 |
.005a |
Residual |
434,826 |
6 |
0,390 |
|
|
Total |
3980,844 |
10 |
|
|
|
Sumber : Lampiran 2 (Output SPSS)
Pada tabel ANOVA diperoleh nilai F hitung sebesar 12,233 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.005a. Sedangkan, nilai F tabel = (α = 0,05) dengan dengan degree of freedom (df1) 4 (jumlah variabel bebas/k) dan df2 6 (n-k-1) diperoleh
nilai F tabel sebesar 4,53. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai F hitung
12,233 ≥ F tabel 4,53 dengan
dibuktikan pada kurva distribusi uji F dibawah ini :
Gambar 2
Kurva Distribusi Uji F
Maka dapat disimpulkan secara serempak Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Khusus dan Belanja Daerah
di Jawa Timur berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur. Hal ini sesuai dengan hipotesis
yang dikemukakan pada bab sebelumnya.
9.
Uji t
Pengujian ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh signifikan variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Hasil dari uji t dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 9
Hasil Analisis Uji t
Variabel |
t iHitung |
t iTabel |
Pertumbuhan iEkonomi i(X1) |
5,695 |
2,447 |
Pendapatan iAsli iDaerah i(X2) |
1,453 |
2,447 |
Dana iAlokasi iKhusus i(X3) |
0,761 |
2,447 |
Belanja iDaerah i(X4) |
2,682 |
2,447 |
Sumber
: Lampiran 2 (Output SPSS)
B. Pembahasan
Dari hasil analisis penelitian diatas, dapat diambil kesimpulan secara keseluruhan diantaranya Pertumbuhan ekonomi,
pendapatan asli daerah, alokasi khusus & belanja daerah berpengaruh menurut signifikan dan positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur. Adanya pengaruh dari ke-empat variabel
bebas dapat memberikan kontribusi pada Indeks Pembangunan Manusia. Hal tersebut disebabkan karena ke-empat variabel bebas merupakan komponen penting dalam mengukur
kualitas pembangunan manusia dalam kesejahteraan
hidupnya, dapat membiayai pembangunan daerah, prasarana dan infrastruktur sehingga memacu pertumbuhan ekonomi daerah.
Sedangkan Pertumbuhan Ekonomi
secara parsial berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur. Alasan adanya pengaruh Pertumbuhan ekonomi, yaitu karena menunjukkan sejauh mana kegiatan ekonomi menghasilkan pendapatan tambahan bagi masyarakat dalam kurun waktu
tertentu. Jika balas jasa rill dalam penggunaan produksi didalam tahun tertentu jumlahnya
lebih besar dari tahun sebelumnya maka ekonomi itu mengalami pertumbuhan. Dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi maka akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sehingga
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disuatu daerah meningkat. Dimana semakin tinggi
pendapatan nasional atau daerah maka akan semakin besar juga harapan untuk
pembukaan kapasitas produksi baru yang akan dapat menyerap tenaga kerja baru. Pendapatan yang tinggi tercermin dari tingginya pendapatan perkaapita dan tumbuh secara positif dan berarti. Maka secara
relatif semakin baik pertumbuhan ekonomi, maka akan
semakin besar Saya harap saya tidak
menganggur, mendorong pemerataan pendapatan per kapita dan mendorong peningkatan indeks pembangunan manusia (Putong, 2009).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidak berdampak parsial terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur. Tidak adanya pengaruh
PAD terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di Jawa
Timur dikarenakan semakin tinggi PAD pada suatu daerah maka dapat
menurunkan Indeks
Pembangunan Manusia. Karena PAD lebih
banyak digunakan untuk kegiatan belanja pegawai atau belanja langsung
dari pada membiayai belanja modal yang memiliki pengaruh terhadap pembangunan manusia. PAD tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat kemungkinan disebabkan PAD Jawa Timur relatif kecil dibanding
non PAD. Sehingga, kontribusinya terhdap pembangunan juga sangat kecil. Penggunaan PAD oleh pemerintah seharusnya membuat kemampuan daerah dalam membiayai
daerahnya sendiri agar dapat menunjang sarana dan prasarana publik seperti sarama pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan penelitian (Badrudin & Khasanah, 2011) menyatakan bahwa PAD tidak berpengaruh terhadap IPM.
Dana Alokasi Khusus (DAK) secara parsial Tidak mempengaruhi
Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur. Tidak adanya pengaruh DAK terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur disebabkan karena pembangunan manusia tidak hanya dapat
dijelaskan dari segi kuantitas (fisik,bangunan) melainkan juga dari segi kualitas (hidup, manusia). Dan sementara DAK lebih dipergunakan untuk peningkatan sarana dan prasarana (fisik) dan jumlah DAK jauh lebih kecil jika
dibandingkan dana lainnya, seperti PAD dan DAU. Pemberian
DAK tiap daerah juga berbeda-beda dan tidak semua daerah mendapatkan
DAK. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian (Adiputra, 2015). Namun, penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian (Setyowati & Suparwati, 2012).
Belanja Daerah secara parsial berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur. Adanya pengaruh Belanja Daerah yaitu memiliki dan Ini juga merupakan
peran nyata dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik dan jika dilakukan dengan benar akan meningkatkan
perekonomian daerah. Oleh karena itu, idealnya
belanja masyarakat dapat menjadi faktor
penting dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber daya ekonomi
yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Peran belanja masyarakat adalah untuk mengembangkan
infrastruktur/infrastruktur
(misalnya pembangunan jalan, bendungan, dll), penyediaan layanan publik seperti kesehatan dan pendidikan, hibah dan dukungan sosial kepada berbagai pihak pemangku kepentingan. Pembangunan infrastruktur
akan memperkerjakan banyak tenaga kerja,
yang diberikan pendapatan sebagian dari padanya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang selanjutnya Hal ini diikuti oleh peningkatan tingkat konsumsi. Peningkatan konsumsi masyarakat akan mendorong produksi, dan dampak dari multiple effect ini akan meningkat
dan berkelanjutan, sehingga
dapat terlihat hasilnya. bahwa Dapat mengatasi pengangguran, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian (Pratowo, 2012) dan (Priambodo, 2015). Namun tidak konsisten dengan penelitian (Badrudin & Khasanah, 2011).
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Dari hasil uji hipotesis
dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. simultan dan
parsial terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur, Pendapatan Asli
Daerah berpengaruh secara simultan dan tidak berpengaruh secara parsial
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur, Dana Alokasi Khusus
berpengaruh secara simultan dan tidak berpengaruh secara parsial terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur dan Belanja Daerah berpengaruh secara
simultan dan parsial terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Timur.
Adiputra, I.
(2015). Made Pradana, Ni Kadek Desi Dwi Yantari, Dewa Kadek Darmada. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan Dan SILPA Terhadap Kualitas Pembangunan Manusia Dengan Alokasi
Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening. Google Scholar
Arikunto,
S. (2013). Prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik. Google Scholar
Badrudin,
R., & Khasanah, M. (2011). Pengaruh pendapatan dan belanja daerah terhadap
pembangunan manusia di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Buletin Ekonomi, 9 (1). Google Scholar
Ginting,
C. K. (2008). Analisis Pembangunan
Manusia di Indonesia. Google Scholar
Gorahe,
I., Masinambow, V., & Engka, D. (2014). Analisis belanja daerah dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya di provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 14 (3). Google Scholar
Ogestiawan,
I. (2012). Hubungan Antara Dana
Alokasi Umum, Belanja Modal Dengan Kualitas Pembangunan Manusia (Studi Kasus
Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah). Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Google Scholar
Prasetyo,
P. E. (2008). Peran usaha mikro kecil dan menengah (umkm) dalam kebijakan
penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Akmenika Upy, 2 (1),
p1-13. Google Scholar
Pratowo,
N. I. (2012). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan
Manusia. Jurnal Studi Ekonomi
Indonesia, 1(1), 15�31. Google Scholar
Priambodo,
A. (2015). Analisis Pengaruh Belanja
Daerah Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi Pada Kabupaten/Kota di Pulau
Jawa Tahun 2007-2013). Universitas Brawijaya. Google Scholar
Putong,
I. (2009). Pengantar Mikro dan Makro Edisi 4. Mitra Wacana M. Jakarta. Google Scholar
Putra,
P. G. M., & Ulupui, I. (2015). Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, Untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
11 (2015), 863�877. Google Scholar
Rudolf,
I. P. (2012). Hubungan Antara Dana
Alokasi Umum, Belanja Modal Dan Kualitas Pembangunan Manusia Di Sumatera Barat.
Universitas Andalas. Google Scholar
Setyowati,
L., & Suparwati, Y. K. (2012). Pengaruh pertumbuhan ekonomi, dau, dak, pad
terhadap indeks pembangunan manusia dengan pengalokasian anggaran belanja modal
sebagai variabel intervening. Jurnal
Prestasi, 9 (1),
113�133. Google Scholar
Usman,
S., Mawardi, M. S., Poesoro, A., Suryahadi, A., & Sampford, C. (2008). Mekanisme dan Penggunaan Dana Alokasi Khusus
(DAK). Lembaga penelitian Smeru. Google Scholar
Widodo,
P. (2011). P, Dkk. Pemodelan Sistem
Berorientasi Objek Dengan UML. Google Scholar
Copyright holder: Devita Rosmadayanti, Niniek
Imaningsih, Riko Setya Wijaya (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |