Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR GULA DI INDONESIA
Herawati Rusdi, Wiwin Priana Primandhana, Mohammad Wahed
Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 Juli 2021 Direvisi 05 Agustus 2021 Disetujui 15 Agustus 2021 |
Penelitian ini, mengambil judul �Analisis Faktor yang Mempengaruhi Impor Gula di
Indonesia�. Judul ini diambil
berdasarkan fenomena yang
terjadi pada tingkat konsumsi masyarakat yang banyak sekali mengkonsumsi bahan pemanis gula dan tingkat impor gula yang semakin tinggi setiap tahunnya di Indonesia. Tujuan penelitian
ini adalah: (1) Untuk menganalisis pengaruh konsumsi gula terhadap impor gula
di Indonesia (2) Untuk menganalisis pengaruh harga gula terhadap impor gula
di Indonesia (3) Untuk menganalisis pengaruh produksi gula terhadap impor
gula di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di lingkup Indonesia untuk mengetahui
faktor yang mempengaruhi impor gula. Dalam metode penelitian ini menggunakan cara mengumpulkan data lalu mengolah datanya sehingga dapat memecahkan masalah penelitian. Penelitian ini menjelaskan pengaruh tingkat konsumsi, harga, produksi, serta bea masuk
terhadap impor gula di
Indonesia tahun 2002-2019. Data yang digunakan merupakan jenis data sekunder yang diperoleh dari berbagai lembaga yang terkait, Kementrian Perdagangan Republik Indonesia
(KEMENDAG), dan Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menyatakan bahwa konsumsi, harga, produksi, dan bea masuk sangat
berpengaruh besar terhadap impor gula yang ada di Indonesia. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil regresi
liniear berganda konsumsi gula, harga gula, produksi gula, dan bea masuk impor gula secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap impor gula di Indonesia.
Namun secara parsial hanya variabel harga gula yang berpengaruh secara signifikan terhadap impor gula di Indonesia. ABSTRACT������������������������� This research, entitled
"Analysis of Factors Affecting Sugar Imports in Indonesia". This
title is taken based on the phenomenon that occurs at the level of public
consumption which consumes a lot of sugar sweeteners and the level of sugar
imports which is getting higher every year in Indonesia. The objectives of
this study are: (1) To analyze the effect of sugar consumption on sugar
imports in Indonesia (2) To analyze the effect of sugar prices on sugar
imports in Indonesia (3) To analyze the effect of sugar production on sugar
imports in Indonesia. This research was conducted in Indonesia to determine
the factors that influence sugar imports. In this research method using a way
of collecting data and then processing the data so that it can solve research
problems. This study explains the effect of consumption levels, prices,
production, and import duties on sugar imports in Indonesia in 2002-2019. The
data used is a type of secondary data obtained from various related
institutions, the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia (KEMENDAG),
and the Central Statistics Agency (BPS). The results of research conducted by
researchers state that consumption, price,
production, and import duties greatly affect sugar imports in Indonesia. It
can be concluded that the results of multiple linear regressions of sugar
consumption, sugar prices, sugar production, and import duties on sugar
together have a significant effect on sugar imports in Indonesia. However,
partially, only the sugar price variable has a significant effect on sugar
imports in Indonesia. |
Kata Kunci: impor; konsumsi; produksi; harga gula; dan bea masuk Keywords: import; consumption; production; sugar prices; and import
duties |
Pendahuluan
Komoditas yang memegang kontribusi berguna selama perekonomian
Indonesia salah satunya adalah gula, karena gula merupakan kebutuhan pokok yang
relatif murah (Pertanian, 2008). Komoditas tebu sendiri sebagai materi baku pokok gula yang mewujudkan salah satu keperluan resep pokok,
bahan baku pemanis dan barang makanan selepas beras (Yusuf & Aulia, 2010).
Disamping itu, gula merupakan salah satu asal kalori guna masyarakat Indonesia selain beras,
jagung, serta umbi-umbian (Wiranata, 2014).
Gula merupakan
salah satu produk pertanian Indonesia yang ditetapkan
sebagai produk khusus bersama dengan beras, jagung
dan kedelai di forum negosiasi
World Trade Organization (WTO). Dengan pertimbangan utama peningkatan ketahanan pangan dan kualitas hidup di pedesaan, Indonesia berupaya meningkatkan produksi dalam negeri sebesar 4.444, termasuk mencanangkan tujuan swasembada gula yang belum tercapai. Keadaan ini disebabkan
oleh belum optimalnya faktor pendukung produksi gula dalam negeri (farm and farm), dan konsumsi
gula dalam negeri masih sangat tinggi. (Hairani et al., 2014).
Indonesia adalah Negara yang menjadikan
gula sebagai salah satu kebutuhan pangan pokok (Aushaf et al., 2020).
Adapun kegiatan
dalam perdagangan internasional, kebutuhan gula
juga sangat bervariasi dan
gula sangat penting perannya dalam kebutuhan pangan (Wiranata, 2014).
Perdagangan internasional terlebih dalam impor juga bukan lepas dari yang dinamakan harga. sebab harga juga mempengaruhi barang impor gula yang akan dijual untuk konsumen.
Tetapi disisi lain
Indonesia masih saja mengimpor gula, dikarenakan pesatnya laju peningkatan
konsumsi gula tidak sebanding dengan laju peningkatan produksi secara nasional.
Gambar 1
Negara Tujuan Impor Gula Indonesia
Sumber : BPS Jatim 2019 (data diolah)
Negara tujuan impor gula di Indonesia yang
paling banyak bersumber dari negara Thailand, hal ini menunjukkan bahwa
ketergantungan negara Indonesia terhadap pasokan gula dai negara Thailand terus
mengalami peningkatan di setiap tahunnya, terutama ditahun 2019. Indonesia melakukan impor gula dari Thailand dikarenakan adanya total buatan dan harga
gula di negara Thailand relatif lebih rendah. Sampai saat ini Indonesia masih
mengimpor gula ke negara Thailand dikarenakan produksi gula yang ada dalam
negeri juga masih belum memenuhi permintaan gula di Indonesia.
Berdasarkan Dewan Gula Indonesia (Indonesia, 2009),
perkembangan pada Konsumsi gula nasional meningkat dari tahun ke tahun dan peningkatan konsumsi gula nasional belum dapat dipertahankan. Dengan keahlian pembuatan gula putih nasional yang tinggi
pula. Industri gula di Indonesia tidak bertahan lama untuk merasakan masa-masa
keemasannya. Suasana perekonomian yang tidak stabil pada masa kemerdekaan membentuk
salah satu lantaran penurunan produksi gula di Indonesia. Budidaya tebu merupakan subsistem dari industri gula yaitu sebagai
penghasil bahan baku tebu yang akan diubah menjadi gula. Pabrik gula merupakan
subsistem yang mengolah tebu menjadi gula.
Namun, swasembada gula yang diharapkan
menghadapi beberapa tantangan dari segi on-farm, off-farm, manajemen, dan partisipasi pelaku industri gula. Seperti pemerintah, petani tebu dan PG sendiri. Untuk membatasi ruang lingkup saat
ini, diperlukan pendekatan sistematis untuk membangun model yang mewakili sistem industri gula dan dinamika saat ini di Jawa
Timur, dalam rangka meningkatkan produksi gula dan pendapatan produsen tebu di Jawa Timur. Saya harap model yang dibangun bisa Simulasi untuk
menghasilkan rekomendasi kebijakan yang tepat (Yunitasari et al., 2015).
Gambar 1
Impor Gula Indonesia
Sumber : BPS Jatim
2019 (data diolah)
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa angka Impor Gula
meningkat, di tahun 2019 sebesar 38,64% (Statistik, 2018).
Impor meningkat dikarenakan untuk melengkapi seluruh Permintaan masyarakat akan
barang-barang
kebutuhan pokok yang tidak dapat dipenuhi
oleh produksi dalam negeri. Gula juga merupakan komoditi penting bagi seluruh masyarakat Indonesia bahkan bagi masyarakat
yang ada di dunia. Produksi gula pasir di dalam negeri ini semakin tidak mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat itu
sendiri, sehingga kekurangan tersebut harus ditutupi
dengan gula impor yang terus meningkat lagi dari tahun ke tahun dimana pada tahun 2017 Indonesia telah menjadi
pengimpor gula terbesar kedua di dunia setelah Rusia.
Ada banyak faktor yang menyebabkan Indonesia menjadi negara pengimpor
gula, salah satu faktor utamanya yaitu ketidakmampuan industri gula dalam
negeri untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan gula masyarakat yang terus
meningkat dan tingginya harga jual gula dalam negeri (Wiranata, 2014). Menurut data BPS, Indonesia melakukan
impor gula tersebesar di Negara Thailand dan India. Hal ini
dikarenakan meningkatnya pendapatan perkapita
masyarakat setiap tahunnya. Namun dari berbagai masalah tersebut banyak kendala yang
dihadapi pemerintah, mulai dari semakin sempitnya lahan untuk ditanami tebu di
pulau Jawa sehingga kapasitas produksi pabrik gula menjadi tidak optimal. Dari
kesemua masalah tersebut menjadikan industri gula tidak efisien dan tidak mampu
bersaing di pasar dunia.
Kondisi menurunnya produksi gula dalam negeri tidak berbanding lurus dengan konsumsi
gula dalam negeri yang selalu
mengalami perubahan dan cenderung mengalami peningkatan pola konsumsi gula, mengakibatkan Indonesia
menjadi negara pengimpor
gula untuk memenuhi kebutuhan seluruh permintaan gula nasional setiap tahunnya. Maka dari itu
untuk menekan harga gula dalam negeri salah satu caranya yaitu
dengan melakukan impor gula dari Negara lain seperti Thailand, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Perkembangan Kinerja Industri Gula Indonesia
Tahun |
Konsumsi
(Ton) |
Harga (Rp/Kg) |
Produksi
(Ton) |
2015 |
3.049.007 |
12.570,75 |
2.534.872 |
2016 |
3.458.637 |
14.516,5 |
2.363.042 |
2017 |
3.124.358 |
12.500 |
1.210.000 |
2018 |
3.161.633 |
12.385 |
2.100.000 |
2019 |
3.152.230 |
12.834 |
2.450.000 |
Sumber
: BPS Jatim (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, angka konsumsi
gula di Indonesia meningkat pada tahun
2019 mencapai 3,15 juta
ton, dapat dilihat dari tabel konsumsi
yang semakin meningkat, hal ini akan
terus meningkat apabila banyak industri makanan dan minuman yang memakai bahan baku utama
gula (Statistik, 2018).
Peningkatan konsumsi gula ini belum dapat
diimbangi dengan peningkatan produksi. Hal ini diakibatkan oleh luasnya produktivitas yang juga menurun sementara konsumsi terus meningkat.
Selain diatas, harga gula di Indonesia pada lima tahun
terakhir mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan. Harga gula di Indonesia cenderung
mengalami kenaikan dan penurunan yang disebabkan oleh produksi gula dalam negeri yang masih kurang, serta
bertambahnya jumlah penduduk yang pesat dan meningkatnya
permintaan akan gula. Ketidakstabilan harga gula yang ada di
Indonesia pada masa krisis merupakan akibat dari tingginya ketergantungan
pemenuhan gula kita terhadap pihak luar, sehingga harga yang di dalam negeri
sangat dipengaruhi oleh harga gula dunia.
Selain diatas, terlihat bahwa jumlah produksi
gula tidak dapat mengimbangi jumlah permintaan dalam negeri yang terus-menerus meningkat setiap tahunnya, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat. Dalam 5 tahun terakhir
produksi gula mengalami fluktuasi, dan produksi gula tertinggi sebanyak 2,56 juta ton yang terjadi
pada tahun 2015. Produksi
gula pasir mengalami penurunan salah satunya disebabkan karena adanya beberapa faktor yang diantaranya yaitu efisiensi pada suatu tingkat tanaman
(on farm) yang masih
sangat rendah dan efisiensi pabrik gula (off farm) yang dimana
salah satunya yaitu mensi penggiling tebu yang sudah tua usianya sehingga
produksi gula juga kurang maksimal (Mardianto et al., 2005).
Dalam rangka menjaga stabilitas harga gula di Indonesia
perlu sekali memperhatikan kepentingan konsumen, dan perlu menetapkan tarif Bea Masuk atas impor gula. Surat keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan
No.230/MPP/Kep/6/199 yang memberlakukan
tarif bea masuk sesuai dengan
peraturan, baik itu importir umum
maupun importir produsen yang diperbolehkan untuk mengimpor beras dan gula. Dengan adanya peraturan tersebut para importir harus membayar bea masuk impor
sebesar 25%.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis dan menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah impor gula di Indonesia. Dengan demikian penulis melakukan penelitian mengenai jumlah impor gula dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya di Indonesia dengan
judul �Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula di Indonesia�.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh konsumsi gula terhadap terhadap impor gula di Indonesia,
untuk menganalisis pengaruh harga gula terhadap impor gula di Indonesia,
dan untuk menganalisis pengaruh produksi gula terhadap impor gula di Indonesia.
Penelitian ini menggunakan
cara mengumpulkan data lalu mengolah datanya
sehingga memecahkan masalah penelitian. Menurut (Surakhmad, 1990)
metode penelitian merupakan cara yang digunakan untuk menghasilkan tujuan, contohnya untuk menguji hipotesa, dengan menggunakan alat-alat tertentu. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh konsumsi gula, produksi gula, harga gula, bea masuk gula terhadap impor gula tahun 2002-2019. Variabel penelitian yaitu segala suatu
bentuk yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari, sehingga memperoleh informasi tentang hal tersebut,
dan kemudian dapat ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2016).
Maka dari itu penulis mengelompokan
variabel-variabel yang digunakan
di dalam penelitian ini menjadi variabel
independen (X) dan variabel
dependen (Y).
A. Hasil Penelitian
Deskripsi hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang data-data serta perkembangan impor gula yang ada di Indonesia,
konsumsi gula, harga gula, produksi gula,dan
bea masuk impor gula pada tahun 2002-2019
di Indonesia.
1. Perkembangan Impor Gula di Indonesia
Impor
gula menjadi faktor penting yang sangat menguntungkan bagi perekonomian di Indonesia.
Berikut adalah perkembangan impor gula di Indonesia periode 2002-2019 pada tabel 1 sebagai
berikut.
Tabel 1
Perkembangan Impor Gula di Indonesia
Tahun 2002-2019
Tahun |
Impor Gula (Ton) |
Perkembangan (%) |
2002 |
1425507 |
- |
2003 |
1596739 |
0,120 |
2004 |
1230284 |
-0,229 |
2005 |
1104884 |
-0,101 |
2006 |
1405942 |
0,272 |
2007 |
2972788 |
1,114 |
2008 |
983944 |
-0,669 |
2009 |
1373527 |
0,395 |
2010 |
1382525 |
0,006 |
2011 |
2371250 |
0,715 |
2012 |
2743778 |
0,157 |
2013 |
3343803 |
0,218 |
2014 |
2933823 |
-0,122 |
2015 |
3369941 |
0,148 |
2016 |
1619433 |
-0,519 |
2017 |
4470000 |
1,760 |
2018 |
3600000 |
-0,194 |
2019 |
4991020 |
0,386 |
Sumber : BPS Jatim, 2019 (data diolah)
Dari tabel 1 dapat
diambil kesimpulan bahwa dalam perkembangan impor gula di Indonesia pada kurun
waktu 2002-2019 terus mengalami fluktuasi, angka tertinggi terjadi pada tahun
2017 sebesar 1,76% dan perkembangan angka
terendah pada tahun 2016 sebesar 0,52%. Maka, hal ini menyebabkan Indonesia
menjadi pengimpor gula terbesar kedua di dunia setelah Rusia
(Sawit,
2003).
Menurut teori perdagangan internasional sejak lama diyakini oleh dunia sebagai pemberi sumbangan yang baik bagi pertumbuhan ekonomi sebuah Negara (Rahayu,
2018). terlebih dalam impor juga tidak lepas dari yang dinamakan harga. Karena harga juga mempengaruhi komoditas impor gula yang akan dijual kepada
konsumen. Tetapi disisi lain Indonesia masih mengimpor gula, dikarenakan pesatnya laju peningkatan
konsumsi gula tidak sebanding dengan laju peningkatan produksi secara nasional.
2. Perkembangan Konsumsi Gula
Konsumsi
gula pasir di dalam negeri secara absolut cukup besar sekali, serta dari tahun ke tahun gula yang ada
di Indonesia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat juga. Berikut adalah perkembangan
konsumsi gula di Indonesia tahun 2002-2019 pada tabel 2.
Tabel 1
Konsumsi Gula di Indonesia
Tahun 2002-2019
Tahun |
Konsumsi iGula (Ton) |
Perkembangan (%) |
2002 |
3180941 |
- |
2003 |
3228655 |
0,015 |
2004 |
3281928 |
0,016 |
2005 |
3324662 |
0,013 |
2006 |
3760000 |
0,130 |
2007 |
3759524 |
-0,001 |
2008 |
3500000 |
-0,069 |
2009 |
4300000 |
0,228 |
2010 |
4534500 |
0,054 |
2011 |
4670770 |
0,030 |
2012 |
5200000 |
0,113 |
2013 |
5516470 |
0,060 |
2014 |
5700000 |
0,033 |
2015 |
3049007 |
-0,465 |
2016 |
3458637 |
0,134 |
2017 |
3124358 |
-0,096 |
2018 |
3161633 |
0,011 |
2019 |
3152230 |
-0,003 |
Sumber : BPS Jatim,2019 (data diolah)
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa perkembangan
konsumsi gula yang ada di Indonesia mengalami fluktuasi, perkembangan tertinggi
terjadi pada tahun 2009 yang rata-rata kenaikkannya sebesar 0,228% dan yang terendah
tahun 2019 sebesar -0,003%. Perkembangan konsumsi yang terus meningkat dikarenakan
konsumsi gula ini belum dapat diimbangi dengan peningkatan produksi yang diakibatkan
oleh luasnya produktivitas yang menurun sementara konsumsi gula terus meningkat.
Berdasarkan teori
konsumsi yang dikemukakan
oleh Keynes bahwa pada saat
pendapatan seseorang semakin tinggi maka semakin tinggi
pula konsumsi dan tabungannya.
Jika diterapkan penelitian ini, dengan semakin
tinggi pendapatn seseorang maka semakin tinggi tingkat konsumsi seseorang akan gula pasir.
3. Perkembangan Harga Gula
Harga
termasuk salah satu faktor pendukung di dalam permintaan akan suatu barang. Harga
gula yang tinggi ini mengakibatkan adanya suatu kenaikkan permintaan. Berikut adalah
perkembangan harga gula di Indonesia tahun 2002-2019 pada tabel 3.
Tabel 2
Harga Gula di Indonesia Tahun 2002-2019
Tahun |
Harga Gula (Rp/Kg) |
Perkembangan (%) |
2002 |
297022 |
- |
2003 |
432518 |
0,456 |
2004 |
500000 |
-0,988 |
2005 |
550000 |
0,1 |
2006 |
480000 |
-0,127 |
2007 |
490000 |
0,020 |
2008 |
553900 |
0,130 |
2009 |
535000 |
-0,034 |
2010 |
649900 |
0,214 |
2011 |
1081842 |
165,46 |
2012 |
1196142 |
0,105 |
2013 |
1254100 |
-0,989 |
2014 |
1178275 |
92,953 |
2015 |
1257075 |
0,066 |
2016 |
1451650 |
-0,884 |
2017 |
1250000 |
-0,913 |
2018 |
1238600 |
-0,009 |
2019 |
1283400 |
0,036 |
Sumber : BPS Jatim, 2019 (data diolah)
Berdasarkan table 3 terlihat
bahwa harga gula di
Indonesia dari tahun 2002 sampai 2019 mengalami fluktuasi, dengan perkembangan angka tertinggi pada tahun 2014 sebesar 92,953% dan yang terendah
tahun 2018 yaitu -0,009%.
Harga gula menunjukkan kenaikan
yang mempengaruhi impo gula
di Indonesia. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zaini,
2008).
4. Perkembangan Produksi Gula
Pasokan
gula yang ada di Indonesia semua berasal dari produksi dalam negeri. Dapat dilihat
perkembangan produksi gula di Indonesia pada tabel 4.
Tabel 4
Produksi Gula
di Indonesia Tahun 2002-2019
Tahun |
Produksi Gula (Ton) |
Perkembangan (%) |
2002 |
1755434 |
- |
2003 |
1631918 |
-0,070 |
2004 |
2051644 |
0,257 |
2005 |
2219778 |
0,081 |
2006 |
2289127 |
0,031 |
2007 |
2157374 |
-0,057 |
2008 |
2694227 |
0,248 |
2009 |
2517374 |
-0,065 |
2010 |
26600 |
0,056 |
2011 |
24000 |
-0,097 |
2012 |
28700 |
0,195 |
2013 |
28400 |
-0,010 |
2014 |
28600 |
0,007 |
2015 |
2534872 |
-0,113 |
2016 |
2363042 |
-0,067 |
2017 |
12100 |
-0,487 |
2018 |
21000 |
0,735 |
2019 |
24500 |
0,166 |
Sumber : BPS Jatim, 2019 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa perkembangan produksi gula di Indonesia dari tahun 2002 sampai 2019 mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat, dengan perkembangan
tertinggi pada tahun 2018 sebesar 0,735% dan yang terendah pada tahun 2013 sebesar
-0,010. Terlihat sangat jelas bahwa produksi gula di Indonesia tidak dapat mengimbangi
jumlah permintaan dalam negeri yang terus-menerus
meningkat, sehingga belum mencukupi kebutuhan masyarakat.
5. Perkembangan Bea Masuk Gula
Tabel 3
Bea Masuk Gula di Indonesia
Tahun
2002-2019
Tahun |
Bea iMasuk (Rp/Kg) |
Perkembangan (%) |
2002 |
400 |
- |
2003 |
400 |
0% |
2004 |
440 |
10% |
2005 |
490 |
11% |
2006 |
550 |
12% |
2007 |
550 |
0% |
2008 |
750 |
36% |
2009 |
750 |
0% |
2010 |
790 |
5% |
2011 |
550 |
-30% |
2012 |
550 |
0% |
2013 |
550 |
0% |
2014 |
500 |
-9% |
2015 |
550 |
10% |
2016 |
550 |
0% |
2017 |
550 |
0% |
2018 |
550 |
0% |
2019 |
550 |
0% |
Sumber : BPS Jatim,
2019 (data diolah)
Dalam rangka untuk menjaga stabilitas harga gula
di Indonesia perlu memperhatikan kepentingan konsumen serta
perlu menetapkan tarif Bea Masuk atas impor gula. Dapat dilihat
perkembangan bea masuk gula pada tabel 5.
Berdasarkan tabel 5 terlihat
bahwa perkembangan bea masuk gula di Indonesia dari tahun 2002-2019 mengalami fluktuasi
dan cenderung menurun, dengan perkembangan tertinggi pada tahun 2008 sebesar
36% dan yang terendah pada tahun 2014 sebesar -9%. Penurunan tarif bea masuk gula
yang sangat drastis ini untuk menekan lonjakan harga gula dalam negeri, maka dari
itu pemerintah memutuskan untuk menurunkan tarif bea masuk.
6.
Analisis dan Pengujian
Hipotesis
Penelitian
ini digunakan untuk mengukur kemampuan model dalam menjelaskan variasi variabel
dependen. Koefisien determinasi ini adalah antara nol dan satu.
Tabel 4
Koefisien Determinasi
R |
R iSquare |
0,758 |
0,574 |
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dari
pengolahan data menunjukkan korelasi antara variabel Konsumsi Gula (X1), Harga Gula
(X2), Produksi Gula (X3), dan Bea Masuk (X4) terhadap
Impor Gula di Indonesia diperoleh = 0,574 yang artinya variabel-variabel independen
hampir semua memberikan informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Persamaan regresi sebesar 57,4% menunjukkan bahwa variabel Impor Gula
di Indonesia yang dapat dijelaskan, sedangkan selebihnya yaitu 42,6% dijelaskan
oleh variabel diluar persamaan model ini.
7.
Analisis Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier
berganda untuk mengolah suatu data yang ada dengan alat bantu komputer
dan program SPSS (Statistic
Program For Social Science).
Berdasarkan hasil pengolahan data yang ada dengan bantuan program SPSS versi 13 maka diperoleh persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut :
Y = 20108.147 + 0.059X1 + 2.407X2 + -0.831X3 + -0.529X4
Berdasarkan persamaan diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
β0 : Nilai konstanta sebesar 2010 8.147
Menunjukkan apabila Konsumsi (X1), Harga Gula (X2), Produksi (X3), dan �Bea Masuk (X4) dianggap konstan maka Impor Gula di Indonesia (Y) akan turun
sebesar 20108.147 persen.
β1 : Koefisien regresi X1 (β1)
: Y = 0.059
Menunjukkan bahwa Konsumsi (X1) berpengaruh positif, yang artinya
apabila konsumsi mengalami peningkatan sebesar 1 ton maka dari itu
Impor Gula di Indonesia (Y) mengalami peningkatan sebesar 0.059 persen. Dengan asumsi
yang dimana X2, X3, dan X4 Konstan.
β2 : Koefisien regresi X2 (β2) : Y = 2.407
Menunjukkan bahwa Harga Gula (X2) berpengaruh positif, dapat diartikan
apabila harga gula mengalami peningkatan sebesar 1 rupiah maka Impor
Gula di Indonesia (Y) mengalami peningkatan sebesar 2.407 persen. Dengan asumsi
yang dimana X2, X3, dan X4 Konstan.
β3 : Koefisien regresi X3 (β3)
: Y = -0.831
Menunjukkan bahwa Produksi (X3)
berpengaruh negatif, maka dapat �diartikan apabila
produksi mengalami peningkatan sebesar 1 ton maka Impor
Gula di Indonesia (Y) mengalami penurunan sebesar 0.831
persen. Dengan asumsi yang dimana X2, X3, dan X4 Konstan.
β4: Koefisien regresi X4 (β4) = -0.529
Menunjukkan bahwa Bea Masuk Impor Gula (X4) berpengaruh negatif,
dapat diartikan apabila Bea Masuk Impor Gula mengalami peningkatan 1 rupiah maka Impor Gula di
Indonesia (Y) mengalamu penurunan sebesar 0.529 persen. Dengan asumsi yang dimana X2, X3, dan X4 Konstan.
8.
Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk memperoleh hasil estimasi yang BLUE (Best
Linier Unbiased Estimator) atau perkiraan linier tidak bias yang terbaik maka
estimatimasi tersebut harus memiliki beberapa asumsi yang berkaitan. Apabila salah
satu asumsi itu dilanggar, maka persamaan regresi tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan melalui
Uji F dan Uji t menjadi bias.
a. Uji Autokorelasi
Dari hasil analisis pada kedua persamaan untuk uji autokorelasi pada
penelitian ini diperoleh nilai DW test
sebesar 1,833. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi dalam model
penelitian maka dapat dibuktikan dengan kurva DW.
1) Persamaan (Y)
Dalam persamaan I jumlah variabel bebas (k) adalah 4 dan banyaknya data
(n) adalah 18 sehingga diperoleh nilai DW
tabel adalah sebesar dL = 0,8204 dan dU = 1,8719. Dapat dilihat pada kurva
dibawah
Gambar 1
Kurva DW Test Persamaan I (Y)
b. Multikolinieritas
Untuk mengetahui adanya hubungan linier yang aman diantara sejumlah atau semua
variabel independen dari model regresi, hingga diperlukan adanya pembuktian
secara statistik ada atau tidak adanya gejala multikolinier dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari hasil analisis regresi dengan suatu
ketentuan yang sudah dijelaskan pada bagian bab sebelumnya.
Adapun hasil yang diperoleh
dari setelah dilakukan pengujian analisis regresi linier berganda diketahui dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5
Nilai TOL dan VIF Persamaan I (Y)
Variabel |
Tolerance |
Ketentuan |
VIF |
Ketentuan |
Keterangan |
X1 |
0,522 |
≥ i0,1 |
1,915 |
≤ i10 |
Tidak iTerjadi iMultikolinier |
X2 |
0,912 |
≥ i0,1 |
1,096 |
≤ i10 |
Tidak iTerjadi iMultikolinier |
X3 |
0,413 |
≥ i0,1 |
2,418 |
≤ i10 |
Tidak iTerjadi iMultikolinier |
X4 |
0,746 |
≥ i0,1 |
1,340 |
≤ i10 |
Tidak iTerjadi iMultikolinier |
Sumber : Lampiran (Output SPSS)
c. Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan mencoba apakah bermakna model regresi
berjalan ketidaksamaan
varian dari residual satu pengamatan ke penglihatan lain. Pada
regresi linier nilai residual tidak boleh adanya hubungan dengan variabel (X). Heteroskedastisitas
diuji dengan menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan
antara absolut residual hasil regresi dengan semua variabel bebas. Hasil uji heteroskedastisitas
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 6
Korelasi Rank Spearman
Variabel i(Y) |
Sig 2-tailed (X1) |
Sig 2-tailed (X2) |
Sig 2-tailed (X3) |
Sig 2-tailed (X4) |
Ketentuan |
Keterangan |
Impor iGula |
0,463 |
0,280 |
0,766 |
0,684 |
≥ i0,05 |
Tidak Terjadi iHeterokedastisitas |
Sumber : Output SPSS
9.
Uji F
Untuk melihat adanya pengaruh atau jaringan sebagai simultan maka
digunakan uji F, dari perhitungan dengan menggunakan program SPSS maka diperoleh
hasil perhitungan ANOVA sebagai berikut:
Tabel 7
ANOVA Persamaan I (Y)
Model |
Sum of Squares |
Df |
Mean Square |
F |
Sig |
Regression |
1E+009 |
4 |
363718327,1 |
4.386 |
.018a |
Residual |
1E+009 |
13 |
82928938,99 |
|
|
Total |
3E+009 |
17 |
|
|
|
Sumber : Output SPSS
Pada tabel ANOVA persamaan
I diperoleh nilai F hitung sebesar 4,386 dengan tingkat signifikan sebesar 0.018a, sedangkan nilai F tabel (α = 0,05) dengan degree of freedom (df1) 4 (jumlah variabel bebas/k) dan df2 18 (n-k-1) maka diperoleh nilai F tabel sebesar 2,93. Dari hasil tersebut diketahui nilai F hitung ≥ F tabel. Berikut adalah penjelasan dari kurva dibawah, maka dapat disimpulkan
secara silmultan variabel Konsumsi Gula (X1),
Harga Gula (X2), Produksi Gula (X3), dan Bea Masuk
(X4) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap Impor Gula (Y).
Gambar 2
Kurva Distribusi
Uji F Persamaan I (Y)
10.
Uji t
Pada uji t ini digunakan untuk melihat pengaruh signifikan variabel bebas sebagai individual terhadap variabel terikat. Hasil dari
uji t dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 8
Hasil Analisis Uji t
Variabel |
t iHitung |
t Tabel |
Konsumsi Gula (X1) |
0,169 |
2,160 |
Harga iGula
i(X2) |
4,109 |
2,160 |
Produksi iGula i(X3) |
-1,084 |
2,160 |
Bea iMasuk i(X4) |
-0,022 |
2,160 |
Sumber : Output SPSS
a. Variabel Konsumsi Gula (X1)
Dari perhitungan secara parsial diperoleh nilai t hitung
sebesar 0,169 sedangkan nilai t tabel (α/2 = 0,025) dengan degree of freedom (df) 4 (n-k-1) diperoleh nilai t tabel sebesar
2,160. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai thitung 0,169 ≤ ttabel 2,160 dengan dibuktikannya pada kurva distribusi
uji t. Berdasarkan kurva dibawah ini maka dapat disimpulkan bahwa Konsumsi Gula
secara parsial tidak berpengaruh terhadap Impor Gula di Indonesia.
Gambar 2
Kurva
Distribusi Uji t Konsumsi gula (X1)
b. Variabel Harga Gula (X2)
Dari perhitungan secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 4,109 sedangkan
nilai t tabel (α/2 = 0,025) dengan degree of freedom
(df) 4 (n-k-1) diperoleh nilai t tabel sebesar 2,160. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai thitung 4,109 ≥
ttabel 2,160 dengan dibuktikannya pada kurva distribusi uji t. Berdasarkan kurva
dibawah ini maka dapat disimpulkan bahwa Harga Gula secara parsial berpengaruh terhadap
Impor Gula di Indonesia.
Gambar 3
Kurva Distribusi Uji t Harga Gula (X2)
c. Variabel Produksi Gula (X3)
Dari perhitungan secara parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -1,084 sedangkan
nilai t tabel (α/2 = 0,025) dengan degree of freedom
(df) 4 (n-k-1) diperoleh nilai t tabel sebesar 2,160. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai thitung -1,084 ≤ ttabel 2,160 dengan dibuktikannya pada kurva distribusi
uji t. Berdasarkan kurva dibawah ini maka dapat disimpulkan bahwa Produksi Gula
secara parsial tidak berpengaruh terhadap Impor Gula di Indonesia.
Gambar 4
Kurva Distribusi Uji t Produksi Gula (X3)
d. Bea Masuk (X4)
Dari perhitungan secara parsial diperoleh nilai
t hitung sebesar -0,022 sedangkan nilai t tabel (α/2 = 0,025) dengan degree of freedom
(df) 4 (n-k-1) diperoleh nilai t tabel sebesar 2,160. Dari hasil tersebut diketahui bahwa nilai thitung -0,022 ≤ ttabel 2,160 dengan dibuktikannya pada kurva distribusi
uji t. Berdasarkan kurva dibawah ini maka dapat disimpulkan bahwa Bea Masuk
secara parsial tidak berpengaruh terhadap Impor Gula di Indonesia.
Gambar 6
Kurva Distribusi Uji t Bea Masuk (X4)
Tingkat Impor Gula di Indonesia dalam masa waktu 18 tahun mulai tahun
2002-2019 mengalami peningkatan presentase yang berbeda setiap tahun.
Perkembangan Impor Gula di Indonesia Dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut, di antaranya: Konsumsi Gula, Harga Gula, Produksi Gula, dan Bea
Masuk. Namun ternyata dalam hal ini belum dapat dipastikan
bahwa tidak semua variabel independen bermakna signifikan
terhadap variabel dependen.
Bersumber hasil dari
penelitian yang dilakukan bahwa variabel Konsumsi Gula tidak berpengaruh
signifikan terhadap Impor Gula di Indonesia periode 2002-2019. Hal ini menunjukkan
bahwa kenaikan Konsumsi Gula tidak mempengaruhi Impor Gula di Indonesia. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Wiranata, 2014) yang menjelaskan
bahwa konsumsi gula tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap impor
gula.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa variabel Harga Gula
berpengaruh signifikan terhadap Impor Gula di Indonesia periode 2002-2019, bahwa
Harga Gula menunjukkan kenaikan yang mempengaruhi Impor Gula di Indonesia. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Zaini, 2008) yang menjelaskan
bahwa harga gula memiliki pengaruh bermakna terhadap permintaan
impor.
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan bahwa variabel Produksi Gula
tidak berpengaruh signifikan terhadap Impor Gula di Indonesia periode 2002-2019,
bahwa Produksi Gula menunjukkan bahwa kenaikkan Produksi Gula tidak mempengaruhi
Impor Gula di Indonesia. Hal ini sesuai menggunakan penelitian yang
dilakukan oleh (Dachliani, 2006) dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa pengaruh produksi terhadap impor berpengaruh negatif secara signifikan.
Artinya, pergantian satu
persen produksi yang ada di dalam negeri, akan menyebabkan penurunan volume gula. Disebabkan sebab impor
dilakukan jika suatu produk tidak memadai untuk kebutuhan
dalam negeri.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Bersumber produk yang diperoleh Investigasi Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Impor
Gula Indonesia pada tahun 2002-2019 Dia menyimpulkan
sebagai berikut: 1) Dengan melihat hasil uji signifikan variabel independen impor gula diketahui Bagian variabel konsumsi tidak berpengaruh secara penting terhadap impor gula di indonesia. hal ini disebabkan oleh luasnya produktivitas yang menurun sementara konsumsi gula terus meningkat. 2) Dengan imelihat ihasil iuji
isignifikan
ivariabel
iindependen
iimpor
igula
idiketahui
ibahwa
ivariabel
iharga
igula
isecara
iparsial
iberpengaruh
ipositif
idan
isignifikan
iterhadap
iimpor
igula
idi
iIndonesia. iHal iini
idisebabkan
ikarena
ipada
isaat
iharga
inaik
iimpor
igula
isangat
idiperlukan
iuntuk
imenstabilkan
iharga
ipada
itingkatan
iyang
ibisa
idijangkau
ioleh
imasyarakat. 3) Dengan imelihat
ihasil
iuji
isignifikan
ivariabel
iindependen
iimpor
igula
idiketahui
ibahwa
ivariabel
iproduksi
isecara
iparsial
itidak
iberpengaruh
isecara
isignifikan
iterhadap
iimpor
igula
idi
iIndonesia. iHal iini
idisebabkan
ikarena
ikebijakan
ipergulaan
iyang
itidak
imenentu
idan
iketertinggalan
iteknologi
iuntuk
iproduksi. 4) Dengan imelihat
ihasil
iuji
isignifikan
ivariabel
iindependen
iimpor
igula
idiketahui
ibahwa
ivariabel
ibea
imasuk
isecara
iparsial
itidak
iberpengaruh
isecara
isignifikan
iterhadap
iimpor
igula
idi
iIndonesia.
BIBLIOGRAFI
Aushaf, R., Juliprijanto, W., &
Septiani, Y. (2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula Di Indonesia
Tahun 1989-2018. Dinamic: Directory Journal Of Economic, 2 (3), 700�716. Google Scholar
Dachliani,
D. M. (2006). Permintaan Impor Gula
Indonesia Tahun 1980�2003. Program
Pascasarjana Universitas Diponegoro. Google Scholar
Hairani, R.
I., Aji, J. M. M., & Januar, J. (2014). Analisis Trend Produksi Dan Impor
Gula Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula Indonesia. Berkala Ilmiah Pertanian, 1 (4), 77�85. Google Scholar
Indonesia,
D. G. (2009). Kondisi Pergulaan Indonesia. Bahan Rapat Teknis. Sekretariat Dewan Gula Indonesia. Jakarta. Google Scholar
Mardianto,
S., Simatupang, P., Hadi, P. U., Malian, H., & Susmiadi, A. (2005). Peta
Jalan (Road Map) Dan
Kebijakan Pengembangan Industri Gula Nasional. Google Scholar
Pertanian,
D. (2008). Renstra Badan Litbang Pertanian
2005-2009. Google Scholar
Rahayu, S.
R. I. E. (2018). Analisis Perkembangan Impor Gula Di Indonesia. Jepa, 2 (2), 1�10. Google Scholar
Sawit, M.
H. (2003). Indonesia Dalam Perjanjian Pertanian Wto: Proposal Harbinson. Analisis Kebijakan Pertanian, 1(1), 42�53. Google Scholar
Statistik,
B. P. (2018). Badan Pusat Statistik. Retrieved May, 11. Google Scholar
Sugiyono.
(2016). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D. PT Alfabet. Google Scholar
Surakhmad,
W. (1990). Pengantar Penelitian
Ilmiah: Dasar, Metode Dan Teknik. Tarsito. Google Scholar
Wiranata,
Y. S. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Gula Pasir Di Indonesia
Tahun 1980-2010. Economics Development Analysis Journal, 3 (4). Google Scholar
Yunitasari,
D., Hakim, D. B., Juanda, B., & Nurmalina, R. (2015). Menuju Swasembada
Gula Nasional: Model Kebijakan Untuk Meningkatkan Produksi Gula Dan Pendapatan
Petani Tebu Di Jawa Timur. Jurnal
Ekonomi & Kebijakan Publik, 6
(1), 1�15. Google Scholar
Yusuf, Y.,
& Aulia, A. F. (2010). Permintaan Gula Pasir Di Indonesia. Jurnal Ekonomi, 18 (03). Google Scholar
Zaini, A.
(2008). Pengaruh Harga Gula Impor, Harga Gula Domestik Dan Produksi Gula
Domestik Terhadap Permintaan Gula Impor Di Indonesia. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan, 5 (2), 1�9. Google Scholar
Copyright holder: Herawati Rusdi, Wiwin Priana Primandhana, Mohammad Wahed (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |