Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PEMETAAN
BANJIR ROB� MEDAN UTARA MENGGUNAKAN ARTIFICIAL
NEURAL NETWORK DAN GIS UNTUK
LANGKAH MITIGASI
Monang Panjaitan, Ahmad Perwira Mulia, Zaid Perdana Nasution
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan Sumatera Utara, Indonesia �
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 Juli 2021 Direvisi 05 Agustus 2021 Disetujui 15 Agustus 2021 |
Kota besar di Indonesia, seperti
Jakarta, Surabaya, Semarang dan Medan terancam terhadap banjir rob, khususnya di wilayah utara yang
berbatasan langsung dengan perairan laut. Ratusan warga di kawasan utara Medan mengalami banjir rob akibat pasang air laut
yang merendam permukiman mereka. Perlunya memetakan zona terancam banjir rob berdasarkan faktor-faktor penyebab banjir rob di wilayah Medan Utara sebagai
dasar bagi pemangku kepentingan terkait dalam rangka penanganan untuk mengurangi kerugian akibat banjir rob. Faktor
kerawanan terhadap banjir rob mencakup data curah hujan, drainage
density, land use (tata guna lahan), jarak ke sungai, jenis
tanah, elevasi, kemiringan, aspek, jarak ke muara.
Analisis kuantitatif terhadap data dilakukan menggunakan Geographic Information System (GIS)
dan Artificial Neural Network. Lokasi penelitian
adalah Kecamatan Medan Belawan, Marelan dan Medan Labuhan Kota Medan. Hasil penelitian
dengan rumus MAPE menunjukkan akurasi data train
percobaan 1 sebesar
64,54137% dan data tes percobaan
1 sebesar 71,0257%. Sementara
data train percobaan 2 sebesar
71,0257% dan data tes percobaan
2 sebesar 45,67167%. Akurasi
data train percobaan 2 menggunakan
rumus nilai eror < 1,5 sebesar� 92% dan data tes percobaan 2 sebesar 68,61%. ABSTRACT������������������������� Big cities in Indonesia, such as Jakarta, Surabaya,
Semarang and Medan, are threatened by tidal flooding, especially in the
northern region which is directly adjacent to sea waters. Hundreds of
residents in the northern area of Medan experienced tidal
flooding due to high tides that drowned their settlements. The need for
mapping the tidal flood threat zone based on the factors causing tidal
flooding in the North Medan area as a basis for relevant stakeholders in the
context of handling to reduce losses due to tidal flooding. Vulnerability
factors to tidal flooding include rainfall data, drainage density, land use,
distance to the river, soil type, elevation, slope, aspect, distance to the
estuary. Data analysis using Geographic Information System (GIS) and
Artificial Neural Networks. The research location is the sub-districts of
Medan Belawan, Marelan
and Medan Labuhan, Medan City. The results of the
study using the MAPE formula showed the accuracy of experimental train 1 data
was 64.54137% and experimental test data 1 was 71.0257%. While the
experimental train data 2 is 71.0257% and experimental test data 2 is 45.67167%.
The accuracy of the experimental train data 2 uses the formula for the error
value < 1.5 by 92% and the experimental test data 2 by 68.61%. |
Kata Kunci: banjir rob; artificial neural network; GIS Keywords: tidal
flood; artificial neural networks; GIS |
Pendahuluan
Rob merupakan banjir yang terjadi akibat pasang air laut yang menggenangi kawasan yang mempunyai
ketinggian lebih rendah
daripada permukaan air laut
pada pasang tertinggi (Kurniawan, 2014).
Rob terjadi secara langsung
dan tidak langsung. Bencana banjir rob terjadi secara langsung berada di tepi pantai sedangkan rob tidak langsung ada pada kawasan
yang jauh dari pantai tapi berlokasi di drainase tak terawat.
Menurut (Khambali & ST, 2017)
�Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dan tidak diimbangi saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-wilayah
yang tidak dikehendaki�. Banjir diakibatkan oleh tingginya curah hujan dan tidak diimbangi drainase memadai sehingga merendam kawasan-kawasan yang tidak diharapkan.
Menurut (Mardiatno, 2018)
Faktor yang menyebabkan terjadinya banjir rob adalah sebagai berikut:
1. Faktor alam seperti iklim (angin, lama durasi hujan dan tingginya intensitas curah hujan yang terjadi).
2. Aktivitas manusia yang berdampak pada perubahan tata ruang dan ekosistem, seperti penggundulan hutan mangrove, konversi lahan, pemanfaatan lahan pada area sempadan pantai dan pembangunan fisik
kawasan pesisir.
3. Tidak berfungsinya bangunan pelindung seperti tanggul.
4. Ketinggian air laut ketika pasang, elevasi tempat di atas permukaan laut ketika pasang.
Kota-kota besar di Indonesia, seperti
Jakarta, Semarang dan Medan rawan banjir
rob, khususnya di wilayah utara
yang berbatasan langsung dengan perairan laut. Badan� Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
Jakarta mengimbau warga
yang tinggal atau beraktivitas di pesisir pantai utara untuk
waspada atas potensi pasang air laut. Kondisi ini diperparah
dengan potensi hujan intensitas sedang dan lebat sehingga terbuka kemungkinan terjadi banjir rob. Menurut (Kurniawan, 2014)
cara terjadi banjir rob dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Banjir rob secara langsung terjadi pada daerah pesisir pantai, di mana air laut pasang langsung menggenangi daerah tersebut. Sedangkan banjir rob secara tidak langsung
yaitu air laut pasang menggenangi daerah yang jauh dari tepi
pantai, namun berada di sekitar drainase yang tidak terawat.
Ratusan warga di kawasan utara Kota Medan kerap mengalami banjir rob akibat pasang air laut yang merendam permukiman mereka. Daerah ini sering dilanda banjir rob yang datang secara tiba-tiba dan langsung merendam rumah warga. Ketinggian
air laut yang yang masuk ke rumah
warga bisa mencapai 60 sampai 80 centimeter.
Akibat dari banjir rob ini kenderaan bermotor dan perabot rumah tangga
milik warga rusak. Meski beberapa
jam sempat merendam kawasan pemukiman warga namun banjir
rob meninggalkan sisa derita masyarakat sekitarnya serta menimbulkan sampah maupun membuat kondisi badan jalan cepat rusak terkena
air asin tersebut. Menurut Prawira & Pamungkas, (2014)
dampak banjir rob di kawasan pantai utara menyebabkan hilangnya harta benda, terendamnya kawasan industri, terganggunya aktivitas pelabuhan, terendamnya lahan tambak sehingga
mengurangi mata pencaharian masyarakat.
Kondisi kawasan utara Kota Medan (pesisir) yang seperti itu menuntut
perhatian untuk melakukan riset terkait pemetaan daerah rawan banjir rob sebagai upaya mitigasi bencana. Pemetaan ini dilakukan agar stakeholders memahami faktor-faktor yang mempengaruhi zona dan tingkat
kerawanan banjir rob di kawasan utara Kota Medan. Penelitian (Nurdin, 2015)
memakai faktor penggunaan lahan, topografi, kependudukan sebagai indikator kenaikan muka air laut sehingga
upaya mitigasi dapat direncanakan secara matang. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa luasan genangan
terjadi akibat kenaikan muka air laut ini bertambah
dari tahun ke tahun. Faktor
penelitian di atas merupakan salah satu kajian yang akan dibahas dalam penelitian
ini.
Menurut Triana & Hidayah, (2020)
dalam penelitiannya tentang pemetaan banjir rob dengan judul �Kajian Potensi Daerah Rawan Banjir Rob Dan Adaptasi
Masyarakat Di Wilayah Pesisir Utara Surabaya�. Penelitian ini bertujuan untuk
memetakan tingkat kerawanan bencana banjir rob di wilayah pesisir utara Surabaya, melakukan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko banjir rob, mengidentifikasi adaptasi masyarakat dalam mengatasi risiko banjir rob di pesisir utara Surabaya. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini berupa peta genangan banjir rob sepanjang 2018 dan juga prediksi
genangan banjir rob dengan beberapa skenario di tahun-tahun berikutnya. Berdasarkan hasil pemetaan tersebut bahwa dari hampir semua
kecamatan yang ada di pesisir berdampak banjir rob.
Sedangkan menurut Nugraha et al., (2015)
yang melakukan penelitian tentang pemetaan banjir rob dengan judul �Dissemination
of Tidal Flood Risk Map Using Online Map in Semarang�. Penelitian
ini bertujuan memecahkan masalah penataan dan penyajian pemetaan risiko banjir rob dengan mengembangkan peta risiko bencana, validasi dan prediksi banjir rob dilakukan untuk menghasilkan peta rawan bencana banjir rob. Hasil penelitian memunculkan peta utama risiko banjir
pasang surut, fitur legenda
peta online risiko banjir
pasang, fitur informasi objek pada peta online
resiko banjir pasang surut, fitur pencarian
objek pada resiko banjir pasang surut peta online.
Pemetaan banjir seyogyanya dilakukan melalui perangkat lunak (software) berbasis sistem informasi geografis. Perangkat lunak ini menjadi
alat utama sistem informasi untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisis dan menghasilkan
data referensi geografis atau data geospasial.
Kota Medan belum memiliki peta kerawanan banjir rob yang akurat. Jika peta
tersebut dimiliki oleh Kota
Medan, maka dapat dijadikan stakeholder
untuk prioritas penanganan mitigasi. Peta yang belum dimiliki tersebut mengakibatkan tidak dapat melakukan
prioritas untuk menangani banjir rob. Sebelumnya (Frederick & Hariadi, 2016)
meneliti tentang peta banjir rob dengan judul �Pemetaan Banjir Rob terhadap Pasang Tertinggi di Wilayah Pesisir Kecamatan Medan Belawan, Sumatera
Utara�. Tujuan� penelitian� (Frederick & Hariadi, 2016)
ini� adalah� untuk mengetahui potensi banjir rob yang terjadi di Kecamatan Medan Belawan dengan melakukan pendekatan DEM (Digital
Elevation Model) dalam analisis
spasial. Hasil penelitian (Frederick & Hariadi, 2016)
adalah peta potensi genangan rob. Namun, penelitian tidak memiliki akurasi datanya.
Peneletian juga
dilakukan oleh (Saputra, 2019)
mengenai tingkat kerawanan banjir rob dengan beberapa faktor. Saputra melakukan analisis data dengan menggunakan AHP (Analitical Hierarchy Process). Penelitian yang akan dilakukan dalam tesis ini
merupakan lanjutan penelitian Saputra tersebut. Pembobotan faktor-faktor yang dilakukan secara AHP dalam penelitian Saputra akan dianalisis menggunakan metode Artificial Neural Network di tesis ini. Analisis
yang dihasilkan melalui metode ini dipadukan
di dalam sistem informasi geografis atau Geographic
Information System (GIS). Menurut (Saputra, 2019)
Hasil yang didapatkan pada area Medan utara bahwa 1.546,89 hektar mempunyai tingkat kerawanan tinggi sangat tinggi,
sedangkan 4.411,92 hektar memiliki tingkat kerawanan yang sedang terhadap banjir rob. Namun, penelitian Saputra tidak memiliki akurasi datanya.
Menurut (Darmawan & Suprayogi, 2017)
Kerawanan banjir keadaan yang menggambarkan� mudah� atau� tidaknya� suatu� daerah� terkena� banjir� dengan� didasarkan� pada� faktor-faktor alam� yang� mempengaruhi� banjir� antara� lain� faktor meteorologi� (intensitas� curah� hujan,� distribusi� curah hujan,� frekuensi� dan� lamanya� hujan� berlangsung) dan karakteristik daerah aliran sungai
(kemiringanlahan/kelerengan,� ketinggian� lahan,� tekstur� tanah� dan penggunaan lahan).
Sementara (Marfai & King, 2008)
melakukan penelitian dengan judul �Coastal flood management in Semarang,
Indonesia� yang berlokasi di Kota Semarang,
Indonesia. Tujuan penelitian Marfai dan King adalah manajemen penanggulangan bencana banjir rob di wilayah Pesisir Semarang. Penelitian ini menggunakan faktor pasang surut astronomi, aksi gelombang yang disebabkan oleh angin, tinggi permukaan
laut, arus sungai. Banjir pesisir akan terjadi
lebih buruk di tempat-tempat di mana terjadi penurunan tanah. Kondisi tersebut semakin parah karena
pengaruh banjir rob yang semakin meningkat setiap tahun akibat
penurunan muka tanah. Upaya penanggulangan
bisa dilaksanakan oleh pemerintah dengan cara mengembangkan program manajemen kawasan pesisir dan perlindungan banjir secara efektif
melalui koordinasi dan partisipasi antara pemangku kepentingan dan masayarakat pesisir. Memahami persepsi masyarakat sendiri dan penilaian kapasitas adaptif dan proaktif mereka adalah masalah
utama dalam pengurangan bencana yang efektif.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Falah et al., (2019)
dengan judul �Artificial Neural Networks for Flood
Susceptibility Mapping in Data-Scarce Urban Areas� yang berlokasi
di Kota Mashad, Provinsi
Khorasan Razavi, Iran tujuan
penelitian (Falah et al., 2019).
ini adalah untuk mengaplikasikan model ANN untuk pemetaan banjir. Penelitian ini menggunakan faktor elevasi, sudut kemiringan, jarak dari saluran,
kepadatan jaringan drainase, tata guna lahan sebagai indikator
kriteria kerawanan banjir.
Akurasi data pemetaan kerawanan banjir rob dapat muncul dengan penggunaan
metode Artificial
Neural Network. Menurut (Sanubari, 2018)
Penggunaan metode Artificial Neural Network dianggap hal yang menjanjikan, karena metode ini mempunyai
kelebihan yaitu menghasilkan akurasi data yang tinggi. Diharapkan dengan kelebihan Artificial Neural Network ini dapat mengisi kekurangan penelitian tentang banjir rob.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis zona rawan
banjir rob wilayah Medan Utara dengan
menggunakan Artificial
Neural Network dan GIS untuk langkah mitigasi.
Menurut (Chang, 2016)
geographic information system (GIS) adalah
sistem komputer untuk menangkap, menyimpan, menanyakan, menganalisis, dan
menampilkan data geospasial. Data geospasial menggambarkan lokasi dan atribut
fitur spasial.
Menurut (Asfaw et al., 2020)
Artificial Neural Network adalah alat matematika
atau perangkat fisik yang fungsinya mirip dengan sistem
saraf biologis. Artificial Neural Network� menggunakan analisis
data dan metode statistik
non-linier untuk memodelkan
hubungan yang kompleks antara masukan dan keluaran atau untuk
menemukan pola.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penilitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan dalam
satu kawasan dan waktu tertentu, agar mendapatkan gambaran secara keseluruhan tentang mitigasi banjir rob di wilayah Medan Utara.
Kota Medan adalah kota yang berbatasan dengan lautan sehingga rawan terkena bencana banjir rob. Secara geografis Kota Medan, wilayah yang terkena bencana banjir rob adalah daerah pesisir laut/daerah Medan bagian Utara. Wilayah ini meliputi tiga kecamatan yaitu Medan Belawan, Medan Labuhan dan Medan Marelan. Wilayah tiga kecamatan tersebut dilakukan penelitian tentang tingkat keterrawan terhadap bencana banjir rob.Sampel yang digunakan dalam uji penelitian ini sebanyak 209 lingkungan.
Adapun sumber data sebagai input dalam penelitian ini adalah berasal dari pembobotan faktor curah hujan, drainage density,
tata guna lahan, jarak dari sungai,
jenis tanah, elevasi, kemiringan, aspek, jarak dari
laut yang dilakukan secara AHP dalam penelitian (Saputra, 2019).
Sedangkan Sumber data sebagai output didapat dari angket kuesioner.
Data untuk mendukung kriteria-kriteria dikumpulkan dari� hasil penelitian (Saputra, 2019) dengan judul tesis �Pemetaan Zona Rawan Banjir Rob di Wilayah Medan Utara dengan AHP dan GIS�. Data juga dikumpulkan melalui angket yang disebar kepada lurah dan camat di Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Marelan serta� Badan Penganan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaan Umum (PU), Balai Wilayah Sungai (BWS). Data angket diambil untuk mengisi bagian target ANN yang digunakan sebagai nilai variabel dependen.
A. Hasil
Analisis Data Train Percobaan
1
Berdasarkan hasil Data Train percobaan
1 dapat diambil interpretasi bahwa terdapat 29 lingkungan kategori tingkat kerawanan sangat rendah, 13 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan rendah, 22 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sedang, 23 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan tinggi, 24 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sangat tinggi di data angket. Sedangkan simbol Y berarti nilai dari angket
dan simbol Y� berarti hasil permodelan ANN.
Sementara terdapat 9 lingkungan kategori tingkat kerawanan sangat rendah, 17 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan rendah, 39 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sedang, 26 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan tinggi, 20 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sangat tinggi di data permodelan.
Jumlah data kategori tingkat kerawanan yang sama antara angket
train dan permodelan
train adalah sebanyak 41 lingkungan. Sedangkan jumlah data yang berbeda antara angket train dan permodelan
train adalah
sebanyak 70 lingkungan.
Data kategori tingkat kerawanan yang sama antara angket
train dan permodelan
train terdapat
di Kecamatan Marelan Kelurahan Labuhan Deli yang terdiri dari Lingkungan
1,7. Sedangkan di Kelurahan
Terjun terdiri dari Lingkungan 1, 2, 3, 5, 9,
15, 16, 17, 21, 22. Sementara di Kelurahan
Payapasir terdiri dari Lingkungan� 1, 5, 6, 7.
Data kategori tingkat kerawanan yang sama antara angket
train dan permodelan
train terdapat
di Kecamatan Medan Labuhan Kelurahan Sei Mati terdiri dari Lingkungan 2, 3, 8, 9, 14,
15, 18. Sedangkan di Kelurahan
Nelayan Indah terdiri dari Lingkungan 1, 2, 4.
Data kategori tingkat kerawanan yang sama antara angket
train dan permodelan
train terdapat
di Kecamatan Medan Belawan Kelurahan Belawan 1 terdiri dari Lingkungan
1, 2, 5, 11, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30.
Data kategori tingkat kerawanan yang berbeda antara angket train dan permodelan train terdapat Kecamatan Marelan Kelurahan Labuhan Deli yang terdiri dari Lingkungan 2, 3, 4, 6, 8, 9,
10, 11. Sementara Kelurahan
Terjun terdiri dari Lingkungan 4, 6, 7, 8, 10,
11, 12, 13, 14, 18, 19, 20. Sedangkan Kelurahan Payapasir terdiri dari Lingkungan
2, 3, 4, 8, 9.
Data kategori tingkat kerawanan yang berbeda antara angket train dan permodelan train terdapat Kecamatan Labuhan Kelurahan Sei Mati terdiri dari Lingkungan
1, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 16, 17. Sementara Kelurahan Nelayan Indah dari Lingkungan 3, 5, 6, 7, 8.
Data kategori� tingkat
kerawanan yang berbeda antara angket train dan permodelan
train terdapat
di Kecamatan Belawan Kelurahan Belawan 1 terdiri dari Lingkungan� 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 24, 29, 31. Sementara di Kelurahan Belawan 2 terdiri dari Lingkungan
1, 2, 3, 7, 11, 12, 13.
Adapun grafik data train percobaan
1 dapat dilihat di Gambar 1
sebagai berikut.
Akurasi prediksi permodelan data train
percobaan 1 dapat dilihat di Tabel 1 sebagai berikut:
Gambar 1
Grafik data train percobaan 1
Tabel 1
Akurasi prediksi permodelan data train percobaan
1
dengan rumus MAPE
|
35.45863
%�������������������������������������������������������������������� % |
Akurasi Prediksi |
64.54137
%�������������������������������������������������������������������� % |
Berdasarkan Tabel 1 dapat diambil
interpretasi bahwa angka MAPE (Mean
Absolute Precentage Error) adalah
sebesar 35.45863%. Nilai akurasi
prediksi didapat dari 100% - angka MAPE. 100% -
35.45863% = 64.54137%.
Berdasarkan hasil nilai eror data train percobaan
1 dapat dinterpretasikan bahwa nilai eror
< 1,5 masuk ke dalam data yang akurat. Sedangkan nilai eror >= 1,5 tidak masuk ke dalam
data yang akurat. Jumlah
data train yang akurat berjumlah
92 lingkungan. Sedangkann
data train yang tidak akurat
berjumlah 19 lingkungan. Akurasi prediksi data train menggunakan nilai eror < 1,5 sebesar 82,8828%.
B.
Hasil Analisis Data Tes Percobaan 1
Berdasarkan data tes
angket dan permodelan percobaan 1 dapat diambil interpretasi bahwa terdapat 6 lingkungan kategori tingkat kerawanan sangat rendah, 3 lingkungan termasuk kategori kerawanan rendah, 41 lingkungan termasuk kategori kerawanan sedang, 38 lingkungan termasuk kategori kerawanan tinggi, 10 lingkungan termasuk kategori kerawanan sangat tinggi di data tes angket. Sedangkan simbol Y berarti nilai dari angket
dan simbol Y� berarti hasil permodelan ANN.
Sementara terdapat
0 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sangat rendah, 2 lingkungan kategori tingkat kerawanan rendah, 22 lingkungan katgori tingkat kerawanan sedang, 35 lingkungan termasuk kategori kerawanan tinggi, 39 lingkungan termasuk kategori kerawanan sangat tinggi di data tes permodelan.
Jumlah data kategori
kerawanan yang sama antara tes angket
dan tes permodelan adalah sebanyak 31 lingkungan. Sedangkan jumlah data yang berbeda antara angket train dan permodelan
train adalah
sebanyak 67 lingkungan.
Data kategori
tingkat kerawanan yang sama antara tes
angket dan tes permodelan terdapat di Kecamatan Belawan Kelurahan Belawan 2 terdiri dari Lingkungan
32, 33, 36, 37, 38, 43. Sedangkan Kelurahan
Belawan Bahari terdiri dari Lingkungan
4, 8, 11, 12.� Sementara
di Kelurahan Belawan
Bahagia terdiri dari Lingkungan 11, 13, 16, 17, 18, 19. Sedangkan
Kelurahan Sicanang terdiri dari Lingkungan
6, 8, 9, 12, 18. Sementara di Kelurahan
Bagan Deli terdiri dari Lingkungan 1,� 2, 4,
6, 7, 9, 11, 12, 14, 15.
Data kategori
tingkat kerawanan yang berbeda antara tes angket dan tes permodelan terdapat di Kecamatan Belawan Kelurahan Belawan 2 terdiri dari Lingkungan 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 39, 40, 41, 42,
44. Sementara di Kelurahan Belawan Bahari terdiri dari Lingkungan
1, 2, 3, 5, 6, 7, 9, 10, 13. Sedangkan di Kelurahan Belawan Bahagia terdiri dari Lingkungan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 14, 20. Sementara
di Kelurahan Sicanang terdiri dari Lingkungan� 1, 2, 3, 4, 5, 7, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17,
19, 20. Sedangkan di Kelurahan
Bagan Deli terdiri dari Lingkungan 3, 5, 8, 10, 13.
Adapun grafik
data tes percobaan 2 dapat dilihat di Gambar 2 sebagai berikut.
Gambar 2
Grafik data tes percobaan 2
Akurasi prediksi
permodelan data tes dapat dilihat di Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
Akurasi Prediksi Permodelan Data Tes Percobaan 1
|
25.27042
%�������������������������������������������������������������������� % |
Akurasi
Prediksi |
74.72958
%�������������������������������������������������������������������� % |
Berdasarkan Tabel 2 dapat diambil
interpretasi bahwa angka MAPE (Mean
Absolute Precentage Error) adalah
sebesar 25.27042%. Nilai akurasi
prediksi didapat dari 100% - angka MAPE. 100% - 25.27042% = 74.72958%.
C.
Hasil Analisis Data Train Percobaan 2
Berdasarkan data hasil
percobaan 2 dapat diambil interpretasi bahwa terdapat 29 lingkungan kategori tingkat kerawanan sangat rendah, 13 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan rendah, 22 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sedang, 23 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan tinggi, 24 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sangat tinggi di data angket. Sedangkan simbol Y berarti nilai dari
angket dan simbol Y� berarti hasil permodelan
ANN.
Sementara terdapat
0 lingkungan kategori tingkat kerawanan sangat rendah, 1 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan rendah, 9 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sedang, 31 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan tinggi, 31 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sangat tinggi di data permodelan.
Jumlah data kategori
tingkat kerawanan yang sama antara angket
train dan permodelan
train adalah sebanyak 32 lingkungan. Sedangkan jumlah data yang berbeda antara angket train dan permodelan
train adalah
sebanyak 58 lingkungan.
Data kategori
tingkat kerawanan yang sama antara angket
train dan permodelan
train percobaan
2 terdapat di Kecamatan Marelan Kelurahan Labuhan Deli yang terdiri dari Lingkungan 3, 5, 6, 7, 9,
10. Sedangkan di Kelurahan Terjun terdiri dari Lingkungan 1, 2, 4, 5, 6, 8,
13, 15, 20. Sementara di Kelurahan� Payapasir terdiri dari Lingkungan
5, 7, 9.
Data kategori
tingkat kerawanan yang sama antara angket
train dan permodelan
train percobaan
2 terdapat
di Kecamatan Medan Labuhan Kelurahan Sei Mati terdiri dari Lingkungan 1, 3, 9. Sedangkan di Kelurahan Nelayan Indah terdiri dari Lingkungan 1, 2, 4. Sementara di Kecamatan Medan Belawan Kelurahan Belawan 1 terdiri dari Lingkungan 1, 4, 6, 7, 10,
11, 13, 23.
Data kategori
tingkat kerawanan yang berbeda antara angket train dan permodelan train percobaan 2 terdapat Kecamatan Marelan Kelurahan Labuhan Deli terdiri dari Lingkungan� 1, 2, 4, 8, 11. Sementara Kelurahan Terjun terdiri dari Lingkungan 3, 7, 9, 10, 11,
12, 14, 16, 17, 18, 19, 21, 22.
Sedangkan data kategori
tingkat kerawanan yang berbeda antara angket train dan permodelan train percobaan 2 terdapat di Kelurahan Paya Pasir Lingkungan
1, 2, 3, 4, 6, 8, 10, 11, 12, 15, 16, 17, 18. Sementara
di Kelurahan Nelayan Indah terdiri dari Lingkungan
3, 5, 6, 7, 8. Sedangkan di Kecamatan
Belawan Kelurahan Belawan 1 terdiri dari Lingkungan 2, 3, 5, 8, 9,
12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22.
Adapun grafik
data train percobaan
3 dapat dilihat di Gambar 3
sebagai berikut.
Gambar
3
Grafik data train percobaan 3
Akurasi prediksi
permodelan data train
percobaan 3 dapat dilihat di Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3
Akurasi Prediksi
Permodelan Data Train Percobaan
2 dengan Rumus MAPE
|
28,9743 %��������������������������������������������������������������������� % |
Akurasi Prediksi |
71,0257 %��������������������������������������������������������������������� % |
Berdasarkan Tabel 3 dapat diambil
interpretasi bahwa angka MAPE (Mean
Absolute Precentage Error) adalah
sebesar 35.45863%. Nilai akurasi
prediksi didapat dari 100% - angka MAPE. 100% - 28,9743% = 71,0257%.
Berdasarkan nilai eror data train percobaan 2 dapat dinterpretasikan bahwa nilai eror < 1,5 masuk ke dalam
data yang akurat. Sedangkan
nilai eror >= 1,5 tidak masuk ke
dalam data yang akurat. Jumlah data train yang akurat berjumlah 83 lingkungan. Sedangkanndata train yang tidak akurat berjumlah 7 lingkungan. Akurasi prediksi data train
menggunakan nilai eror < 1,5 sebesar 92%.
D.
Hasil Analisis Data Tes Percobaan 2
Berdasarkan hasil
data tes angket dan permodelan percobaan 2 dapat diambil interpretasi
bahwa terdapat 6 lingkungan kategori tingkat kerawanan sangat rendah, 3 lingkungan termasuk kategori kerawanan rendah, 41 lingkungan termasuk kategori kerawanan sedang, 38 lingkungan termasuk kategori kerawanan tinggi, 10 lingkungan termasuk kategori kerawanan sangat tinggi di data tes angket. Sedangkan simbol Y berarti nilai dari angket
dan simbol Y� berarti hasil permodelan ANN percobaan 2.
Sementara terdapat
0 lingkungan termasuk kategori tingkat kerawanan sangat rendah, 1 lingkungan kategori tingkat kerawanan rendah, 18 lingkungan katgori tingkat kerawanan sedang, 51 lingkungan termasuk kategori kerawanan tinggi, 48 lingkungan termasuk kategori kerawanan sangat tinggi di data tes permodelan percobaan 2.
Jumlah data kategori
kerawanan yang sama antara tes angket
dan tes permodelan adalah sebanyak 37 lingkungan. Sedangkan jumlah data yang berbeda antara angket tes
dan permodelan tes adalah sebanyak 82 lingkungan.
Data kategori
tingkat kerawanan yang sama antara tes
angket dan tes permodelan terdapat di Kecamatan Belawan Kelurahan Belawan 1 terdiri dari Lingkungan
25, 26, 27, 28, 30. Sedangkan Kelurahan
Belawan 2 terdiri dari Lingkungan 2, 17, 26, 30,
36, 37, 43, 44.� Sementara
di Kelurahan Belawan Bahari terdiri dari Lingkungan 3, 4, 8, 11, 12,
13.
Sedangkan Kelurahan
Belawan� Bahagia terdiri
dari Lingkungan 6, 7, 8,
11, 12, 13, 16, 18, 19. Sementara di Kelurahan Sicanang terdiri dari Lingkungan
1, 6, 7, 9, 12, 13, 14, 19. Sementara di Kelurahan Bagan Deli terdiri dari Lingkungan 4.
Data kategori
tingkat kerawanan yang berbeda antara tes angket dan tes permodelan terdapat di Kecamatan Belawan Kelurahan Belawan 1 terdiri dari Lingkungan 24, 29, 31. Sementara di Kelurahan Belawan 2 terdiri dari Lingkungan 1, 3, 4, 5, 6, 7,
8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29,
31, 32, 33, 34, 35, 38, 39, 40, 41, 42. Sedangkan di Kelurahan Belawan Bahari terdiri dari Lingkungan 1, 2, 5, 6, 7, 9,
10.
Sementara di Kelurahan
Belawan� Bahagia terdiri
dari Lingkungan 1, 2, 3, 4,
5, 9, 10, 14, 17, 20. Sedangkan di Kelurahan Sicanang terdiri dari Lingkungan
2, 3, 4, 5, 8, 10, 11, 15, 16, 17, 18, 20. Sementara
di Kelurahan Bagan Deli terdiri
dari Lingkungan 1, 2, 3, 5,
6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15.
Adapun grafik
data tes percobaan 4 dapat dilihat di Gambar 4 sebagai berikut.
Gambar 4
Grafik data tes percobaan 4
Akurasi prediksi
permodelan data tes Percobaan 4 dapat dilihat di Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4
Akurasi Prediksi Permodelan Data Tes Percobaan 4
|
54,32833
%��������������������������������������������������������������������� % |
Akurasi
Prediksi |
45,67167
%��������������������������������������������������������������������� % |
Berdasarkan Tabel 4
dapat diambil interpretasi bahwa angka MAPE (Mean Absolute Precentage
Error) adalah sebesar
25.27042%. Nilai akurasi prediksi
didapat dari 100% - angka MAPE. 100%
- 54,32833% = 45,67167%.
Berdasarkan hasil� nilai eror data tes percobaan
2 dapat dinterpretasikan bahwa nilai eror
<1,5 masuk ke dalam data yang akurat. Sedangkan nilai eror> = 1,5 tidak masuk ke dalam
data yang akurat. Jumlah
data tes yang akurat berjumlah 81 lingkungan. Sedangkann data tes yang tidak akurat berjumlah
38 lingkungan. Akurasi prediksi data tes menggunakan nilai eror< 1,5 sebesar 68,61%.
E.
Perbandingan Pera Kerawanan Banjir Rob Metode ANN dan AHP
Adapun perbandingan
peta kerawanan banjir rob metode ANN dan AHP ditunjukkan di
Gambar 5.
Gambar 5
Perbandingan Peta Kerawanan
Banjir Rob Metode ANN dan
AHP
Peta kerawanan banjir rob dari metode AHP menggunakan klasifikasi sebanyak 5 skor, yaitu: skor 1 untuk
tingkat kerawanan sangat rendah dengan
warna hijau tua, skor 2 untuk
tingkat kerawanan rendah dengan warna
hijau muda, skor 3 untuk tingkat
kerawanan sedang dengan warna kuning,
skor 4 untuk tingkat kerawanan tinggi, skor 5 untuk tingkat kerawanan
sangat tinggi dengan warna merah.
Sedangkan wilayah yang dianalisis
adalah Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan dan Medan.
Terdapat beberapa
perbedaan data kerawanan antara penelitian Saputra dan penelitian ini, yaitu: 78 dari 209 lingkungan atau sekitar 37,32% memiliki kategori yang sama. Sedangkan 112 dari 209 lingkungan atau sekitar 62,68% memiliki kategori yang berbeda.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Penelitian ini menganalisis dengan dua jenis data, yaitu data train dan tes.Sampel data train percobaan 1 terdiri dari 111 lingkungan. Sedangkan sampel data tes terdiri dari 98 lingkungan. Sampel data train percobaan 2 terdiri dari 90 lingkungan. Sedangkan sampel data tes terdiri dari 119 lingkungan.
Kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan adalah akurasi prediksi model untuk data train percobaan 1 menggunakan rumus MAPE sebesar 64,54137%. Akurasi prediksi model untuk data train percobaan 2 menggunakan rumus MAPE sebesar 71,0257%. Akurasi prediksi model untuk data tes percobaan 1 menggunakan rumus MAPE sebesar 74,72958%. Akurasi prediksi model untuk data tes percobaan 2 menggunakan rumus MAPE sebesar 45,67167%. Akurasi prediksi model untuk data train percobaan 1 menggunakan rumus nilai eror< 1.5 sebesar 82,8828%. Akurasi prediksi model untuk data train percobaan 2 menggunakan rumus nilai eror < 1.5 sebesar 92%. Akurasi prediksi model untuk data tes percobaan 1 menggunakan rumus nilai eror < 1.5 sebesar 88,7755%. Akurasi prediksi model untuk data tes percobaan 2 menggunakan rumus nilai eror < 1.5 sebesar 68,61%.
Kelebihan ANN,yaitu: penggunaannya
sudah mengetahui nilai variabel dependen dan ANN menggunakan non bilangan biner (1 dan 0) untuk klasifikasi variabel dependen (bergantung). Akurasi data pemetaan kerawanan banjir rob dapat muncul dengan
penggunaan metode Artificial
Neural Network.
BIBLIOGRAFI
Asfaw, T. N., Tyan, L., Glukhov, A. V,
& Bondarenko, V. E. (2020). A
compartmentalized mathematical model of mouse atrial myocytes. American Journal of Physiology-Heart and
Circulatory Physiology, 318(3), H485�H507. Google Scholar
Chang, K. (2016). Geographic information system. International Encyclopedia of
Geography: People, the Earth, Environment and Technology: People, the Earth,
Environment and Technology, 1�9. Google Scholar
Darmawan, K., & Suprayogi, A. (2017).
Analisis tingkat kerawanan banjir di kabupaten sampang menggunakan metode overlay dengan scoring berbasis sistem informasi geografis. Jurnal Geodesi Undip, 6 (1), 31�40. Google Scholar
Falah, F., Rahmati, O., Rostami, M.,
Ahmadisharaf, E., Daliakopoulos, I. N., & Pourghasemi, H. R. (2019). Artificial neural networks for flood
susceptibility mapping in data-scarce urban areas. In Spatial modeling in GIS and R for Earth and Environmental Sciences
(pp. 323�336). Elsevier. Google Scholar
Frederick, H., & Hariadi, H. (2016).
Pemetaan Banjir Rob Terhadap Pasang Tertinggi di Wilayah Pesisir Kecamatan
Medan Belawan, Sumatera Utara. Journal of Oceanography, 5 (3),
334�339. Google Scholar
Khambali, I., & ST, M. (2017). Manajemen Penanggulangan Bencana.
Penerbit Andi. Google Scholar
Kurniawan, L. (2014). Kajian Banjir Rob di
Kota Semarang (Kasus Dadapsari). Jurnal
ALAMI: Jurnal Air, Lahan, Lingkungan, Dan Mitigasi Bencana, 8 (2). Google Scholar
Mardiatno, D. (2018). Potensi Sumberdaya Pesisir Kabupaten Jepara.
UGM PRESS. Google Scholar
Marfai, M. A., & King, L. (2008). Potential vulnerability implications of
coastal inundation due to sea level rise for the coastal zone of Semarang city,
Indonesia. Environmental Geology, 54(6), 1235�1245. Google Scholar
Nugraha, A. L., Santosa, P. B., &
Aditya, T. (2015). Dissemination of tidal
flood risk map using online map in semarang. Procedia Environmental
Sciences, 23, 64�71. Google Scholar
Nurdin, R. (2015). Komunikasi dalam
Penanggulangan Bencana. Jurnal
Simbolika: Research and Learning in Communication Study, 1 (1). Google Scholar
Prawira, M. P., & Pamungkas, A. (2014).
Mitigasi Kawasan Rawan Banjir Rob di Kawasan Pantai Utara Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 3 (2), C160�C165. Google Scholar
Sanubari, A. R. (2018). Pemodelan Prediksi Banjir Menggunakan
Artificial Neural Network. Google Scholar
Saputra, N. A. (2019). Pemetaan Zona Rawan Banjir Rob di Wilayah
Medan Utara Dengan AHP dan GIS. Google Scholar
Triana, Y. T., & Hidayah, Z. (2020).
Kajian Potensi Daerah Rawan Banjir Rob Dan Adaptasi Masyarakat Di Wilayah
Pesisir Utara Surabaya. Juvenil:
Jurnal Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, 1 (1), 141�150. Google Scholar
Copyright holder: Monang Panjaitan, Ahmad Perwira
Mulia, Zaid Perdana Nasution
(2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |