Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 2
No. 8 Agustus 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
Muhammad Syaifullah, Muhammad
Subhan, Juanda
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung (POLMAN BABEL) Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 Juli 2021 Direvisi 05
Agustus 2021 Disetujui 15 Agustus
2021 |
Baja St 60 merupakan baja yang
termasuk kedalam baja karbon sedang. Baja St 60 memiliki kandungan unsur
karbon 0,44% memungkinkan dapat dilakukan proses pengerasan dengan perlakuan
panas (Heat Treatment) yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh air garam (NaCl) dan air garam (MgCl₂) sebagai
media pendingin terhadap nilai kekerasan pada proses pengerasan baja St 60. Penelitian
ini menggunakan metode quenching. Quenching menggunakan media
pendingin tertentu dapat mempengaruhi sifat kekerasan dari baja St 60 tersebut.
Proses quenching dalam penelitian ini menggunakan suhu 850� ditahan
selama 35 menit kemudian didinginkan secara cepat kedalam media pendingin.
Media pendingin yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan garam
dapur (NaCl) 35% dan 40% kemudian larutan garam Magnesium Chloride
(MgCl₂) 35% dan 40%. Setelah dilakukan proses quenching, baja St 60
dilakukan pengujian kekerasan menggunakan metode rockwell. Setelah
pengujian, nilai kekerasan di analisis data menggunakan metode one way
ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kekerasan sebelum perlakuan
panas yaitu (14.5 HRC) dan nilai kekerasan setelah perlakuan panas dengan
empat variasi media pendingin yaitu air garam dapur (NaCl) 35% sebesar (40.5
HRC), air garam dapur (NaCl) 40% sebesar (43.4 HRC), air garam magnesium
chloride (MgCl₂) 35% sebesar (43.7 HRC) dan� air garam magnesium chloride (MgCl₂)
40% sebesar (46.2 HRC). Dari keempat media pendingin yang memberikan hasil
kekerasan lebih baik pada material baja St 60 yaitu media pendingin air garam
magnesium chloride (MgCl₂) 40% dengan nilai kekerasan sebesar
(46.2 HRC). ABSTRACT St. 60 steel is a steel that belongs to medium carbon steel. St. 60
steel has a carbon element content of 0.44% allowing the hardening process
with the appropriate heat treatment. This study aims to find out the
influence of (Nacl) brine and (MgCl2) brine as a cooling medium against the
hardness value in the steel hardening process of St. 60. This research uses
quenching method. Quenching using certain cooling media can affect the
hardness of the St. 60 steel. The quenching process in this study using a
temperature of 850� was held for 35 minutes then cooled quickly into the
cooling media. The cooling media used in this study was 35% kitchen salt
solution (NaCl) and 40% then Magnesium Chloride salt solution (MgCl2) 35% and
40%. After the quenching process, St 60 steel was tested hard using rockwell
method. After testing, the hardness value in the data analysis uses the one way ANOVA method. The results showed that the value of
violence before heat treatment is (14.5 HRC) and the value of violence after
heat treatment with four variations of cooling media namely kitchen brine
(NaCl) 35% by (40.5 HRC), kitchen brine (NaCl) 40% (43.4 HRC), magnesium
chloride brine (MgCl₂) 35% (43.7 HRC) and magnesium chloride brine
(MgCl2) 40% (46.2 HRC). Of the four cooling media that give better hardness
result in steel material St 60 is magnesium chloride salt water cooling media
(MgCl2) 40% with a hardness value of (46.2 HRC). |
Kata Kunci: baja st 60; quenching; media
pendingin; uji kekerasan; one way Anova Keywords: steel st 60; quenching; cooling media, hardness test; one way
Anova |
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang
semakin hari semakin maju terutama pada produksi manufaktur. Salah satu
produksi dengan bahan bakunya baja sedang yang biasa digunakan untuk pembuatan
alat-alat perkakas, roda gigi atau komponen-komponen otomotif.
Hal yang harus dilakukan untuk memperoleh sifat mekanis
baja yang baik terutama pada nilai kekerasan, maka dilakukan proses perlakuan
panas quenching pada baja. Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan
pendinginan dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat mekaniknya. Baja
dapat dikeraskan sehingga tahan aus dan kemampuan memotong meningkat atau dapat
dilunakan untuk memudahkan proses pemesinan lanjut (Mustofa, 2016). Tujuan perlakuan panas adalah untuk memberi sifat yang lebih sempurna pada
bahan. Perlakuan panas dapat mengubah sifat baja dengan cara mengubah ukuran
dan bentuk butir-butirannya, juga mengubah unsur pelarutnya dalam jumlah yang
kecil. Bentuk butirannya dapat diubah dengan cara dipanaskan pada suhu di atas
suhu rata-rata
(Nur, 2017).
Quenching
merupakan pendinginan secara cepat suatu logam dengan pencelupan pada media
pendingin. Kekerasan maksimum dapat terjadi dengan mendinginkan secara mendadak
sampel yang telah dipanaskan sehingga mengakibatkan perubahan struktur mikro (Mustofa, 2016). Tujuan utama dari proses quenching ini adalah untuk menghasilkan baja
dengan sifat kekerasan tinggi (Fhadillah et al., 2019).
Baja St 60 merupakan jenis baja karbon menengah dengan memiliki
kandungan karbon sebesar 0,5012 %. Dengan kandungan karbonnya memungkinkan baja
untuk dikeraskan sebagian dengan proses perlakuan panas (heat treatment) yang
sesuai (Putra et al., 2018).
Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan penelitian
tentang analisa sifat mekanis baja St 60 setelah carburizing menggunakan arang batok
katalis BaCO3 dan quenching dengan oli dan air garam (Fhadillah et al., 2019), dan hasil yang didapat dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai
kekerasan Vickers pada baja St 60 semakin keras pada carburizing quenching air
garam tingkat kekerasnya naik sebesar 431,68 VHN dan nilai quenching oli
dan tanpa quenching masing-masing memiliki nilai sebesar 10,25% dan 24,55%
lebih kecil dari carburizing quenching air garam.
Pada penelitian lainnya telah dilakukan tentang analisa
uji kekerasan pada poros baja St 60 dengan media pendingin berbeda (Furqon & Firman, 2016), dan didapat hasil nilai kekerasan sebelum perlakuan panas yaitu 112,4 HB dan
nilai kekerasan sesudah perlakuan panas dengan tiga variasi media pendingin
yaitu air (110,2 HB), udara (94,8 HB), dan oli mesran SAE 40 (119,4 HB). Dari
ketiga media pendingin yang memberikan hasil kekerasan lebih baik pada material
baja St 60 yaitu media pendingin oli mesran SAE 40 dan didapatkan nilai kekerasan
rata-ratanya 119,4 HB.
Pada penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh
kadar garam dapur (NaCl) dalam media�
pendingin terhadap tingkat kekerasan pada proses pengerasan baja St 60 (Aziza, 2017), dan hasil yang didapat Baja St 60 yang telah mengalami proses hardening dengan
media pendingin larutan garam 20% NaCl mempunyai nilai kekerasan rata-rata 265
HV, untuk baja dengan media pendingin larutan garam 25% memiliki angka
kekerasan rata-rata sebesar 278 HV, sedangkan untuk baja dengan media pendingin
larutan garam 30% mempunyai angka kekerasan rata-rata 311 HV, hal ini
menunjukan bahwa semakin besar larutan garamnya maka semakin tinggi nilai
kekerasannya.
Penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan data tentang �Pengaruh Air
Garam Sebagai Media Pendingin Terhadap Nilai Kekerasan Pada Proses Pengerasan
Baja St 60�. Dengan adanya penelitian ini, maka diharapkan
dapat bermanfaat dalam bidang industri manufaktur.
Baja karbon atau Carbon
Steel merupakan salah satu jenis baja paduan yang terdiri atas kandungan
besi (Fe) dan kandungan karbon (C). Dalam baja karbon ini besi merupakan
kandungan unsur dasar dan karbon sebagai kandungan unsur paduan utamanya. Dalam
proses pembuatan baja akan ditambahkan kandungan unsur kimia lainnya untuk
menyesuaikan dengan sifat baja yang diinginkan. Unsur kimia lainnya yang biasa
digunakan adalah seperti sulfur (S), fosfor (P), silikon
(Si) dan mangan (Mn)
(Santoso & Suhardiman, 2019).
Kandungan karbon (C) yang terdapat pada baja menentukan
tingkatan dari baja itu sendiri. Baja karbon memiliki kandungan unsur karbon
dalam besi sebesar 0,2 % sampai 2,14 %. Dimana kandungan unsur karbon tersebut
digunakan sebagai unsur pengeras dalam sturktur baja (Santoso & Suhardiman, 2019). Semakin tinggi kandungan unsur karbon, maka baja akan semakin keras dan kuat
dengan perlakuan panas, namun keuletannya akan semakin berkurang.
Pengaplikasian baja karbon pada dunia industri sering digunakan sebagai bahan
baku pembuatan alat-alat perkakas, bagian komponen mesin, bahkan struktur
bangunan dan lain sebagainya.
Baja karbon tinggi merupakan baja karbon yang memiliki
kandungan karbon berkisar antara 0,6 % sampai 1,4 % dibandingkan berat besi
yang digunakan pada baja tersebut. Baja karbon tinggi memiliki sifat dengan
tingkat kekerasan yang tinggi namun memiliki�
keuletan dari baja karbon tinggi sangat kecil. Baja karbon tinggi
biasanya digunakan untuk alat�alat yang memerlukan tingkat ketahanan yang
tinggi terhadap gesekan dalam penggunaannya akan menerima atau mengalami
ketahanan panas, misalnya seperti bearing,
mata bor, mata pahat, gergaji, kikir dan lain sebagainya (Yusman, 2018).
Baja St 60 merupakan jenis baja karbon menengah dengan memiliki
kandungan karbon sebesar 0,5012 %. Dengan kandungan karbonnya memungkinkan baja
untuk dikeraskan sebagian dengan proses perlakuan panas (heat treatment) yang
sesuai (Putra et al., 2018). Baja St 60 dijelaskan secara umum merupakan baja karbon sedang dengan persentase
kandungan karbon pada besi sebesar 0,3% C � 0,59% C dengan titik didih 1550�C
dan titik lebur 2900�C, disebut juga baja keras, banyak digunakan untuk pembuatan tangki, perkapalan, jembatan, dan dalam permesinan (Furqon & Firman, 2016).
Pengkodean baja St 60
berasal dari standarisasi jerman atau biasa dikenal dengan DIN (Deutsches Institut for Normung). St
sendiri merupakan singkatan dari steel
(baja) dan angka dibelakang St merupakan kode yang menunjukkan besar kekuatan
Tarik maksimumnya.
St 60 merupakan baja yang mempunyai kekuatan tarik hingga
600 kg/mm�
(Iriandoko et al., 2020).
Untuk memperbaiki sifat-sifat mekanis pada sebuah logam
dapat dilakukan dengan adanya perlakuan, dimana perlakuan yang dimaksud adalah
proses perlakuan panas (heat treatment). Perlakuan panas (heat treatment) adalah suatu proses mengubah sifat
mekanis logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan
pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau tanpa mengubah komposisi kimia (Slamet & Moelyono, 2000).
Perlakuan panas adalah suatu proses pemanasan dan pendinginan logam dalam
keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut (Santoso & Suhardiman, 2019). Perlakuan panas sendiri adalah penggabungan atau kombinasi dari proses
pemanansan dan proses pendinginan pada suatu bahan material seperti logam dan
baja (Yusman, 2018). Tujuan dari proses perlakuan
panas adalah untuk meningkatkan keuletan, menghilangkan tegangan internal (internal
stress), menghaluskan ukuran butir kristal dan meningkatkan kekerasan atau
tegangan tarik logam (Handoyo, 2015).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perlakuan panas (Heat treatment) adalah suatu proses
kombinasi dari proses pemanasan dan pendinginan material secara terkontrol
dengan tujuan untuk memperbaiki, menghasilkan atau mengubah sifat-sifat pada
logam maupun baja. Proses perlakuan panas dilakukan untuk mendapatkan
sifat-sifat tertentu sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pada baja tersebut.
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan
adalah model eksperimen murni dengan dua buah variabel yang masing-masing akan
dilakukan uji hipotesis secara matematis dengan analisis statistik one-way ANOVA (Fitrayudha et al., 2020). Langkah awal untuk memulai penelitian
yaitu studi literatur yang didapat dari e-book, internet, artikel dan
jurnal ilmiah. Langkah selanjutnya memahami studi literatur dan menjadikannya
sebagai referensi. Sehingga dengan adanya studi literatur dapat digunakan untuk
memperkuat argumen tentang penelitian yang di ajukan. Rincian langkah-langkah
tersebut dapat ditunjukkan pada gambar 1 sebagai
berikut:
Gambar 1
Flowchart Penelitian
Gambar 1
Flowchart Penelitian (Lanjutan)
1. Tempat dan Lokasi Penelitian
Tempat dan
lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material dan Laboratorium Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis of Varians (ANOVA) Satu Arah (Marpaung et al., 2017). Langkah-langkah yang dilakukan dalam one way ANOVA adalah sebagai berikut:
a.
Menentukan Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- H0 : Tidak terdapat pengaruh perlakuan
- H1 : Terdapat pengaruh perlakuan
b.
Menentukan (α)
Pada penelitian ini taraf signifikansi α yang
digunakan sebesar 5% (0.05).
c. Menentukan Kriteria Pengujian
Kriteria uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
- ��Jika nilai Fhitung < nilai Ftabel (α = 5%), maka hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh terhadap kekerasan dengan kata lain H0 diterima dan H1 ditolak.
- ��Jika nilai Fhitung > nilai Ftabel (α = 5%), maka hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh terhadap kekerasan dengan kata lain H0 ditolak dan H1 diterima
d.
Statistik Uji
Dalam statistik uji maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1)
Mencari Jumlah Kuadrat (JK)
2)
Mencari Derajat Bebas (db) = df
= v
3)
Mencari Kuadrat Tengah (KT)
4)
Membuat Tabel
5)
Mencari Ftabel
6)
Membandingkan Fhitung dengan
Ftabel
A. Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini
terdapat beberapa tahapan proses yang akan dilakukan mulai dari persiapan
spesimen, perlakuan panas, dan pengujian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
sebagai berikut:
a.
Persiapan spesimen
Persiapan spesimen ini dimulai
dari:
-
��Pembuatan spesimen dilakukan
dengan menggunakan mesin gergaji potong DOALL Model C-916. Potong spesimen
dengan ukuran panjang 20 mm dan diameter 25 mm. Jumlah spesimen yang akan
dibuat sebanyak 13 Pcs. Untuk pembuatan spesimen dapat ditunjukkan seperti pada
gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1
Pembuatan
Spesimen
- ��Mengikir
spesimen setelah selesai dipotong untuk menghilangkan sisi tajam sisa
pemotongan.
- ��Mengikat
spesimen dengan kawat agar mempermudahkan dalam pengangkatan dan pencelupan ke
media pendingin. Untuk proses mengikat spesimen dapat ditunjukkan seperti pada
gambar 2 sebagai berikut:
Gambar
2
Mengikat
Spesimen
b.
Perlakuan panas
������� Ada beberapa tahapan yang
dilakukan dalam proses perlakuan panas, yaitu:
-
��Menyiapkan media pendingin yang
akan digunakan dalam penelitian. Hal yang perlu disiapkan adalah 4 liter air sebanyak 4 wadah, garam yang akan dipakai
sebagai media pendingin yaitu garam dapur (NaCl) dengan kadar garam 35% dan 40%
kemudian garam Magnesium Chloride (MgCl₂) dengan kadar garam 35% dan 40%. Selanjutnya
masing-masing garam sesuai dengan kadarnya dicampur dengan wadah yang sudah
berisi air dan diaduk hingga merata. Untuk larutan garam yang digunakan dalam
penelitian ini dapat ditunjukkan seperti pada gambar 3 di bawah ini:
Gambar
3
Larutan
Garam
-
��Proses pemanasan dilakukan dengan
persiapan dapur pemanas. Selanjutnya memasukan
spesimen yang telah diikat dengan kawat kedalam dapur pemanas. Spesimen dipanaskan pada suhu 850�C dan ditahan selama 35 menit.
-
��Proses quenching dilakukan setelah tungku mencapai batas waktu penahanan.
Spesimen didinginkan secara cepat setelah dipanaskan pada suhu 850�C kedalam wadah berisi larutan garam. Setelah spesimen dingin angkat
spesimen dan keringkan menggunakan majun. Untuk proses pencelupan dapat ditunjukkan
seperti pada gambar 4 di bawah ini:
Gambar
4
Proses
Pencelupan
-
��Setelah spesimen mencapai suhu
ruangan, keringkan menggunakan majun dan bersihkan menggunakan amplas.
c. Pengujian
Dalam penelitian yang dilakukan
pada baja St 60 menggunakan metode pengujian kekerasan Rockwell (Setiawan, 2014). Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam pengujian ini sebagai berikut:
- ��Mempersiapkan spesimen uji yang telah di
proses perlakuan panas dan dihaluskan.
- ��Mengatur beban pada alat uji kekerasan Rockwell sebesar 150-kgf.
- ��Melakukan pemasangan indentor yang berbentuk
seperti diamond.
- ��Meletakkan spesimen pada meja uji.
- ��Melakukan pengujian pada spesimen dengan cara
memutar tuas pada bagian bawah meja uji. Untuk proses pengujian dapat ditunjukkan
seperti pada gambar 5 sebagai berikut:
Gambar
5
Melakukan
Pengujian
-
��Setelah itu tunggu hingga alat uji
membaca nilai kekerasan spesimen.
-
��Setelah alat uji selesai membaca
nilai kekerasan, turunkan meja uji sampai spesimen tidak menempel lagi pada
indentor dengan cara memutar tuas berlawanan arah jarum jam pada bagian bawah
meja uji.
-
��Lakukan pengulangan penitikan
yang tidak terlalu jauh dari penitikan pertama sampai beberapa titik dan catat
hasil nilai kekerasan yang saling mendekati.
B. Pembahasan
Adapun hasil pengujian
kekerasan tanpa perlakuan (R1) dapat dilihat seperti pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1
Hasil Pengujian Kekerasan Tanpa
Perlakuan (R1)
No. |
Banyak pengujian |
Jumlah rata-rata (HRC) |
||
1 |
2 |
3 |
||
1 |
14 |
16.1 |
13.5 |
14.5 |
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
hasil pengujian kekerasan tanpa perlakuan memiliki rata-rata nilai kekerasan
sebesar 14.5 HRC.
Adapun hasil pengujian kekerasan
setelah perlakuan dapat dilihat seperti pada tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Pengujian Kekerasan
Setelah Perlakuan
No |
Quenching |
Nama Sampel |
Harga Kekerasan Rockwel (HRC) |
||||
1 |
2 |
3 |
Rata-rata
1, 2 dan 3 |
Rata-Rata
Ʃ |
|||
1 |
Air Garam NaCl 35% |
A1 |
39.1 |
39.1 |
41 |
39.7 |
40.5 |
A2 |
40 |
40.7 |
40.7 |
40.5 |
|||
A3 |
41.1 |
41.1 |
41.3 |
41.2 |
|||
2 |
Air Garam NaCl 40% |
B1 |
42.9 |
43.3 |
43.5 |
43.2 |
43.4 |
B2 |
42.8 |
43.1 |
44.1 |
43.3 |
|||
B3 |
42.3 |
44.4 |
44.6 |
43.8 |
|||
3 |
Air Garam MgCl₂ 35% |
C1 |
43.3 |
43.3 |
44.1 |
43.6 |
43.7 |
C2 |
43 |
43.6 |
43.8 |
43.5 |
|||
C3 |
43.8 |
44.2 |
44.4 |
44.1 |
|||
4 |
Air Garam MgCl₂ 40% |
D1 |
45.1 |
45.5 |
47.3 |
46 |
46.2 |
D2 |
45.3 |
46.5 |
46.9 |
46.2 |
|||
D3 |
45.5 |
46.4 |
47.2 |
46.4 |
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat
air garam dapur (NaCl) 35% memiliki rata-rata nilai kekerasan sebesar 40.5 HRC,
air garam dapur (NaCl) 40% memiliki rata-rata nilai kekerasan sebesar 43.4 HRC,
air garam magnesium chloride (MgCl₂) 35% memiliki rata-rata nilai kekerasan sebesar 43.7 HRC dan air garam magnesium chloride (MgCl₂) 40% memiliki rata-rata nilai kekerasan sebesar 46.2 HRC.
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam menghitung one way ANOVA adalah
sebagai berikut:
d. Hipotesis
H0: Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap pengaruh media pendingin pada hasil penelitian yang
dilakukan terhadap sampel setelah dilakukan pengujian kekerasan pada spesimen
baja St 60.
H1: Terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap pengaruh media pendingin pada hasil penelitian yang
dilakukan terhadap sampel setelah dilakukan pengujian kekerasan pada baja St
60.
e. Menentukan (α)
α = 5% (0.05)
f. Kriteria uji
- ��Jika nilai Fhitung < nilai Ftabel (α = 5%), maka hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh
terhadap kekerasan dengan kata lain H0 diterima dan H1 ditolak.
- ��Jika nilai Fhitung > nilai
Ftabel (α = 5%), maka hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap kekerasan dengan kata lain H0 ditolak dan H1 diterima.
g. Statistika uji
Fhitung���� =
Adapun perhitungan one way ANOVA yang digunakan dapat
dilihat seperti pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3
Perhitungan One
Way ANOVA
No. |
NaCl 35% (A) |
NaCl 40% (B) |
MgCl 35% (C) |
MgCl₂ 40%
(D) |
A� |
B� |
C� |
D� |
1 |
39.7 |
43.2 |
43.6 |
46 |
1576.09 |
1866.24 |
1900.96 |
2116 |
2 |
40.5 |
43.3 |
43.5 |
46.2 |
1640.25 |
1874.89 |
1892.25 |
2134.4 |
3 |
41.2 |
43.8 |
44.1 |
46.4 |
1697.44 |
1918.44 |
1944.81 |
2152.96 |
Ʃ |
121.4 |
130.3 |
131.2 |
138.6 |
4913.78 |
5659.57 |
5738.02 |
6403.4 |
Total |
521.5 |
22714.77 |
||||||
Ʃ� |
14737.96 |
16978.09 |
17213.44 |
19209.96 |
|
|
|
|
Total |
68139.45 |
|
|
|
|
1)
Mencari Jumlah Kuadrat (JK)
(FK)���� = �= 22663.52
(Jkperlakuan) = FK
����������������� = �22663.52 = 49.63
(JKtotal) = 1576.09 + 1866.24 + 1900.96 + 2116 + 1640.25 + 1874.89 +�� 1892.25 + 2134.4 + 1697.44 + 1918.44 + 1944.81 + 2152.96 + 4913.78 + 5659.57 + 5738.02 + 6403.4 �FK
�� ���������= 51.25
(JKgalat)��� = JKtotal� �JKperlakuan = 1.62
2)
Mencari Derajat Bebas (db) = df = v
Vtotal = nk �1 = (34) �1 = 11
Vperlakuan (V₁) = k �1 = 4 1 = 3
Vgalat (V₂) = nk � k = (3�4) � 4 = 12� � 4 = 8
3)
Mencari Kuadrat Tengah (KT)
KTperlakuan��� = S�perlakuan� = �= 16.54
KTgalat = S�galat = �= 0.2
Fhitung = ��= �= 82.7
4)
Membuat Tabel
Adapun tabulasi ragam one way ANOVA yang didapatkan dari hasil
perhitungan dapat dilihat seperti pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4
Tabulasi Ragam One
Way ANOVA
Sumber keragaman |
Jumlah Kuadrat (JK) |
Derajat Bebas (db) |
Kuadrat Tengah (KT) |
Fhit |
Taraf Signifikansi (α) |
Perlakuan |
49.63 |
3 |
16.54 |
82.7 |
5% (0.05) |
Galat |
1.62 |
8 |
0.2 |
||
Total |
51,25 |
11 |
|
|
|
Untuk perhitungan ANOVA software analisis dapat dilihat seperti
pada tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5
Perhitungan ANOVA Software Analisis
Source |
DF |
SS |
MS |
F |
P |
Media Pendingin |
3 |
49.629 |
16.543 |
81.69 |
0.000 |
Error |
8 |
1.620 |
0.202 |
|
|
Total |
11 |
51.249 |
|
|
|
Berdasarkan tabel 4 dan tabel 5
dapat dilihat bahwa perbandingan antara perhitungan langsung dengan perhitungan
software tidak memiliki perbedaan
yang jauh antara nilai F.
5)
Menentukan Ftabel
Ftabel = F(α; df perlakuan, df galat)
F(0.05; 3; 8) = 4.07
6) Membandingkan Fhit dan Ftabel
Setelah didapat nilai Fhitung 82.7 > Ftabel 4.07, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh terhadap kekerasan dengan kata lain H0 diterima dan H1 ditolak. Dimana H1 menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pengaruh media pendingin pada hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel setelah dilakukan pengujian kekerasan pada baja St 60 (Matien, 2016).
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan dari hasil pengujian
serta analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal
yaitu: 1) Nilai kekerasan sebelum perlakuan panas yaitu (14.5 HRC) dan nilai
kekerasan setelah perlakuan panas dengan empat variasi media pendingin yaitu
air garam dapur (NaCl) 35% sebesar (40.5 HRC), air garam dapur (NaCl) 40%
sebesar (43.4 HRC), air garam magnesium
chloride (MgCl₂) 35%
sebesar (43.7 HRC) dan�
air garam magnesium
chloride (MgCl₂) 40%
sebesar (46.2 HRC). Dari keempat media pendingin yang memberikan hasil
kekerasan lebih baik pada material baja St 60 yaitu media pendingin air garam magnesium chloride (MgCl₂) 40%� dengan nilai kekerasan sebesar (46.2
HRC). 2) Terdapat pengaruh setiap kenaikan % pada garam dalam media pendingin
terhadap nilai kekerasan pada proses pengerasan baja St 60. Dimana semakin
besar % garam dalam media pendingin, maka semakin tinggi pula nilai kekerasannya.
Aziza, Y. (2017). Pengaruh kadar
garam dapur (NaCl) dalam media pendingin terhadap tingkat kekerasan pada proses
pengerasan baja ST-60. Jurnal
Teknologi Terapan: G-Tech, 1 (1),
18�25. Google Scholar
Fhadillah, A., Budiarto, U., & Santosa, A. W. B.
(2019). Analisa Sifat Mekanis Baja ST 60 Setelah Carburizing Menggunakan Arang Batok Katalis BaCO3 Dan Quenching Dengan Oli Dan Air garam. Jurnal Teknik Perkapalan, 7 (1). Google Scholar
Fitrayudha, A., Fajrin, J., & Anshari, B. (2020). Analisis
Sifat Mekanis Komposit Polyester Sisal Menggunakan Metode Anova. Media Bina Ilmiah, 14 (7), 2817�2824. Google Scholar
Furqon, G. R., & Firman, M. (2016). Analisa Uji
Kekerasan pada Poros Baja ST 60 dengan Media Pendingin yang Berbeda. Al-Jazari Jurnal Ilmiah Teknik Mesin,
1 (1). Google Scholar
Handoyo, Y. (2015). Pengaruh Quenching Dan Tempering Pada Baja Jis Grade S45C Terhadap Sifat
Mekanis Dan Struktur Mikro Crankshaft.
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
Unisma" 45" Bekasi, 3
(2), 97782. Google Scholar
Iriandoko, H., Akbar, A., & Sindy Pramesty, Y.
(2020). Pengaruh Heat Treament Baja St 60 Terhadap Nilai Kekerasan Dengan Media
Pendingin Asam Cuka. Semnas Iv,
4 (1), 1�6. Google Scholar
Marpaung, J. L., Lumintang, R. C. A., & Sutrisno,
A. (2017). Penerapan metode anova untuk analisis sifat mekanik komposit serabut
kelapa. Jurnal Online Poros Teknik
Mesin Unsrat, 6 (2). Google Scholar
Matien, Y. A. (2016). Pengaruh Media Pendingin Terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Laju
Korosi Pada Hardening Baja Karbon Sedang. Universitas Negeri Semarang. Google Scholar
Mustofa, Z. (2016). Analisa Pengaruh Pendingin
Terhadap Kekerasan Bahan Aisi 1045 Pada Proses Heat Treatment. Kediri: UN
PGRI. Skripsi. Google Scholar
Nur, H. (2017). Pengaruh Penggunaan Media Pendingin
Air Garam, Air Tawar, dan Air Asam pada Perlakuan Panas terhadap Kekerasan Baja
ST 60. Teknik Mesin"
Teknologi", 16 (1 Apr). Google Scholar
Putra, R. R., Jokosisworo, S., & Santosa, A. W. B.
(2018). Analisa Kekuatan Puntir, Kekuatan Tarik dan Kekerasan Baja ST 60
sebagai Bahan Poros Baling-baling Kapal (Propeller Shaft) setelah Proses
Tempering. Jurnal Teknik Perkapalan,
6 (1). Google Scholar
Santoso, K., & Suhardiman, S. (2019). Analisa
Pengaruh Heat Treatment Terhadap Kekasaran Permukaan Benda Kerja Baja Karbon
Rendah Pada Proses Pembubutan. Seminar
Nasional Industri Dan Teknologi, 160�170. Google Scholar
Setiawan, H. (2014). Pengujian kekerasan dan komposisi
kimia produk cor propeler alumunium. Prosiding
SNST Fakultas Teknik, 1 (1).
Google Scholar
Slamet, U., & Moelyono, D. G. (2000). Maximizing community benefits and minimizing
environmental impacts in the Gunung Salak geothermal project, Indonesia. Proceedings of the World
Geothermal Congress 2000. Google Scholar
Yusman, F. (2018). Pengaruh Media Pendingin Pada Proses Quenching Terhadap
Kekerasan dan Struktur Mikro Baja AISI 1045. Google Scholar
Copyright holder: Muhammad Syaifullah, Muhammad Subhan,
Juanda (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |