Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 2 No. 8 Agustus 2021 |
p-ISSN: 2722-7782 e-ISSN: 2722-5356 |
Sosial Teknik |
TINGKAT
KEUNGGULAN BEBERAPA LMS DALAM PEMBELAJARAN DARING PADA MASA PANDEMI COVID-19
Agung Tri Adi Wicaksono, Wahyu Andhyka Kusuma
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 Juli 2021 Direvisi 05 Agustus 2021 Disetujui 15 Agustus 2021 |
Pada masa pandemik
COVID-19 semua kegiatan harus dibatasi dan harus menjaga jarak setiap orang. Termasuk juga kegiatan pembelajaran yang terjadi baik TK, SD, SMP, SMA dan Kuliah
harus dilakukan secara online / daring. Terdapat
berbagai Learning Management System (LMS)
yang sangat membantu dalam pembelajaran Online, diantaranya seperti ZOOM,
Moodle, Google Meet, Google Classroom dan Whatsapp.
Artikel ini akan mencari keunggulan dari setiap LMS mana yang lebih efektif. Metode yang digunakan menggunakan data-data
yang ada di berbagai artikel sebagai acuan. Hasil dari penelitian ini adalah menentukan LMS mana yang
paling baik digunakan untuk pelajar berserta kelebihan dan kekurangan nya. ABSTRACT������������������������� During the COVID-19 pandemic, all activities must be
limited and everyone must keep their distance. Including learning activities
that occur in kindergarten, elementary, junior high, high school and lectures
must be carried out online. There are various Learning Management Systems
(LMS) that are very helpful in online learning, such as ZOOM, Moodle, Google
Meet, Google Classroom and Whatsapp. This article
will explore the advantages of each LMS which is more effective. The method
used uses data in various articles as a reference. The result of this study
is to determine which LMS is best used for students and their advantages and
disadvantages. |
Kata Kunci: moodle; zoom; google meet; google classroom; whatsapp Keywords: moodle; zoom; google meet; google
classroom; whatsapp |
Pendahuluan
Wabah
corona virus disease 2019 (COVID-19) telah melanda 215 negara di dunia. Pemerintah
telah melarang untuk berkerumun, pembatasan sosial (sosial distancing)
dan menjaga jarak fisik (physical distancing)
memakai masker dan selalu mencuci tangan. Yang menyebabkan
sekitar 45 juta siswa tidak dapat
melanjutkan kegiatan belajar mengajar (Hambatan & Jarak, 2020) Kemendikbud telah melarang perguruan tinggi melakukan tatap muka dan meminta untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dengan metode daring/online.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan internet untuk proses pembelajaran (Sadikin & Hamidah, 2020).
Pada pembelajaran daring banyak
masalah yang timbul dalam dunia pendidikan seperti meningkatnya angkat Drop Out (DO), masalah kesiapan pengajar dalam pembelajaran daring, dan kurang nya tatap
muka dengan pengajar menyebabkan kurang nya motivasi
siswa/mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar (Yustika et al., 2019).
Setiap Perguruan Tinggi harus mempunyai media pembelajaran menggunakan teknologi digital yang memudahkan
mahasiswa untuk mengakses materi yang ada di perkuliahaan sehingga bisa mengakses
dimana saja dan kapan saja. Hal ini sesuai dengan
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
109 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh
pada Pendidikan Tinggi, UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan UU No. 12 tahun 2012 tentang
Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 109 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Jarak Jauh
pada Pendidikan Tinggi (Wida, 2020).
Pembelajaran juga harus dilakukan sama anak kecil yang dengan menggunakan sistem informasi yang berbasis web atau menggunakan media yang lebih gampang yaitu Whatsapp
yang ada untuk memudahkan kegiatan pembelajaran sejak dini (Rakhmawati et al., 2021).
E-Learning merupakan sistem pembelajaran di internet yang dapat
menghubungkan antara guru
dan murid dalam sebuah kegiatan belajar mengajar online. E-learning
tercipta untuk mengatasi keterbatasan antara guru dan murid, terutama dalam hal waktu,
ruang, kondisi dan keadaan. Melalui e-learning maka
guru dan murid tidak harus berada dalam satu
ruang dan waktu bisa melalui media online, proses
pendidikan dapat berjalan kapan saja (Meliyani et al., 2019).
E-Learning memiliki kelebihan diantaranya siswa/mahasiswa dapat mengakses kapan pun, pembelajaran serba otomatis. Namun juga ada kekurangannya diantaranya seperti mudah kehilangan fokus bagi siswa/mahasiswa karena tidak diawasi langsung,
pembelajaran yang monoton,
forum diskusi yang kurang
optimal karena tidak tatap muka secara
langsung, kurang nya ketrampilan IT dan akses internet yang tidak merata di Indonesia (Agung & Wibowo, 2020).
Ada 3 pembelajaran dalam E-Learning, yang pertama
Web Course merupakan
media pembelajaran daring menggunakan
internet yang tidak ada tatap muka dalam
kegiatanya, yang kedua Web Centric Course yaitu
menekankan semua menggunakan tatap muka dengan media online namun dengan proses pembelajaran yang lebih kecil, yang ketiga Web Echanced
Course yaitu internet hanya
untuk mendukung kegiatan pembelajaran tatap muka lebih
besar (Astuti & Febrian, 2019).
Dalam penggunaan E-Learning di Sekolah/Universitas
dapat menggunakan beberapa platform
atau Learning
Management System (LMS) yang sudah tersedia dan
gratis atau juga bisa membuat LMS sendiri. Pengembangan E-Learning
dilakukan sesuai dengan kebutuhan pengguna pada sekolah maupun universitas setelah melakukan pengembangan di harapkan dapat meningkatkan proses belajar mengajar yang sudah di kembangkan (Washington et al., 1983).
Ada beberapa komponen yang harus di perhatikan dalam penerapan E-Learning yaitu
(1) Menyiapkan materi dan capaian pembelajaran; (2) Menyediakan contoh dan praktik untuk memudahkan
pembelajaran; (3) Menggunakan
teks dan gambar yang menarik; (4) Pembelajaran bisa dilakukan secara langsung; (5) Menyiapkan referensi lain yang berhubungan dengan materi; (6) Membangun wawasan bersama tentang E-Learning
agar bisa memakainya dengan optimal (Vinet & Zhedanov, 2011).
E-Learning memiliki dampak yang
dirasakan oleh siswa/mahasiswa dan dosen. Dampak yang dirasakan siswa/mahasiswa diantaranya diharuskan belajar mandiri jika ada pertanyaan
atau hambatan maka akan kesulitan
untuk bertanya karena tidak tatap
muka langsung walaupun sudah di sediakan fitur tanya jawab maka
akan merasa tidak enak jika
bertanya.Yang kedua adalah sinyal
karena setiap daerah memiliki akses internet yang berbeda-beda dan
tidak merata di setiap daerahnya yang menyebabkan terhambatnya proses pembelajaran. Jika ada mata kuliah yang mewajibkan untuk melakukan praktik maka akan kesusahan
karena tidak ada interaksi tatap
muka. Siswa/mahasiswa menerima banyak tugas yang menumpuk karena pada saat ingin mengerjakan
mungkin ada kendala kendala seperti internet yang lambat. Dan
dengan terjadinya pandemik dan perkuliahan daring ini membuat siswa/mahasiswa minat dalam belajar menurun
(Wijaya et al., 2020). Adapun dampak
yang diraskan oleh dosen/pengajar jika pada saat melakukan kegiatan pembelajaran siswa/mahasiswa yang
mengikuti kegiatan tidak lengkap atau
hanya sedikit karena beberapa hambatan. Pada saat pemberian tugas memang memudahkan bagi dosen karena
sudah bisa otomatis dalam pengecekan jawaban, jika memberikan tugas juga mudah karena tinggal di upload ke
salah satu LMS maka sudah terbagikan langsung ke siswa/mahasiswa. E-Learning
juga menguntungkan bagi dosen termasuk biaya untuk pulang-pergi
ke Sekolah/Universitas. Namun tidak semua
dosen/pengajar memahami tentang E-Learning dan LMS maka akan terhambatnya proses pembelajaran.
(Wijaya et al., 2020)
Sudah terdapat penelitian tentang kesiapan dosen/pengajar dalam melaksanakan E-Learning
karena kesiapan dosen/pengajar sangat berpengaruh terhadap keberhasilan peserta didik, dan dari survei yang diadakan dari 20 dosen/pengajar sebesar 65% yang sudah siap dalam pembelajaran
E-Learning dan sisanya
yang 35% belum siap sepenuhnya untuk mengadakan pembelajaran E-Learning beberapa
faktornya diantaranya sinyal, biaya untuk
paket internet dan sulitnya
untuk memberikan materi jika belum
paham tentang E-Learning (Jalal, 2020).
Pemahaman tentang IT juga sangat di perlukan baik untuk dosen/pengajar ataupun mahasiswa/siswa, sayangnya yang terjadi di
wilayah-wilayah desa tertentu
kurangnya literasi tentang computer
dan cara menggunakan aplikasi LMS dan melakukan kegiatan E-Learning (Yustika et al., 2019).
Tingkat kepuasan pengguna E-Learning dapat
di cari dengan dua metode yaitu
Metode DeLone dan MeLean, metode tersebut
merupakan metode yang
paling sering digunakan untuk mengukur kesuksesan sebuah sistem informasi yang diukur dari kualitas
sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan,tingkat kepuasan, manfaat bagi pengguna
(Larasati & Andayani, 2019).
Pada pembelajaran E-Learning siswa/mahasiswa harus memilki motivasi dan semangat dalam pembelajaran karena dalam pandemi ini
harus mengikuti alurnya agar kita tidak tertinggal dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi yang dimaksud adalah sesuatu yang di dalam diri kita yang dapat menggerakan dan menyebabkan suatu tindakan yang diharapkan (Sujiwo & A�yun, 2020).
Perlu adanya motivasi karena pada saat ini pembelajaran
berpusat di dua arah antara dosen/pengajar dan siswa/mahasiswa karena kegiatan pembelajaran sekarang lebih pasif dari pada pembelajaran tatap muka (Daniati et al., 2020).
Terdapat komponen-komponen motivasi belajar diantaranya; (1) Attention
yaitu munculnya perhatian dari seseorang; (2) Relevance
kebutuhan yang di butuhkan
oleh siswa/mahasiswa; (3) Confidence yaitu
interaksi dengan lingkungan nya; (4) Satisfation yaitu perasaan senang pada saat melakukan kegiatan (Sujiwo & A�yun, 2020).
Pada artikel ini akan membahas
tingkat keunggulan beberapa LMS yang
ada seperti ZOOM,
Moodle, Google Meet, Google Classroom,
Edmodo dan Whatsapp (Agung & Wibowo, 2020). LMS memiliki beberapa ciri diantaranya manajemen isi pelajaran,
manajemen proses pembelajaran,
evaluasi dan ujian online,
serta chatting dan diskusi.
LMS memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan
masing- masing. Tergantung pelajar
atau pengajar memilih media LMS yang mana pada saat
mengadakan kegiatan pembelajaran.
Metode Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode descriptive yang digunakan untuk menentukan mana yang labih unggul dari beberapa LMS yang ada dan yang di pakai pada masa pandemi ini. Walaupun sebenarnya dari setiap LMS memiliki kelebihan dan kekurangannya tinggal pilihan dari dosen/pengajar dan siswa/mahasiswa. Menggunakan perbandingan antara berbagai LMS yang ada dari jurnal-jurnal yang telah ada kemudian di bandingkan antara LMS yang ada.
Penelitian menggunakan data yang berupa
hasil kuesioner yang di bagi ke beberapa
pelajar yang menggunakan sistem pembelajaran daring menggunakan LMS.
Dan pertanyaan dari kuesioner tersebut berhubungan dengan tingkat kepuasan pelajar pada saat pembelajaran daring.
Pertama adalah
Moodle suatu LMS
yang dapat memasukan materi, diskusi, tugas dan quiz. Dan guru bisa mengatur waktu atau set-up waktunya namun para siswa/mahasiswa harus masuk kedalam
kelas dan di beri akses untuk melihatnya
(Vinet
& Zhedanov, 2011). Dengan penggunaan yang benar maka penggunaan nya yang sangat membantu dan siswa/mahasiswa dapat berkomunikasi dengan pengajjar tanpa ada hambatan apapun.
Dari penelitian yang sudah ada telah dilakukan
angket tingkat kepuasan dari yang sudah/pernah memakai
Moodle. Yang mendapatkan
data seperti berikut :
Tabel 1
Hasil Analisis Angket dari Mashasiswa tentang Moodle
No |
Indikator |
Persetase % |
|||
SS |
S |
ST |
TS |
||
1 |
Penerapan e-learning
berbasis moodle menyenangkan |
9,7 |
65,3 |
18 |
7 |
2 |
Mudah mengakses materi di e-learning
berbasis moodle |
10 |
75 |
10 |
5 |
3 |
Mudah Mengirimkan Tugas di e-learning
berbasis moodle |
8 |
75,3 |
10 |
6,7 |
4 |
Dapat melihat nilai tugas dan quis di e-learning
berbasis moodle |
10,7 |
76 |
8 |
5,3 |
5 |
Dapat belajar dari sumber lain di e-learning berbasis
moodle |
4,4 |
74,3 |
20,3 |
1 |
6 |
Dapat berinteraksi dengan teman sekelas melalui diskusi di e-learning
berbasis moodle |
9,7 |
65,3 |
18 |
7 |
7 |
Dapat berinteraksi dengan dosen melalui diskusi di e-learning berbasis
moodle |
10 |
72,5 |
17,5 |
0 |
8 |
Selalu mengakses e-learning berbasis
moodle dengan mudah |
6,9 |
72,1 |
18 |
3 |
9 |
Dapat mengakses e-learning berbasis
moodle kapan saja |
8,1 |
85 |
6,9 |
0 |
10 |
Membutuhkan paket
data dalam mengakses e-learning berbasis
moodle |
70 |
26 |
4 |
0 |
11 |
Biaya paket data mahal harganya |
55 |
43 |
2 |
0 |
12 |
Saya
kekurangan biaya membeli paket data |
57 |
40 |
3 |
0 |
13 |
Saya
belum mempunyai laptop/komputer |
30 |
65 |
5 |
0 |
14 |
Saya
tidak bisa mengakses e-learning |
10 |
20 |
70 |
0 |
15 |
Tempat tinggal saya belum ada
jaringan internet |
9 |
71,3 |
18 |
1,7 |
16 |
Jaringan Internet tidak
lancar |
11,9 |
65,3 |
16,8 |
6 |
17 |
Saya
harus mencari lokasi yang ada jaringan internet untuk mengakses e-learning
berbasis moodle |
6 |
68,3 |
18,7 |
7 |
18 |
Mengakses e-learning
berbasis moodle membuat saya stress |
20 |
30 |
46 |
4 |
19 |
Mengakses e-learning
berbasis moodle, memberikan wawasan tentang metode pembelajaran |
10 |
75 |
15 |
0 |
20 |
Saya
sebelumnya pernah mengakses e-learning
berbasis moodle |
30 |
65,3 |
3,7 |
1 |
Rata-rata |
19,3 |
61,5 |
16,4 |
2,7 |
Kemudian dari
data tersebut sebanyak
19,3% Mahasiswa menjawab SS
(Sangat Setuju), 61,5% menjawab S (Setuju), 16,4% menjawab TS (Tidak Setuju), 2,7% menjawab STS (Sangat Tidak Setuju).
Dari penjelasan mahasiswa
yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju dikarenakan
kendala device
baik handphone
maupun laptop atau koneksi yang kurang memadai. (Meliyani
et al., 2019). Pembelajaran dengan moodle juga bisa di tingkatkan kefeektifitasanya dengan metode blanded learning karena metode ini
bisa menambahkan keinginan untuk belajar.
Berikutnya ada
LMS Google Classroom atau bisa
di sebut denngan Virtual Classroom, Google Classroom adalah suatu LMS yang disediakan oleh Google
yang di dalamnya ada beberapa fitur yang dapat memberi tugas,
memberi nilai, membagikan materi dan percakapan online dengan pengajar. Keunggulanya dapat menyimpan data dari Google drive serta
langsung tersambung dengan Email yaitu Gmail (Alfina,
2020). Google
classroom juga dapat meningkatkan
motivasi dalam pembelajaran dan hasil dari mahasiswa (Daniati
et al., 2020). Berdasarkan hasil pembagian angket tentang Google classroom telah
mendapatkan grafik sebagai berikut:
Gambar 1
Hasil Perhitungan
Angket Mahasiswa
Berdasarkan data yang didapat
sebanyak 77% mahasiswa SS (Sangat Senang) dan menyukai pembelajaran menggunakan LMS
Google Classroom dan sisanya merasa
KS (Kurang Senang) dan lebih
baik memakai LMS lain.
Pembelajaran juga harus
melakukan tatap muka agar memudahkan dalam menyampaikan materi dari dosen/pengajar ke siswa/mahasiswa. Salah satu LMS yang dapat
digunakan untuk tatap muka yaitu
Zoom Meet walaupun
bukan sepenuhnya digunakan untuk pembelajaran namun sering digunakan untuk proses mengajar. Zoom Meet didirikan
oleh Erik Yuan yang diresmikan tahun
2011 yang sampai sekarang masih di gunakan dan malah sangat berguna
(Haqien
& Rahman, 2020). Terdapat tingkat efektifitas dari Zoom meet dari
beberapa responden mahasiswa berikut tabelnya:
Tabel 2
Hasil Tingkat Efektif atau Tidak
Zoom meet
Pendapat Mahasiswa |
Total Presentase |
Efektif |
70% |
Tidak Efektif |
30% |
Namun Zoom meet dirasa kurang
efektif karena sering terjadi masalah atau ada
problem seperti
jaringan internet apalagi bagi siswa atau
mahasiswa yang tidak memilki wifi akan
kesusaan dan tidak stabil. Tadi memiliki
kelebihan bisa di bilang penggunaan nya yang praktis dan efisien bagi masiswa
karena lebih mudah saat digunakan
untuk berkomuniasi dengan pengajar lewat zoom dari pada lewat chat.
Kemudian dalam proses
pembelajaran E-Learning
tentunya harus ada media komunikasi atau chat untuk memperlancar proses pengajaran
dan penyampaian materi. Whatssapp merupakan suatu media sosial yang dapat digunakan untuk mempermudah proses pembelajaraan karena tersedianya internet di mana-mana. Karena Whatssap merupakan suatu media sosial yang paling gampang di pahami dan paling gampang untuk digunakan.
Sampai aplikasi whatssapp menjadi aplikasi yang paling di minati kedua (Nabilla
& Kartika, 2020). Proses pembelajaran biasanya
melalui fitur whatssap grup, para pengajar membuat dan menambahkan ketua kelas/ketua tingkat
untuk menambahkan semua siswa/mahasiswa
untuk masuk ke dalam grup
tersebut.
Gambar 2
Grup Whatsapp Sebagai Media Pembelajaran
Pada Whatsapp juga bisa digunakan untuk membagi soal
pemberian materi dan absensi yang berguna dan sangat simple seperti gambar di bawah ini :
Gambar
3
Grup Whatsapp dapat Sebagai
pemberian materi
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Kesimpulan yang di dapat dari hasil penelitian diatas bahwa setiap pada pandemi COVID-19 ini harus menjalankan kegiatan pembelajaran daring/E-Learning. Dan pada saat ini LMS menjadi media yang paling membantu dalam kegiatan belajar mengajar karena dapat memudahkan beban dosen maupun beban mahasiswa karena tidak bisa melakukan proses belajar mengajar secara tatap muka.
Setiap LMS memiliki kelebihan masing masing seperti Moodle memiliki kelebihan seperti fiturnya lengkap, mudah di pahami, tidak memakai ruang yang banyak. Sesuai dengan hasil survey bahwa sekitar 80% lebih menganggap bahwa moodle itu efektif.
Begitu juga dengan Google classroom yang memiliki kelebihan seperti mudah di pahami, langsung menyambung dengan Email, dan menyambung ke Google Drive. Dari data yang didapat dari 77% dari responden sangat senang dengan adanya Google clasroom.
Zoom Meet sangat membantu dalam perkuliahan apalagi untuk tatap muka walaupun ada kekurangannnya seperti jika jaringan tidak memadai maka akan putus atau keluar dari ruang meet dan borosnya paket internet jika memakai Zoom Meet. Dari data responden sebanyak 70% merasa bahwa penggunaan zoom meet itu efektif.
Media chat yang paling sering digunakan sekarang adalah Whatsapp. Whatsapp juga membantu dalam proses perkuliahan online karena banyak digunakan untuk grup kelas jika ada pembagian tugas ataupun tanya jawab antara pengajar dan pelajar.
Semua LMS bagus dan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing tinggal kita menyesuaikan dengan kebutuhan kita. Jadi kita memilih apa yang kita butuhkan dan kita akan menggunakan LMS tersebut untuk mempermudah proses pembelajaran.
Jika di ambil dari data yang di dapat kan bahwa dapat
di sumpulkan dari beberapa LMS yang
dijelaskan Moodle
menjadi yang paling lengkap
dalam fitur untuk melakukan proses pembelajaran daring.
BIBLIOGRAFI
Agung, F., & Wibowo, N. (2020). Media Pembelajaran E-Learning Saat
PJJ ( Pendidikan Jarak Jauh ). May, 8�11. Google Scholar
Alfina, O. (2020). Penerapan Lms-Google
Classroom Dalam Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19. Majalah Ilmiah METHODA, 10 (1), 38�46. https://doi.org/10.46880/methoda.v10i1.537.
Google Scholar
Astuti, P., & Febrian, F. (2019).
Blended Learning: Studi Efektivitas Pengembangan Konten E-Learning Di Perguruan Tinggi. Jurnal Tatsqif, 17 (1),
104�119. https://doi.org/10.20414/jtq.v17i1.972. Google Scholar
Daniati, D., Ismanto, B., & Luhsasi, D.
I. (2020). Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa dengan
Penerapan Model Pembelajaran E�Learning
Berbasis Google Classroom pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di
Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 6 (3), 601. https://doi.org/10.33394/jk.v6i3.2642. Google Scholar
Hambatan, M., & Jarak, P. (2020).
Indonesia di Masa Krisis Pandemi Covid-19. Ringkasan Kebijakan, 19 (2), 1�9. Google Scholar
Haqien, D., & Rahman, A. A. (2020).
Pemanfaatan Zoom Meeting untuk Proses Pembelajaran pada Masa Pandemi Covid-19. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 5 (1).
https://doi.org/10.30998/sap.v5i1.6511. Google Scholar
Jalal, M. (2020). Kesiapan Guru Menghadapi
Pembelajaran Jarak Jauh Di Masa Covid-19. SMART KIDS: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
2 (1), 35�40. Google Scholar
Larasati, N. A., & Andayani, S. (2019).
Pengaruh Penggunaan Learning Management
System (LMS) Terhadap Tingkat Kepuasan Mahasiswa Menggunakan Metode DeLone and McLean. Jurnal Teknik Informatika UNIKA Santo Thomas,
4 (1), 13�20. Google Scholar
Meliyani, M., Supriyanto, S., & Rahmattullah,
M. (2019). Pengaruh Pemanfaatan Simari sebagai Implementasi Pembelajaran
Berbasis E-Learning terhadap Hasil
Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 29 (1), 1�8. Google Scholar
Nabilla, R., & Kartika, T. (2020).
WhatsApp Grup Sebagai Media Komunikasi Kuliah Online. Jurnal Interaksi : Jurnal Ilmu Komunikasi, 4 (2), 193�202.
https://doi.org/10.30596/interaksi.v4i2.4595. Google Scholar
Rakhmawati, N. I. S., Mardliyah, S., Fitri,
R., Darni, D., & Laksono, K. (2021). Pengembangan Learning Management System (LMS) di Era Pandemi Covid-19 pada
Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6 (1), 107�118. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i1.991. Google Scholar
Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020).
Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19. Biodik, 6 (2),
109�119. https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759. Google Scholar
Sujiwo, D. A. C., & A�yun, Q. (2020).
Pengaruh Pemanfaatan E-learning Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa. JUSTINDO
(Jurnal Sistem Dan Teknologi
Informasi Indonesia), 5 (2),
53�59. Google Scholar
Vinet, L., & Zhedanov, A. (2011). A �missing� family of classical orthogonal
polynomials. Journal of Physics A:
Mathematical and Theoretical, 44
(8), 1689�1699. https://doi.org/10.1088/1751-8113/44/8/085201. Google Scholar
Washington, A. C., Rosser, P. L., &
Cox, E. P. (1983). Contraceptive
practices of teenage mothers. Journal of the National Medical
Association, 75 (11),
1059�1063. Google Scholar
Wida, S. (2020). Respon Mahasiswa Pada Mata
Kuliah Daring. Child Education Journal, 2 (1), 48�52. https://doi.org/10.33086/cej.v2i1.1506. Google Scholar
Wijaya, R., Lukman, M., & Yadewani, D.
(2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Pemanfaatan E-Learning. Dimensi,
9 (2), 307�322. Google Scholar
Yustika, G. P., Subagyo, A., & Iswati,
S. (2019). Masalah Yang Dihadapi Dunia Pendidikan Dengan Tutorial Online:
Sebuah Short Review. Tadbir :
Jurnal Studi Manajemen Pendidikan, 3 (2), 187. https://doi.org/10.29240/jsmp.v3i2.1178. Google Scholar
Copyright holder: Agung Tri Adi Wicaksono,
Wahyu Andhyka Kusuma (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |