Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 2
No. 10 Oktober 2021 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
KUAT
TEKAN DAN TARIK BETON MUTU TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN PP FIBRE DAN ABU VULKANIK
GUNUNG SINABUNG
Abdul Khalik Nasution, Johannes Tarigan, Ahmad
Perwira Mulia
Universitas Sumatera Utara (USU) Indonesia
Email: [email protected],
[email protected],
[email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 September 2021 Direvisi 05 Oktober 2021 Disetujui 15 Oktober 2021 |
Salah satu
bahan konstruksi yang banyak digunakan adalah beton. Teknologi campuran bahan pada beton terus berkembang, salah satunya perkembangan Beton Mutu Tinggi (High
Strength Concrete/HSC). Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan
campuran beton mutu tinggi dengan
memanfaatkan abu vulkanik gunung Sinabung sebagai salah satu bahan campuran. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental yang dilakukan di
laboratorium. Campuran beton pada penelitian ini menggunakan komposisi campuran bahan dari semen, silica
fume, pasir silika, pasir, abu vulkanik
gunung Sinabung, super plasticizer, air dan
PP fiber (Polypropylene Fibres) dengan faktor air semen (w/c)
= 0,2 dan w/b = 0,2. Variasi campuran dibuat sebanyak 4 macam dengan menggunakan PP fibre, abu vulkanik gunung sinabung dan tanpa menggunakan campuran PP Fibre dan Abu Vulkanik
Sinabung. Berdasarkan hasil
eksperimen yang dilakukan
didapatkan hasil pengujian kuat tekan pada umur 28 hari sebesar 56,9 MPa, 60,72
MPa, 69,21 MPa dan 81,1 MPa. Dari keempat campuran didapatkan hasil bahwasanya campuran D yang merupakan campuran paling baik yang terdiri dari: semen, silica
fume, pasir silika, pasir, abu vulkanik
gunung Sinabung, super plasticizer, air dan
PP fiber (Polypropylene Fibres), sehingga bisa digunakan pada konstruksi yang membutuhkan beton mutu tinggi. Serta penggunaan abu vulkanik gunung Sinabung dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat erupsi gunung Sinabung. ABSTRACT������������������������� One of the most widely
used construction materials is concrete. Mixture technology in concrete
continues to develop, one of which is the development of High Strength
Concrete (HSC). The purpose of this study was to obtain a high-strength
concrete mixture by utilizing the volcanic ash of Mount Sinabung as one of
the mixed ingredients. The research method used is experimental in the
laboratory. The concrete mixture in this study used a mixture of cement, silica
fume, silica sand, sand, Mount Sinabung volcanic ash, super plasticizer,
water and PP fiber (Polypropylene Fibers) with a cement water factor (w/c) =
0.2 and w/w = 0.2. Four kinds of mixed variations were made using PP fibre, Mount Sinabung volcanic ash and without using a
mixture of PP Fiber and Sinabung Volcanic Ash. Based on the experimental
results, the results of the compressive strength test at the age of 28 (twenty eight) days were 56.9 MPa, 60.72 MPa, 69.21 MPa and
81.1 MPa. From the four mixtures, it was found that mixture D was the best
mixture consisting of: cement, silica fume, silica sand, sand, Mount Sinabung
volcanic ash, super plasticizer, water and PP fiber (Polypropylene Fibers),
so it can be used in construction that requires high-strength concrete. And
the use of volcanic ash from Mount Sinabung can reduce environmental
pollution due to the eruption of Mount Sinabung. |
Kata Kunci: high strength concrete; abu sinabung, polypropylene fibres Keywords: high
strength concrete; sinabung volcanic ash, polypropylene
fibres |
Pendahuluan
Dalam bidang konstruksi, beton merupakan salah satu material yang banyak� digunakan.
Beton adalah bahan yang didapat dengan mencampurkan semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan
tambahan yang membentuk
masa padat. Beton sebagai material digunakan secara luas dibidang
konstruksi seperti bendungan, drainase perkotaan, gorong-gorong, jalan raya, bahkan
hampir seluruh struktur konstruksi akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi (Mulyono, 2004).
Teknologi campuran bahan pada beton terus berkembang, yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi
adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya, bahan tambah (additive) beton terbuat dari bahan-bahan
yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability)
dan mempunyai keawetan (durability)
serta kekuatan (strength)
yang sangat diperlukan dalam suatu konstruksi.
Dari sifat yang dimiliki beton itulah menjadikan
beton sebagai bahan alternatif untuk diteliti. Pada perkembangan konstruksi beton modern, beton dituntut menjadi material konstruksi yang bermutu tinggi, di Australia, beton berkekuatan 200 MPa merupakan hal biasa, bahkan
di China, dengan menggunakan
agregat sintetik, telah ada beton
hingga 300 MPa, sedangkan
di Indonesia, beton dengan kekuatan di atas 50 MPa sudah digolongkan beton mutu tinggi.
Perkembangan beton mutu tinggi
(high strength concrete) dimulai dengan ditemukannya superplasticizer
(admixture untuk mengurangi
air) pada tahun 1960an� yang terbuat
dari garam-garam naphthalene sulfonate diproduksi di Jepang dan melamine
sulfonate diproduksi di Jerman,
aplikasi pertama di Jepang digunakan untuk girder jembatan dan balok pracetak serta di Jerman untuk campuran beton bawah air. Pada tahun 1970, high
strength concrete adalah beton
yang memiliki kuat tekan 40 MPa atau lebih, menurut (Badan Standarisasi Nasional, 2000),
beton yang memiliki kuat tekan 41,4 MPa atau lebih, sedangkan
sesuai (ACI Committee 363, 2010), beton yang memiliki
kuat tekan 55 MPa atau lebih.
Perkembangan beton mutu tinggi/ultra high performance concrete (UHPC) diawali
pada tahun 1970an dengan studi pada pasta semen high
strength dengan komposisi
campuran menggunakan kadar air rendah yaitu Faktor Air Semen (w/c) dari 0,20 s/d 0,3 dengan hasil kuat tekan
200 MPa, dengan pengembangan
HRWR (High Range Water Reducer)/superplasticizer
dan silica fume pada tahun 1980an. UHPC terus diteliti, sebagai contoh tentang penggunaan material UHPC
(Hardjasaputra, 2009),
perbandingan penggunaan nanosilika komersil dan nanosilika alam (Jonbi & Tjahjani, 2013),
penggunaan dosis super
plasticizer (Chu & Kwan, 2019)
dan perbandingan campuran
material dengan beberapa variasi dan metode campuran (Medonca et al., 2019).
Penggunaan UHPC
secara komersil dimulai pada tahun 1990an di Eropa dan selanjutnya berkembang diseluruh dunia.
Di Canada, pertama kali penggunaan UHPC untuk konstruksi jembatan pada tahun 1997, di
Amerika Serikat untuk infrastruktur jalan raya tahun 2001 dan bekerjasama dengan departemen transportasi tahun 2002, Perancis merekomendasikan UHPC tahun 2002
dan di Jerman mulai tahun 2005, selanjutnya beberapa negara menggunakan UHPC untuk konstruksi jembatan, seperti Australia, Austria, Kroasia,
Italia, Jepang, Malaysia, Belanda, Selandia Baru, Slovenia, Korea
Selatan dan Swiss (Russell et al., 2013).
Gunung
Sinabung adalah dua gunung berapi aktif
di Sumatera Utara dengan ketinggian
2.451 m. Gunung ini tidak pernah tercatat
meletus sejak tahun 1600, tetapi mendadak aktif kembali dengan meletus pada tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi
sejak 19 Februari 2018 dan berlangsung hingga kini. (Sumber: Dr. Surono, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG) Badan Geologi). Ciri-ciri fisik abu Sinabung ialah berwarna abu-abu merah, tidak berbau, berukuran
kecil 100 mesh (Sitohang & Sinuhaji, 2018).
Erupsi yang terjadi pada gunung Sinabung menyebabkan terjadinya limbah abu vulkanik yang sangat banyak dan limbah abu vulkanik belum
terlalu dimanfaatkan. Hal ini menimbulkan semakin menumpuknya limbah abu vulkanik
yang secara umum dapat merusak kesehatan.
Inilah yang menjadi dasar untuk memanfaaatkan
limbah abu vulkanik tersebut sebagai salah satu material pembentuk beton pada penelitian ini. Penambahan abu vulkanik Gunung Sinabung dimaksudkan untuk menambah kekuatan beton. Abu vulkanik adalah hasil dari
letusan gunung merapi yang sebagian besar kandungannya adalah SiO2 (54,56%) dan Al2O3
(18,37%) yang merupakan unsur
utama semen. Penambahan abu vulkanik diharapkan
mampu meningkatkan kekuatan beton (Simangunsong, 2016).
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatakan
kuat tekan dan kuat tarik beton
mutu tinggi dengan memanfaatkan limbah abu vulkanik
gunung Sinabung. Diharapkan
hasil penelitian ini dapat menjadi
referensi kepada para pelaku di dunia konstruksi untuk memanfaatkan abu vulkanik gunung
Sibanung dalam campuran beton sehingga mendapatkan beton mutu tinggi.
Inovasi campuran beton telah banyak dilalukan
untuk mendapatkan mutu tinggi. Penelitian
terkait bahan yang digunakan, faktor air semen dan
parameter lainnya dalam pembentukan beton (Hardjasaputra, 2009).
memaparkan salah satu aspek teknis beton-UHPC adalah penggunaan materialnya. (Wu et al., 2010)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan HSC untuk konstruksi, terutama untuk bangunan bertingkat, telah menjadi sangat umum di
negara-negara industri dan berkembang.
Mengingat popularitasnya sebagai bahan konstruksi,
sifat beton mutu tinggi (HSC) dibahas dalam
makalah ini. Kesimpulan
pada penelitian ini adalah perlu dicatat
bahwa bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat beton seperti
fly ash, slag dan silica fume sebagian besar merupakan produk sampingan industri yang sebaliknya terbuang di tempat pembuangan sampah. Ini harus dipertimbangkan
terhadap pengakuan HSC sebagai bahan ramah lingkungan.
(Jonbi & Tjahjani, 2013)
melakukan studi komparasi pengaruh nanosilika alam dan nanosilika komersil pada pembuatan beton. Nanosilika komersil (NSHD) yang digunakan umumnya menggunakan bahan limbah industri semikonduktor. Adanya nanosilika alam (NS) yang merupakan hasil proses pembuatan nanosilika yang berasal dari pasir
silika Bangka. Studi komparasi pengaruh nanosilika alam dan nanosilika komersil yang digunakan tanpa silika fume dan dikombinasikan dengan silika fume untuk high
performance concrete (HPC) dengan kuat tekan 100MPa.
Pengaruh nanosilika difokuskan pada panas hidrasi melalui
pengujian thermal analysis pada pasta semen dan kuat tekan pada beton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa NSHD lebih reaktif dibandingkan
dengan NS. Sedangkan pengujian kuat tekan dihasilkan untuk HPC referensi 87,7 MPa dari target 100 MPa. Penggunaan nanosilika alam tanpa silika fume menghasilkan kuat tekan beton 93,8 MPa, jika dikombinasikan dengan silika fume menghasilkan kuat tekan 137 MPa, dengan demikian penggunaan NS lebih efektif jika
digunakan bersama silika fume. Penggunaan NSHD tanpa silika fume menghasilkan kuat tekan beton 126,1 MPa, jika dikombinasikan dengan silika fume menghasilkan kuat tekan 137,3 MPa. Penggunaan nanosilika pada beton mutu tinggi juga diteliti oleh (Yu et al., 2014).
Selain material, waktor air
semen juga mempengaruhi mutu
beton yang dihasilkan seperti penelitian yang dilakukan oleh (A�tcin, 2016).
Dalam jurnalnya ia menyatakan bahwa
konsep rasio air-semen (w/c)
dan air-pengikat (w/b) adalah
dasar dari teknologi beton. Nilai numerik dari rasio
w/c dan w/b berhubungan langsung
dengan jarak pemisahan partikel semen dalam pasta semen saat proses hidrasi dimulai. Rasio ini secara
langsung mempengaruhi porositas, densitas, dan sifat mekanik beton.
Semakin rendah rasio ini, semakin
kuat, tahan lama, dan semakin berkelanjutan betonnya. Oleh karena itu, superplasticizer, yang memungkinkan
produksi beton dengan kadar air lebih rendah tanpa
mengurangi kemampuan kerja, telah membuka
pintu untuk perbaikan radikal dalam kinerja beton.
Dalam beton seperti itu, tidak
ada cukup air untuk hidrasi lengkap,
sehingga kuat tekan terus meningkat
seiring dengan penurunan rasio w/c atau w/b.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan eksperimen di Laboratorium Struktur dan Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Penelitian diawali dengan studi pustaka dan dilanjutkan dengan penyiapan material penelitian hingga penelitian selesai untuk ditarik kesimpulan. Adapun tahapan penelitian secara rinci adalah persiapan alat dan bahan penelitian, perencanaan komposisi campuran, pembuatan campuran beton (mixing), pemeriksaan slump, pencetakan, perawatan, pemeriksaan berat volume benda uji, pengujian kuat tekan, kuat tarik dan modulus elastisitas, menganalisa data hasil pengujian yang telah dilakukan, membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian.
Bahan�bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Semen Portland Tipe 1
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain (Badan Standardisasi Nasional, 2004).
2. Silica Fume
Silica fume merupakan hasil sampingan dari produk logam silikon atau alloy ferosilikon. Silica fume merupakan serbuk halus yang terdiri dari amarphous microsphere dengan diameter berkisar antara 0,1-1,0 micron meter, berperan penting terhadap pengaruh sifat kimia dan mekanik beton. Ditinjau dari sifat mekanik, secara geometrikal silica fume mengisi rongga-rongga di antara bahan semen (grain of cement), dan mengakibatkan pore size distribution (diameter pori) mengecil serta total volume pori juga berkurang (Subakti, 1995). Silica Fume yang digunakan adalah produk SIKA yaitu SikaFume (Densified Silica Fume).
3. Pasir
Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% karena lumpur yang ada akan menghalangi ikatan antara pasir dan pasta semen. Pasir yang digunakan adalah pasir bersih yang didapatkan dari Toko CV. Karunia Makmur Persada, yang berlokasi di Kota Medan.
4. Pasir Silika
Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxsida) yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis kristal. Silika mineral adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang/galian yang berupa mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan fledsfar yang mengandung kristal-kristal silika (SiO2). Selain terbentuk secara alami, silika dengan struktur kristal tridimit dapat diperoleh dengan cara memanaskan pasir kuarsa pada suhu 870�C dan bila pemanasan dilakukan pada suhu 1470�C dapat diperoleh silika dengan struktur kristobalit (Cotton, F. A. & Wilkinson, 1989). Silika juga dapat dibentuk dengan mereaksikan silikon dengan oksigen atau udara pada suhu tinggi (Iler, 1979). Pasir silica yang digunakan adalah dengan spesifikasi Silica Flour ukuran mesh 325.
5. Abu Vulkanik Sinabung
Abu Vulkanik Gunung Sinabung diambil dari hasil erupsi Gunung Sinabung di Desa Mardinding, Kecamatan Tiganderket, Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
6. Air, Super Plasticizer
Super Plasticizer adalah admixture (bahan tambah) didefinisikan sebagai material selain air, agregat, semen dan fiber yang digunakan dalam campuran beton atau mortar, yang ditambahkan dalam adukan segera sebelum atau selama pengadukan dilakukan (ACI Committee 363, 2010). Super Plasticizer yang digunakan adalah produk SIKA.
7. PP fibre
PP Fibre (Polypropylene Fibres untuk Beton) adalah bahan fiber mikro monofilament polypropylene kualitas tinggi. Didesain untuk meminimalisasi dan mengontrol penyusutan retak plastik pada beton. PP Fibre yang digunakan adalah produk SIKA yaitu SikaFibre (Polypropylene Fibres for Concrete) dengan diameter 18 micron dan panjang 12 mm.
8. Air
Komposisi campuran yang digunakan untuk membuat beton mutu
tinggi pada penelitian ini disajikan pada tabel 1.
Tabel 1
Komposisi Campuran
Material |
|
Campuran |
||||
� |
|
A |
B |
C |
D |
|
Semen |
|
38.70% |
38.70% |
38.62% |
38.62% |
|
Silica Fume |
|
8.28% |
8.28% |
8.26% |
8.26% |
|
Water |
|
7.60% |
7.60% |
7.58% |
7.58% |
|
Pasir
Silika |
|
8.28% |
8.28% |
8.26% |
8.26% |
|
Sand |
|
35.42% |
31.88% |
35.35% |
31.82% |
|
Abu Vulkanik Sinabung |
- |
3.54% |
- |
3.54% |
||
Super Plasticizer |
����������� 1.73%�� |
1.73% |
1.72% |
1.72% |
||
PP Fibre |
|
����������� -�� |
- |
0.19% |
0.19% |
|
w/c |
0.2 |
0.2 |
0.2 |
�0.2 |
||
w/b |
|
����� 0.2 |
����� 0.2 |
����� 0.2 |
0.2���� |
|
Masing-masing komposisi
campuran akan dibuat benda uji sebanyak 3 untuk setiap pengujian. Benda uji yang dibuat merupakan benda uji silinder ukuran diameter 10 cm dan panjang
20 cm untuk pengujian kuat tekan dan benda uji silinder ukuran diameter 15 cm dan panjang
30 cm untuk pengujian kuat tarik.
1.
Kuat Tekan
Analisis pengujian
kuat tekan beton dilakukan pada beton umur 1 hari,
7 hari dan 28 hari dengan benda uji berbentuk silinder diameter 100
mm dan tinggi 200 mm, berdasarkan
Metode Pengujian Kuat Tekan Beton
(Badan
Standarisasi Nasional, 2011).
Hasil pengujian
kuat tekan beton disajikan pada tabel 2 dan grafik kuat tekan beton
pada masing-masing benda uji disajikan
pada gambar 1.
Tabel 2
Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
No |
Umur |
Sampel |
Berat |
Kuat Tekan |
Kuat Tekan |
Beton |
Sampel |
Aktual |
Rata-rata |
||
(hari) |
(g) |
(MPa) |
(MPa) |
||
1 |
28 |
A.1 |
3598 |
57.32 |
|
2 |
A.2 |
3716 |
56.05 |
56.9 |
|
3 |
A.3 |
3727 |
57.32 |
|
|
4 |
28 |
B.1 |
3650 |
61.15 |
|
5 |
B.2 |
3603 |
59.87 |
60.72 |
|
6 |
B.3 |
3751 |
61.15 |
||
7 |
28 |
C.1 |
3744 |
68.49 |
|
8 |
C.2 |
3780 |
70.13 |
69.21 |
|
9 |
C.3 |
3721 |
69.02 |
||
10 |
28 |
D.1 |
3646 |
84.08 |
|
11 |
D.2 |
3626 |
80.25 |
81.1 |
|
12 |
D.3 |
3611 |
78.98 |
|
Gambar 1
Grafik kuat tekan beton umur
28 hari
2.
Kuat Tarik Beton
Analisis kuat tarik dilakukan pada beton dengan umur
28 hari, pengujian dilakukan pada benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi
30 cm, berdasarkan Metode
Uji Kekuatan Tarik Belah Spesimen Beton Silinder (Badan
Standarisasi Nasional, 2014).
Hasil pengujian
kuat tarik beton disajikan pada tabel 3 dan disajikan dalam grafik pada gambar 2.
Tabel 3
Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
No |
Umur |
Sampel |
Berat |
Kuat Tarik |
Kuat Tarik |
Beton |
Sampel |
Aktual |
Rata-rata |
||
|
(hari) |
|
(g) |
(MPa) |
(MPa) |
1 |
28 |
A.1 |
12419 |
2.69 |
|
2 |
A.2 |
12222 |
2.97 |
2.83 |
|
3 |
A.3 |
12070 |
2.83 |
|
|
4 |
28 |
B.1 |
12112 |
4.1 |
|
5 |
B.2 |
12244 |
3.54 |
3.58 |
|
6 |
B.3 |
12241 |
3.11 |
|
|
7 |
28 |
C.1 |
12149 |
4.39 |
|
8 |
C.2 |
12282 |
4.95 |
4.76 |
|
9 |
C.3 |
12216 |
4.95 |
|
|
10 |
28 |
D.1 |
12207 |
5.1 |
|
11 |
D.2 |
12387 |
4.95 |
5.05 |
|
12 |
D.3 |
12233 |
5.1 |
|
Gambar 1
Grafik kuat tarik beton umur
28 hari
3.
Perbandingan Hasil Pengujian High Strength Concrete
Untuk mengetahui
kualitas beton High
Strength Concrete yang telah diteliti,
maka perlu dilakukan perbandingan terhadap beton High Strength
Concrete yang telah diteliti
sebelumnya. Setelah dilakukan
pengujian dan penelitian, didapatkan hasil kuat tekan optimal dengan penambahan fly ash Paiton
pada umur beton 28 hari, yaitu sebesar
43,03 MPa atau mengalami kenaikan sebesar 43,38% dari beton normal (Setyawan,
2014).
Peningkatan kekuatan
beton adalah salah satu faktor yang utama yang diharapkan dalam teknologi beton. Pengujian beton umur 28 hari
dengan hasil pengujian kuat tekan 57,63 MPa, 47,18 MPa, 54,68 MPa dan 49,21 MPa (Korua et al., 2019).
Kuat tekan tertinggi yang diperoleh pada umur 28 hari sebesar
57.44 MPa dengan campuran faktor air semen 0.28, ukuran butir maksimum agregat kasar 15 mm dan persentase limbah las karbit 10%.
Menurut (Rommel
& Rusdianto, 2012), pemakaian fly-ash
pada beton sebagai bahan pengganti sebagian semen (cementitious)
akan menghasilkan kualitas beton yang kurang baik jika
diberikan pada kadar yang relatif banyak (atau lebih dari
7,5% FA).
Rahmat Akurizki
dalam penelitiannya, telah melakukan pengujian dengan hasil kuat tekan
beton menunjukkan peningkatan kuat tekan beton terbesar
bisa mencapai 11,8% pada pada penambahan abu sekam padi,
dengan perkiraan pada penelitian ini, maka dari kuat
tekan 59,6 MPa menjadi
67,14 MPa.
Selanjutnya (Tatiana,
2016), pada pengujian kuat
tekan tertinggi terdapat pada komposisi beton dengan campuran
serbuk batu gamping pada usia beton 28 hari
yang mencapai 52,87 MPa.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan 4 (empat) perbandingan campuran (A, B, C dan D), dimana,
Campuran A terdiri dari: Semen, Silica Fume, Pasir Silika, Pasir, Super Plasticizer
dan Air, Campuran B terdiri
dari: Semen, Silica Fume, Pasir
Silika, Pasir, Abu Vulkanik Sinabung, Super Plasticizer dan Air, Campuran C terdiri dari: Semen, Silica Fume, Pasir Silika, Pasir, Super Plasticizer,
Air dan PP Fiber (Polypropylene Fibres) dan Campuran D terdiri dari: Semen, Silica Fume, Pasir Silika, Pasir, Abu Vulkanik Sinabung, Super Plasticizer, Air dan PP Fiber
(Polypropylene Fibres). Dari keempat
campuran di atas didapatkan hasil bahwasanya campuran D yang merupakan campuran paling baik.
Nilai
kuat tekan maksimum Beton Mutu Tinggi (High
Strength Concrete) dari hasil
penelitian ini adalah 81 MPa, sehingga� bisa
digunakan pada konstruksi
yang membutuhkan beton mutu tinggi.
Penggunaan Abu Vulkanik Sinabung dapat
mengurangi pencemaran lingkungan akibat erupsi Gunung Sinabung.
ACI Committee 363. (2010). Report
High-Strenght Concrete. American Concrete Institute 363R. Google Scholar
A�tcin, P.-C. (2016). The importance of the water�cement and water�binder ratios. In Science
and Technology of Concrete Admixtures (pp. 3�13). Elsevier. Google Scholar
Chu, S. H., & Kwan, A. K. H. (2019). Mixture design of self-levelling ultra-high
performance FRC. Construction and Building Materials, 228,
116761. Google Scholar
Cotton, F. A. & Wilkinson, G. (1989). Kimia Anorganik Dasar. Universitas
Indonesia (UI Press). Jakarta. Google Scholar
Hardjasaputra, H. (2009). Aspek-aspek
Teknik Beton�Ultra High Performance
Concrete (UHPC). Konferensi
Nasional Teknik Sipil, 3,
197�202. Google Scholar
Jonbi, A., & Tjahjani, A. R. I. (2013).
Studi Komparasi Pengaruh Nanosilika Alam Dan Nanosilika Komersil Terhadap Beton
(228m). Vol, 7, 24�26. Google Scholar
Korua, A. M., Dapas, S. O., & Handono,
B. D. (2019). Kinerja High Strength Self
Compacting Concrete Dengan Penambahan Admixture
�Beton Mix� Terhadap Kuat Tarik Belah. Jurnal Sipil Statik, 7 (10).
Google Scholar
Medonca, F., Hu, J., & Morcous, G.
(2019). Fresh and Hardened Behavior of
UHPC Prepared with Different Mix Design Parameters. International
Interactive Symposium on Ultra-High Performance Concrete, 2 (1). Google Scholar
Mulyono, T. (2004). Teknologi Beton (edisi
kedua). Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta. Google Scholar
Nasional, Badan Standardisasi. (2004). Semen
portland. SNI 15-2049-2004, Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta. Google Scholar
Nasional, Badan Standarisasi. (2000). Tata Cara Perencanaan Campuran Tinggi dengan
Semen Portland Dengan Abuterbang (SNI 03-6468-2000). Jakarta. Google Scholar
Nasional, Badan Standarisasi. (2011). Cara
Uji Kuat Tekan Beton Dengan Benda Uji Silinder SNI 03-1974-2011. Bandung: BSN. Google Scholar
Nasional, Badan Standarisasi. (2014). Metode Pengujian Kuat Tarik Belah Beton (SNI
03-2491-2014). BSN, Jakarta. Google Scholar
Rommel, E., & Rusdianto, Y. (2012).
Pemakaian Fly-Ash Sebagai Cementitious Pada Beton Mutu Tinggi
Dengan Steam Curing (The Use Of Fly-Ash
As Cementitious On High-Strength Concrete With Steam Curing). Media Teknik Sipil, 10 (2). Google Scholar
Russell, H. G., Graybeal, B. A., &
Russell, H. G. (2013). Ultra-high performance concrete: A state-of-the-art
report for the bridge community. United
States. Federal Highway Administration.
Office of Infrastructure. Google Scholar
Setyawan, A. (2014). Analisis Kuat Tekan Dan Tarik Beton Mutu
Tinggi Dengan Bahan Tambah Fly Ash Paiton, Tanjung Jati Dan Serbuk Arang
Briket Batubara Serta Dust Sebagai Pengganti Agregat Halus. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Simangunsong, G. (2016). Pengaruh Variasi Campuran Abu Vulkanik
Gunung Sinabung Dan Serat Aluminium Terhadap Kekuatan Beton. Unimed. Google Scholar
Sitohang, O., & Sinuhaji, S. (2018).
Penggunaan Abu Vulkanik Sinabung Terhadap Stabilitas Campuran Aspal Beton (Hot Mix). Jurnal Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil, 1 (2), 78�94. Google Scholar
Subakti, A. (1995). Teknologi beton dalam
praktek. Surabaya: ITS. Google Scholar
Tatiana, G. M. (2016). Substitusi Kadar Semen Menggunakan Serbuk
Batu Gamping Pada Beton High Strength Concrete (Hsc). Universitas
Pendidikan Indonesia. Google Scholar
Wu, D., Sofi, M., & Mendis, P. (2010). High
strength concrete for sustainable construction. Google Scholar
Yu, R., Spiesz, P., & Brouwers, H. J.
H. (2014). Effect of nano-silica on the
hydration and microstructure development of Ultra-High Performance Concrete
(UHPC) with a low binder amount. Construction and Building Materials,
65, 140�150. Google Scholar
Copyright holder: Abdul Khalik
Nasution, Johannes Tarigan,
Ahmad Perwira Mulia (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |