Jurnal Syntax Admiration

Vol. 2 No. 10 Oktober 2021

p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356

Sosial Teknik

 

TARI SUMAJO TUSANG PADA PESTA PERNIKAHAN DI DESA SALU RANTE KECEMATAN RONGKONG KABUPATEN LUWU UTARA

 

Lisdawati, Abdul Rahman Sakka

Universitas Negeri Makassar (UNM) Sulawesi Selatan, Indonesia

Email: [email protected], abdul [email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima

25 September 2021

Direvisi

05 Oktober 2021

Disetujui

15 Oktober 2021

Tari Sumajo Tusang pada pesta pernikahan di Desa Salu Rante Kecematan Rongkong Kabupaten Luwu Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk penyajian Tarian Sumajo Tusang pada pesta pernikahan di Desa Salu Rante, dengan mengungkapkan bagaimana bentuk penyajian dan urutan cara melakukan Tarian Sumajo Tusang. Tarian Sumajo Tusang adalah warisan dari nenek moyang zaman dahulu yang tidak ditemukan penemunya pada saat itu, sehingga sampai sekarang masih digunakan pada masyarakat Desa Salu Rante. Dalam penyajian tarian ini berjumlah 6 orang penarai wanita, yang membentuk gerak seperti peyembahan, pejemputan dan membebaskan selendang yang di pakai penari. Tarian ini dipentaskan di tempat yang terbuka dan digedung. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data pada peneliti yaitu wawancara, dokumentasi dan observasi. Setelah data terkumpul data dianalisis secara benar dan di sesuaikan dengan kebutuhan dan kaitannya pada masalah yang akan dibahas. Ada pun jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder dengan instrumen yaitu peneliti sendiri. Hasil penelitian ini berdasarkan data yang dikumpulkan yaitu menunjukkan bahwa tarian sumajo tusang merupakan tarian yang dikembangkan oleh masyarakat salu rante. Dalam bentuk penyajian tarian ini menyimbolkan bahwa tarian ini merupakan kesimpulan dalam kegembiraan pada pesta pernikahan dan menggambarkan kehidupan yang di lalui pada zaman dahulu.

����������� ���������������� �����

ABSTRACT�������������������������

Sumajo Tusang Dance at a wedding in Salu Rante Village, Rongkong District, North Luwu Regency. The purpose of this study was to determine the form of presentation of the Sumajo Tusang Dance at a wedding in Salu Rante Village, by revealing how the form of presentation and the order in which the Sumajo Tusang Dance was performed. The Sumajo Tusang dance is a legacy from ancient ancestors whose inventors were not found at that time, so that until now it is still used by the people of Salu Rante Village. In the presentation of this dance, there are 6 female dancers, who form movements such as worship, picking up and freeing the scarf worn by the dancer. This dance is performed in an open area and in a building. The type of research conducted is qualitative research. By using data collection techniques on researchers, namely interviews, documentation and observation. After the data is collected, the data is analyzed correctly and adjusted to the needs and its relation to the problems to be discussed. There is also the type of data in this study is primary data and secondary data with the instrument that is the researcher himself. The results of this study based on the data collected, which shows that the Sumajo Tusang dance is a dance developed by the Salu Rante community. In the form of presentation, this dance symbolizes that this dance is a conclusion in the joy of a wedding and describes the life that was passed in ancient times.

Kata Kunci: tari sumajo tusang; penyajian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords: sumajo tusang dance; presentation



Pendahuluan

Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak memiliki kebudayaan yang sangat menarik dan unik. Di era modernisasi, banyak tidaknya penduduk yang mempercayai budaya asing sehingga mereka melupakan kebudayaan yang dimiliki. Budaya merupakan sesuatu yang harus dikembangkan dan dipertahankan dalam kehidupan masyarakat serta diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Budaya memiliki unsur yang rumit seperti agama, bahasa, adat istiadat, pakaian, dan bangunan. Budaya tidak pernah terpisah dari kehidupan masyarakat dan diwariskan ke generasi berikutnya. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi menurut Herskovit dalam (Heriwanti dan Winarno, 2014). Dengan kemampuan tersebut manusia mengembangkan kebudayaan sehingga apa yang dihadapinya di dunia dapat diklasifikasikan, dikonseptualisasikan, diverbalisasikan. Ada pun Perangkat-perangkat tersebut memproduksi dan memproduksi ekspresi kebudayaan sebanyak-banyaknya di era globalisasi menjadi suatu keniscayaan (Kuswarsantyo, 2013). Tanpa disadari banyak masyarakat yang meninggalkan nilai-nilai budaya, padahal bangsa akan maju dengan budaya yang dimilki.

Berbicara tentang budaya tidak asing lagi bagi masyarakata indonesia karena memiliki beragam budaya yang tersebar di penjuru wilayah. Budaya yang terbentuk dari berbagai unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, perkakas, bangunan dan karya seni. (Sumaryono, 2011) �nilai-nilai budaya yang ada di dalam tari merupakan sebuah identitas yang dapat diamati atau di lihat dirasakan pada elemen-elemen budaya yang terdapat dalam tari tersebut�.

(Indrayuda, 2013) mengatakan bahwa: �Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat, karena dalam kehidupan masyarakat memuat unsur-unsur kebudayaan. Pernyataan bahwa segala sesuatu terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu sendiri�.

Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang mempunyai ciri khusus yang menunjukkan sifat-sifat kedaerahan yang berbeda dari daerah satu ke daerah lainnya. Kesenian merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia yang mengekspresikan melalui tarian yang dibawahkan. Tarian merupakan bagian dari kehidupan manusia yang dapat dijumpai diberbagai daerah yang ada diindonesia. Dalam kebudayaan indonesia berkembang pada tiap daerah dan memiliki peran penting bagi kehidupan manusia, karena bisa membarikan manfaat pada manusia seperti hiburan dan komunikasi antara penonton dan pemain yang melakukan tarian. Perangkat-perangkat tersebut memproduksi dan memproduksi ekspresi kebudayaan sebanyak-banyaknya di era globalisasi menjadi suatu keniscayaan (Kuswarsantyo, 2013).

Kesenian dapat diekspresikan sebagaimana semestinya yang seiring berkembangnya zama sekarang. Salah satu kesenian tradisional yang memiliki bentuk bermacam-macam yang menggabungkan antara musik dan nyanyian. Hal ini bisa dilihat dari desa salu rante yang mana memiliki kesenian seperti tarian yang dimainkan oleh masyarakat yang ada disana. Menurut (Jazuli, 2011) perubahan sikap ini dalam seni tari disebut gerak merupakan hasil dari proses pengolahan dari gerak yang telah mengalami stilisasi atau pengolahan.

Salah satu budaya yang ada di Indonesia tepatnya di Sulawesi Selatan, yang dimana Sulawesi Selatan memiliki berbagai etnis yaitu Bugis, Mandar, Toraja dan Makassar. Pada Kabupaten Luwu Utara salah satu bagian dari Sulawesi Selatan yang memiliki budaya. Di Luwu Utara terkenal dengan tarian Sumajo Tusang yang ada di Desa Salu Rante. Sumajo berarti penari dan Tusang berarti daerah, jadi Tari Sumajo Tusang merupakan penari yang menari di daerah yang terbuka atau biasa juga menari di dalam gedung. Tarian ini merupakan tarian tradisional yang perlu dikembangkan oleh masyarakat Salu Rante. Pada penari Sumajo Tusang mereka menggunakan pakaian adat, selendang, anting-anting, kalung, ikat kepala, ikat pinggang dan bunga yang akan ditaburkan pada mempelai pria atau pada tamu yang datang di Desa Salu Rante. Keberadaan kesenian tradisional seringkali disikapi sebagai ekspresi dan identitas kultural sekaligus berbasis kearifan dan keunikan lokal suatu masyarakat (Irianto, 2015).

Tarian tradisional merupakan suatu hasil dari ekspresi manusia yang akan keindahan dengan latar belakang atau sistem budaya masyarakat pada pemilik kesenian tersebut. Pada taraian terdapat pesan dari masyarakat yaitu, gagasan, pengetahuan, nilai, kepercayaan dan norma. Pada setiap tarian tradisional tidak mementingkan teknik atau kemampuan pada penari serta ekspresi wajah yang ditunjukkan pada saat menari. Menurut (Asmiana, 2012) �tari adalah salah satu bagian dari kesenian, arti dari seni tari adalah keindahan gerak anggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa yang harmonis�.

Pada zaman dahulu tarian sumajo tusang sudah di pakai pada nenek moyang dulu yang mana pada tarian ini dikembangkan oleh nenek moyang. Maka dari itu berkembanglah taraian ini dikalangan masyarakat yang ada di salu rante hingga sekarang. Tarian ini memliki arti yaitu pada sumajo artinya penari dan tusang artinya daerah. Jadi pada tarian sumajo tusang adalah warisan dari nenek moyang zaman dahulu yang tidak ditemukan penemunya pada saat itu, sehingga sampai sekarang masih digunakan pada masyarakat Desa Salu Rante. Setelah terkenalnya tarian sumajo tusang pada kalangan masyarakat salu rante dan pada saat itu para anak mudah mulai mempelajari tarian sumajo tusang tersebut (Mustafa, 2020).

Tarian ini biasanya digunakan pada saat pernikahan atau datangnya tamu dari luar untuk peyambutan. Para penari yang menyambut pengantin pria dengan cara penari berjalan pelan sambil berjinjit dan melayangkan tangan seperti bidadari yang turun dari kayangan. Serta penari wanita berjalan dan bergerak sesuai alunan musik yang dimainkan oleh pemain gendang. Pada pengantin pria dibawah kepada pengantin wanita untuk melakukan ijab qobul (Handayani, 2019).

Sumajo Tusang ini merupakan tarian yang menggambarkan pada kehidupan zaman dahulu, yang mana tarian ini salah satu bentuk kebahagian yang di dimiliki pada saat memenangkan pertempuran dengan Belanda untuk mempertahankan daerah. Sehingga Tarian Sumajo Tusang sangat penting bagi daerah Salu Rante Kecematan Rongkong kerana adanya tarian ini mereka bisa mengenang perjuangan nenek moyang pada zaman dahulu. Keunikan pada tarian ini yaitu memiliki gaya yang melayu seperti gerakan tangan dan gerakan kaki serta gerakan badan yang mana pada gerakan badan mengikuti alunan musik dan gerakan pada tangan serta kaki. Pada setiap tarian tradisional yang memiliki keunian ragam gerak yang menjadi ciri khas pada tarian tersebut. Dalam melakukan tarian tradisional harus sesuai dengan kaidah yang berlaku pada tarian yang dimainkan pada zaman dahulu.

Pada perjalanan sejarah tarian sumajo tusang ini dapat mendeskripsikan dan mengetahui pembentuk pada tarian sumajo tusang yang dibentuk oleh nenek moyang pada saat itu.

Dalam perkembangan budaya dan adat istiadat yang ada di Desa Salu Rante sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan selalu hidup bersosialisasi, baik dalam daerah maupun luar daerah. Mereka yang disana tidak memandang dari mana pun mereka berasal, dimana mereka akan saling mengenal satu sama lain. Terkhusus pada budaya mereka merupakan leluhur dari nenek moyang zaman dahulu yang perlu mereka jaga dan dikembangkannya oleh masyarakat salu rante.

Di daerah itu tidak hanya tariannya saja yang menarik tetapi juga memiliki karya seni yaitu kain tenun yang ciri khas Rongkong, kenapa dinamakan Rongkon karena kain itu yang dibuat orang Rongkong yang mempunyai warisan dari leluhur. Sehingga kain tenun ini di kembangkan di Desa Salu Rante. Pada kain tenun ini dipakai pada saat upacara adat yang dipakai oleh pendeta dari kepercayaan kuno atau dipakai penarui-penari yang menarikan tarian sakral serta juga dipakai pada saat menutupi jasad orang yang dihormati. Pertunjukkan dalam (Pembinaan,1994) mempunyai arti memperlihatkan tontonan, mempertontonkan (gambar hidup, sandiriwara, tari-tarian).

Setelah dilihat dari tarian sumajo tusang ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai tarian sumajo tusang. Penulis melihat bahwa tarian sumajo tusang ini memiliki ciri khas tersendiri, mulai dari cara penyajian sampai sejarah keberadaanya. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis ingin mengetahui cara penyajian pada tarian sumajo tusang. Dengan demikian penulis ini tertarik meneliti tarian sumajo tusang.

Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan dan menggambarkan tarian sumajo di desa salu rante kabupaten luwu utara.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut (Furchan, 2004) penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Ada pula yang mengatakanPenelitian deksriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambar atau menjelaskan secara sistematis.

Peneliti ini diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Proses pengambilan data meliputi teknik observasi, teknik dokumentasi dan teknik wawancara yang dilakukan secara langsung kemudian dianalisis dan dideskripsikan. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Objek penelitian adalah penyajian tarian sumajo tusang. Dalam metode ini di gunakan untuk mendapatkan data-data yang akurat dan memberikan pemahaman mengenai penyajian pada tarian sumajo tusang. Menurut (Moleong, 2011) �Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Setelah data terkumpul, data dianalisis sesuai kebutuhan dan kaitannya dengan masalah yang dibahas. Menurut (Sugiyono, 2018), dalam penelitian kuaitatif, sering menggabungkan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Lokasi Penelitian

Desa Salu Rante adalah sebuah daerah pegunungan yang memiliki suhu yang sangat dingin ini yang membuatnya sangat indah, maka dari itu pada daerah ini yang memiliki suhu yang dingin masyarakat menyebutnya Tanah Masakke yang berarti sejuk. Di daerah itu memiliki suhu yang dingin dan bagus untuk mmbudidayakan tanaman seperti kopi. Pada tanaman Kopi di Salu Rante sangatlah subur sehingga warga yang ada disana banyak yang menanam kopi.

B.  Tarian Sumajo Tusang

Tarian Sumajo Tusang adalah warisan dari nenek moyang zaman dahulu yang tidak ditemukan penemunya pada saat itu, sehingga sampai sekarang masih digunakan pada masyarakat Desa Salu Rante. Pada tarian ini melambangkan kemenanggan atas patrio-patrio yang melawan penjajah pada zaman penjajahan Belanda yang dibawah pimpinan pemangku adat.

C. Bentuk Penyajian Tarian Sumajo Tusang

Dalam bentuk penyajian tari sumajo tusang meliputi penari perempuan yang berjumlah 1-6 orang dan tarian Sumajo Tusang penari akan bergerak seperi tangan yang diayunkan dan kaki yang berjinjit-jinjit, pada penari sumajo tusang biasanya anak yang berumuran 13-17 tahun yang melakukan tarian ada pula yang dewasa yang menari pada saat acara-acara tertentu sehungga mereka biasanya yang akan menari untuk pembukaan acara. Pada penari menggunakan pakaian adat rongkong (baju sakkala),sarung tenun ( sumbu tannun), selendang, anting-anting (bangkara), kalung (manikara), hias kepala ( lajung-lajung), ikat pinggang (salipi) dan bunga yang akan ditaburkan pada mempelai pria atau pada tamu yang datang di Desa Salu Rante. Sedangkan tata rias dari seni tarian sumajo tusang menggunakan tata rias yang natural, di dalam pertunjukkan ini tata rias yang digunakan tidak boleh terlalu menonjol.

Suatu pertunjukan tari dengan segala unsur-unsur perlengkap atau pendukung yang meliputi lingkup pada penelitian yang membahas aspek komparasi gerak untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan diantara dua variabel atau objek yang diteliti. Komparasi merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui atau menguji perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan antar dua variabel atau lebih. Komparasi gerak dalam tarian sumajo tusang mempunyai 3 gerakan yang sama mulai hitungan awal dengan hitungan akhir, sedangkan terdapat gerakan yang berbeda yang mulai dari hitungan awal sampai hitungan akhir. Perbedaan dan persamaan gerak yang terjadi diantara kedua gerakan tarian yang di pengaruhi oleh lokasi dan pengaruh globalisasi sehingga terjadi perbedaan dan persamaan gerak kedua taraian.

Tarian tradisional merupakan suatu hasil dari ekspresi manusia yang akan keindahan dengan latar belakang atau sistem budaya masyarakat pada pemilik kesenian tersebut. Pada taraian terdapat pesan dari masyarakat yaitu, gagasan, pengetahuan, nilai, kepercayaan dan norma. Menurut (Supriyanto, 2012) �Tari adalah suatu bentuk pernyataan imajinatif yang tertuang melalui kesatuan simbol-simbol gerak, ruang, dan waktu�. Pada setiap tarian tradisional tidak Pertunjukkan budaya yang meliputi pertunjukkan seni, olahraga, ritual, festifal-festifal dan bentuk keramaian. Menurut (Mulyani, 2016) tujuan tari tradisional adalah diharapkan untuk melestraikan kebudayaan leluhur sebagai pelengkap kebutuhan dalam kehidupan sosial, dan bukan semata-mata untk mendapatkan hiburan saja. Berupa, observasi dan dokumentasi. Dengan memfokuskan pada pembahasan tarian sumajo tusang.

Pada penulisan kualitatif ini sebagai penulisan yang bersifat etnografi yaitu suatu deskripsi mengenai kebudayaan suatu bangsa. harga kopi yang dimiliki cukup tinggi untuk perekonomian mereka.

Pada geografis Luwu Utara terdapat 010 53�19�-02�55�36 lintang Selatan dan 119�47�46-120�37�44 Bujur Timur. Ada pula perbatasan pada sebelah utara terdapat sulawesi tengah dan timur terdapat kabupaten luwu timur.

Pada luas luwu utara yang terdapat 7.502,58, km� dan memiliki penduduk sebesar 47.907 dan 4 pemukiman transmigrasi. Salah satu kecematan yang terluas yaitu kecematan Seko yang luasnya 21.109,19 km� dan ada pula kecematan yang kecil yaitu kecematan malangke barat yang terluas 93,75 km�.

Mementingkan teknik atau kemampuan pada penari serta ekspresi wajah yang ditunjukkan pada saat menari. Di dalam seni tari, gerak merupakan unsur utama yang nantinya dikreasikan dengan banyak gerakan yang menjadi satu kesatuan tarian yang utuh dan menciptakan tarian yang indah.

Tarian Sumajo Tusang ini merupakan tarian yang menggambarkan pada kehidupan zaman dahulu, yang mana tarian ini salah satu bentuk kebahagian yang di dimiliki pada saat memenangkan pertempuran dengan Belanda untuk mempertahankan daerah. Pada tarian yangdi tarikan pada 6 orang wanita biasa digunakan pada pesta pernikahan atau penyambutan tamu. Sehingga pada saat itu mereka akan melakukan tarian seperti bidadari yang turun dari kayangan yang dimana mereka akan menyambut tamu di depan pintu bagi tamu yang datang sedangkan pada pesta pernikahan penari akan meyambuta mempelai pria di depan pintu dan mempelai pria akan dibawah bertemu dengan memepelai wanita yang akan melakukan ijab qobul.

Ada pula penampilan tarian sumajo tusang yang di tampilkan pada saat pengantin pria tuba dirumah pengantin wanita. Pada awal kedatangan pengantin pria disambut oleh penari yang ditarikan tarian sumajo tusang, untuk rasa hormat yang diberikan kepada pengantin pria dan keluarga pengantin pria.

Tarian ini merupakan tarian tradisional yang perlu dikembangkan oleh masyarakat Salu Rante. Pada penari Sumajo Tusang mereka menggunakan pakaian adat, selendang, anting-anting, kalung, ikat kepala, ikat pinggang dan bunga yang akan ditaburkan pada mempelai pria atau pada tamu yang datang di Desa Salu Rante.

Keunikan pada tarian ini yaitu memiliki gaya yang melayu seperti gerakan tangan dan gerakan kaki serta gerakan badan yang mana pada gerakan badan mengikuti alunan musik dan gerakan pada tangan serta kaki. Pada setiap tarian tradisional yang memiliki keunian ragam gerak yang menjadi ciri khas pada tarian tersebut. Dalam melakukan tarian tradisional harus sesuai dengan kaidah yang berlaku pada tarian yang dimainkan pada zaman dahulu (Murphy, 2017).

Masyarakat yang ada di Salu Rante merupakan masyarakat yang murah senyum pada sesama masyarakat atau pun orang lain yang datang di desa itu, baisanya mereka akan memeperkenalkan tempat-tempat wisata atau melihatkan indahnya desa Salu Rante. Di sana terdapat binatang yang dipelihara seperti sapi dan ayam. Salu Rante kaya dengan kebun kopi sehingga mereka kebanyak memiliki kebun kopi. Pada kebun kopi setiap kali panen akan menghasilkan banyak kopi yang akan dikirim ke tempat pembuatan kopi kemasan. Di desa salu rante memiliki suku dan bahasa yang unik seperti suku Rongkong serta bahasa yang mereka gunakan sehari-hari yang ada di desa yaitu bahasa rongkong. Biasaya masyarakat yang di desa mereka menggunakan bahasa rongkog pada saat mereka bertemu dengan sesama sukunya.

Pada tarian tradisional tidak terlepas dari pola kehidupan budaya masyarakat pada daerah setempat. Sehingga di dalam setiap daerah yang memiliki tarian tradisionalsendiri. Oleh karena itu, disetiap daerah pasti memiliki tarian yang berbeda di dalam daerah salah satunya yaitu Desa Salu Rante Kecamatan Rongkong Kabupaten Luwu Utara yang mempunyai tarian tradisional.

Ada pula bentuk penyajian tarian Sumajo Tusang yang mana penarai akan gerekan seperi tangan yang diayunkan dan kaki yang berjinjit-jinjit, pada penari sumajo tusang biasanya anak yang berumuran 13-17 tahun yang melakukan tarian ada pula yang dewasa yang menari pada saat acara-acara tertentu sehingga mereka biasanya yang akan menari untuk pembukaan acara.Pada saat mereka menari harus mengikuti alunan musik yang dimainkan supaya tarian yang di bawah bisa menarik dan bagus dipandang oleh masyarakat. Pada seragam yang dipakai yaitu baju adat yang memberikan ciri khasnya sendiri bagi penari.

Dengan demikian bahwa tarian sumajo tusang ini merupakan simbolis dalam upacara pernikahan, karena tarian ini merupakan simbol bagi masyarakat salu rante untuk memeriahkan di dalam pesta pernikahan.

Terkait dengan bentuk penyajian tarian sumajo tusang yang menyelenggarakan dalam pesta pernikahan Desa Salu Rante, karena tarian ini merupakan bentuk kesenian. Ada pun karya seni yang dimiliki seperti kain tenun yang dari Rongkon dan di kembangkan masyarakat, serta terkenal di Desa Salu Rante yang dipertunjukkan dan dipentaskan pada pesta perrnikahan atau pada saat tamu yang datang di Desa Salu Rante.

Kebiasaan yang dilakukan pada masyrakat salu rante merupakan bentuk kegiatan yang dilakukan masyarakat dan mempererat tali persaudaraan mereka. Sehingga pada saat mereka melakukan acara atau kegiatan lainnya mereka akan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang mereka tuju. Seperti pada saat penyambutan tamu yang datang kedesa, mereka akan melakukan latihan menari bagi panari yang akan tampil dan yang lainnya mempersiapkan tempat atau dekorasi untuk penyambutan tamu yang akan datang.

Pada fungsi dari tarian sumajo tusang adalah untuk menghormati para tamu atau menjemput pengantin pria, mereka yang melakukan tarian ini untuk menyampaikan maksud dan tujuan mereka pada saat menampilkan tarian yang mereka bawah.

Dalam melakukan tarian penari biasanya dirias dengan riasan yang sederhana sehingga raisan yang mereka gunakan tidak menonjol pada saat menari dan memakai pakaian adat, yang menunjukkan identitas pada tarian yang dibawahkan oleh penari sehingga para penonton mengetahui asal daerah yang membawahkan tarian tersebut. Pada taraian ini perlu dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat Desa Salu Rante agar tarian ini bisa dikenal oleh daerah lain serta dilestarikan kepada masyarakat.

Keberadaan taraian ini juga telah membentuk rasa bahagia yang dirakan oleh masyarakat yang melakukan ritual pernikahan dan mengingatkan kemenang nenek moyang pada zaman dahulu.

Berdasarkan informasi sangat menyakinkan bahwa pada tarian sumajo tusang merupakan tarian tradisional masyarakat pada suku Rongkong yang diwariskan nenek moyang zaman dahulu yang diketahui dari ceritanya sehingga sampai sekarang cerita tersebut dari mulut kemulut.

Pada fungsi dari tarian sumajo tusang merupakan salah satu hiburan bagi masyarakat salu rante. Pada perkembangan sumajo tusang tidak lagi seperti dulu yang jarang dipakai tetapi sekarang sangat digunakan pada acara-acara yang ada salah satunya pesta pernikahan dan kedatangan tamu pada desa salu rante. Sehingga tarian sumajo tusang sangat perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan pada daerah lain.

 

Kesimpulan��������������������������������������������������������������

Berdasarkan dari hasil penelitian pada Desa Salu Rante yaitu pada Tarian Sumajo Tusang merupakan tarian yang menggambarkan pada kehidupan zaman dahulu, yang mana tarian ini salah satu bentuk kebahagian yang dimiliki pada saat memenangkan pertempuran dengan Belanda untuk mempertahankan daerah. Pada tarian ini merupakan tarian tradision. Pada tarian terdapat pesan dari masyarakat yaitu, gagasan, pengetahuan, nilai, menunjukkan identitas pada tarian yang dibawahkan oleh penari sehingga para penonton mengetahui asal daerah yang membawahkan tarian tersebut. Pada taraian ini perlu dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat Desa Salu Rante agar tarian ini bisa dikenal oleh daerah lain sertadilestarikan kepada masyarakat.

Keberadaan taraian ini juga telah membentuk rasa bahagia yang dirakan oleh masyarakat yang melakukan ritual pernikahan dan mengingatkan kemenang nenek moyang pada zaman dahulu.

Berdasarkan informasi sangat menyakinkan bahwa pada tarian sumajo tusang merupakan tarian tradisional masyarakat pada suku Rongkong yang diwariskan nenek moyang zaman dahulu yang diketahui dari ceritanya sehingga sampai sekarang cerita tersebut dari mulut kemulut.

Pada fungsi dari tarian sumajo tusang merupakan salah satu hiburan bagi masyarakat salu rante. Pada perkembangan sumajo tusang tidak lagi seperti dulu yang jarang dipakai tetapi sekarang sangat digunakan pada acara-acara yang ada salah satunya pesta pernikahan dan kedatangan tamu pada desa salu rante. Sehingga taraian sumajo tusang sangat perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan pada daerah lain.

kepercayaan dan norma. Pada setiap tarian tradisional tidak mementingkan teknik atau kemampuan pada penari serta ekspresi wajah yang ditunjukkan pada saat menari. Sehingga pada tarian yang di bawah oleh penari tidak terlalu mementingkan ekspresi pada wajah, para penari hanya mengespresikan wajahnya senyum. Pada penari semujo tusang berjumlah 6 orang penari yang nantinya mereka akan bergaya seperti bidadari yang turun dari kayangan dan pada saat pengantin pria datang barulah para penari melakukan tarian yang mereka bawah untuk menyambut kedatangannya.

Pada penari menggunakan pakaian adat rongkong (baju sakkala), sarung tenun ( sumbu tannun), selendang, anting-anting (bangkara), kalung (manikara), hias kepala ( lajung-lajung), ikat pinggang (salipi) dan bunga yang akan ditaburkan pada mempelai pria atau pada tamu yang datang di Desa Salu Rante. Sedangkan tata rias dari seni tarian sumajo tusang menggunakan tata rias yang natural, di dalam pertunjukkan ini tata rias yang digunakan tidak boleh terlalu menonjol. Desa Salu Rante tidak hanya tariannya saja yang terkenal tetapi juga memiliki karya seni seperti kain tenun yang ciri khasnya Rongkong. Pada desa salu rante juga mempunyai suku Rongkong dan bahasa yang digunakan sehari-hari yaitu bahasa rongkong.

Bagi masyarakat salu rante tarian sumajo tusang merupakan kewajiban mereka untuk melakukan tarian pada saat upacara pernikahan dan penyambutan tamu yang datang, karena penyambutan tersebut merupakan suatu kehormatan bagi mempepelai pengantin pria yang ada ke pengantin wanita yang akan melakukan hijab qobul.

Sesuai keinginan masyarakat tarian sumajo tusang dapat dipertahankan, maka perlunya campur tangan dari pemerintah daerah untuk membantu mempertahankan dan melestarikan tarian ini. Sehingga pemerintah dapat menyediakan sarana dan prasarana dalam melestarikan tarian sumajo tusang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Asmiana, A. (2012). Tari Pajaga Andi Burane di Kabupaten Bone. FSD. Google Scholar

 

Furchan, A. (2004). Pengantar penelitian dalam pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Google Scholar

 

Handayani, U. (2019). Tari Sumajo Tusang Pada Pesta Pernikahan Di Rongkong Kabupaten Luwu Utara. Universitas Negeri Makassar. Google Scholar

 

Heriwanti dan Winarno. (2014). Struktur Pertunjukan Kesenian Jaranan.

Indrayuda, I. (2013). Tari Sebagai Budaya dan Pengetahuan. Google Scholar

 

Irianto, A. M. (2015). Mengemas Kesenian Tradisional Dalam Bentuk Industri Kreatif: Studi Kasus Kesenian Jathilan. Humanika Vol. 22 No. 2 (2015) ISSN 1412-9418, 22 (2). Google Scholar

 

Jazuli, M. (2011). Sosiologi Seni: Pengantar Dan Model Studi Seni. Sebelas Maret University. Google Scholar

 

Kuswarsantyo. (2013). Seni Tradisional: Bentuk, Fungsi, dan Perkembangannya (1986-2013). Disertasi. Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni, UNY. Google Scholar

 

Moleong, L. (2011). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rosda. Google Scholar

 

Mulyani, N. (2016). Pendidikan Seni Tari Anak Usia Dini. Gava Media. Google Scholar

 

Murphy, K. M. (2017). A quiet harvest: linkage between ritual, seed selection and the historical use of the finger-bladed knife as a traditional plant breeding tool in Ifugao, Philippines. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 13 (1), 1�12. Google Scholar

 

Mustafa, M. S. (2020). Awa Itaba La Awai Assangoatta: Aplikasi Moderasi Beragama Dalam Bingkai Kearifan Lokal To Wotu. Al-Qalam, 26 (2), 307�318. Google Scholar

 

Pembinaan, T. P. K. P. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua: PN Balai Pustaka. Jakarta. Google Scholar

 

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif untuk penelitian yang bersifat: Eksloratif, Enterpresif, Interaktif, dan Konstruktif. Bandung: Alfabeta. Google Scholar

 

Sumaryono. (2011). Antropologi Tari Dalam Perspektif Indonesia. Yogyakarta. Media Kreativa. Google Scholar

 

 

Supriyanto, M. (2012). Tari Klana Alus Sri Suwela Gaya Yogyakarta Perspektif Joged Mataram. Joged: Jurnal Seni Tari, 3 (1), 1�16. Google Scholar

 

Copyright holder:

Lisdawati, Abdul Rahman Sakka (2021)

 

First publication right:

Jurnal Syntax Admiration

 

This article is licensed under: