Vol. 2 No. 11 November 2021 |
|
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PENINGKATAN KEDISIPLINAN MELALUI KONSELING KELOMPOK BEHAVIORISTIK
DENGAN TEKNIK AVERSION THERAPY
Kuswoyo, Nurul Hidayah, Ahmad Muhammad Diponegoro
Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 Oktober
2021 Direvisi 05
November 2021 Disetujui 15 November
2021 |
Penelitian ini dilatar belakangi oleh fenomena menurunnya tingkat kedisiplinan siswa kelas IXF SMPN 1 Semanu semester gasal tahun pelajaran 2019/2020. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui peningkatan kedisiplinan siswa melalui konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion
therapy. Subyek penelitian
siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Semanu dengan
jumlah 8 siswa. Penelitian
dilakukan berdasarkan metode penelitian tindakan kelas (Class Action
Reasearch). �Pelaksanaan penelitian ini menerapkan 2 siklus,
masing-masing siklus terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Instrumen yang digunakan adalah observasi kedisiplinan siswa pra siklus,
siklus I dan siklus II serta observasi keaktifan siswa. Hipotesis penelitian yaitu konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. Data penelitian menyimpulkan keaktifan siswa pada aspek menyimak secara aktif sebesar 93% kategori sangat baik. Aspek mengajukan
pertanyaan sebesar 85% kategori sangat baik. Aspek menjawab pertanyaan sebesar 88% kategori sangat baik. Aspek menghargai orang lain sebesar 85% kategori sangat baik. Aspek mengemukakan
pendapat sebesar 83% kategori sangat baik. Frekuensi siswa meninggalkan kelas jam ke 1-2 sebanyak 1 kali atau 2%. Frekuensi siswa
meninggalkan kelas jam ke 3-4 sebanyak 0%. Frekuensi siswa meninggalkan kelas jam ke 5-6 sebanyak 1 kali atau 2%. Frekuensi siswa
meninggalkan kelas jam ke 7 sebanyak 1 kali atau 2 %. Rata-rata persentase frekuensi siswa membolos pada siklus I sebesar 30% dan pada siklus II sebesar 6% atau terjadi penurunan sebesar 24%. Kedisiplinan siswa pada siklus I 70% kategori sedang dan pada siklus II 94% kategori sangat tinggi, meningkat sebesar 24%. Jadi konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa. ABSTRACT������������������������� This research is
motivated by the phenomenon of the decreasing level of discipline of class
IXF students of SMPN 1 Semanu semester 2 for the
2019/2020 school year. This study aims to determine the improvement of
student discipline through behavioristic group counseling with aversion
therapy techniques. The research subjects were students of class IX-F of SMP
Negeri 1 Semanu with a total of 8 students. The
research was conducted based on the class action research method (Class
Action Research). The implementation of this research applies 2 cycles, each
cycle consists of planning, implementing, observing and reflecting. The
instrument used is the observation of student discipline pre-cycle, cycle I
and cycle II as well as observation of student activity. The research
hypothesis is that behavioristic group counseling with aversion therapy
techniques can improve student discipline. The research data concluded that
the activeness of students in the active listening aspect was 93% in the very
good category. The aspect of asking questions is 85% in the very good
category. The aspect of answering questions is 88% in the very good category.
The aspect of respecting others is 85% in the very good category. The aspect
of expressing an opinion is 83% in the very good category. The frequency of
students leaving the 1-2 hour class is 1 time or 2%.
The frequency of students leaving class 3-4 hours is 0%. The frequency of
students leaving class at 5-6 hours is 1 time or 2%. The frequency of
students leaving the 7th hour class is 1 time or 2%. The average percentage
of students' frequency of truancy in the first cycle is 30% and in the second
cycle is 6% or there is a decrease of 24%. Students' discipline in the first
cycle was 70% in the medium category and in the second cycle 94% in the very
high category, an increase of 24%. So behavioristic group counseling with
aversion therapy techniques can improve student discipline. |
Kata Kunci: aversion therapy; kedisiplinan; perilaku membolos; konseling kelompok behavioristik Keywords: aversion
therapy; discipline; truant behavior; behavioristic group counseling |
Aturan tata tertib sekolah merupakan pedoman bagi sekolah untuk
menciptakan suasana sekolah yang aman dan tertib, sehingga akan terhindar dari kejadian-kejadian yang bersifat negatif. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah
untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang� dan� dapat� mendorong� siswa� untuk� berperilaku� sesuai dengan norma,
peraturan dan tata tertib
yang berlaku di sekolah (Heri, 2012). Dari pengertian
di atas, maka yang dimaksud disiplin siswa di sekolah dalam penelitian ini adalah sikap
atau tingkah laku siswa yang taat dan patuh untuk dapat menjalankan
kewajibannya untuk belajar, baik belajar
di sekolah maupun belajar di rumah serta bertingkah laku sesuai dengan
norma dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Siswa yang disiplin yaitu siswa yang menaati peraturan sekolah, contohnya; rajin masuk sekolah, masuk sekolah tepat
waktu, mengumpulkan tugas tepat waktu,
memakai seragam sesuai dengan ketentuan
sekolah, mengikuti proses belajar dengan tertib, dll. Siswa
yang tidak disiplin yaitu siswa yang melanggar peraturan sekolah, contohnya;� tidak� masuk� sekolah� tanpa� keterangan� (alpa),� membolos, tidak mengerjakan PR (pekerjaan rumah), terlambat masuk sekolah, ribut saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Pelanggaran tata tertib seperti;
terlambat, membolos, menyontek, tidak� membawa� PR (pekerjaan� rumah), dan bentuk pelanggaran yang lainnya juga terjadi di SMP
Negeri 1 Semanu. Berdasarkan
hasil observasi di SMP
Negeri 1 Semanu Semester Gasal
Tahun Pelajaran 2018/2019 didapatkan
data bahwa siswa yang mempunyai tingkat disiplin yang rendah adalah siswa kelas
IX-F, yaitu dengan
rata-rata persentase kedisiplinan
sebesar 85% artinya sebesar 15% siswa belum disiplin. Hal ini dapat dilihat
melalui data pendukung yang
ada yaitu buku penilaian non akademis siswa (jurnal bimbingan konseling, jurnal kelas dan absensi siswa). Buku tersebut
merupakan alat pengungkap kedisiplinan siswa, misalnya mengenai perilaku, kerajinan, kerapian, membolos dan kebersihan. Buku tersebut digunakan
sebagai titik acuan pertimbangan saat kenaikan kelas
siswa yang didasarkan pada skor pelanggaran tata tertib sekolah. Perilaku-perilaku yang mencerminkan
siswa tidak disiplin yang lainnya adalah tidak memakai
seragam/atribut lengkap, berpindah-pindah tempat duduk saat pelajaran berlangsung, tidak mengerjakan tugas, kurang bisa
menghargai guru, meninggalkan
kelas dengan durasi antara 20 menit sampai ≥1 jam.
Upaya Guru BK meningkatkan disiplin
siswa di kelas IX-F� SMP Negeri 1 Semanu tersebut, dapat dilakukan menerapkan suatu strategi konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy. Strategi konseling kelompok behavioristik ini dipilih karena masalah yang akan di selesaikan merupakan masalah perilaku yaitu perilaku tidak disiplin, maka pendekatan atau strategi yang paling dapat
di terapkan adalah dengan memodifikasi tingkah laku siswa.
Penerapan konseling kelompok dengan strategi behavior
dapat digunakan untuk meningkatkan disiplin siswa di sekolah (Rosikha, 2012). Salah satu
metode yang tepat yang digunakan dalam proses konseling siswa untuk meningkatkan memberi solusi atas masalah siswa
adalah metode behavior yaitu metode yang menitik beratkan pada tingkah laku dipelajari
ketika individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hukum-hukum belajar : (a) pembiasaan klasik; (b) pembiasaan operan; (c) peniruan. Tingkah laku tertentu
pada individu dipengaruhi
oleh kepuasan dan ketidak puasan yang diperolehnya. Manusia bukanlah hasil dari dorongan
tidak sadar melainkan merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat
diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku (Erdiyati, 2018). Penelitian
(Darmawan, 2019) mengindikasikan
ada peningkatan kedisiplinan yang signifikan penggunaan terapi behavioral dalam sesi konsleing
kelompok.
Penelitian (Jurmanisak & Fitriani, 2020) membuktikan
bahwa penggunaan konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion
therapy dalam meningkatkan
disiplin siswa dipilih karena ketidakdisiplinan pada siswa di sekolah merupakan bentuk tingkah laku maladaptif (tidak dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan) sehingga peneliti mengunakan cara-cara pendekatan behavioristik untuk memodifikasi tingkah laku menjadi lebih
adaptif (dapat menyesuaikan diri dengan keadaan). Hal ini juga sejalan dengan yang dikatakan oleh (Erdiyati, 2018) bahwa terapi tingkah laku menyertakan penerapan yang sistematis berupa prinsip-prinsip belajar pada pengubahan tingkah laku ke
arah cara-cara yang lebih adaptif.
Pengertian konseling menurut (Aqib, 2012) adalah suatu pertalian timbal balik antara dua
orang individu dimana seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya ia lebih
baik memahami dirinya dalam hubungannya
dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang. Konseling kelompok menurut (Aqib, 2012) yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialami melalui dinamika kelompok masalah yang dibahas itu adalah
masalah-masalah pribadi
yang dialami oleh masing-masing anggota
kelompok.
Pengertian terapi behavioristik
atau terapi tingkah laku� menurut (Latipun, 2006) adalah pengubahan perilaku yang menekankan pada aspek fisiologis, perilaku maupun kognitif. Konseling behavioristik dapat menangani masalah perilaku mulai dari kegagalan
individu untuk belajar merespon secara adaptif hingga mengatasi gejala neurosis. Terapi behavioristik memiliki tingkat efikasi yang bagus guna mengurangi
perilaku membolos dan perilaku maladaftif lainnya (Reni Liana, 2019). Menurut Willis (2009) tujuan konseling behavior
adalah untuk memperoleh perilaku baru, mengeliminasikan perilaku yang maladatif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. Hal ini diperkuat juga dalam Corey (2009) tetapi tingkah laku diarahkan pada tujuan-tujuan memperoleh tingkah laku baru,
penghapusan tingkah laku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang diinginkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku tidak disiplin siswa merupakan perilaku maladaptif yang harus dihilangkan.
Aversion therapy adalah suatu teknik dalam konseling behavioristik yang digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut (Sayekti, 2002). Komalasari (2011) berpendapat bahwa �kontrol� diri� aversi� dilakukan� sendiri� oleh� konseli,� tetapi� pada terapi pengaturan kondisi aversi dilakukan terapis.� Misalnya remaja senang berkelahi, ditunjukkan foto teman yang kesakitan, saat yang sama diberi kejutan listrik yang menimbulkan rasa sakit. Dengan terapi aversi diharapkan terjadi proses pembalikan reinforcement dari perasaan senang atau bangga menyakiti orang lain, menjadi reinforcement seperti iba, takut, rasa berdosa melihat orang lain terluka dan merasa sakit karena listrik. Stimuli yang tidak disukai (aversive stimuli) akan menciptakan stimulus yang tidak menyenangkan bersamaan dengan stimulus yang ingin dikontrol. �Komalasari (2011) mengungkapkan tujuan dari aversion therapy adalah �untuk meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan terhambat kemunculannya.�
Terapi aversi menggunakan sejumlah teknik dan rangsangan untuk melemahkan atau menghilangkan respons yang tidak diinginkan seperti perilaku seksual yang menyimpang dan penyalah gunaan zat. Secara teoritis,
hukuman digunakan untuk secara langsung
mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan melalui presentasi kontingen atau penghapusan stimulus, sementara aversi - atau kontra pengkondisian
permusuhan - berusaha mengubah respons yang tidak diinginkan secara tidak langsung
dengan mengubah fungsi rangsangan diskriminatif dan penguat. Dalam praktiknya, perbedaan ini agak
kabur karena banyak prosedur keengganan memiliki efek penghukuman dan perubahan stimulus (Bufford, 1999).
Dari
pengertian yang dipaparkan
di atas maka peneliti dapat menarik� kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy adalah
sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan oleh konselor kepada konseli supaya konseli lebih baik
memahami dirinya dalam hubungannya dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan tingkah
laku (behavioral) menggunaan
teknik menghilangkan kebiasaan buruk yang dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengganti respon pada stimulus yang disenanginya
dengan kebalikan stimulus tersebut melalui dinamika kelompok.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang �Peningkatan Kedisiplinan Melalui Konseling Kelompok Behavioristik Dengan Teknik Aversion
Therapy Pada Siswa Kelas IX-F SMP Negeri 1 Semanu Semester Gasal Tahun Pelajaran 2019/2020�. Penelitian
dilakukan sepenuhnya oleh peneliti dengan setting penelitian, populasi dan sampel yang berbeda dari penelitian penelitian sebelumnya. Sebagai perbandingan dalam penelitian ini terdapat tiga
rujukan penelitian sebalumnya yaitu penelitian Pradana (2020), Desy Istiana Ramadhani
(2016) dan Ula (2020). Penelitian pertama berbeda pada ranah subjek peneltian dimana subjek penelitiannya
pada siswa SMA, sedangkan penelitian ini pada siswa SMP. Penelitian ke dua berbeda
padah ranah wilayah penelitian dan subjek penelitian yang hanya 2 siswa. Meskipun objek penelitiannya sama yaitu terapi
aversi untuk perilaku ketidakdisplinan (termasuk membolos di dalamnya. Perbandingan dengan penelitian terakhir berbeda pada model konseling, dimana pada penelitian tersebut menggunakan model konseling individu sedangkan pada penelitian ini menggunakan konseling kelompok. Sama menggunakan teknik terapi aversi
namun perbedaan penelitian tersebut secara khusus dilakukan
untuk menekan sikap agresifitas. Dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan unsur kebaruannya.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan dalam bimbingan dan konseling ini adalah untuk
mengetahui sejauh mana keefektifan konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy
dapat meningkatkan kedisiplinan pada siswa Kelas
IX-F SMP Negeri 1 Semanu Semester Gasal
Tahun Pelajaran 2019/2020.
Metode Penelitian
1.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Kelas IX-F SMP Negeri 1 Semanu
Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2019/2020 dengan jumlah
8 siswa sebagai penerima tindakan, sedang subyek pelaku
tindakan adalah guru BK. Objek penelitian
ini adalah konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion
therapy untuk meningkatkan
kedisiplinan.
2.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi dua siklus
yang disesuaikan dengan alokasi waktu dan topik yang dipilih. Dalam masing-masing siklus menurut Arikunto (2010:17-19) terdiri dari empat
langkah sebagai berikut.
1.
Tahap perencanan (planning), adalah
langkah yang dilakukan oleh
guru BK ketika akan memulai tindakannya.
2.
Tahap tindakan (acting), adalah
implementasi dari perencanaan yang sudah dibuat.
3.
Observasi (monitoring), adalah
proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang diamati adalah hal-hal yang sudah disebutkan dalam pelaksanaan. Guru BK mengamati proses kegiatan yang sedang berlangsung, diantaranya mengamati keaktifan siswa selama proses layanan berlangsung.
4.
Refleksi (reflection),
adalah langkah mengingat kembali kegiatan yang sudah lampau yang dilakukan oleh guru
BK maupun siswa. Dalam perenungan ini guru BK membayangkan kembali peristiwa yang sudah lampau, yaitu
kegiatan yang sudah berlangsung. Pada tahap ini dilakukan evaluasi
seluruh tindakan berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian juga membuat suatu kesimpulan
dari hasil pengamatan dan penilaian tersebut. Indikator keberhasilan proses pada siklus I
diharapkan meningkat pada siklus II.
3.
Sumber Data
Sumber data siswa diperoleh
dengan cara menganalisa lembar observasi pengamatan aktivitas siswa selama pelaksanaan siklus yang telah dilakukan dan ceklis lembar peningkatan kedisiplinan siswa serta catatan selama
pelaksanaan penelitian di setiap pertemuan pada tiap siklus. Selain sumber di atas data dokumen
didapat dari data peningkatan kedisiplinan siswa setiap siklus,
observasi, catatan keaktifan siswa dan dokumentasi berupa foto selama penelitian
pada setiap pertemuan. Guru BK/konselor sebagai peneliti yang melaksanakan kegiatan konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy merupakan sumber
data dalam penelitian tindakan ini. Demikian juga Teman sejawat guru BK sebagai
mitra kolaborasi yang membantu selama proses penelitian juga merupakan sumber data pendukung sumber data lain.
4.
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
a)
Teknik Observasi
(Sugiyono, 2013)
mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Lembar observasi digunakan oleh peneliti untuk mengetahui keaktifan siswa dalam mengikuti
kegiatan konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy dan peningkatan
kedisiplinan siswa.
b)
Teknik Dokumentasi
Menurut (Sugiyono, 2013)
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen sebagai sumber data. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa: buku raport,
buku induk murid, catatan kesehatan siswa, dan rekaman.
c) Alat Pengumpul
Data
Peneliti mengunakan teknik
pengumpulan data setelah pelaksanaan tindakan akan disajikan dalam beberapa instrumen, yaitu: lembar observasi keaktifan
siswa, lembar observasi terhadap Guru BK dan Lembar observasi Frekwensi
Siswa Membolos.
5.
Teknik Analisis Data
Aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya jenuh. Model analisis kualitatif diantaranya adalah model (Miles & Huberman, 1992)
yang meliputi: reduksi data
(memilah data penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak berguna), sajian deskriptif (narasi, visual gambar, tabel) dengan alur sajian
yang sistematis dan logis, penyimpulan dari hasil yg disajikan
(dampak PTBK dan efektivitasnya).
Model analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1
Model Analisis Kualitatif
Hasil dan Pembahasan
Terapi Aversi sesungguhnya sejak behaviorisme ditasbihkan sebagai kekuatan aliran psikologi yang kuat telah digunakan secara luas sebagai
salah satu cara efektif untuk merehabilitasi
orang-orang yang telah diperbudak
oleh kebiasaan buruk adiktif seperti perjudian dan alkohol (Jaqua & Jaqua, 2019). Banyak literatur klasik yang membahas teknik aversi sebagai
bagian dari terapi behavioristik (Wilson & Davison, 1969), terapi aversif untuk meringankan
sakit perut yang akut (Legalos, 1977), teknik aversi dengan kejut
listtrik sebagai media (McGuire & Vallance, 1964).
Namun demikian perlu di kedepankan juga bahwa terdapat banyak kontroversi penggunaan terapi ini jika
dilakukan secara masif dan kaku. Teknik ini tidak direkomendasikan
oleh beberapa pihak. Hasil penelitian (Nwankwo et al., 2019) merokomendasikan terapi aversi tidak boleh diadopsi
oleh konselor sebagai pengobatan yang efektif untuk memodifikasi sikap merokok siswa
sekolah menengah. Menurut (Bufford, 1999) terapi aversi sering ditentang
atas dasar etika dan moral. Terapi aversi muncul sebagai pengobatan untuk perilaku melukai diri sendiri tetapi
tetap tidak populer, karena dianggap tidak etis (Salerno, 2019).
Dilaksanakannya kegiatan konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy
ini telah meningkatkan keaktifan dan kedisiplinan siswa Kelas IX-F SMP
Negeri 1 Semanu Semester Gasal
Tahun Pelajaran 2019/2020, terbukti
berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus II. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
oleh (Pradana, 2020) bahwa Layanan konseling kelompok dengan teknik pengkondisian aversi dapat secara
efektif dalam menurunkan perilaku membolos siswa di sekolah dari persentase
membolos 81,90% menjadi hanya �2,38% saja. Penelitian (Desy Istiana Ramadhani, 2016) menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa terapi aversi
mampu menurunkan intensitas membolos siswa. Untuk memperkuat
temuan efektifitas dan efikasi teknik aversi (Ula, Risnanda Ni�matul, 2020) melakukan penelitian teknik aversi pada konseling individu. Hasilnya teknik ini memiliki
efikasi tinggi dalam mengurangi perilaku agresif, dimana perilaku ini juga masuk ke dalam perilaku
menyimpang yang dilakukan siswa di sekolah.
Kegiatan konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy ini disambut baik oleh siswa itu sendiri, karena
kegiatan yang diterapkan ini dianggap baru
sehingga memberikan inovasi pada layanan konseling kelompok. Tindakan pada
siklus I meskipun sudah menunjukkan peningkatan tetapi masih perlu dipertahankan
bahkan ditingkatkan lagi pada siklus II.
Pembahasan hasil penelitian pada siklus I sampai siklus II secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
1. Keaktifan Siswa
Keaktifan siswa dalam
mengikuti konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy pada siklus I
dan II disajikan pada tabel dibawah ini.
Tabel 1
Persentase Keaktifan Siswa
Siklus I dan II
Aspek Pengamatan |
|
Siklus
I |
|
Siklus
II |
Peningkatan |
|
% |
Kategori |
% |
Kategori |
|||
A |
Menyimak secara aktif |
75% |
Baik |
93% |
Sangat Baik |
18% |
B |
Mengajukan Pertanyaan |
70% |
Baik |
85% |
Sangat Baik |
15% |
C |
Menjawab Pertanyaan |
73% |
Baik |
88% |
Sangat Baik |
15% |
D |
Menghargai orang lain |
75% |
Baik |
85% |
Sangat Baik |
10% |
E |
Mengemukakan pendapat |
63% |
Sedang |
83% |
Baik |
20% |
Rata-rata keaktifan |
71% |
Baik |
87% |
Sangat Baik |
16% |
Pada tabel 1 dapat dijelaskan bahwa hampir semua nomor item
aspek keaktifan siswa mengalami peningkatan.
1)
Keaktifan siswa aspek menyimak secara aktif pada siklus I sebesar 75% kategori baik dan pada siklus II sebesar 93% kategori sangat baik atau meningkat 18%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah
memahami manfaat mendengarkan apa yang disampaikan Guru BK dan siswa
juga sudah merasa bahwa yang disampaikan Guru BK
sangat membantu dalam mencapai tujuan siswa.
2)
Keaktifan Siswa aspek mengajukan pertanyaan pada siklus I sebesar 70% kategori baik dan pada siklus II sebesar 85% kategori sangat baik atau meningkat
21%. Hal ini menunjukkan bahwa keberanian siswa dalam mengajukan
pertanyaan baik dalam konteks materi
layanan maupun tentang solusi dari permasalahan siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
3)
Keaktifan Siswa aspek menjawab pertanyaan pada siklus I sebesar 73% kategori baik dan pada siklus II sebesar 88% kategori sangat baik atau meningkat
15%. Hal ini menunjukkan siswa mulai berani dalam
menjawab pertanyaan baik kepada Guru BK maupun siswa yang lain.
4)
Keaktifan Siswa aspek menghargai orang lain pada siklus I sebesar 75% kategori baik dan pada siklus II sebesar 85% kategori sangat baik atau meningkat 10%. Hal ini menunjukkan siswa sudah mulai dapat
menghargai teman maupun menghargai Guru BK yang memberikan petunjuk dan layanan konseling.
5)
Keaktifan Siswa aspek mengemukakan pendapat pada siklus I sebesar 63% kategori sedang dan pada siklus II sebesar 83% kategori sangat baik atau meningkat
20%. Hal ini menunjukkan siswa sudah berani mengemukakan
apa yang ada dalam fikirannya untuk disampaikan pada Guru BK atau teman siswa
yang lain.
Dari hasil
persentase keaktifan siswa di atas diketahui
bahwa semua aspek keaktifan siswa pada siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan dan dapat dibuktikan pada diagram berikut:
Gambar 1
Diagram Persentase Keaktifan
Siswa Siklus I dan II
2. Peningkatan
Kedisiplinan Siswa
Peningkatan kedisiplinan
siswa pada siklus I dan II dianalisa berdasarkan dari penurunan frekwensi siswa
membolos selama pelaksanaan kegiatan penelitian. Frekwensi siswa membolos
diambil pada rentang observasi minggu ke III dan IV bulan Agustus 2018 untuk
Siklus I dan minggu ke II dan III bulan September 2018 untuk
siklus II.� Adapun data hasil observasi
frekwensi siswa membolos pada siklus I dan II untuk mengetahui peningkatan
kedisiplinan siswa adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Peningkatan Kedisiplinan Siswa Siklus I dan II
No. |
Aspek intensitas siswa
meninggalkan kelas�� |
Frekwensi Siswa Membolos |
|||
SIKLUS I |
SIKLUS II |
||||
Frekwensi |
% |
Frekwensi |
% |
||
A |
Jam ke 1-2 |
4 |
8% |
1 |
2% |
B |
Jam ke 3-4 |
3 |
6% |
0 |
0% |
C |
Jam ke 5-6 |
3 |
6% |
1 |
2% |
D |
Jam ke 7 |
5 |
10% |
1 |
2% |
Jumlah |
15 |
30% |
3 |
6% |
|
Persentase kedisiplinan
siswa |
70 % |
94% |
|||
Kategori |
Sedang |
Sangat
Tinggi |
Pada tabel 2 hasil observasi frekwensi siswa membolos Siklus I
dan II di atas dapat diketahui bahwa :
a)
Frekwensi siswa meninggalkan kelas jam ke 1-2 pada Siklus I sebanyak 4 kali atau 8% dan
pada Siklus II sebanyak 1 kali atau 2% , menurun 6 %.
b)
Frekwensi siswa meninggalkan kelas jam ke 3-4 pada Siklus I sebanyak 3 kali atau 6% dan
pada Siklus II 0%, menurun 6%.
c)
Frekwensi siswa meninggalkan kelas jam ke 5-6 Siklus I sebanyak 3 kali atau 6% dan
pada Siklus II sebanyak 1 kali atau 2%, menurun 4%.
d)
Frekwensi siswa meninggalkan kelas jam ke 7 Siklus I sebanyak
5 kali atau 10% dan Siklus II sebanyak 1 kali atau 2 %, menurun sebanyak 8%.
Peningkatan kedisiplinan siswa pada siklus I dan
siklus II dapat dilihat pada tabel 3, sebagai berikut :
Tabel 3
Peningkatan Kedisiplinan Siswa
Aspek |
SIKLUS |
SIKLUS |
Persentase frekwensi siswa
membolos |
30% |
6% |
Persentase kedisiplinan siswa
|
70% |
94% |
Kategori |
Sedang |
Sangat Tinggi |
Gambar 2
Diagram Perbandingan Peningkatan Kedisiplinan
Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Dari diagram
diatas dapat dijelaskan bahwa rata-rata persentase frekwensi siswa membolos
pada siklus I sebesar 30% dan pada siklus II
sebesar 6% atau terjadi penurunan sebesar 24% artinya jika frekwensi siswa membolos mengalami penurunan berarti
kedisiplinan siswa mengalami peningkatan, sehingga diperoleh data kedisiplinan
siswa pada siklus I sebesar 70% kategori sedang dan
pada siklus II sebesar 94% dalam kategori sangat tinggi atau meningkat sebesar
24%.
3. Aktifitas Guru
BK
Aktifitas Guru BK dalam
menyelenggarakan layanan konseling kelompok behavioristik
dengan teknik aversion therapy pada
siklus I dan II sebagai berikut :
Tabel 4
Persentase Aktifitas Guru BK
Siklus I dan II
No |
Aspek Yang diamati |
SIKLUS I |
Kategori |
SIKLUS II |
Kategori |
1 |
Aktifitas tahap Assesment |
80% |
Baik |
100% |
Sangat Baik |
2 |
Aktifitas tahap Goal Setting |
60% |
Sedang |
80% |
Baik |
3 |
Aktifitas tahap Techniques Implementation |
100% |
Sangat Baik |
100% |
Sangat Baik |
4 |
Aktifitas tahap Evaluation and Termination |
80% |
Baik |
80% |
Baik |
5 |
Kemampuan mengorganisasikan siswa |
80% |
Baik |
100% |
Sangat Baik |
|
Rata-rata |
80% |
Baik |
92% |
Sangat Baik |
Gambar 3
Diagram Perbandingan
Aktifitas Guru BK
Siklus I dan Siklus
II
Berdasarkan
tabel dan gambar diagram diatas dapat dijelaskan bahwa aktifitas Guru BK pada tahap Assesment pada siklus I sebesar 80% dan
siklus II sebesar 100% atau meningkat sebesar 20%. Aktifitas Guru BK dalam tahap Goal Setting pada siklus I sebesar 60%
dan siklus II sebesar 80% atau meningkat sebesar 20%. Aktifitas Guru BK dalam tahap Techniques Implementation pada siklus I
sebesar 100% dan siklus II sebesar 100%. Aktifitas Guru BK dalam tahap Evaluation and Termination pada siklus I
sebesar 80% dan siklus II sebesar 80%. Kemampuan Guru BK mengorganisasikan
siswa pada siklus I sebesar 80% dan siklus II sebesar 100% atau meningkat
sebesar 20%.
Rata-rata persentase aktifitas Guru BK dalam
menyelenggarakan layanan konseling kelompok behavioristik
dengan teknik aversion therapy pada
Siklus I sebesar 80% kategori baik dan pada Siklus II sebesar 92% kategori
sangat baik atau meningkat sebesar 12%. Berdasarkan data hasil
observasi aktifitas Guru BK, keaktifan siswa dan peningkatan kedisiplinan siswa
dari siklus I sampai siklus II menunjukkan bahwa penelitian tindakan dalam bimbingan dan konseling ini bisa disimpulkan berhasil atau
hipotesis penelitian diterima. Konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion
therapy terbukti sangat efektif diterapkan karena terjadi perubahan
perilaku disiplin pada siswa Kelas IX-F SMP Negeri 1 Semanu �semester gasal� tahun pelajaran 2019/2020.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan analisis dan interpretasi yang telah
dilakukan maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dari hasil
penelitian, kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1) Konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy dapat meningkatkan keaktifan
siswa Kelas IX-F.
Hal ini ditunjukkan dari
keaktifan siswa aspek menyimak secara aktif pada siklus I sebesar 75% kategori baik dan pada siklus II sebesar 93% kategori sangat baik
atau meningkat 18%. Keaktifan Siswa aspek mengajukan pertanyaan pada siklus I sebesar 70% kategori baik dan pada siklus II sebesar 85% kategori sangat baik
atau meningkat 15%. Keaktifan Siswa aspek menjawab
pertanyaan pada siklus I sebesar 73% kategori baik dan
pada siklus II sebesar 88% kategori sangat baik atau meningkat
15%. Keaktifan
Siswa aspek menghargai orang lain pada siklus
I sebesar 75% kategori baik dan
pada siklus II sebesar 85% kategori sangat baik atau meningkat
10%. Keaktifan
Siswa aspek mengemukakan pendapat pada siklus I sebesar
63% kategori sedang dan pada siklus II sebesar 83% kategori baik atau meningkat 16%. 2) Konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy dapat meningkatkan kedisiplinan
siswa Kelas IX-F.
Hal ini ditunjukkan dari
Frekuensi siswa meninggalkan kelas jam ke
1-2 pada Siklus I sebanyak
4 kali atau 8% dan pada Siklus
II sebanyak 1 kali atau 2% , menurun 6 %. Frekuensi siswa meninggalkan kelas jam ke
3-4 pada Siklus I sebanyak
3 kali atau 6% dan pada Siklus
II 0%, menurun 6%. Frekuensi
siswa meninggalkan kelas jam ke
5-6 Siklus I sebanyak 3
kali atau 6% dan pada Siklus
II sebanyak 1 kali atau 2%,
menurun 4%. Frekuensi
siswa meninggalkan kelas jam ke
7 Siklus I sebanyak 5 kali atau 10% dan Siklus II sebanyak 1 kali atau 2 %, menurun sebanyak 8%. Rata-rata persentase frekwensi
siswa membolos pada siklus I sebesar 30% dan pada siklus II sebesar
6% atau terjadi penurunan sebesar 24% artinya jika frekwensi siswa
membolos mengalami penurunan berarti kedisiplinan siswa mengalami peningkatan, sehingga diperoleh data kedisiplinan siswa pada siklus I sebesar 70% kategori sedang dan pada siklus II sebesar 94% dalam kategori sangat tinggi atau meningkat
sebesar 24%. 3) Konseling kelompok behavioristik dengan teknik aversion therapy dapat meningkatkan aktifitas
Guru BK. Hal ini ditunjukkan dari aktifitas Guru BK pada tahap Assesment pada siklus I sebesar 80% dan siklus II sebesar 100% atau meningkat sebesar 20%. Aktifitas Guru BK
dalam tahap Goal Setting pada siklus I sebesar 60% dan siklus II sebesar 80% atau meningkat sebesar 20%. Aktifitas Guru BK dalam tahap Techniques Implementation
pada siklus I sebesar
100% dan siklus
II sebesar 100%. Aktifitas Guru BK
dalam tahap Evaluation and
Termination pada siklus I sebesar 80% dan siklus II sebesar 80%. Kemampuan Guru BK mengorganisasikan siswa
pada siklus
I sebesar 80% dan siklus II sebesar 100% atau meningkat sebesar 20%.
Aqib, Z. (2012). Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Bandung: Yrama Widya. Google Scholar
Bufford, R. K. (1999). Aversion Therapy. British Medical Journal, 1 (5388), 987. Google Scholar
Corey,Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan
Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama. Google Scholar
Darmawan, A. M. (2019). Penerapan Konseling Kelompok
Pendekatan Behavioral untuk meningkatkan perilaku disiplin siswa MAN �X�
Magelang (Vol. 8, Issue 5). Google Scholar
Desy Istiana Ramadhani. (2016). Terapi Aversi dalam
Menangani Siswa Membolos di Smp Negeri 4 Delanggu. In Applied Microbiology
and Biotechnology (Vol. 85, Issue 1). Google Scholar
Erdiyati. (2018). Konseling kelompok dengan pendekatan
behaviouristik untuk siswa SMP. Jurnal Prakarsa Paedagogia, 1 (1), 62. Google Scholar
Heri, G. (2012). Pendidikan karakter konsep dan
implementasi. Bandung: Alfabeta,
7�31. Google Scholar
Jaqua, T., & Jaqua, E. (2019). Classical
Conditioning : Aversion Therapy. 6(3), 37�39. Google Scholar
Jurmanisak, J., & Fitriani, W. (2020). Pengaruh
Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Behavioral Terhadap Penyesuaian Diri Siswa
Di Mas Salimpaung. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 2 (1), 8�11. Google Scholar
Komalasari, Gantina, dkk. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT Indeks. Google Scholar
Latipun, L. (2006). Implementasi Nilai Kultural Dalam
Terapi Berfokus Pada Resolusi Konflik. Jurnal
Psikodinamik, 8 (1),
41�61. Google Scholar
Legalos, C. N. (1977). Aversive behavior therapy for chronic stomach pain: A case study. Pain, 4 (C), 67�72. Google Scholar
McGuire, R. J., & Vallance, M. (1964). Aversion Therapy by Electric Shock: A Simple
Technique. British Medical Journal, 1 (5376), 151�153. Google Scholar
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif. Jakarta: UI
press. Google Scholar
Nwankwo, C. ., Agustinus, N. I., & Bright, O.
(2019). The effectT of Aversion Therapy on student�s attitude Cigarette
Smoking In Anambra State. 7 (9),
1336�1358. Google Scholar
Pradana, E. (2020). Efektifitas Layanan Konseling Kelompok dengan Teknik Pengkondisian
Aversi dalam mengatasi Perilaku membolos Siswa di Sekolah. Google Scholar
Prayitno. 2004. Layanan
Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri
Padang. Google Scholar
Reni Liana. (2019). Pengaruh konseling kelompok dengan pendekatan behavioristik untuk
mengurangi perilaku membolos. Google Scholar
Rosikha, D. R. (2012). Disiplin Siswa Di Sekolah Kelas Xi Pemasaran 3 Smk Negeri 4 Surabaya.
79�85. Google Scholar
Salerno, J. (2019). Efficacy, Risks, and Ethics of Aversive or Positive Therapy in
Identical Twins. ProQuest Dissertations and Theses, 221.
https://link.library.curtin.edu.au/gw?url=https://www.proquest.com/docview/2235346341?accountid=10382%0Ahttp://link.library.curtin.edu.au/openurl??url_ver=Z39.88 2004&rft_val_fmt=info:ofi/fmt:kev:mtx:dissertation&genre=dissertations+%26+theses&sid=ProQ:Pr.
Google Scholar
Sayekti, P. (2002). Bimbingan dan Konseling Keluarga. Yogyakarta: Menara Mass
Offset. Google Scholar
Sugiyono, P. D. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D, Cet. Ke-12.
Bandung: Alfabeta. Google Scholar
Ula, Risnanda Ni�matul, T. I. P. (2020). Penerapan Konseling Individu Dengan Teknik
Aversi untuk Mengurangi Perilaku Agresif Siswa SMPN 3 Gresik. 77�84. Google Scholar
Wilson, G. T., & Davison, G. C. (1969). Aversion techniques in behavior therapy:
Some theoretical and metatheoretical considerations. Journal of Consulting and Clinical
Psychology, 33 (3),
327�329. Google Scholar
Willis, Sofyan S. 2009. Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta. Google Scholar
Copyright holder: Kuswoyo, Nurul Hidayah, Ahmad Muhammad Diponegoro (2021) |
First publication right: |
This article is licensed under: |