Jurnal Syntax Admiration

Vol. 3, No. 1 Januari 2022

p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356

Sosial Teknik

 

ANALISA AREA GENANGAN BANJIR SUNGAI BABURA BERBASIS HEC - RAS DAN GIS

 

Muhammad Anshari Matondang, Ahmad Perwira Mulia, Muhammad Faisal

Universitas Sumatera Utara, Indonesia

Email: [email protected][email protected], [email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima

25 Desember 2021

Direvisi

05 Januari 2022

Disetujui

15 Januari 2022

Banjir merupakan kejadian bencana alam yang sering terjadi di Indonesia khususnya Kota Medan. Peta kawasan rentan bencana alam khususnya genangan banjir diperlukan untuk mitigasi bencana banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan peta genangan banjir Sungai Babura yang melintasi kawasan Kota Medan akibat meluapnya Sungai Babura. Data pengukuran cross section lapangan, topografi Light Detection and Ranging (LiDAR), topografi Digital Elevation Model (DEMNAS) digunakan untuk mengetahui perbedaan elevasi menggunakan software Global Mapper, dan pemodelan peta genangan banjir mengintegrasikan software Hydrologic Engineering Centre-River Analysis System (HECRAS) dengan software QGIS. Metode Log Person III memenuhi syarat agihan distribusi frekuensi curah hujan, uji chi-kuadrat, dan uji smirnov-olmogorof. Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu digunakan untuk menghitung debit kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun. Dari hasil analisis genangan banjir menggunakan data topografi LiDAR diketahui bahwa 19 kelurahan yaitu Anggrung, Beringin, Darat, Gedung Johor, Jati, Kesawan, Kwala Bekala, Mangga, Merdeka, Padang Bulan, Pangkalan Mansyur, Pasar Merah Barat, Petisah Hulu, Petisah Tengah, Polonia, Sarirejo, Sikambing D, Simalingkar B, dan Titi Rantai. Nilai RMSE (Root Mean Square Error) cross section lapangan terhadap data topografi LiDAR, data topografi DEMNAS, dan cross section data topografi LiDAR terhadap data topografi DEMNAS adalah 2,73; 4,74; 3,40; serta nilai RMSE area genangan data topografi LiDAR terhadap data topografi DEMNAS sebesar 0,1052; 0,1176; 0,1208; 0,1250; 0,1252; 0,1253; 0,1253; 0,1210; untuk debit kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun.

 

ABSTRACT�������������������������

Floods are natural disasters that often occur in Indonesia, especially the city of Medan. Maps of areas prone to natural disasters, especially flood inundation, are needed for flood disaster mitigation. This study aims to produce a map of the Babura River flood inundation that crosses the Medan City area due to the overflow of the Babura River. Field cross section measurement data, Light Detection and Ranging (LiDAR) topography, Digital Elevation Model (DEMNAS) topography were used to determine elevation differences using Global Mapper software, and flood inundation map modeling integrating the Hydrologic Engineering Center-River Analysis System (HECRAS) software with QGIS software. The Log Person III method fulfills the requirements for distribution of rainfall frequency distribution, the chi-square test, and the Smirnov-Olmogorof test. The Nakayasu Synthetic Unit Hydrograph method was used to calculate the discharge at 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, and 100 years. From the results of flood inundation analysis using LiDAR topographic data, it is known that 19 urban villages in Medan City have the potential to be flooded, namely Anggrung, Beringin, Darat, Gedung Johor, Jati, Kesawan, Kwala Bekala, Mangga, Merdeka, Padang Bulan, Pangkalan Mansyur, Pasar Merah Barat, Petisah Hulu, Petisah Tengah, Polonia, Sarirejo, Sikambing D, Simalingkar B, dan Titi Rantai.. The value of RMSE (Root Mean Square Error) cross section field to topographic LiDAR data, topographical data DEMNAS, and cross section data LiDAR topography to DEMNAS topographic data is 2.73; 4.74; 3.40; and the RMSE value of the inundation area of ​​the LiDAR topographic data to the topographical data of DEMNAS of� 0,1052; 0,1176; 0,1208; 0,1250; 0,1252; 0,1253; 0,1253; 0,1210;� for 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, and 100 year return discharges.

Kata Kunci: banjir; mitigasi; hecras; qgis; rmse

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords: flood; mitigation; hecras; qgis; rmse



Pendahuluan

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa pengertian banjir adalah peristiwa atau keadaan dimana suatu daerah atau daratan terendam karena bertambahnya volume air. Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi dan paling merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 90% bencana alam di Indonesia berkaitan dengan banjir.

Di Indonesia telah terjadi 385 kejadian banjir yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp. 1646258337,- termasuk 1047 orang luka-luka, 2853 unit rumah rusak berat, 1159 rumah rusak ringan, 7288 rumah rusak ringan, 111443 rumah terendam banjir, 37 unit sarana kesehatan rusak, 211 unit sarana ibadah rusak, dan 257 unit sarana pendidikan rusak (BNPB, 2019).

Kondisi iklim telah menyebabkan terjadinya fenomena hidrologi yang ekstrim seperti banjir yang menimbulkan kerugian material dan dampak yang signifikan terhadap lingkungan (Buta et al., 2017). Curah hujan intensitas tinggi untuk periode waktu yang lebih singkat menghasilkan limpasan puncak yang tinggi dari daerah tangkapan perkotaan untuk lebih banyak lahan, dan pembangunan infrastruktur yang tidak terkendali, penggunaan lahan alami, tutupan lahan, dan jalur aliran telah mengakibatkan banjir (Rangari et al., 2019).

Kota Medan sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia tidak lepas dari masalah banjir. Banjir yang terjadi di Kota Medan dapat disebabkan oleh perubahan tata guna lahan di daerah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS), kesalahan dalam pelaksanaan rencana tata ruang kota Medan, serta iklim ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini (Stevens & Hanschka, 2014).

DAS Babura merupakan bagian dari DAS Deli. Secara administratif, DAS Babura meliputi Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan dengan luas 4.921,88 Ha. Sungai utama yang mengalir di DAS Babura adalah Sungai Babura yang merupakan cabang dari sungai Deli. Kondisi hidrologi sebagian Kota Medan sangat dipengaruhi oleh DAS Babura dimana sebagian wilayah Kota Medan termasuk dalam sistem DAS (Hanie et al., 2017). Sebagian Kota Medan merupakan bagian hilir dari DAS Babura yang umumnya digunakan sebagai daerah aliran sungai sehingga potensi sumber daya air sangat bergantung pada daerah hulunya (Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang). Daerah hulu merupakan fungsi utama sebagai daerah resapan air (recharge area) sehingga kondisi fisik daerah hulu sangat mempengaruhi luapan air yang akan diterima di daerah hilir yaitu Kota Medan (Astuti et al., 2017).

Secara historis, upaya pengurangan bahaya banjir telah dilakukan dengan membangun bendungan dan tanggul atau dengan merancang struktur anti banjir, namun cara ini dianggap kurang memadai dalam pengendalian banjir (Stevens & Hanschka, 2014). Bahaya dan kerugian banjir dapat dicegah dan diminimalisir dengan memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat tentang risiko banjir melalui peta risiko banjir (Demir & Kisi, 2016). Peta risiko banjir juga digunakan sebagai dasar bagi perencana kota dan pemerintah untuk membatasi penggunaan lahan untuk tujuan mitigasi banjir.

Selain itu, Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2006 tentang Pedoman Umum Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa salah satu hal penting dalam mitigasi bencana adalah tersedianya informasi dan peta daerah rawan bencana untuk setiap jenis bencana. Menurut penelitian sebelumnya, Sistem Informasi Geografis (SIG) telah berhasil digunakan dalam memvisualisasikan daerah genangan banjir dan menganalisis dataran banjir untuk menghasilkan peta estimasi kerusakan banjir dan peta risiko banjir.

GIS harus digunakan bersama dengan model hidrolika untuk memperkirakan profil banjir dengan periode ulang tertentu (Demir & Kisi, 2016). Salah satu model hidrolika yang paling populer adalah Hydrologic Engineering Centers River Analysis System (HEC-RAS) yang dikembangkan oleh Korps Insinyur Angkatan Darat Amerika Serikat (USACE). HEC-RAS merupakan software gratis dengan tampilan grafis yang dapat memudahkan pengguna dalam studi banjir (Quirogaa et al., 2016).

(Heimhuber et al., 2015) menggunakan GIS dan HEC - RAS untuk menentukan daerah berisiko banjir di wilayah Onaville, Haiti. (Demir & Kisi, 2016) memetakan daerah rawan banjir menggunakan GIS dan HEC - RAS dengan pengembalian banjir 10, 25, 50, 100, dan 1000 tahun di Sungai Mert, Turki. (Ismail et al., 2020) menambahkan dem resolusi tinggi menggunakan arcgis untuk mengidentifikasi daerah rawan banjir, membuat model akumulasi aliran menggunakan dem dan dem yang diklasifikasikan menjadi zona risiko tinggi, risiko menengah dan zona risiko rendah. (Shimokawaa S et al., 2016) melakukan tumpang tindih peta pencegahan bencana dengan peta daerah aliran sungai ke dalam gis untuk menentukan lokasi evakuasi. (Thol et al., 2016) menggunakan model hec - ras untuk memprediksi tinggi muka air banjir pada suatu daerah aliran sungai di kamboja dan mengintegrasikan dengan arcgis untuk pemetaan banjir. (Degh ABM et al., 2016) menunjukkan kemampuan model HEC-HMS dan HEC-RAS dalam mensimulasikan perilaku cekungan hidrologi dan hidrolik di Karaj. (Silva FV et al., 2014) menggunakan hec-ras dan gis memetakan banjir dengan periode ulang pendek, beberapa daerah sangat rentan terhadap banjir. (Sole et al., 2007) menentukan risiko genangan menggunakan perangkat lunak HEC -RAS, Mike 11, dan GIS di sepanjang sungai utama di wilayah Basilicata.

Sebagai salah satu langkah dalam mitigasi banjir, SIG dapat diterapkan untuk memetakan daerah rawan banjir dan memperkirakan kerugian akibat banjir di Sub DAS Babura, seperti yang telah dilakukan pada penelitian-penelitian di atas. Pada penelitian ini dilakukan Analisa Area Genangan Banjir Das Babura Berbasis HEC -RAS dan GIS.

 

Metode Penelitian

1.    Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Sungai Babura yang merupakan salah satu anak Sungai Deli yang melintasi Kota Medan dengan luas DAS 98 Km2. Gambar 1 menunjukkan Daerah Aliran Sungai Babura terletak pada koordinat 3�25'12.48" - 3�35'27.84" Lintang Utara dan 98� 32'37.12" - 98�40'20.18" Bujur Timur. Adapun batas DAS Sungai Babura adalah Sebelah Utara: Kota Medan, Selat Malaka, Sebelah Timur: Kota Medan, Sebelah Selatan: Kabupaten Deli Serdang, dan Sebelah Barat: Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 1

Daerah Aliran Sungai Babura

2.    Data dan Alat Penelitian

Data untuk melakukan penelitian ini digunakan data primer dan data sekunder dari beberapa instansi sebagai berikut:

1.    Data curah hujan bulanan maksimum tahun 2010 � 2019 diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sampali Deli Serdang.

2.    Peta digital Sungai Babura dari website https://tanahair.indonesia.go.id/

3.    Peta digital tata guna lahan DAS Babura diperoleh dari BPDAS Sei Wampu Ular.

4.    Peta digital batas administrasi kelurahan Kota Medan diperoleh dari website http://geoportal.pemkomedan.go.id/.

5.    Data pengukuran profil memanjang dan melintang sungai (Cross Section) serta data elevasi diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera-II (BWSS-II).

6.    Data topografi berupa Digital Elevation Model (DEM) Nasional dari website https://tanahair.indonesia.go.id/demnas/

7.    Data topografi berupa Light Distance And Ranging (LiDAR) dari konsultan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Medan

Gambar 2 menunjukkan diagram alir penilitian untuk menganalisa data primer dan data sekunder digunakan perangkat keras (hardware) berupa Laptop, Printer, dan Alat Tulis serta perangkat lunak (software) berupa Microsoft Office Excel, QGIS, Autocad, HECRAS, Google Earth, dan Global Mapper untuk melakukan input data sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

Gambar 2

Diagram Alir Penelitian

3.    Analisis Curah Hujan Regional

Analisis curah hujan regional menggunakan metode Polygon Thiessen, dikarenakan lokasi penelitian berada pada daerah yang tidak seragam yakni bagian hulu memiliki topografi berbukit dan semakin ke hilir memiliki topografi dataran akan memberikan hasil yang lebih akurat. Data yang digunakan adalah data curah hujan bulanan maksimum dari tiga stasiun pengamatan curah hujan yaitu Stasiun Biru-biru, Balai Meteorologi, Stasiun Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I Medan, Stasiun Tuntungan. Gambar 3 menunjukkan lokasi ketiga Stasiun pada DAS Babura dapat dilihat sebagai berikut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3

Lokasi Pos Curah Hujan

 

4.    Analisis Frekuensi Curah Hujan Berkala

Frekuensi curah hujan berkala dianalisis dengan metode distribusi curah hujan yang terpilih dengan syarat pemilihan distribusi curah hujan (Gunawan, 2017). Curah hujan dianalisis dengan kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun dengan metode distribusi hujan yang terpilih.

5.    Uji Kesesuaian Distribusi

Hasil analisis curah hujan kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun dengan metode distribusi hujan yang terpilih dilakukan pengujian chi square dan smirnov kolgomorov (Zevri, 2014).

6.    Perkiraan Debit Banjir Kala Ulang dengan Metode Hidrograf Nakayashu

Hasil analisis curah hujan kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun dengan metode distribusi hujan yang terpilih dilakukan perhitungan debit banjir kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun dengan metode Hidrograf Nakayashu (Sutapa, 2005).

7.    Analisis Area Genangan Banjir dengan HECRAS

Analisis area genangan banjir akibat debit banjir kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun dengan metode Hidrograf Nakayashu dilakukan simulasi pada software HECRAS. Beberapa tahapan untuk menganalisis area genangan banjir yaitu input data topografi, membuat alur sungai, generate cross section sungai, input debit banjir kala ulang, input kondisi batas aliran sungai, running pemodelan dan menyimpan file pemodelan (Tate et al., 2002).

8.    Analisis Area Genangan Kelurahan dengan QGIS

Analisis area genangan kelurahan akibat debit banjir kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, dan 100 tahun dari hasil simulasi pada software HECRAS dilakukan analisis spasial area genangan kelurahan pada software QGIS. Beberapa tahapan untuk menganalisis area genangan kelurahan yaitu eksport peta genangan pada fitur Ras Mapper, import peta genangan ke software QGIS, import peta digital administrasi kelurahan Kota Medan, overlay dan clip peta genangan dengan peta digital kelurahan, menghitung luasan kelurahan yang tergenang pada software QGIS.

9.    Ekstraksi Elevasi Pengukuran Cross Section, DEMNAS, dan LiDAR

Ekstraksi elevasi pengukuran cross section, DEMNAS, dan LiDAR dilakukan meggunakan software Global Mapper. Beberapa tahapan untuk mengekstraksi elevasi yaitu import file topografi pengukuran cross section, DEMNAS, dan LiDAR ke Global Mapper, mengatur proyeksi Global Mapper sesuai area pengukuran, memilih semua koordinat titik yang akan diekstraksi elevasi, menerapkan elevasi data topografi DEMNAS dan LiDAR terhadap koordinat titik pengukuran cross section.

10.    Menghitung Nilai RMSE Area Genangan dan Elevasi

Perhitungan nilai RMSE area genangan dan elevasi hasil HECRAS dan Global Mapper dilakukan menggunakan Microsoft Excel. Beberapa tahapan untuk menghitung nilai RMSE yaitu input area genangan juga elevasi DEMNAS dan LiDAR pada kolom Excel, menghitung selisih dan selisih kuadrat area genangan juga elevasi DEMNAS dan LiDAR, menjumlahkan hasil selisih dan selisih kuadrat area genangan juga elevasi DEMNAS dan LiDAR, menghitung akar kuadrat dari pembagian hasil penjumlahan selisih dan selisih kuadrat area genangan juga elevasi DEMNAS dan LiDAR terhadap banyak data.

 

Hasil dan Pembahasan

1.    Data Curah Hujan

Untuk memperoleh hasil yang memiliki akurasi tinggi, diperlukan ketersediaan data yang memadai dari segi kualitas dan kuantitas. Data curah hujan menggunakan data selama 10 tahun dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2019. Dalam penelitian ini, data curah hujan diperoleh dari stasiun BBMKG Sampali, Tuntungan, dan Biru-biru. Data curah hujan maksimum bulanan dan harian untuk setiap stasiun ditunjukkan pada Tabel 1 sampai dengan Tabel 3.

 

Tabel 1

Data Curah Hujan Bulanan Maksimum (mm)

Stasiun BBMKG

Tahun

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sept

Okt

Nov

Des

Maks

2010

71

48

401

24

20

47

69

48

40

41

66

80

401

2011

78

35

64

64

39

40

54

98

59

58

63

60

98

2012

40

50

42

57

83

65

65

46

60

75

60

33

83

2013

29

66

53

63

27

39

58

33

32

70

21

111

111

2014

20

22

35

31

46

49

34

91

66

41

57

165

165

2015

42

46

10

12

39

11

86

50

52

76

90

43

90

2016

23

71

9

9

40

41

49

54

84

47

57

34

84

2017

37

6

40

44

22

64

32

82

34

84

65

135

135

2018

29

40

18

68

35

42

62

33

56

147

76

106

147

2019

27

20

9

46

159

21

31

65

102

70

50

54

159

 

Tabel 2

Data Curah Hujan Bulanan Maksimum (mm)

Stasiun Tuntungan

Tahun

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sept

Okt

Nov

Des

Maks

2010

78

15

106,3

25

29,5

48,5

31,6

64,5

64,6

50

93,9

57

106,3

2011

99

16

175

27

64,`5

80

36

75

78

72

58,2

57,5

175

2012

25

26

57

66

51

19

104

64

55

47

46

93

104

2013

69

79

42,5

54

100

66,6

50

90

80,2

140

38

90

140

2014

22

35

51

71

62

47

56

105

59

89

65

33

105

2015

87

23

36

14

162

32

40

65

108

147

109

169

169

2016

63

127

19

26

82

42

29

35

136

115

48

66

136

2017

39

23

37

55

123

70

48

50

141

72

88

65

141

2018

67

4

123

47

30

72

68

23

83

82

63

79

123

2019

63

59

43

39

100

98

72

70

79

76

76

146

146

 

Tabel 3

Data Curah Hujan Bulanan Maksimum (mm)

Stasiun Biru-Biru

Tahun

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agt

Sept

Okt

Nov

Des

Maks

2010

100

17

64

48

73

24

75

29

62

54

29

29

100

2011

73

26

62

82

83

62

17

41

51

62

65

63

83

2012

0

42

43

50

74

35

111

106

61

47

53

42

111

2013

108

46

53

42

35

50

44

65

104

80

25

72

108

2014

30

24

62

65

55

55

25

72

39

143

21

43

143

2015

78

52

36

48

122

29

27

31

41

39

75

98

122

2016

41

82

23

15

82

47

53

87

63

62

60

56

87

2017

119

37

51

50

71

57

61

71

93

75

71,5

66

119

2018

67

40

19

34

62

65

54

55

123

88

83

76

123

2019

27

12

14

39

65

73

46

59

62

66

60

55

73

 

2.    Analisis Curah Hujan Regional

Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui curah hujan rata-rata yang terjadi di daerah tangkapan air. Penentuan daerah pengaruh stasiun hujan dipilih menggunakan Metode Poligon Thiessen karena kondisi topografi dan jumlah stasiun memenuhi syarat. Setiap stasiun curah hujan dihubungkan untuk mendapatkan luas pengaruh masing-masing stasiun. Dimana setiap stasiun memiliki luas pengaruh yang dibentuk dengan garis sumbu yang tegak lurus dengan garis penghubung antara kedua stasiun tersebut. Luas pengaruh stasiun hujan pada DAS Babura ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 4.

Tabel 4

Luas Pengaruh Stasiun Hujan dan

Koefisien Thiessen DAS Babura

Nama DAS

Luas DAS (km2)

Luas Pengaruh Hujan (km2)

Stasiun Sampali

Stasiun Tuntungan

Stasiun Biru-Biru

DAS Babura

98,46

14,68

31,29

52,49

Sub DAS Babura Bekala

45,11

0,00

29,47

15,65

 

Nama DAS

Luas DAS (km2)

Koefisien Thiessen

Stasiun Sampali

Stasiun Tuntungan

Stasiun

Biru-Biru

DAS Babura

98,46

0,15

0,32

0,53

Sub DAS Babura Bekala

45,11

0,00

0,65

0,35

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 4

Polygon Thiessen DAS Babura

 

3.    Perhitungan Parameter Statistik

Perhitungan parameter statistik ini bertujuan untuk memilih jenis distribusi hujan yang akan dianalisis dengan syarat nilai koefisien kemencengan (Cs) dan nilai koefisien kurtosis (Ck) memenuhi syarat uji. Tabel 5 dan Tabel 6 adalah perhitungan nilai koefisien kemencengan (Cs) dan nilai koefisien kurtosis (Ck) untuk DAS Babura dan Sub DAS Babura Bekala yang dihitung menggunakan Microsoft Excel.

Tabel 5

Perhitungan Nilai Koefisien Kemencengan (Cs)

dan Nilai Koefisien Kurtosis (Ck) DAS Babura

No

Tahun

Curah Hujan (mm) Xi

(Xi-Xa)

(Xi-Xa)2

(Xi-Xa)3

(Xi-Xa)4

1

2010

145,83

24,12

581,54

14024,06

338193,46

2

2011

114,93

-6,78

45,95

-311,44

2111,05

3

2012

104,66

-17,05

290,71

-4956,74

84514,01

4

2013

118,79

-2,93

8,57

-25,10

73,49

5

2014

133,91

12,20

148,81

1815,25

22143,67

6

2015

132,54

10,83

117,31

1270,62

13762,23

7

2016

102,41

-19,30

372,61

-7192,49

138837,14

8

2017

128,44

6,73

45,29

304,75

2050,80

9

2018

126,49

4,78

22,84

109,12

521,46

10

2019

109,12

-12,59

158,60

-1997,27

25152,57

Jumlah

1217,13

 

1792,22

3040,77

627359,87

Rata-rata (Xa)

121,71

 

 

 

 

 

No

Uraian Parameter

Nilai

1

Hujan rata-rata

121,71

2

Maksimum

145,83

3

Minimum

102,41

4

Standar Deviasi

14,11

5

Kef, Asimetri (Cs)

0,15

6

Koef, Kurtosi (Ck)

2,20

7

Koef, Variasi (Cv)

0,12

 

Tabel 6

Perhitungan Nilai Koefisien Kemencengan (Cs)

dan Nilai Koefisien Kurtosis (Ck) Sub Das Babura Bekala

No

Tahun

Curah Hujan (mm) Xi

(Xi-Xa)

(Xi-Xa)2

(Xi-Xa)3

(Xi-Xa)4

1

2010

104,10

-20,76

431,16

-8952,91

185902,79

2

2011

142,80

17,94

321,86

5774,36

103594,85

3

2012

106,45

-18,41

338,91

-6239,16

114859,78

4

2013

128,80

3,94

15,53

61,19

241,10

5

2014

118,30

-6,56

43,03

-282,24

1851,33

6

2015

152,55

27,69

766,76

21232,07

587926,71

7

2016

118,85

-6,01

36,11

-217,03

1304,23

8

2017

133,30

8,44

71,24

601,32

5075,43

9

2018

123,00

-1,86

3,46

-6,43

11,96

10

2019

120,45

-4,41

19,44

-85,74

378,06

Jumlah

1248,60

 

2047,51

11885,43

1001146,23

Rata-rata (Xa)

124,86

 

 

 

 

No

Uraian Parameter

Nilai

 

1

Hujan rata-rata

124,86

 

2

Maksimum

152,55

 

3

Minimum

104,10

 

4

Standar Deviasi

15,08

 

5

Kef, Asimetri (Cs)

0,48

 

6

Koef, Kurtosi (Ck)

2,69

 

7

Koef, Variasi (Cv)

0,12

 

Selanjutnya nilai koefisien kemencengan (Cs) dan nilai koefisien kurtosis (Ck) untuk DAS Babura dan Sub DAS Babura Bekala ditabulasikan seperti pada Tabel 7 untuk pemilihan distribusi, sehingga terpilih distribusi Log Person III.

 

Tabel 7

Pemilihan Jenis Distribusi

Nama DAS

Hasil Perhitungan

Distribusi Normal

Distribusi Gumbel

Distribusi Log Normal

Nilai Cs

Nilai Ck

Cek Cs

Cek Ck

Cek Cs

Cek Ck

Cek Cs

Cek Ck

DAS Babura

0,15

2,20

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Sub DAS Babura Bekala

0,48

2,69

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

Tidak Memenuhi

 

4.    Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Log Person III

Perhitungan metode distribusi curah hujan log person III untuk DAS Babura dan Sub DAS Babura Bekala dihitung dengan menggunakan persamaan distribusi log person III dengan menggunakan Microsoft Excel dapat dilihat pada Tabel 8 dan Tabel 9 sebagai berikut.

Tabel 8

Distribusi Curah Hujan Log Person III

DAS Babura

No,

Tahun

Curah Hujan (mm) Xi

Log Xi

 

(Log Xi-Log XT)2

(LogXi-log Xr)3

1

2010

145,83

2,1638

2,0827

0,0066

0,0005

2

2011

114,93

2,0605

0,0005

0,0000

3

2012

104,66

2,0198

0,0040

-0,0002

4

2013

118,79

2,0748

0,0001

0,0000

5

2014

133,91

2,1268

0,0019

0,0001

6

2015

132,54

2,1224

0,0016

0,0001

7

2016

102,41

2,0103

0,0052

-0,0004

8

2017

128,44

2,1087

0,0007

0,0000

9

2018

126,49

2,1021

0,0004

0,0000

10

2019

109,12

2,0379

0,0020

-0,0001

Jumlah

1217,13

20,8270

0,0229

0,0000

S =

0,0504564

Cs=

-0,023945

 

T

Kt

Log XT = Log XT+K,Si

Besarnya curah hujan rencana, Xt

 

 

1

-2,3437

1,9644

92,14

 

 

2

0,0041

2,0829

121,03

 

 

5

0,8430

2,1252

133,42

 

 

10

1,2791

2,1472

140,36

 

 

20

1,5883

2,1628

145,49

 

 

25

1,7426

2,1706

148,13

 

 

50

2,0411

2,1857

153,35

 

 

100

2,3083

2,1992

158,19

 

 

Tabel 9

Distribusi Curah Hujan Log Person III

Sub DAS Babura Bekala

No,

Tahun

Curah Hujan (mm) Xi

Log Xi

 

(Log Xi-Log XT)2

(LogXi-log Xr)3

1

2010

104,10

2,0174

2,0936

0,0058

-0,0004

2

2011

142,80

2,1547

0,0037

0,0002

3

2012

106,45

2,0271

0,0044

-0,0003

4

2013

128,80

2,1099

0,0003

0,0000

5

2014

118,30

2,0730

0,0004

0,0000

6

2015

152,55

2,1834

0,0081

0,0007

7

2016

118,85

2,0750

0,0003

0,0000

8

2017

133,30

2,1248

0,0010

0,0000

9

2018

123,00

2,0899

0,0000

0,0000

10

2019

120,45

2,0808

0,0002

0,0000

Jumlah

1248,60

20,9362

0,0242

0,0002

S =

0,051866

Cs=

0,2327076

t

Kt

Log XT = Log XT+K,Si

Besarnya curah hujan rencana, Xt

 

1

-2,1511

1,9820

95,95

 

2

-0,0384

2,0916

123,49

 

5

0,8277

2,1365

136,94

 

10

1,3036

2,1612

144,95

 

20

1,6535

2,1794

151,14

 

25

1,8281

2,1884

154,32

 

50

2,1757

2,2065

160,86

 

100

2,4954

2,2230

167,13

 

 

5.    Analisis Debit Banjir Rancangan

Estimasi debit banjir yang dirancang untuk berbagai kala ulang dihitung menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu (HSS). Penggunaan metode ini membutuhkan beberapa karakteristik parameter luas aliran, koefisien limpasan, distribusi curah hujan, selang waktu dari awal hujan ke puncak hidrograf, tenggang waktu dari pusat gravitasi hujan ke pusat gravitasi hidrograf, tenggang waktu hidrograf, luas DAS, panjang saluran sungai utama terpanjang.

1)   Perhitungan Koefisien Limpasan

Tutupan Lahan DAS Babura dan Sub DAS Babura Bekala dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6, serta perhitungan koefisien limpasan DAS Babura dan Sub DAS Babura Bekala menggunakan Microsoft Excel dapat dilihat pada Tabel 10 dan Tabel 11 sebagai berikut.

 

Gambar 5

Tutupan Lahan DAS Babura

 

Gambar 6

Tutupan Lahan Sub DAS Babura Bekala

 

 

Tabel 10

Perhitungan Koefisien Limpasan

DAS Babura

Tutupan Lahan

Koefisien Limpasan (C)

Luas, A (Km2)

C x A

Danau/Situ

0,15

0,13

0,02

Empang

0,15

0,27

0,04

Hutan Rimba

0,02

13,53

0,27

Landas Pacu

0,90

0,24

0,22

Pemakaman Bukan Umum

0,20

0,09

0,02

Perkebunan/Kebun

0,40

44,85

17,94

Permukiman dan Tempat Kegiatan

0,75

19,81

14,86

Rawa

0,15

0,03

0,00

Sawah

0,15

6,21

0,93

Semak Belukar

0,20

2,13

0,43

Sungai

0,15

0,29

0,04

Tegalan/Ladang

0,10

10,87

1,09

Jumlah

98,46

35,86

Crerata

0,364

 

Tabel 11

Perhitungan Koefisien Limpasan

Sub DAS Babura Bekala

��� Tutupan Lahan

Koefisien Limpasan (C)

Luas, A (Km2)

C x A

Danau/Situ

0,15

0,06

0,01

Empang

0,15

0,17

0,03

Hutan Rimba

0,02

0,03

0,00

Pemakaman Bukan Umum

0,20

0,03

0,01

Perkebunan/Kebun

0,40

30,76

12,31

Permukiman dan Tempat Kegiatan

0,75

5,35

4,01

Rawa

0,15

0,03

0,00

Sawah

0,15

2,50

0,38

Semak Belukar

0,20

1,59

0,32

Sungai

0,15

0,09

0,01

Tegalan/Ladang

0,10

4,50

0,45

Jumlah

45,11

17,52

Crerata

0,388

 

2)   Perhitungan Debit Banjir Metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu

Perhitungan debit banjir metode hidrograf satuan sintetis nakayasu untuk DAS Babura dan Sub DAS Babura Bekala menggunakan persamaan hidrograf satuan sintesis nakayasu dengan Microsoft Excel� dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8 berikut.

 

Gambar 7

Debit Banjir Rancangan DAS Babura

Gambar 8

Debit Banjir Rancangan Sub DAS Babura Bekala

 

6.    Analisis Area Genangan Banjir dengan HECRAS

Analisis area genangan banjir menggunakan software HECRAS dengan menginput debit kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, 100 tahun, data topografi LiDAR, dan data topografi DEMNAS. Beberapa tahapan memodelkan area genangan banjir dengan HECRAS yaitu input data topografi, membuat alur sungai, generate cross section sungai, input debit banjir kala ulang, input kondisi batas aliran sungai, running pemodelan dan menyimpan file pemodelan. Adapun hasil area genangan banjir debit kala ulang 25 tahun, data topografi LiDAR dan data topografi DEMNAS dapat dilihat pada Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11.

Gambar 9

Genangan Debit Kala Ulang 25 Tahun dengan Data Topografi LiDAR

Gambar 10

Genangan Debit Kala Ulang 25 Tahun dengan Data Topografi DEMNAS

 

Gambar 9 memberikan� informasi bahwa area yang tergenang akibat luapan debit kala ulang 25 tahun Sungai Babura dengan data topografi Lidar dianalisis spasial pada software QGIS terdiri dari 19 kelurahan yaitu Anggrung, Beringin, Darat, Gedung Johor, Jati, Kesawan, Kwala Bekala, Mangga, Merdeka, Padang Bulan, Pangkalan Mansyur, Pasar Merah Barat, Petisah Hulu, Petisah Tengah, Polonia, Sarirejo, Sikambing D, Simalingkar B, dan Titi Rantai.

Gambar 10 memberikan informasi bahwa area yang tergenang akibat luapan debit kala ulang 1 tahun Sungai Babura dengan data topografi DEMNAS dianalisis spasial pada software QGIS terdiri dari 19 kelurahan yaitu Anggrung, Beringin, Darat, Gedung Johor, Jati, Kesawan, Kwala Bekala, Mangga, Merdeka, Padang Bulan, Pangkalan Mansyur, Pasar Merah Barat, Petisah Hulu, Petisah Tengah, Polonia, Sarirejo, Sikambing D, Simalingkar B, dan Titi Rantai.

 

Gambar 11

Perbandingan Luas Genangan Banjir

Data Topografi LiDAR dan DEMNAS

Gambar 11 memberikan informasi bahwa potensi banjir di Sungai Babura dengan data topografi Lidar yang diinput ke software HEC-RAS dan dianalisis spasial pada software QGIS menunjukkan bahwa daerah yang tergenang dengan kala ulang 1 tahun memiliki luasan sebesar 1,025 km2, kala ulang 2 tahun memiliki luasan sebesar 1,233 km2, kala ulang 5 tahun memiliki luasan sebesar 1,347 km2, kala ulang 10 tahun memiliki luasan sebesar 1,418 km2, kala ulang 20 tahun memiliki luasan sebesar 1,476 km2, kala ulang 25 tahun memiliki luasan sebesar 1,507 km2, kala ulang 50 tahun memiliki luasan sebesar 1,570 km2, dan kala ulang 100 tahun memiliki luasan sebesar 1,899 km2. Sedangkan potensi banjir di Sungai Babura dengan data topografi DEMNAS yang diinput ke software HEC-RAS dan dianalisis spasial pada software QGIS menunjukkan bahwa daerah yang tergenang dengan kala ulang 1 tahun memiliki luasan sebesar 2,512 km2, kala ulang 2 tahun memiliki luasan sebesar 2,889 km2, kala ulang 5 tahun memiliki luasan sebesar 3,048 km2, kala ulang 10 tahun memiliki luasan sebesar 3,293 km2, kala ulang 20 tahun memiliki luasan sebesar 3,353 km2, kala ulang 25 tahun memiliki luasan sebesar 3,386 km2, kala ulang 50 tahun memiliki luasan sebesar 3,449 km2, dan kala ulang 100 tahun memiliki luasan sebesar 3,648 km2.

7.    Analisis Area Genangan Kelurahan dengan QGIS

Analisis area genangan kelurahan menggunakan software QGIS dengan mengeksport hasil peta genangan HECRAS ke bentuk peta shp genangan debit kala ulang 1, 2, 5, 10, 20, 25, 50, 100 tahun, data topografi LiDAR dan data topografi DEMNAS. Beberapa tahapan analisis area genangan kelurahan dengan QGIS yaitu eksport peta genangan pada fitur Ras Mapper, import peta genangan ke software QGIS, import peta digital administrasi kelurahan Kota Medan, overlay dan clip peta genangan dengan peta digital kelurahan, menghitung luasan kelurahan yang tergenang pada software QGIS. Adapun perbandingan hasil area genangan kelurahan debit kala ulang 25 tahun data topografi LiDAR dan data topografi DEMNAS dapat dilihat Gambar 12.

 

Gambar 12

Perbandingan Area Genangan Kelurahan

Data Topografi LiDAR dan DEMNAS Kala Ulang 25 Tahun

Tabel 12 dan Tabel 13 memberikan informasi bahwa potensi banjir di Sungai Babura dengan data topografi Lidar dan data topografi DEMNAS yang diinput ke software HEC-RAS dan dianalisis spasial pada software QGIS menunjukkan bahwa beberapa daerah kelurahan yang tergenang mengalami peningkatan luasan genangan dengan kala ulang 1 tahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun, 20 tahun, 25 tahun, 50 tahun, dan 100 tahun.

Tabel 12

Area Genangan Kelurahan Data Topografi LiDAR



Tabel 13

Area Genangan Kelurahan Data Topografi DEMNAS

 

8.    Nilai RMSE Area Genangan dan Elevasi Cross Secion

Nilai RMSE (Root Mean Square Error) genangan dan data topografi dihitung menggunakan RMSE dengan Microsoft Excel. Nilai elevasi cross section setiap koordinat pengukuran pengukuran lapangan yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II terhadap data elevasi cross section LiDAR dan data elevasi cross section DEMNAS diekstraksi menggunakan software Global Mapper.Nilai RMSE (Root Mean Square Error) antara data cross section pengukuran lapangan yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II terhadap data cross section topografi LiDAR, nilai RMSE (Root Mean Square Error) antara data cross section pengukuran lapangan yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II terhadap data cross section topografi DEMNAS, nilai RMSE (Root Mean Square Error) antara data cross section topografi Lidar terhadap data cross section topografi DEMNAS, nilai RMSE (Root Mean Square Error) antara area genangan akibat luapan Sungai Babura dengan data topografi Lidar terhadap data topografi DEMNAS dapat dilihat pada Tabel 13, dan Tabel 14.

Tabel 13

Nilai RMSE Elevasi Cross Section

Elevasi Cross Section

LiDAR

DEMNAS

Lapangan

2,73

4,74

LiDAR

0,00

3,40

DEMNAS

3,40

0,00

 

Tabel 14

Nilai RMSE Area Genangan

Data Topografi LiDAR terhadap Data Topografi DEMNAS

Debit Kala Ulang

Nilai RMSE

Q1

0,1052

Q2

0,1176

Q5

0,1208

Q10

0,1250

Q20

0,1252

Q25

0,1253

Q50

0,1253

Q100

0,1210

 

Kesimpulan��������������������������������������������������������������

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat disampaikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1). Analisis distribusi frekuensi curah hujan pada daerah Sungai Babura terpilih distribusi curah hujan dengan metode Log Person III dengan nilai koefisien asimetri (Cs) sebesar 0,15 dan koefisien kurtosis (Ck) sebesar 2,20. 2). Perhitungan debit banjir menggunakan Metode Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu menghasilkan debit banjir Sungai Babura dengan kala ulang 1 tahun mencapai 92,15 m3/detik, kala ulang 2 tahun mencapai 120,56 m3/detik, kala ulang 5 tahun mencapai 132,74 m3/detik, kala ulang 10 tahun mencapai 139,56 m3/detik, kala ulang 20 tahun mencapai 144,61 m3/detik, kala ulang 25 tahun mencapai 147,19 m3/detik, kala ulang 50 tahun mencapai 152,33 m3/detik, dan kala ulang 100 tahun mencapai 169,60 m3/detik. 3). Analisis potensi banjir di Sungai Babura dengan data topografi Lidar yang diinput ke software HEC-RAS dan dianalisis spasial pada software QGIS menunjukkan bahwa daerah yang tergenang dengan kala ulang 1 tahun memiliki luasan sebesar 1,025 km2, kala ulang 2 tahun memiliki luasan sebesar 1,233 km2, kala ulang 5 tahun memiliki luasan sebesar 1,347 km2, kala ulang 10 tahun memiliki luasan sebesar 1,418 km2, kala ulang 20 tahun memiliki luasan sebesar 1,476 km2, kala ulang 25 tahun memiliki luasan sebesar 1,507 km2, kala ulang 50 tahun memiliki luasan sebesar 1,570 km2, dan kala ulang 100 tahun memiliki luasan sebesar 1,899 km2. 4). Analisis potensi banjir di Sungai Babura dengan data topografi DEMNAS yang diinput ke software HEC-RAS dan dianalisis spasial pada software QGIS menunjukkan bahwa daerah yang tergenang dengan kala ulang 1 tahun memiliki luasan sebesar 2,512 km2, kala ulang 2 tahun memiliki luasan sebesar 2,889 km2, kala ulang 5 tahun memiliki luasan sebesar 3,048 km2, kala ulang 10 tahun memiliki luasan sebesar 3,293 km2, kala ulang 20 tahun memiliki luasan sebesar 3,353 km2, kala ulang 25 tahun memiliki luasan sebesar 3,386 km2, kala ulang 50 tahun memiliki luasan sebesar 3,449 km2, dan kala ulang 100 tahun memiliki luasan sebesar 3,648 km2. 5). Area yang tergenang akibat luapan Sungai Babura dengan data topografi Lidar dianalisis spasial pada software QGIS terdiri dari 19 kelurahan yaitu Anggrung, Beringin, Darat, Gedung Johor, Jati, Kesawan, Kwala Bekala, Mangga, Merdeka, Padang Bulan, Pangkalan Mansyur, Pasar Merah Barat, Petisah Hulu, Petisah Tengah, Polonia, Sarirejo, Sikambing D, Simalingkar B, dan Titi Rantai. �6). Area yang tergenang akibat luapan Sungai Babura dengan data topografi DEMNAS dianalisis spasial pada software QGIS terdiri dari 19 kelurahan yaitu Anggrung, Beringin, Darat, Gedung Johor, Jati, Kesawan, Kwala Bekala, Mangga, Merdeka, Padang Bulan, Pangkalan Mansyur, Pasar Merah Barat, Petisah Hulu, Petisah Tengah, Polonia, Sarirejo, Sikambing D, Simalingkar B, dan Titi Rantai. 7). Nilai RMSE (Root Mean Square Error) antara data cross section pengukuran lapangan yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II terhadap data cross section topografi Lidar diperoleh nilai RMSE sebesar 2,73. 8). Nilai RMSE (Root Mean Square Error) antara data cross section pengukuran lapangan yang diperoleh dari Balai Wilayah Sungai Sumatera II terhadap data cross section topografi DEMNAS diperoleh nilai RMSE sebesar 4,74. 9). Nilai RMSE (Root Mean Square Error) antara data cross section topografi Lidar terhadap data cross section topografi DEMNAS diperoleh nilai RMSE sebesar 3,40. 10). Nilai RMSE (Root Mean Square Error) antara area genangan akibat luapan Sungai Babura dengan data topografi Lidar terhadap data topografi DEMNAS diperoleh nilai RMSE sebesar 0,1052 dengan debit kala ulang 1 tahun, nilai RMSE sebesar 0,1176 dengan debit kala ulang 2 tahun, nilai RMSE sebesar 0,1208 dengan debit kala ulang 5 tahun, nilai RMSE sebesar 0,1250 dengan debit kala ulang 10 tahun, nilai RMSE sebesar 0,1252 dengan debit kala ulang 20 tahun, nilai RMSE sebesar 0,1253 dengan debit kala ulang 25 tahun, nilai RMSE sebesar 0,1253 dengan debit kala ulang 50 tahun, dan nilai RMSE sebesar 0,1210 dengan debit kala ulang 100 tahun.

 

 

 

 

 

������

BIBLIOGRAFI

 

Astuti, A. J. D., Yuniastuti, E., Nurwihastuti, D. W., & Triastuti, R. (2017). Analisis Koefisien Aliran Permukaan dengan Menggunakan Metode Bransby-Williams di Sub Daerah Aliran Sungai Babura Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Geografi, 9(2), 158�165. Google Scholar

 

Buta, C., Mihai, G., & Stănescu, M. (2017). Flash floods simulation in a small drainage basin using HEC-RAS hydraulic model. Ovidius University Annals, Series Civil Engineering, 19(1). Google Scholar

 

Demir, V., & Kisi, O. (2016). Flood hazard mapping by using geographic information system and hydraulic model: Mert River, Samsun, Turkey. Advances in Meteorology, 2016. Google Scholar

 

Gunawan, G. (2017). Analisis Data Hidrologi Sungai Air Bengkulu Menggunakan Metode Statistik. Inersia: Jurnal Teknik Sipil, 9(1), 47�58. Google Scholar

 

Hanie, M. Z., Tarigan, A. P. M., & Khair, H. (2017). Analisis Mitigasi Banjir di Daerah Aliran Sungai Babura Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Jurnal Dampak, 14(1), 23�32. Google Scholar

 

Heimhuber, V., Hannemann, J.-C., & Rieger, W. (2015). Flood risk management in remote and impoverished areas�a case study of Onaville, Haiti. Water, 7(7), 3832�3860. Google Scholar

 

Ismail, N., Bakhtiar, B., Yanis, M., Darisma, D., & Abdullah, F. (2020). Mitigasi dan Adaptasi Struktural Bahaya Banjir Berdasarkan Kearifan Lokal Masyarakat Aceh Singkil Provinsi Aceh. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 22(2), 276�285. Google Scholar

 

Quirogaa, V. M., Kurea, S., Udoa, K., & Manoa, A. (2016). Application of 2D numerical simulation for the analysis of the February 2014 Bolivian Amazonia flood: Application of the new HEC-RAS version 5. Ribagua, 3(1), 25�33. Google Scholar

 

Rangari, V. A., Sridhar, V., Umamahesh, N. V, & Patel, A. K. (2019). Floodplain mapping and management of urban catchment using HEC-RAS: a case study of Hyderabad City. Journal of the Institution of Engineers (India): Series A, 100(1), 49�63. Google Scholar

 

Sole, A., Giosa, L., & Copertino, V. (2007). Risk flood areas, a study case: Basilicata region. WIT Transactions on Ecology and the Environment, 104, 213�228. Google Scholar

 

Stevens, M. R., & Hanschka, S. (2014). Municipal flood hazard mapping: the case of British Columbia, Canada. Natural Hazards, 73(2), 907�932. Google Scholar

 

Sutapa, I. W. (2005). Kajian Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu Untuk perhitungan Debit Banjir Rancangan di Daerah Aliran Sungai Kodina. MEKTEK, 7(1). Google Scholar

 

Tate, E. C., Maidment, D. R., Olivera, F., & Anderson, D. J. (2002). Creating a terrain model for floodplain mapping. Journal of Hydrologic Engineering, 7(2), 100�108. Google Scholar

 

Thol, T., Kim, L., Ly, S., Heng, S., & Sreykeo, S. (2016). Application of HEC-RAS for a flood study of a river reach in Cambodia. Proceedings of the 4th International Young Researchers� Workshop on River Basin Environment and Management, Ho Chi Minh City, Vietnam, 12�13. Google Scholar

 

Zevri, A. (2014). Analisis Potensi Resiko Banjir Pada DAS Yang Mencakup Kota Medan Dengan Menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). Google Scholar

 

 

Copyright holder:

Muhammad Anshari Matondang, Ahmad Perwira Mulia,

Muhammad Faisal (2022)

 

First publication right:

Jurnal Syntax Admiration

 

This article is licensed under: