Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 3 No. 2 Februari 2022 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
ANALISIS PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DAIRI DENGAN METODE AHP DAN GIS
Provet B Sitanggang, Ahmad Perwira Mulia, Zaid Perdana Nasution
Universitas Sumatera Utara (USU) Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 Januari 2022 Direvisi 05 Februari 2022 Disetujui 15 Februari 2022 |
Persoalan keterbatasan dana seringkali menjadi kendala dalam menentukan prioritas pemeliharaan jalan, termasuk pada Kabupaten Dairi. Dalam penentuan urutan prioritas jalan diperlukan adanya suatu metode mengenai penentuan prioritas jalan secara objektif yang akan dilakukan pemeliharaan agar tepat sasaran. Tujuan dalam penelitian ini adalah menentukan urutan prioritas penanganan jalan di Kabupaten Dairi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mengumpulkan data primer dan sekunder yang kemudian akan diolah menggunakan AHP dan GIS. Kriteria yang digunakan adalah kondisi jalan, Lalu Lintas Harian (LHR), panjang jalan, biaya penanganan, dan fungsi tata guna lahan. Dari hasil analisis didapatkan urutan kriteria yang paling berpengaruh adalah kriteria biaya pemeliharaan, kondisi jalan, LHR, fungsi tata guna lahan, dan panjang jalan. Adapun urutan prioritas pemeliharaan jalan pada 10 prioritas teratas yaitu Jalan SP. A - Sinar Pagi (900301) menjadi prioritas pertama, lalu diikuti Jalan Namo Sanggar - Liang Jering - Siudang Udang (900136) prioritas kedua, lalu prioritas selanjutnya adalah jalan Balai Desa Jl. Ampera - Pangguruan (900222), Pancur Nauli - Huta Ginjang (900035), Sidikalang - Sp. Tiga (900025), Tigalingga - Soban (900046), Pancur Nauli - PT. Wahana (900090), Sp. Tiga - Juma Teguh (900017), Sidikalang - Sp. Karing (900027), dan Sp. Logan - Lae Basbas - Sinar Pagi (900094).
ABSTRACT������������������������� The problem of limited funds is often an obstacle in determining road maintenance priorities, including in Dairi Regency. In determining the order of road priorities, it is necessary to have a method regarding determining road priorities objectively which will be carried out so that maintenance is right on target. The purpose of this study is to determine the order of priority for road handling in Dairi Regency. The method used in this research is qualitative by collecting primary and secondary data which will then be processed using AHP and GIS. The criteria used are road conditions, Daily Traffic (LHR), road length, handling costs, and land use functions. From the results of the analysis, it is found that the order of the most influential criteria is the criteria for maintenance costs, road conditions, LHR, land use functions, and road length. The priority order of road maintenance in the top 10 priorities is Jalan SP. A - Sinar Pagi (900301) is the first priority, then followed by Jalan Namo Sanggar - Liang Jering - Siudang Udang (900136) the second priority, then the next priority is Jalan Balai Desa Jl. Ampera - Pangguruan (900222), Pancur Nauli - Huta Ginjang (900035), Sidikalang - Sp. Tiga (900025), Tigalingga - Soban (900046), Pancur Nauli - PT. Wahana (900090), Sp. Tiga - Juma Teguh (900017), Sidikalang - Sp. Karing (900027), and Sp. Logan - Lae Basbas - Morning Light (900094). |
Kata Kunci: AHP; analisis prioritas; pemeliharaan jalan
Keywords: AHP; priority analysis; road maintenance |
Pendahuluan
Pemeliharaan jalan dilakukan dengan kegiatan pemeliharaan rutin, rehabilitasi, pemeliharaan bersiklus dan peningkatan jalan baik peningkatan konstruksi jalan maupun peningkatan kapasitas jalan. porto yg diperlukan buat melaksanakan aktivitas pemeliharaan jalan tadi tidaklah sedikit, terlebih lagi dengan semakin terbatasnya asal daya material jalan, alat-alat serta asal daya insan yang tersedia. menggunakan banyak sekali permasalahan infrastruktur jalan yang terdapat dan ketersediaan alokasi aturan yg terbatas maka diharapkan suatu seni manajemen pemeliharaan jalan yang tepat. seni manajemen pemeliharaan jalan harus memperhatikan skala prioritas kebutuhan dari aneka macam macam kepentingan. Metode pendukung keputusan yg tepat buat memilih prioritas pemeliharaan jalan menggunakan budget yang terbatas merupakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Menurut (Ahmed et al., 2017) metode AHP berbasis objektif lebih cocok untuk memprioritaskan pemeliharaan perkerasan jalan.
Selama ini penentuan prioritas proyek jalan kabupaten yg disusun Dinas Pekerjaan umum Kabupaten Dairi dirancang sesuai Surat Keputusan Menteri Pekerjaan awam nomor 77/KPTS/Db/1990 ihwal Petunjuk Teknis Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan pada daerah. Penentuan usulan proyek jalan hanya mempertimbangkan lalu lintas harian rata-homogen (LHR) serta manfaat lalulintas (NPV) saja. menggunakan metode tadi masih poly jalan yang belum menerima penanganan baik pemeliharaan maupun peningkatan dan aspirasi masyarakat melalui musrenbang di taraf desa dan taraf kecamatan hanya sebagaian mungil direalisasikan dalam APBD.
berdasarkan hal tadi, maka diperlukan suatu seni
manajemen tentang penentuan prioritas pemeliharaan jalan yang sempurna. seni
manajemen tersebut perlu memperhatikan skala prioritas kebutuhan dari berbagai
macam kepentingan agar tidak terjadi ketimpangan.
Tujuan berasal penelitian ini ialah buat memilih urutan prioritas penanganan
jalan di Kabupaten Dairi sesuai data kondisi jalan dan data spasial yg relevan
yg tersedia. Penelitian ini menggunakan Metode AHP pada memilih urutan
prioritas jalan yg akan dilakukan pemeliharaan. Analytical Hierarchy Process
(AHP) artinya suatu metode pengambilan keputusan berasal banyak sekali
persoalan multi kriteria pada mana penentuan urutan prioritas sesuai pada suatu
yang terstruktur serta masuk akal. Penggunaan metode dengan sistem hirarki
sudah diterapkan di Sumatera Utara pada penentuan prioritas jalan kabupaten.
Adapun parameter atau kriteria yang digunakan merupakan : faktor kondisi jalan,
faktor volume lalu lintas, faktor ekonomi, faktor kebijakan dan faktor rapikan
guna huma (Moazami et al., 2011) menggunakan kriteria pavement condition index, lalu lintas, jenis jalan saat
menganalisis prioritas rehabilitasi dan pemeliharaan
perkerasan jalan perkotaan menggunakan logika fuzzy. (Ouma et al., 2015) menggunakan kriteria keselamatan jalan, preservasi permukaan perkerasan, status
operasional jalan dan estetika jalan dalam analisis prioritas
pemeliharaan perkerasan jalan yang dilakukan.
Penggunaan metode AHP untuk penanganan jalan telah dilakukan pada beberapa penelitian sebelumnya. (Almeida et al., 2012) melakukan analisis prioritas pemeliharaan jalan tanah di Aquiraz, Cear�, di wilayah timur laut Brasil menggunakan metode AHP dengan mempertimbangkan serangkaian variabel yang terkait dengan aspek fisik, iklim, lalu lintas, manajemen dan sosial dan yang mempengaruhi fungsi jalan tersebut. (Guo et al., 2009) menganalisis kontrol kualitas Konstruksi Perkerasan Aspal di Cina. Selain itu (Li et al., 2018) melakukan pengambilan keputusan pemeliharaan perkerasan tingkat jaringan menggunakan metode AHP dengan kriteria kinerja perkerasan, kekuatan struktur perkerasan, lalu lintas, umur perkerasan, kelas jalan. (Kurniawan et al., 2020) dalam penelitiannya� prioritas pemeliharaan jalan di kabupaten Lumajang menggunakan metode AHP.
Selain itu, teknologi GIS (Geospasial Information System) juga digunakan dalam penentuan prioritas pemeliharaan jalan. Informasi dalam bentuk spasial diterapkan menjadi salah satu faktor dalam penentuan prioritas pada metode AHP. menggunakan digunakannya metode ini pada penentuan prioritas penanganan jalan pada Kabupaten Dairi, metode ini diharapkan mampu memberi yang akan terjadi yg lebih representatif sehingga diperoleh urutan prioritas yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan warga.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mengumpulkan data primer dan sekunder yang kemudian akan diolah menggunakan AHP dan GIS. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan pihak-pihak (stakeholders) yang berkaitan dalam penanganan jalan kabupaten di Kabupaten Dairi. FGD dilakukan dengan menjawab pertanyaan mengenai perbandingan antara satu keriteria dengan kriteria lain menggunakan skala perbandingan kriteria, hal ini bertujuan untuk mendapatkan nilai pembobotan pada setiap kriteria dan sub-kriteria. Pihak yang terlibat dalam FGD ini yaitu Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kabupaten Dairi, Kepala Bappeda Pemerintah Kabupaten Dairi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Pemerintah Kabupaten Dairi, Kepala Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Dinas PUTR Kabupaten Dairi, dan Kepala Bidang Cipta Karya Dinas PUTR Pemerintah Kabupaten Dairi. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data penanganan jalan kabupaten di Kabupaten Dairi pada tahun anggaran 2018 � 2020 serta data fungsi tata guna lahan berdasarkan data dari BAPPEDA Kabupaten Dairi.
Lokasi dari penelitian ini adalah Kabupaten Dairi. Kabupaten
Dairi merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara dengan luas 192.780
Ha. Kabupaten Dairi terletak di sebelah Barat Daya
Provinsi Sumatera Utara serta adalah pintu keluar - masuk dari/ke Provinsi Aceh
dari sebelah Barat, secara geografis berada di koordinat 980 00� - 980 30� BT
dan 20 15� 00�� - tiga 0 00� 00�� LU.
Analisis dalam penelitian ini diawali menggunakan menentukan urutan prioritas
penanganan jalan kabupaten menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
(AHP) yg diawali menggunakan penyusunan hirarki yaitu menggunakan penentuan
kriteria serta penentuan subkriteria. Selanjutnya dilakukan analisis pembobotan
dalam penentuan skala prioritas jalan dengan metode AHP.
Variabel yang digunakan adalah 5 (lima) kriteria yang dianggap paling berpengaruh sebagai dasar pertimbangan penanganan jalan yang diperoleh dari beberapa penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Kriteria Pertimbangan Penanganan Jalan
No. |
Kriteria |
Sub Kriteria |
Korelasi terhadap Prioritas Penanganan |
1 |
Biaya Penanganan (BP) |
- |
Negatif |
2 |
Tata Guna Lahan (TGL) |
Pemukiman (Pm) |
Positif |
Perkebunan (Pk) |
|||
Pertanian (Pt) |
|||
Hutan Lindung (HL) |
|||
Hutan Produksi (HP) |
|||
3 |
Lalu Lintas Harian (LHR) |
- |
Positif |
4 |
Kerusakan Jalan (KJ) |
Ringan (RR) |
Positif |
Sedang (S) |
|||
Berat (RB) |
|||
5 |
Panjang Jalan (PJ) |
- |
Negatif |
Sumber: Hasil analisa
1. Struktur Hirarki
Hal penting yang dibutuhkan dalam penggunaan metode ini hal ialah suatu struktur hirarki buat memodelkan suatu perseteruan yang ada. Adapun struktur hirarki berasal penelitian ini mirip di gambar 1.
Gambar 1
Struktur Hirarki (Sumber: Hasil analisa)
Struktur hirarki tadi tujuan berada di taraf pertama, kriteria di taraf ke 2, sub kriteria pada taraf ketiga serta cara lain yang akan diurutkan prioritasnya berada di tingkat keempat.
2. Perhitungan Bobot Kriteria
Perhitungan bobot setiap kriteria dilakukan dengan perhitungan matriks perbandingan berpasangan. Nilai sintesis matriks diproses buat menghitung konsistensi yaitu nilai CR < 0,1. Penentuan peringkat asal matriks berpasangan dilakukan menggunakan metode expert judgement atau dengan metode yang disepakati oleh para ahli (stekholders) dan berdasarkan jurnal-jurnal ilmiah yang terkait menggunakan penelitian ini.
Tabel 2
Matriks Perbandingan Kriteria
Matriks Perbandingan |
|||||
KRITERIA |
BP |
TGL |
LHR |
KJ |
PJ |
BP |
1 |
5 |
3 |
2 |
5 |
TGL |
1/5 |
1 |
�1/5 |
1/5 |
3 |
LHR |
1/3 |
5 |
1 |
1/2 |
5 |
KJ |
1/2 |
5 |
2 |
1 |
5 |
PJ |
1/5 |
�1/3 |
�1/5 |
1/5 |
1 |
Sumber: Hasil analisa
Gambar 2
Skema Skala Perbandingan Kriteria
(Sumber: Hasil Analisa)
Tabel 3
Matriks Perbandingan Kriteria
Matriks Perbandingan |
|||||
KRITERIA |
BP |
TGL |
LHR |
KJ |
PJ |
BP |
1.000 |
5.000 |
3.000 |
2.000 |
5.000 |
TGL |
0.200 |
1.000 |
0.200 |
0.200 |
3.000 |
LHR |
0.333 |
5.000 |
1.000 |
0.500 |
5.000 |
KJ |
0.500 |
5.000 |
2.000 |
1.000 |
5.000 |
PJ |
0.200 |
0.333 |
0.200 |
0.200 |
1.000 |
Total |
2.233 |
16.333 |
6.400 |
3.900 |
19.000 |
Sumber: Hasil analisa
Tabel 4
Sintesis Matriks Kriteria
KRITERIA |
BP |
TGL |
LHR |
KJ |
PJ |
Vector Prioritas |
BP |
0.448 |
0.306 |
0.469 |
0.513 |
0.263 |
0.400 |
TGL |
0.090 |
0.061 |
0.031 |
0.051 |
0.158 |
0.078 |
LHR |
0.149 |
0.306 |
0.156 |
0.128 |
0.263 |
0.201 |
KJ |
0.224 |
0.306 |
0.313 |
0.256 |
0.263 |
0.272 |
PJ |
0.090 |
0.020 |
0.031 |
0.051 |
0.053 |
0.049 |
Total |
1.000 |
1.000 |
1.000 |
1.000 |
1.000 |
1.000 |
Sumber: Hasil analisa
Nilai vector prioritas pada tabel 4 didapatkan dari nilai rata-rata kriteria dibandingkan dengan kriteria lainnya. Langkah berikutnya adalah perhitungan konsistensi yaitu untuk melihat nilai akibat AHP memenuhi persyaratan CR < 0,1. apabila nilai konsistensi tidak terpenuhi, maka dilakukan balik perhitungan AHP pada tahap hirarki dan kriteria. buat menerima nilai rasio, maka dilakukan perhitungan λ maksimum terlebih dahulu menggunakan cara menjadi berikut:
Hasil perkalian matriks di atas dibagi lagi dengan bobot dari setiap kriteria tersebut:
2.186 |
= |
5.460 |
|
|
0.400 |
= |
5.111 |
|
|
1.106 |
= |
5.515 |
||
0.400 |
|
|
0.078 |
|
|
0.201 |
||||||||
|
|
|
|
|||||||||||
1.510 |
= |
5.542 |
|
|
0.250 |
= |
5.092 |
|
|
|||||
0.272 |
|
|
0.049 |
|
|
Kemudian dari hasil pembagian di atas, dihitung nilai λ maksimum, sebagai berikut:
λmax |
= |
5,460 + 5,111 + 5,515 + 5,542 + 5,092 |
||
5 |
||||
|
||||
λmax |
= |
5,344 |
|
|
|
Langkah berikutnya merupakan menghitung nilai concistency ratio index (CI)
serta menghitung nilai concistency ratio (CR) dengan menggunakan nilai secara
acak consistency (RI) menggunakan nilai RI = 1,12 buat n = 5. Perhitungan CI
dan CR merupakan menjadi berikut :
CI |
= |
λmax - n |
= |
5,344 - 5 |
= |
0,086 |
|
n - 1 |
5 - 1 |
||||||
CR |
= |
CI |
= |
0,086 |
= |
0,077 |
< 0,1 |
RI |
1,12 |
Hasil dari perhitungan AHP dalam mengambil keputusan pada penelitian telah memenuhi syarat yaitu nilai CR harus lebih kecil dari 0,1. Hasil perhitungan bobot untuk kriteria utama dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5
Hasil Perhitungan AHP
KRITERIA |
Vector Prioritas (bobot) |
Biaya Penanganan (BP) |
0.400 |
Tata Guna Lahan (TGL) |
0.078 |
Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR) |
0.201 |
Kerusakan Jalan (KJ) |
0.272 |
Panjang Jalan (PJ) |
0.049 |
Total |
1.000 |
Sumber: Hasil analisa
Sesuai Tabel 5 bisa diketahui bahwa kriteria biaya penanganan mendapatkan bobot paling tinggi yaitu 0.400, hal ini membagikan bahwa kriteria biaya penanganan memiliki dampak paling tinggi pada penentuan prioritas pemeliharaan dan peningkatan jalan. Kriteria yg mempunyai dampak tertinggi kedua adalah kriteria kerusakan jalan, kemudian kriteria LHR, kriteria fungsi rapikan guna lahan, dan kriteria panjang jalan..
3. Perhitungan Bobot Sub Kriteria
Tabel 6
Hasil Perhitungan Bobot Sub Kriteria
Tata Guna Lahan dengan AHP
KRITERIA |
Vector Prioritas (bobot) |
Pemukiman (Pm) |
0.299 |
Perkebunan (Pk) |
0.133 |
Pertanian (Pt) |
0.434 |
Hutan Lindung (HL) |
0.043 |
Hutan Produksi (HP) |
0.090 |
Total |
1.000 |
Sumber: Hasil analisa
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sub kriteria tata guna huma pertanian menerima bobot paling tinggi yaitu 0.434, hal ini memberikan bahwa sub kriteria pertanian memiliki dampak paling tinggi dalam penentuan prioritas pemeliharaan jalan. Kriteria yang mempunyai impak tertinggi kedua merupakan sub kriteria pemukiman, lalu sub kriteria perkebunan, sub kriteria hutan produksi, serta sub kriteria hutan lindung.
Tabel 7
Hasil Perhitungan AHP
KRITERIA |
Vector Prioritas (bobot) |
Sedang (S) |
0.084 |
Rusak Ringan (RR) |
0.193 |
Rusak Berat (RB) |
0.724 |
Total |
1.000 |
Sumber: Hasil analisa
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa sub kriteria jalan dengan kondisi rusak berat mendapatkan bobot paling tinggi yaitu 0.724, hal ini menunjukkan bahwa sub kriteria jalan dengan kondisi rusak berat memiliki pengaruh paling tinggi dalam penentuan prioritas pemeliharaan jalan. Sub kriteria yang memiliki pengaruh tertinggi kedua adalah sub kriteria kondisi jalan rusak, lalu sub kriteria kondisi jalan sedang.
4. Perhitungan Bobot Alternatif
Gambar 3
Bobot alternatif kriteria Kondisi Jalan (Sumber: Hasil analisa)
Gambar 4
Bobot alternatif kriteria Panjang jalan (Sumber: Hasil analisa)
Gambar 5
Bobot Alternatif Kriteria Lalu
Lintas Harian Rata-Rata (Sumber: Hasil analisa)
Gambar 6
Bobot alternatif kriteria Biaya Penanganan (Sumber: Hasil analisa)
Gambar 7
Tata Guna Lahan Kabupaten Dairi
���������� (sumber: Dinas PUTR Kabupaten Dairi)
Gambar 8
Bobot alternatif kriteria Tata Guna Lahan
(Sumber: Hasil analisa)
Langkah selanjutnya adalah perhitungan bobot akhir dengan cara mengalikan bobot lokal dari alternatif pada setiap kriteria dengan bobot global kriteria dan sub kriteria.
Gambar 9
Bobot Akhir AHP Prioritas Penanganan Jalan
(Sumber: Hasil analisa)
5. Prioritas Pemeliharaan Jalan
Berdasarkan perhitungan bobot kriteria dengan AHP diketahui bahwa Jalan SP. A - Sinar Pagi mempunyai bobot paling tinggi yaitu 0.0290, hal ini menunjukkan bahwa Bila dilihat asal holistik kriteria, Jalan SP. A - Sinar Pagi (900301) menjadi prioritas pertama, lalu diikuti Jalan Namo Sanggar - Liang Jering - Siudang Udang (900136) prioritas kedua, lalu prioritas selanjutnya merupakan jalan Balai Desa Jl. Ampera - Pangguruan (900222), Pancur Nauli - Huta Ginjang (900035), Sidikalang - Sp. Tiga (900025), Tigalingga - Soban (900046), Pancur Nauli - PT. Wahana (900090), Sp. Tiga.
- Juma Teguh (900017), Sidikalang - Sp. Karing (900027), dan Sp. Logan - Lae Basbas
- Sinar Pagi (900094) urutan terakhir pada 10 prioritas teratas. Error! Reference source not found. memperlihatkan daftar sepuluh teratas prioritas pemeliharaan jalan Kabupaten Dairi berikut bobot dari setiap kriteria.
Tabel 1
Daftar Sepuluh Teratas Prioritas
Pemeliharaan Jalan Kabupaten Dairi
No. |
Kode Ruas |
Nama Ruas |
Biaya |
Tata Guna Lahan |
LHR |
Keru- |
Panjang Jalan |
Bobot Akhir |
900301 |
SP. A - Sinar Pagi |
0.0010 |
0.0007 |
0.0022 |
0.0249 |
0.0001 |
0.0290 |
|
2 |
900136 |
Namo Sanggar - Liang Jering - Siudang Udang |
0.0009 |
0.0010 |
0.0022 |
0.0225 |
0.0001 |
0.0267 |
3 |
900222 |
Balai Desa Jl. Ampera - Pangguruan |
0.0185 |
0.0000 |
0.0022 |
0.0006 |
0.0022 |
0.0235 |
4 |
900035 |
Pancur Nauli - Huta Ginjang |
0.0185 |
0.0002 |
0.0022 |
0.0001 |
0.0022 |
0.0233 |
5 |
900025 |
Sidikalang - Sp. Tiga |
0.0116 |
0.0046 |
0.0022 |
0.0000 |
0.0014 |
0.0198 |
6 |
900046 |
Tigalingga - Soban |
0.0014 |
0.0030 |
0.0022 |
0.0125 |
0.0002 |
0.0191 |
7 |
900090 |
Pancur Nauli - PT. Wahana |
0.0143 |
0.0007 |
0.0022 |
0.0000 |
0.0017 |
0.0188 |
8 |
900017 |
Sp. Tiga - Juma Teguh |
0.0020 |
0.0021 |
0.0022 |
0.0122 |
0.0002 |
0.0188 |
9 |
900027 |
Sidikalang - Sp. Karing |
0.0077 |
0.0042 |
0.0022 |
0.0001 |
0.0009 |
0.0151 |
10 |
900094 |
Sp. Logan - Lae Basbas - Sinar Pagi |
0.0012 |
0.0001 |
0.0022 |
0.0112 |
0.0001 |
0.0149 |
Sumber: Hasil analisa
Berdasarkan tabel 8 diketahui pada ruas jalan SP. A � Sinar Pagi (900301), bobot kriteria tertinggi pada ruas jalan ini ialah kriteria kerusakan jalan dengan bobot 0.0249. Apabila dilihat dari total bobot pada ruas jalan ini yakni sebesar 0.0290, maka dapat dikatakan bahwa kriteria kerusakan jalan merupakan faktor paling berpengaruh yang menjadikan ruas jalan tersebut menjadi prioritas pertama pemeliharaan jalan. Hal ini sesuai dengan kondisi pada ruas jalan ini, di mana dari jalan sepanjang 18.00 km terdapat 15.60 km dalam kondisi rusak berat dan 2.40 km dalam kondisi rusak ringan. Adapun kriteria lain tidak memberikan pengaruh yang siginifikan terhadap terhadap jumlah bobot yang dimiliki ruas jalan ini.
Urutan kedua pada ruas jalan Namo Sanggar - Liang Jering � Siudang (900136) menjadi prioritas dengan total bobot sebesar 0.0267. Sama seperti ruas jalan SP. A � Sinar Pagi, faktor yang menjadikan ruas jalan ini termasuk prioritas atas ialah kriteria kerusakan jalan dengan bobot sebesar 0.0225. Adapun kondisi ruas jalan ini dengan panjang total 20.00 km, terdapat 11.60 dalam kondisi rusak berat, 6.80 km dalam kondisi rusak ringan, dan 1,60 km dalam kondisi sedang.
Hal menarik diperlihatkan pada ruas jalan Balai Desa Jl. Ampera � Pangguruan (900222) dan Pancur Nauli - Huta Ginjang (900035) yang merupakan prioritas ketiga dan keempat. Biaya menjadi kriteria yang paling berpengaruh pada kedua ruas jalan ini. Namun keduanya memiliki nilai bobot yang sama pada kriteria ini, termasuk pada kriteria LHR serta panjang jalan juga keduanya memiliki nilai bobot yang sama. Maka kedua ruas jalan ini diprioritaskan diurutkan berdasarkan kriteria tata guna lahan dan kondisi kerusakan jalan, di mana ruas jalan Balai Desa Jl. Ampera � Pangguruan memiliki bobot tata guna lahan dan kerusakan sebesar 0.0000 dan 0.0006 sedangkan ruas jalan Pancur Nauli - Huta Ginjang memiliki bobot tata guna lahan dan kerusakan sebesar 0.0002 dan 0.0001, sehingga ruas jalan Balai Desa Jl. Ampera � Pangguruan menjadi prioritas ketiga sedangkan Pancur Nauli - Huta Ginjang menjadi prioritas ke empat dengan bobot total sebesar 0.0235 dan 0.0233.
Sepuluh ruas jalan prioritas teratas ini berada tersebar di berbagai daerah di Kabupaten Dairi. Gambar 10 menunjukkan masing-masing lokasi sepuluh ruas jalan ini, dimulai dari ruas jalan SP. A � Sinar Pagi sampai dengan ruas jalan Sp. Logam � Lae Bas-bas � Sinar Pagi dengan masing-masing warna sesuai dengan yang diperlihatkan pada keterangan gambar.
Gambar 10
Sepuluh Prioritas Teratas Pemeliharaan
Jalan Kabupaten Dairi (Sumber: Hasil Analisa)
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pemilihan prioritas pemeliharaan jalan di Kabupaten Dairi digunakan lima kriteria yaitu kondisi jalan, panjang jalan, LHR, biaya penanganan, dan fungsi tata guna lahan. Adapun pada kritria kondisi jalan dibagi menjadi tiga sub kriteria yaitu, sub kriteria kondisi jalan sedang, kondisi jalan rusak, dan kondisi jalan rusak berat. Sedangkan pada kriteria fungsi tata guna lahan dibagi menjadi lima sub kriteria yaitu sub kriteria fungsi tata guna lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, hutan lindung, dan hutan produksi. Kriteria biaya penanganan menjadi kriteria yang paling berpengaruh dalam penentuan prioritas pemeliharaan jalan di Kabupaten Dairi. Lalu kriteria yang berpengaruh selanjutnya adalah kriteria kondisi jalan, LHR, fungsi tata guna lahan, dan panjang jalan.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan Jalan SP. A - Sinar Pagi (900301) menjadi prioritas pertama, lalu diikuti Jalan Namo Sanggar - Liang Jering - Siudang Udang (900136) prioritas kedua, lalu prioritas selanjutnya adalah jalan Balai Desa Jl. Ampera - Pangguruan (900222), Pancur Nauli - Huta Ginjang (900035), Sidikalang - Sp. Tiga (900025), Tigalingga - Soban (900046), Pancur Nauli - PT. Wahana (900090), Sp. Tiga - Juma Teguh (900017), Sidikalang - Sp. Karing (900027), dan Sp. Logan - Lae Basbas - Sinar Pagi (900094) urutan terakhir pada 10 prioritas teratas.
Ahmed, S., Vedagiri, P., & Rao, K. V. K. (2017). Prioritization of pavement maintenance sections using objective based Analytic Hierarchy Process. International Journal of Pavement Research and Technology, 10(2), 158�170. Google Scholar
Almeida, R. V. de O., Nobre J�nior, E. F., & Prata, B. de A. (2012). Prioritization of Earth roads maintenance based on analytic hierarchy process. Google Scholar
Firdaus, M. A. (2008). Skala Pengukuran dan Instrumen Penelitian. Google Scholar
Guo, D., Zhou, W., Sha, A., & Bai, R. (2009). Application of uncertainty analytic hierarchy process method for asphalt pavement construction quality control in China. Transportation Research Record, 2098(1), 43�50. Google Scholar
Hasan, M. I. (2002). Pokok-pokok Materi Statistik2, Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara. Google Scholar
Kresnanto, N. C. (2022). Prioritizing District Road Maintenance Using AHP Method. Proceedings of the Second International Conference of Construction, Infrastructure, and Materials, 363�371. Google Scholar
Kurniawan, H., Ratnaningsih, A., & Hasanuddin, A. (2020). Priority Determination of Road Maintenance in Lumajang Regency Using the AHP Method. Google Scholar
Li, H., Ni, F., Dong, Q., & Zhu, Y. (2018). Application of analytic hierarchy process in network level pavement maintenance decision-making. International Journal of Pavement Research and Technology, 11(4), 345�354. Google Scholar
Maulidya, M., Isya, M., & Saleh, S. M. (2014). Prioritas Penanganan Jalan Nasional Berdasarkan Metode Analisis Muti Kriteria (Studi Kasus di Kota Banda Aceh). Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, 3(2), 119�129. Google Scholar
Moazami, D., Muni, R., Hamid, H., & Yusoff, Z. M. (2011). The use of analytical hierarchy process in priority rating of pavement maintenance. Scientific Research and Essays, 6(12), 2447�2456. Google Scholar
Munthe, R. B., Setiadji, B. H., & Darsono, S. (2015). Menentukan Prioritas Penanganan Ruas Jalan Nasional di Pulau Bangka. Media Komunikasi Teknik SipiL, 21(1), 57�67. Google Scholar
Ouma, Y. O., Opudo, J., & Nyambenya, S. (2015). Comparison of fuzzy AHP and fuzzy TOPSIS for road pavement maintenance prioritization: methodological exposition and case study. Advances in Civil Engineering, 2015. Google Scholar
Pamungkas, A., Wahyudi, S. I., & Adhy, D. S. (2017). Skala Prioritas Pemeliharaan Jalan Provinsi Jawa Tengah Studi Kasus: Ruas Jalan Di Wilayah Bakorwil (Badan Koordinasi Wilayah) I. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Dalam Pengembangan SmartCity, 1(1). Google Scholar
Savitri, D. A. W., Wedagama, D. M. P., & Suparsa, I. G. P. (2015). Analisis Penentuan Prioritas Penanganan Jalan Di Kota Denpasar Berdasarkan Metode Analytic Hierarchy Process (Ahp) Dengan Kombinasi Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (Fahp) Dan Topsis. Jurnal Spektran Vol, 3(1). Google Scholar
Zhao, Y. (2020). Application of Analytic Hierarchy Process in Network-level Pavement Maintenance Decision. World Scientific Research Journal, 6(11), 176�183. Google Scholar
Copyright holder: Provet B Sitanggang, Ahmad Perwira Mulia, Zaid Perdana Nasution (2022) |
First publication right: |
This article is licensed under:
|