Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 3 No. 2 Februari 2022 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
Heri Sasono
STIE Dharma Bumiputera, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 25 Januari 2022 Direvisi 05 Februari 2022 Disetujui 15 Februari 2022 |
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ROA, NPM, DER, dan EPS terhadap harga saham perusahaan perkebunan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 � 2020. Perusahaan yang dijadijakn sampel sebanyak 6 (enam) perusahaan melalui purposive sampling. Data divalidasi melalui uji normalitas, uji multikololinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Analisis regresi linier berganda, uji T, uji F, uji koefisien determinasi dengan menggunakan software SPSS VERSI 23. Kesimpulannya adalah EPS secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, ROA, NPM, DER, dan EPS dan secara Bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
ABSTRACT������������������������� Purpose of this study was to determine the effect of ROA, NPM, DER, and EPS on stock prices of plantation companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016 � 2020. The sample companies were 6 (six) companies through purposive sampling. Data were validated through normality test, multicollinearity test, heteroscedasticity test, and autocorrelation test. Multiple linear regression analysis, T test, F test, test the coefficient of determination using SPSS software Versi 23. The conclusion is that EPS partially has a positive and significant effect on stock prices, ROA, NPM, DER, and EPS and jointly has a positive and significant effect on stock price. |
Kata Kunci: return on asset; net profit margin; debt to equity ratio; dan earning per share terhadap harga saham
Keywords: return on assets; net profit margin; debt to equity ratio; and earning per share on stock price |
Pendahuluan
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari berbagai aspek salah satunya, kesuksesan pengusaha dalam mengelola perusahaannya. Dalam meningkatkan dan memperlancar bisnis, pengusaha akan berupaya untuk mengembangkan usahanya guna mendapatkan dana yang relatif besar agar bisnis perusahaan menjadi lancar. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut dapat diperoleh dengan melakukan pinjaman dalam bentuk uang atau menerbitkan saham di pasar modal. Pasar modal bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas seperti saham dan obligasi, yang dapat digunakan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Saham menjadi salah satu alternatif investasi di pasar modal yang paling banyak digunakan oleh para investor karena keuntungan yang diperoleh lebih besar dan dana yang dibutuhkan investor untuk melakukan investasi tidak begitu besar jika dibandingkan dengan obligasi. Tujuan perusahaan melakukan investasi saham adalah untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara memaksimalkan nilai saham perusahaan yang pada akhirnya akan mencerminkan harga saham tersebut. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki resiko yang tinggi sesuai dengan prinsip investasi yaitu low risk low return, high risk high return. Seorang investor hendaknya benar-benar memahami tentang harga saham dan kerap melakukan analisis harga saham terlebih dahulu agar tidak salah berinvestasi karena pergerakan harga suatu saham tidak dapat diperkirakan secara pasti.
Naik turunnya harga saham di pasar modal menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Banyak hal yang bisa menyebabkan naik turunnya harga saham di pasar modal. Harga saham ini yang membuat para investor menginvestasikan dananya di pasar modal dikarenakan dapat mencerminkan tingkat pengembalian modal. Harga saham selalu mengalami perubahan di setiap detiknya, baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal biasanya dipengaruhi oleh� situasi politik, suku bunga, kondisi perekonomian global, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya. Sedangkan faktor internal perusahaan juga dapat mempengaruhi harga saham seperti proyeksi laba. Kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya terhadap emiten maka keinginan untuk berinvestasi pada emiten semakin kuat. Semakin banyak permintaan terhadap saham suatu emiten maka dapat menaikkan harga saham tersebut. Sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan terus-menerus berarti dapat menurunkan nilai emiten di mata investor atau calon investor. Untuk itu investor diharapkan mampu memperhatikannya dengan lebih serius.
Laporan keuangan merupakan informasi yang lazim digunakan karena laporan keuangan perusahan dapat memberikan informasi bagi calon investor dan calon kreditur guna mengambil keputusan yang terkait dengan investasi dana mereka. Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan akan memberikan banyak manfaat bagi para pengguna apabila laporan tersebut dianalisis lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu pembuat keputusan bisnis pada saat aktivitas jual beli saham di pasar modal. Agar dapat dijadikan sebagai salah satu alat pengambil keputusan yang andal dan bermanfaat, laporan keuangan harus memiliki kandungan informasi yang bernilai bagi investor. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang kinerja, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Informasi tersebut setidaknya harus memungkinkan mereka untuk melakukan proses penilaian (valuation) saham yang mencerminkan hubungan antara risiko dan hasil pengembalian yang sesuai dengan preferensi masing-masing investor. Suatu laporan keuangan dikatakan memiliki kandungan informasi bila publikasi dari laporan keuangan tersebut menyebabkan bergeraknya reaksi pasar.
Para investor menilai suatu perusahaan dilihat dari tiga sudut pandang yaitu seberapa jauh perusahaan dapat menghasilkan profit, seberapa besar perusahaan membagikan deviden, dan seberapa jauh perusahaan mengalami ketergantungan modal. Terdapat beberapa rasio keuangan di dalam analisis fundamental yaitu rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, rasio pasar dan rasio aktivitas. Penelitian ini menggunakan empat rasio keuangan dari tiga kelompok rasio, yaitu: (1) Rasio Solvabilitas: Debt to Equity Ratio, (2) Rasio Profitabilitas: Net Profit Margin dan Return on Asset, dan (3) Rasio Investasi: Earning per Share.
Obyek penelitian adalah perusahaan Sub sektor perkebunan adalah jenis industri hulu yang menghasilkan bahan baku yang akan digunakan oleh� industri di hilirnya. Bidang usaha yang dikelola antara lain: Kelapa sawit, Karet, Ternak sapi dan Pupuk, Pertimbangan meneliti perusahaan sub sektor perkebunan adalah perkebunan bersifat berkesinambungan. Prospeknya akan jangka panjang. Jumlah emiten yang dikelompokkan sebagai perkebunan ada 19 perusahaan.
Metode Penelitian
Bentuk hubungan antara unjuk-kerja dengan harga saham dapat dijelaskan menggunakan beberapa model, antara lain linier sederhana, dan linier berganda. Penelitian ini menggunakan model linier berganda, yang menjelaskan hubungan kasualitas antara satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen.
Hubungan sebab-akibat dalam regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut :
Penjelasan:
Y �= variabel dependen, berupa harga saham
a� �= konstanta, jika tidak ada variabel independen.
|
���� �= koefisien regresi masing-masing variabel (nilai arah sebagai penentu prediksi yang menunjukan nilai peningkatan atau� penurunan Y)
X₁ = variabel independen 1, ROA
X₂ = variabel independen 2, NPM.
X₃ = variabel independen 3, DER.
X₄ = variabel independen 4, EPS
ɛ�� =� variabel lain yang mempengaruhi Y
1. Sumber data
Pegumpulan data dengan cara riset kepustakaan secara daring. Penelitian ini menggunakan buku-buku, jurnal, atau artikel, dan sumber-sumber dari media internet antara lain:
a) Bursa modal (Modal, 2022)
b) Yahoo Finance (Finance, 2022)
c) Emiten (Emiten, 2020).
d) (https://www.tunasbarulampung.com/)
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2019).
Sample menurut Sugiyono (Sugiyono, 2019), sampel penelitian adalah dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
1. Uji Normalitas
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan aplikasi Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 23. Dalam penelitian ini, penulis mengkonversi data yang diperoleh dengan menggunakan logaritma natural, karena satuan ukur dari data yang diperoleh tidak sejenis yaitu persentase dan Rupiah. Kedua jenis satuan ukur tersebut dikonversi menjadi logaritma natural.
Table 1
Descriptive Statistics
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std. Deviation |
ROA |
30 |
,0010 |
,0994 |
,046795 |
,0272020 |
NPM |
30 |
,0037 |
,2440 |
,089383 |
,0631730 |
DER |
30 |
,1762 |
2,6826 |
1,325563 |
,8270079 |
EPS |
30 |
1,2300 |
1135,8500 |
243,471333 |
3,17,9488884 |
Harga_Saham |
30 |
410,0000 |
16775,0000 |
3658,366667 |
4783,063046 |
Valid N (listwise) |
30 |
|
|
|
|
Menurut (Ghozali, 2016) menyatakan bahwa: uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji T dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Dengan kata lain, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil normal atau tidak dengan mengikuti sebaran data yang dianalisis.
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat normalitas data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan 2 metode, yaitu:
a. �Uji Kolmogrov-Sminov (K-S)
Untuk menguji distribusi normal atau tidak adalah dengan uji statistic non-parametik Kolmogrov-Smirnov. Uji statistic non-parametik Kolmogrov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. (Suliyanto, 2011:75) Dalam uji ini pedoman yang digunakan adalah pengembalian keputusan yaitu:
i. Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi data tidak normal
ii. Jika nilai signifikan ˃ 0.05 maka distribusi data normal
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
|
|
Unstandardized Residual |
N |
|
30 |
Normal Parametersa,b |
Mean |
.0000000 |
|
Std. Deviation |
2356,839187 |
|
Absolute |
,152 |
|
Positive |
,152 |
|
Negative |
-,098 |
Test Statistic |
|
,152 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
|
,075c |
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data
c. Lilliefors Significance Correction
Sumber : SPSS 23
Hasil uji One Sample Kolmogorov-Smirnov pada tabel diatas menunjukan nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,152 dan tingkat probabilitas signifikan 0.075 diatas 0.050 maka dapat disimpulkan bahwa data residual pada model regresi ini terdistribusi secara normal. Dengan kata lain model regresi yang digunakan memenuhi asumsi normalitas.
b. �Analisis Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Dengan melihat tampilan grafik histogram maupungrafik normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi yang menceng (skewness) ke kiri dan tidak normal. Sedangkan pada grafikm normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya agak menajuh dari garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi menyalahi asumsi normalitas.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titk) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
ii. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 1
Histogram Uji Normalitas
Sumber : SPSS 23
Gambar 2
Grafik Normal P-Plot
Sumber : SPSS 23
Berdasarkan gambar 1 dan 2 dapat diketahui bahwa Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (variabel independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di� dalam regresi ada beberapa cara yaitu dengan melihat nilai� Tolerance dan Varicmce inflation Factor (VIF) (Ghozali, 2016). Apabila tidak terdapat variabel bebas� yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 atau VIF� lebih� dari� 10,� maka dapat disimpulkan tidak� ada� multikolonieritas antara variabel bebas dalam regresi.
Tabel 3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
|
|
Collinearity Statistics |
|
Model |
|
Tolerance |
VIF |
1 |
ROA |
,129 |
7,759 |
|
NPM |
,162 |
6,185 |
|
DER |
,718 |
1,392 |
|
EPS |
,310 |
3,230 |
a. Dependent Variable : Harga_Saham
Hasil uji multikolonieritas yang disajikan pada tabel diatas menunjukan bahwa nilai tolerance variabel Return On Assets (ROA), Neet Profit Margin (NPM), Debt� to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) Berturut-turut sebesar 0,129, 0,162, 0,718 dan 0,310 diatas 0.10 dan nilai VIP variabel Return On Assets (ROA), Neet Profit Margin (NPM), Debt� to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) Berturut-turut sebesar 7,759, 6,185, 1,392 dan 3,230 dibawah 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel dalam model regresi.
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pegganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t � 1 (sebelumya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2016). untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi, dalam penilaian ini menggunakan metode Run Test.
Suliyanto (2011:137) run test merupakan salah satu analisis non parametik yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antara residual tidak terdapat korelasi maka nilai residual adalah nilai acak atau random. Run test digunkan untuk melihat apakah data residual terjadi secara Random atau tidak (sistematis).
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi
Runs Test
|
Unstandardized Residual |
Test Valuea |
-348,9834 |
Cases < Test Value |
15 |
Cases >= Test Value |
15 |
Total Cases |
30 |
Number of Runs |
13 |
Z |
-,929 |
Asymp. Sig. (2-tailed) |
,353 |
a. �Median
Sumber: SPSS 23
Dari hasil analisis tersebut diketahui nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.353 > dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi yang digunakan.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji� apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance� dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidalmya heteroskedastisitas salah� satunya dapat dilalukan dengan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Ghozali, 2016). Dengan persamaan regresi:
| Ut | = α + βXt + vt
Jika variael independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas. Jadi, untuk menetukan taraf keputusan uji glejser dapat dilakukan dengan dua kemungkinan sebagai berikut:
1. Jika� probabilitas signifikasi > α (0.05) maka dapat di simpulkan model regresi tidak mengandung adanya gejala heteroskedastisitas.
2. Jika probabilitas signifikasi < α (0.05) maka maka dapat di simpulkan model regresi mengandung adanya gejala heteroskedastisitas.
Tabel 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
3846,172 |
907,188 |
|
4,240 |
,000 |
|
ROA |
28444,583 |
30239,783 |
,457 |
,941 |
,356 |
|
NPM |
-18187,579 |
11624,915 |
-,679 |
-1,565 |
,130 |
|
DER |
-1094,228 |
421,296 |
-,535 |
-1,497 |
,155 |
|
EPS |
-2,001 |
1,669 |
-,376 |
-1.199 |
,242 |
a. Dependent Variable : Abs1
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas signifikasi tiap variabel independen� > α (0.05)� yaitu nilai X1 sebesar 0,356, X2 sebesar 0,155 X3 sebesar 0,242 dan X4 sebesar 0,082 Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.
5. Uji Linearitas
Uji ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi� model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear, kuadrat, atau kubik. Dengan uji linearitas� akan memperoleh informasi apakah model empiris sebaiknya linear, kuadrat, atau kubik. Untuk mendeteksi ada tidaknya uji Iineariras yaitu menggunakan Ramsey Test (Ghozali, 2016). Ramsey Test Uji ini dikembangkan oleh Ramsey tahun 1969. Ramsey menyarankan suatu uji� yang disebut general test of specification atau RESET.� Untuk melakukan uji ini kita harus membuat suatu asumsi� atau keyakinan bahwa fungsi yang benar adalah fungsi� linear. Uji ini bertujuan untuk menghasilkan F-hitung,� caranya :
a) Dapat fitted value dari variabel dependen dengan cara� linear regression, pilih save dan aktifkan Dift pada influence� statistics.
b) Kemudian variable fitted tersebut diregresi bersama-sama� dengan model semula sebagai variabel independen. Dapatkan nilai R2 untuk menghitung F statistic dengan� rumus:
m = Jumlah variabel independen yang baru masuk
n = jumlah data observasi
R2new = nilai R2 dari persamaan regresi baru
R2old = nilai R2 dari persamaan regresi awal
Dari hasil perhitungan nilai F hitung, kemudian dibandingkan dengan F tabel. Jika F hitung > F tabel, maka hipotesis nol yang menunjukan bahwa spesifikasi model dalam bentuk fungsi linear ditolak (Ghozali, 2016).
Tabel 6
Ramsey Old
Model Summaryb
Model |
R |
R Swuare |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
,870 |
,757 |
,718 |
2538,39349 |
a. Predictors : (Constant), EPS, NPM, DER, ROA
b. Dependent Variable : Harga_Saham
Tabel 7
Ramsey New
Model Summary
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
.975a |
,950 |
,940 |
1171,38135 |
Sumber : SPSS 26
Berdasarkan tabel hasil tampilan output SPSS menunjukan bahwa Adjt. R2 new = 0,940 sedangkan Adjt. R2 old = 0,718. Dan jumlah variabel independen yang baru masuk adalah 1 yaitu (df) dan (n) adalah jumlah sampel yang dimasukan yaitu 30 dan jumlah (k) variabel bebas adalah 5. Dari data diatas tersebut dapat dihitung besarnya F hitung sebagai berikut:
=
= 92,5
F tabel dengan df penyebut = (30 � 5) = 25 dan jumlah variabel independen yang baru masuk df pembilang = (1) adalah 4,26. Jadi F Hitung > F Tabel maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak yang berarti spesifikasi model regresi benar terjadi dalam bentuk fungsi linear.
6. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda
a. Koefisien Korelasi dan Determinasi
Analisis koefisien korelasi bertujuan untuk mempelajari apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih, sedang analisis regresi memprediksi seberapa jauh pengaruh tersebut. Secara spesifik, tujuan analisis korelasi adalah ingin mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan, dan jika terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Pearson Corellation sebagai alat ukur korelasi antara dua variabel dengan ketentuan, nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai-1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antar variabel semakin kuat.
Untuk memudahkan melakukan interprestasi mengenai kekuatan antara tiga variabel, maka dapat dilihat kriteria sebagai berikut:
Tabel 8
Kriteria Koefisien Korelasi
Interval Koefisien |
Tingkat Hubungan |
0,00 � 0,29 |
Korelasi Sangat Lemah |
0,30 � 0,49 |
Korelasi Lemah |
0,50 � 0,69 |
Korelasi Cukup |
0,70 � 0,79 |
Korelasi Kuat |
0,80 � 1,00 |
Korelasi Sangat Kuat |
Sumber: (Ghozali, 2016)
Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen daIam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).
Kelamahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti mengikat tidak perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambah kedalam model.
Tabel 9
Koefisien Korelasi dan Determinasi
Model Summaryb
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the Estimate |
1 |
,870a |
,757 |
,718 |
2538,39349 |
a. Predictors : (Constant), EPS, NPM, DER, ROA
b. Dependent Variable : Harga_Sahan
Sumber : SPSS 26
Berdasarkan pada tabel dapat diketahui bahwa nilai dari R= 0.870. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat positif antara variabel Return On Assets (ROA), Neet Profit Margin (NPM), Debt� to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap variabel Harga saham. Sedangkan Adjusted R Square sebesar 0.718 atau sebesar 71,80%. Hal ini menunjukan bahwa besarnya kontribusi pengaruh variabel Return On Assets (ROA), Neet Profit Margin (NPM), Debt� to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) terhadap variabel Harga Saham adalah sebesar 71,80%. Sedangkan sisa 28,20% dipengaruhi atau dijelaskan oleh faktor-faktor dan variabel independen lainnya yang tidak diikutsertakan dalam model penelitian ini.
Menurut (Ghozali, 2016) uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh sama simnltan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (cr5). Pengujian hipotesis ini menggunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika probabilitas (sig F) > α (0.05) maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Jika probabilitas (sig F) < α (0.05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Tabel 10
Hasil Uji F
Anovaa
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig |
|
1 |
Regression |
502367033,3 |
4 |
125591758,3 |
19,491 |
,000b |
|
Residual |
161086037,7 |
25 |
6443441,506 |
|
|
|
Total |
663453071,0 |
29 |
|
|
|
a. Dependent Variable : Harga_Saham
b. Predictors : (Constant), EPS, NPM, DER, ROA
Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa hasil uji F dapat dilihat dari nilai hitung sebesar 19,491 > 2,980 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0.050� yang berarti bahwa model regresi yang dapat digunakan untuk memprediksi veriabel terikat Y yaitu Harga Saham. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel Return On Assets (ROA), Neet Profit Margin (NPM), Debt� to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS)� secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Harga Saham. Jadi, Ho4 ditolak dan Ha4 diterima.
b) Uji t
Menurut (Ghozali, 2016) uji yang pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0.05 (a5). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakuJan dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikan > 0.05 maka hipotesis nol diterima (koefisien regresi tidak signifikan).
2. Jika nilai signifikan < 0.05 maka hipotesis nol ditolak (koefisien regresi signifikan).
Tabel 11
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model |
Unstandardized Coefficients |
Standardized Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
5601,554 |
1448,067 |
|
3,868 |
,001 |
|
ROA |
-109145,095 |
48269,189 |
-,621 |
-2,261 |
,033 |
|
NPM |
21091,386 |
18555,862 |
,279 |
1,137 |
,266 |
|
DER |
-1713,307 |
672,479 |
-,296 |
-2,548 |
,017 |
|
EPS |
14,582 |
2,664 |
,969 |
5,473 |
,000 |
a. Dependent Variable : Harga_Saham
Return On Assets (ROA) memiliki t hitung sebesar -2,261� >� t tabel sebesar -2,059 (Uji 2 Arah Berpengaruh Negatif)� dengan nilai signifikasi 0,033 < 0,050 yang berarti Ho1 ditolak dan Ha1 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Net Profit Margin (NPM) memiliki t hitung sebesar 1,137 <� t tabel sebesar 2,059 dengan nilai signifikasi 0,266 > 0,050 yang berarti Ho2 diterima dan Ha2 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Debt to Equity Ratio (DER) memiliki t hitung sebesar -2,548 > t tabel sebesar -2,059� dengan nilai signifikasi 0,017 < 0,050 yang berarti Ho3 diterima dan Ha3 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Earning Per Share (EPS) memiliki t hitung sebesar 5,473 >� t tabel sebesar 2,059 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,050 yang berarti Ho4 ditolak dan Ha4 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
c) Persamaan Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini menyatakan analisis regresi linier berganda untuk mengethui ada atau tidaknya pengaruh antar variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Dari pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan dalam pengolahan data. Berdasarkan pengolahan data di uji t maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut:
|
Berdasarkan uji diatas di dapat, Nilai konstanta () yang dihasilkan sebesar 5.601,554, mengindikasikan apabila nilai-nilai variabel Return On Assets (ROA), Neet Profit Margin (NPM), Debt� to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS) dianggap konstan (0), maka nilai harga saham adalah 5.601,554 satuan skala.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi pada variabel ROA yaitu sebesar -109.145,095. Jadi, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi perubahan ROA yang sebagaimana bisa diperoleh dari laporan keuangan berpengaruh negatif� pada keputusan atas harga saham perusahaan di pasar modal Indonesia artinya setiap kenaikan 1 persen ROA maka akan mempengaruhi peurunan harga saham sebesar 109.145,095 rupiah.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel NPM sebesar 21.091,386 Hasil ini mengindikasikan bahwa informasi perubahan NPM yang sebagaimana bisa diperoleh dari laporan keuangan berpengaruh positif� pada keputusan atas harga saham perusahaan perkebunan di pasar modal artinya setiap kenaikan 1 persen NPM maka akan mempengaruhi kenaikan harga saham sebesar 21.091,386 rupiah.
Berdasarkan uji diatas, Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi pada variabel DER yaitu sebesar -1.713,307. Jadi, Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi perubahan DER yang sebagaimana bisa diperoleh dari laporan keuangan berpengaruh negatif� pada keputusan atas harga saham perusahaan perkebunan di pasar modal Indonesia artinya setiap kenaikan 1 persen DER maka akan mempengaruhi penurunan harga saham sebesar 1.713,307 rupiah.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi variabel EPS sebesar 14,582 Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa informasi perubahan EPS yang sebagaimana bisa diperoleh dari laporan keuangan berpengaruh positif� pada keputusan atas harga saham perusahaan perkebunan di pasar modal Indonesia artinya setiap kenaikan 1 rupiah EPS maka harga saham akan naik sebesar 14,582 rupiah.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut: 1) Return On Asset� memiliki t hitung sebesar -2,261� >� t tabel sebesar -2,059 dengan nilai signifikasi 0,033 < 0,050, yang berarti Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2) Net Profit Margin memiliki t hitung sebesar 1,137 <� t tabel sebesar 2,059 dengan nilai signifikasi 0,266 > 0,050, yang berarti Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3) 3. Debt to Equity Ratio (DER) memiliki t hitung sebesar -2,548 > t tabel sebesar -2,059� dengan nilai signifikasi 0,017 < 0,050, yang berarti Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4) Earning Per Share memiliki t hitung sebesar 5,473 >� t tabel sebesar 2,059 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0,050, yang berarti Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 5) Secara Simultan memiliki F hitung sebesar 19,491 > F table sebesar �2,980 dengan nilai signifikasi 0,000 < 0.050� Return On Asset, Net Profit Margin, Debt Equity Ratio dan Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Amalya, N. T. (2018). Pengaruh return on asset, return on equity, net profit margin dan debt to equity ratio terhadap harga saham. Jurnal SEKURITAS (Saham, Ekonomi, Keuangan Dan Investasi), 1(3). Google Scholar
Asmara, W. D. (2017). Pengaruh Return On Asset, Net Profit Margin, Debt To Equity Rqtio Dan Size Terhadap Perataan Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016). Jurnal Ilmiah Riset Akuntansi, 6(04). Google Scholar
Darmadji, T., & Fakhruddin, H. M. (2011). Pasar modal di indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Google Scholar
Emiten. (2020). Astra Aggro Lestari. Www.Astra-Agro.Co.Id. https://www.astra-agro.co.id/en/home-en/ Google Scholar
Fahmi, I. (2015). Pengantar Manajemen Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Fahmi, I. (2020). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Finance, Y. (2022). Finance, Yahoo. Finance.Yahoo.Com. https://finance.yahoo.com Google Scholar
Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis multivariete dengan program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan Ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 96. Google Scholar
Harahap, S. S. (2015). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Google Scholar
Hutapea, A. W., & Saerang, I. S. (2017). Pengaruh Return On Assets, Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Dan Total Assets Turnover Terhadap Harga Saham Industri Otomotif Dan Komponen Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 5(2). Google Scholar
Kasmir. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Google Scholar
Modal, B. (2022). Bursa modal. Www.Idx.Co.Id/. https://www.idx.co.id/ Google Scholar
Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Google Scholar
Sunariyah. (2006). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Keempat. Yogyakarta: AMP YKPN. Google Scholar
Copyright holder: Heri Sasono (2022) |
First publication right: |
This article is licensed under:
|