Jurnal Syntax Admiration | Vol. 3 No. 3 Maret 2022 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 | Sosial Teknik |
Program Studi Sekolah Dasar STKIP PGRI, Kepulauan Yapen – Serui -Indonesia Email: [email protected]
INFO ARTIKEL | ABSTRAK |
Diterima 15 Februari 2022 Direvisi 23 Februari 2022 Disetujui 25 Februari 2022 | Penelitian ini bertujuan: (1) Mengembangkan modul pembelajaran Bahasa Inggris SMP yang berorientasi pada globalisasi dan lokalisasi teks-konteks. (2) Menguji kelayakan modul pembelajaran Bahasa Inggris SMP yang berorientasi pada globalisasi dan lokalisasi teks-konteks. Penelitian pengembangan ini mengacu langkah yang dikembangkan oleh Branch (2009) yang meliputi: (a) Analisis, (b) Desain, (c) Pengembangan, (d) Penerapan, (e) Evaluasi, ditambah dengan (f) Muatan globalisasi dan lokalisasi. Subjek uji coba operasional adalah sepuluh peserta didik kelas VIII SMP Bhinneka Tunggal Ika National Plus Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Analisis data menggunakan analisis kuantitatif deskriptif. Penilaian tingkat kelayakan modul pembelajaran dilakukan oleh ahli materi dan peserta didik. Penilaian modul oleh ahli materi memperoleh nilai kategori “Sangat Layak” dengan persentase 100%. Penilaian modul oleh peserta didik memperoleh nilai kategori “Sangat Layak” dengan persentase 40% dan nilai kategori “Layak” dengan persentase sebesar 60%. |
Kata Kunci: modul; ADDIE; globalisasi; lokalisasi | |
ABSTRACT The objectives of this research were: (1) Developed an English learning module junior high school that is oriented towards globalization and localization. (2) Examined the eligibility of the English learning module of junior high school that is oriented towards globalization and localization. This development research refered to the steps developed by Branch (2009), which include: (a) Analyze (b) Design (c) Develop (d) Implement, (e) Evaluate, added with (f) Globalization and localization content. The subjects of operational trials were ten students of 8th grade from Bhinneka Tunggal Ika National Plus Junior High School, Yogyakarta. Observation sheet and questionnaire was used for data collection. Quantitative descriptive analysis was used for data analysis. Assessment of |
How to cite:
E-ISSN:
Published by:
Maria, A. (2022) Pengembangan Modul Pembelajaran Bahasa Inggris Smp Yang Berorientasi Pada Globalisasi Dan Lokalisasi Teks-Konteks, Jurnal Syntax Admiration 3(3) https://doi.org/10.46799/jsa.v3i3.404
Keywords: Module; ADDIE; globalization; localization | the eligibility level of the learning module was carried out by material experts and students. The module evaluation by material experts obtained a score of "Very Eligible" with a percentage of 100%. The module evaluation by students obtained a score of "Very Eligible" with a percentage of 40% and a "Eligible" category with a percentage of 60%. |
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan individu dan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis, oleh karena itu perubahan dan perkembangan pendidikan menjadi sesuatu yang seharusnya terjadi sejalan dengan manusia, adanya perkembangan antar bangsa dan arus globalisasi berpengaruh terhadap perubahan dan perkembangan pendidikan di Indonesia (Herlambang, 2021).
Globalisasi sebagai konsep telah digunakan baik dalam cara positif maupun negatif oleh orang yang berbeda dalam situasi yang berbeda. Namun, ada kesepakatan di antara para ahli bahwa globalisasi memiliki dampak besar pada masyarakat di tingkat ekonomi, politik, dan budaya. Dari literatur tentang globalisasi, segala aspek di dunia ini menyatu sebagai hasil transformasi dunia ke satu kota, kota global (Pamungkas, 2015). Dalam literatur dijelaskan bahwa globalisasi dapat memberi dampak terhadap negara-negara berkembang dan maju. Semua sistem pemerintahan dan negara dipengaruhi oleh berbagai proses globalisasi, termasuk juga pendidikan (Yuniarto, 2016).
Pendidikan harus berkembang sejalan dengan konteks perkembangan jaman tetapi tetap kuat tidak tercerabut oleh budaya global tanpa bentuk. Perkembangan pendidikan yang telah terintrusi oleh teknologi informasi dan globalisasi semakin mempercepat laju terbentuknya masyarakat global dengan ciri budaya anonim yang hampir seragam (Patta Rapanna, 2016).
Pendidikan tidak lagi dipahami secara sederhana hanya sebagai pendidikan dalam kerangka transmisi pengetahuan dan keterampilan kerja sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi dan ketenagakerjaan wilayah suatu negara, melainkan sebagai pendidikan dalam rangka memproduksi kebudayaan, proses inkulturasi dan akulturasi kearifan lokal yang mampu memperadabkan generasi dan mengembangkan potensi diri (Nuraedah, 2022). Pendidikan dituntut proaktif dan tanggap terhadap perubahan-perubahan ekonomi, politik, sosial, budaya, mengadopsi strategi jangka panjang, dan membumikan budaya masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhan pribadinya (Gleeson, 1998:47; Bailey, Hughes, & More, 2004:100; Clarke & Winch, 2007:130; Raelin, 2008:46; Bruner, 2008) (DEPAN, 2018).
Kontekstualisasi pengetahuan atas kearifan lokal sebagai penguatan karakter peserta didik menjadi satu hal yang penting untuk dilakukan. Hal ini disebabkan globalisasi telah menguasai hajat hidup orang banyak. Realitas tersebut apabila tidak disikapi secara serius dengan memikirkan langkah strategis, sangat mungkin etnisitas
Jurnal Syntax Admiration, Vol. 3, No. 3, Maret 2022 547
keberagaman kearifan lokal menjadi terdistorsi, terabaikan bahkan dimungkinkan lenyap.
Pada tataran konkrit, realitas atas kearifan lokal belum termanifestasikan secara nyata, sehingga institusi pendidikan perlu mewadahi potensi lokalitas tersebut menjadi satu materi yang cukup implementatif dan dapat dikontekstualisasikan dengan seluruh mata pelajaran yang relevan, dalam penelitian ini adalah Bahasa Inggris.
Melihat hal tersebut maka pada tataran pendidikan sekolah menengah, pemangku kepentingan terhadap pendidikan perlu mengupayakan revitalisasi kearifan lokal sebagai salah satu basis pembentukan identitas dan karakter bangsa dan sebagai salah satu langkah solusi atas persoalan sosial dan atau persoalan alam yang melanda negeri ini. Pemangku kepentingan perlu menggunakan konsepsi wawasan nusantara untuk menjawab persoalan tersebut. Melalui konsepsi wawasan nusantara, lokalitas atau kearifan lokal sebagai satu unsur pembentuk jati diri bangsa dan sebagai salah satu langkah solusi atas persoalan sosial dan lingkungan di masing-masing daerah dapat semakin tumbuh.
Salah satu sistem pembelajaran yang dapat mengakomodir terlaksananya proses pembelajaran dengan efektif, efisien dan menarik ialah pembelajaran dengan modul, yaitu modul pembelajaran. Modul pembelajaran Bahasa Inggris yang berada di tangan pendidik dan siswa tidak adaptif dan konteks budaya yang dipaparkan dalam modul pembelajaran seringkali tidak familiar terhadap kearifan lokal, kebiasaan dan budaya Indonesia. Unsur globalisasi dan kebiasaan asing yang disadur di dalam modul pembelajaran kurang kontekstual sesuai dengan tempat, waktu dan kondisi riil di lapangan. Siswa kerap memahami cerita dan kebiasaan negara asing yang disadur dalam modul namun kurang mengetahui budaya dan kearifan lokal yang terjadi di negara Indonesia.
Penanganan dampak intrusi budaya global terhadap budaya lokal salah satunya dapat dilakukan melalui inovasi pengembangan kualitas, perluasan akses, dan relevansi pendidikan berbasis budaya dan kearifan lokal. Inovasi pengembangan kualitas, perluasan akses, dan relevansi pendidikan berbasis budaya dan kearifan lokal terhadap modul pembelajaran Bahasa Inggris diharapkan dapat semakin mengenalkan dan meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya bangsa sekaligus meningkatkan kualitas dan kompetensi siswa. Di samping memperhatikan konteks perkembangan globalisasi, inovasi dan pengembangan pendidikan juga sangat perlu memperhatikan konteks lokal berupa kebutuhan-kebutuhan nasional, sejarah nasional, kearifan-kearifan lokal masing-masing daerah, dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Sasarannya adalah agar posisi proses individualisasi didudukkan secara arif dan seimbang di antara perkembangan lokal dan global, sehingga terjadi transformasi bernilai tinggi bagi perkembangan suatu bangsa atau masyarakat suatu daerah.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan sebuah produk dan menguji kelayakan atau keefektifan produk tersebut. Produk yang dikembangkan merupakan modul SMP pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Prosedur pengembangan produk modul pembelajaran menggunakan adaptasi model pengembangan ADDIE (Prastya et al., 2015), yaitu Analysis (analisis), Design (Desain), Development (Pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Subyek penelitian meliputi ahli materi, guru mata pelajaran Bahasa Inggris SMP, dan satu kelas siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Bhinneka Tunggal Ika National Plus Yogyakarta yang berjumlah 10 orang siswa (Jabali et al., 2020). Prosedur penarikan sampel menggunakan metode sensus dikarenakan jumlah siswa yang terbatas pada kelas VIII SMP Bhinneka Tunggal Ika National Plus Yogyakarta. Uji produk adalah bagian dari rangkaian tahap validasi dan evaluasi. Produk akan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, pakar/ ahli, guru mata pelajaran Bahasa Inggris SMP dan siswa SMP sebagai calon pemakai modul. Berikut adalah langkah-langkah dalam tahapan validasi dan evaluasi :
Pravalidasi
Peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing tentang produk modul yang telah disusun. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mendapatkan masukan, kritik, dan saran dari dosen pembimbing tentang kualitas modul sebelum ahli materi melakukan validasi.
Validasi Ahli Materi
Ahli materi melakukan validasi terhadap modul agar dapat diketahui kekurangan yang masih ada. Hasil dari validasi ahli materi akan menjadi bahan untuk membuat revisi produk.
Uji Keterbacaan Siswa
Tujuannya adalah untuk mengetahui kelayakan modul yang telah dikembangkan berdasarkan penilaian siswa.
Instrumen kuesioner dibuat dengan menggunakan skala Likert. Pilihan yang diberikan adalah sebanyak empat buah. Skala Likert yang dibuat berjumlah empat pilihan karena mempunyai tingkat variabilitas yang lebih lengkap jika dibanding dengan skala Likert tiga pilihan (Kesuma, 2021). Hal tersebut dapat memperlihatkan perbedaan sikap responden secara lebih maksimal. Selain itu, pilihan yang berjumlah empat menghindarkan responden untuk netral karena jumlahnya yang genap. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelititan ini adalah kuantitatif deskriptif. Analisis
kuantitatif deskriptif merupakan penggambaran secara sistematis, akurat, dan faktual terhadap masalah yang diteliti dengan berdasarkan data yang berupa kuantitas (Mulyadi, 2011). Setiap jawaban yang diberikan responden dikonversikan ke dalam bentuk angka, kemudian dianalisis.
Salah satu tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan modul pembelajaran Bahasa Inggris yang berorientasi pada globalisasi dan lokalisasi teks-konteks. Penilaian terdiri dari beberapa aspek, antara lain: materi, media, dan proses pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan menggunakan angket dengan skala empat dengan nilai terendah 1 dan nilai tertinggi 4. Skor tersebut kemudian dijumlahkan dan dikonversikan ke dalam kategori kelayakan. Modul pembelajaran dinyatakan layak jika hasil dari kategori kelayakan minimal mencapai kriteria “Cukup Layak”.
Aspek | k | SD | Penilaian |
Self Instructional | 5 | 3,75 | 20 |
Self Contained | 2 | 1,5 | 6 |
Stand Alone | 2 | 1,5 | 8 |
Adaptive | 1 | 0,75 | 3 |
User Friendly | 4 | 3 | 16 |
Globalisasi dan lokalisasi | 6 | 4,5 | 22 |
Total | 20 | 15 | 72 |
Catatan: k = jumlah pertanyaan; SD = simpangan baku
Berdasarkan tabel 1, penilaian ahli materi dapat digunakan untuk menentukan kategori kelayakan. Hasil penilaian ahli materi mendapatkan nilai dengan kategori “Sangat Layak”. Modul pembelajaran dari aspek materi dikatakan “Sangat Layak” karena hasil penilaian dari ahli materi dari aspek self instructional, self contained, stand alone, adaptive, user friendly, dan muatan pendidikan karakter sudah sesuai dengan indikator penilaian modul.
Aspek | k | SD | Mean |
Materi | 12 | 9 | 37 |
Media | 13 | 9,75 | 42,6 |
Pembelajaran dengan Modul | 10 | 7,5 | 33 |
Bahasa | 2 | 1,5 | 5,1 |
Total | 37 | 27,75 | 118,1 |
Catatan: k = jumlah pertanyaan; SD = simpangan baku; Mean = nilai rata-rata penilaian 10 siswa
Berdasarkan tabel 2, Penilaian modul oleh peserta didik dikatakan “Layak” karena dari aspek materi, media, dan pembelajaran modul sudah sesuai dengan indikator penilaian.
Penilaian Modul pembelajaran oleh peserta didik pada aspek materi menunjukkan modul yang diberikan sudah relevan dengan kebutuhan dari peserta didik. Materi Bahasa Inggris yang mengandung orientasi globalisasi dan lokalisasi disesuaikan dengan silabus mata pelajaran Bahasa Inggris. Soal-soal yang diberikan pada modul juga sudah relevan dengan kebutuhan peserta didik dalam melakukan evaluasi pemahaman terhadap materi modul.
Penilaian modul pembelajaran oleh peserta didik pada aspek media menunjukkan bahwa modul pembelajaran yang dikembangkan sudah memuat teks yang mudah dibaca, gambar dan ilustrasi yang mudah dipahami, tampilan sampul yang menarik, dan warna yang juga menarik. Kejelasan penyajian materi dalam modul harus diperhatikan. Peserta didik tertarik menggunakan modul karena mempunyai tampilan yang menarik. Salah satu elemen yang menjadi daya tarik tersebut adalah sampul dari modul. Warna juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi ketertarikan peserta didik dalam menggunakan modul pembelajaran.
Penilaian modul pembelajaran oleh peserta didik pada aspek pembelajaran dengan modul menunjukkan bahwa modul pembelajaran yang dikembangkan dapat digunakan oleh peserta didik sebagai bahan ajar. Peserta didik tidak merasa bosan menggunakan modul. Selain itu juga peserta didik tidak merasa kesulitan dalam menggunakan modul pembelajaran.
Sesuai dengan data yang diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan yang sudah dijabarkan tentang pengembangan modul pembelajaran berorientasi globalisasi dan lokalisasi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modul yang dikembangkan layak untuk digunakan dan memberi manfaat pada peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa Inggris.
Nilai-nilai kearifan lokal yang ditanamkan ke dalam bentuk teks dan konteks modul diseimbangkan dengan perkembangan global diharapkan mampu merevitalisasi nilai dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, kebudayaan dan sejarah Indonesia kepada peserta didik. Pengembangan modul pembelajaran Bahasa Inggris yang berorientasi pada globalisasi dan lokalisasi teks-konteks dapat meningkatkan kualitas, perluasan akses dan relevansi pendidikan berbasis budaya dan kearifan lokal sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi. Melalui modul ini, posisi proses indvidualisasi dan perkembangan lokal dan global didudukkan secara arif dan seimbang sehingga terjadi transformasi bernilai tinggi, baik bagi individu siswa maupun suatu bangsa atau masyarakat suatu daerah.
Abercrombie, N., Hill, S., & Turner, B. S. (2010). Kamus sosiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Al ’Abri, K. (2011). The impact of globalization on education policy of developing countries: Oman as an example. Literacy Information and Computer Education Journal (LICEJ), 4(2). http://dx.doi.org/10.20533/licej.2040.2589.2011.0068.
Al ’Abri, K. (2011). The impact of globalization on education policy of developing countries: Oman as an example. Literacy Information and Computer Education Journal (LICEJ), 4(2). http://dx.doi.org/10.20533/licej.2040.2589.2011.0068.
Altbach, P. G. (Ed.). (1999). Private prometheus: Private higher education and development in the 21st century. Contributions to the Study of Education No. 77. Connecticut: Greenwood Press.
Anwar, I. (2010). Pengembangan bahan ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI, Bandung. Retrieved from http://file.upi.edu/.
Arikunto, S. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian, suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.
Asmani, J. M. (2012). Buku panduan internalisasi pendidikan karakter di sekolah.
Yogyakarta: Diva Press.
Asyhar, R. (2012). Kreatif mengembangkan media pembelajaran. Jakarta: Referensi Jakarta.
Bachtiar, H. W. (1985). Konsensus dan konflik dalam sistem budaya di Indonesia. Dalam H. W. Bachtiar & H.S. Mattulada (Eds.), Budaya dan Manusia Indonesia. Yogyakarta: Hanindita.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. (2010). Bahan pelatihan penguatan metodologi pembelajaran berdasarkan nilai-nilai budaya untuk membentuk daya saing dan karakter bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Baedowi, A. (2015). Calak edu 3: Esai-esai pendidikan 2012-2014. Jakarta: PT. Pustaka Alfabet.
Cahyani, A. D. (2013). Pengembangan modul pembelajaran elektronika dasar berbasis pendidikan karakter di SMK Piri 1 Yogyakarta. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Cahyono, E. D. (2014). Pengembangan Modul Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mata Pelajaran Teknik Pemrograman pada Program Keahlian Teknik Audio Video di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
DEPAN, M. S. M. (2018). KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VOKASI MENYONGSONG SKILL MASA DEPAN. Google Scholar
Depdiknas. (2008). Teknik penyusunan modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Google Scholar
Ekblaw, S.E. & Mulkerne, D.J.D. (1958). Economic and social geogrephy. New York: McGraw-Hill. Google Scholar
Giddens, A. (1990). The consequences of modernity. Cambridge: Polity.
Gleeson, J. (1998) Curriculum and assessment: Some political and cultural considerations. Makalah disajikan dalam Conference of Religious in Ireland (CORI) Inequality in Education: The Role of Assessment and Certification di Dublin.
Harper, D. G. & Hirtz, S. (2008). Education for a digital world: Advice, guidelines, and effective practice from around the globe. Vancouver: BCcampus.
Herlambang, Y. T. (2021). Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan Dalam Multiperspektif. Bumi Aksara. Google Scholar
Jabali, S. G., Supriyono, S., & Nugraheni, P. (2020). Pengembangan Media Game Visual Novel Berbasis Etnomatematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep pada Materi Aljabar. Alifmatika: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika, 2(2), 185–198. Google Scholar
James, E. (1994). Public-private division of responsibility for education. Dalam T. Husén & T. N. Postlethwaite (Eds.), The International Encyclopedia of Education (2nd ed., Vol. 8, pp. 4831-4836). Oxford, England/New York: Pergamon/Elsevier Science.
Kapoor, D. (2011). Critical perspectives on neoliberal globalization, development and education in Africa and Asia. Rotterdam: Sense Publishers.
Kesuma, L. P. (2021). MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
KINERJA GURU DI SMP NEGERI 2 METRO. Universitas Muhammadiyah Metro. Google Scholar
Kiwan, D. (Ed.). (2013). Naturalization policies, education and citizenship: Multicultural and multination societies in international perspective. London: Palgrave Macmillan.
Kurikulum berbasis keunggulan lokal. (Mei-Juni 2005). Teropong, Edisi 21, hlm. 24.
Mulyadi, M. (2011). Penelitian kuantitatif dan kualitatif serta pemikiran dasar menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 15(1), 128–137. Google Scholar
Nuraedah, S. P. (2022). Sosiologi Pendidikan: Dari Masyarakat Hingga Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan. Nas Media Pustaka. Google Scholar
Pamungkas, C. (2015). Global village dan Globalisasi dalam Konteks ke-Indonesiaan.
Global Strategis, 9(2), 245–261. Google Scholar
Patta Rapanna, S. E. (2016). MEMBUMIKAN KEARIFAN LOKAL MENUJU KEMANDIRIAN EKONOMI (Vol. 1). SAH MEDIA. Google Scholar
Prastya, I. G. H., Pudjawan, K., & Suartama, I. K. (2015). Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Model ADDIE Untuk Siswa Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2014-2015 Di SMP Negeri 1 Banjar. Jurnal Edutech Undiksha, 3(1). Google Scholar
Purboningsih, D. (2015). Pengembangan perangkat pembelajaran dengan pendekatan guided discovery pada materi barisan dan deret untuk siswa SMK kelas X. Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY, 467–474. Google Scholar
Sanjaya, W. (2008). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana Pranada Media Group.
Sartini. (2004). Menggali kearifan lokal nusantara: Sebuah kajian filsafati. Jurnal Filsafat, 37(2), 111-120. https://doi.org/10.22146/jf.33910.
Schuetze, H. G. & Mendiola, G. (2012). State and market in higher education reforms: Trends, policies, and experiences in comparative perspective. Rotterdam: Sense Publishers.
Soetomo. (2012). Keswadayaan masyarakat, manifestasi kapasitas masyarakat untuk berkembang secara mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wang, Y. (Ed.). (2000). Public-private partnerships in the social sector. Tokyo: Asian Development Bank Insitute.
Wibowo, G. A. (2015). Pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di sekolah: Konsep, strategi, implementasi. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Wijaya, C., Djadjuri, C., & Rusyan, A.T. (1988). Upaya pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran. Bandung: Remadja Karya.
Winkel. (2009). Psikologi pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Yuniarto, P. R. (2016). Masalah globalisasi di Indonesia: Antara kepentingan, kebijakan, dan tantangan. Jurnal Kajian Wilayah, 5(1), 67–95. Google Scholar
Copyright holder: Anni Maria (2022) |
First publication right: |
This article is licensed under: |