Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 3
No. 5 Mei 2022 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI
PENGGUNAAN LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS) BERBASIS MOODLE
Menne Foan Tapatab
SMA Negeri 2 Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Email: [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK
|
Diterima 24 Maret 2022 Direvisi 13 Mei 2022 Disetujui 23 Mei 2022 |
Tujuan dari
penelitian ini adalah mengetahui meningkatkan keaktifan belajar siswa melalui Learning Management System (LMS) berbasis Moodle pada Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 2 Sulamu.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang diterapkan pada
Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) yang dilakukan secara
kolaboratif dan partisipatif.
Kolaboratif artinya peneliti bekerja sama dengan guru fisika. Sedangkan partisipatif artinya peneliti dibantu oleh teman sejawat mengikuti dan mengamati proses pembelajaran selama tindakan dilakukan. Berdasarkan hasil tindakan, terjadi� peningkatan
keaktifan belajar siswa yang mana meningkat dari 12,5% keaktifan belajar siswa menjadi 36,76% pada siklus I.
Pada siklus I, presentase
peningkatan keaktifan belajar siswa sebelum tindakan dan tindakan mencapai 24,26% namun pelaksanaan tindakan belum berhasil sebab persentase ketuntasan keaktifan belum mencapai 70%. Pada siklus II, keaktifan belajar meningkat dari 36,76% menjadi 77,73%. Pada siklus ini, pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil sebab jumlah siswa persentase ketuntasan keaktifan belajar siswa lebih dari
70% yakni sebesar 77,73%
dan persentase peningkatan
keaktifan belajar sudah lebih dari
20% yakni 40,97%. Selanjutnya
pada siklus III, keaktifan
belajar meningkat dari 77,73% menjadi 83,55%.
Pada siklus ini, pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil sebab jumlah siswa persentase ketuntasan keaktifan belajar siswa lebih dari 70% yakni sebesar 83,55% dan peningkatan siklus I ke III sebesar 46,79%. Hal ini menujukkan bahwa� penggunaan
Learning Management System (LMS) berbasis Moodle
sangat efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka peneliti
dapat memberikan saran yakni sekolah diharapkan dapat mendorong guru mengembangkan pembelajaran menggunakan
Learning Management System (LMS) berbasis Moodle
dan menyediakan sarana pendukungnya. |
Kata kunci: Learning Management
System, Moodle, Keaktifan Belajar |
Keywords
: Learning Management System, Moodle, Learning Activity |
ABSTRACT The purpose of this study was to find out how to increase student
learning activity through a Moodle-based Learning Management System (LMS) in
Class XI MIPA students at SMA Negeri 2 Sulamu. The
type of research used is qualitative which is applied to Classroom Action
Research (CAR) which is carried out in a collaborative and participatory
manner. Collaborative means that researchers work together with physics
teachers. While participatory means that the researcher is assisted by
colleagues to follow and observe the learning process during the action.
Based on the results of the action, there was an increase in student learning
activity which increased from 12.5% student learning activity
to 36.76% in cycle I. In cycle I, the percentage increase in student learning
activity before action and action reached 24.26% but the implementation of
the action has not been successful because the percentage of completeness of
activity has not reached 70%. In cycle II, learning activity increased from
36.76% to 77.73%. In this cycle, the implementation of the action was said to
be successful because the number of students had more than 70% of students'
active learning completeness, which was 77.73% and the percentage of active
learning was more than 20%, i.e. 40.97%.
Furthermore, in the third cycle, learning activity increased from 77.73% to
83.55%. In this cycle, the implementation of the action is said to be
successful because the number of students the percentage of completeness of
student learning activities is more than 70%, which is 83.55% and the
increase in cycles I to III is 46.79%. This shows that the use of a
Moodle-based Learning Management System (LMS) is very effective in increasing
student learning activities. Based on the results of the research and the
conclusions above, the researchers can provide suggestions that schools are
expected to encourage teachers to develop learning |
Pendahuluan
Belajar merupakan
kegiatan utama dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah yang bertujuan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku (Pane & Dasopang, 2017). Perubahan itu meliputi
kognitif, afektif dan psikomotor. Kegiatan pembelajaran memerlukan keaktifan belajar, partisipasi dan komunikasi interaktif antara guru dan siswa (Hamzah, 2012).
Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilan
pembelajaran yang ditentukan . Keberhasilan dalam proses pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman
konsep, penguasaan materi dan prestasi belajar. Siswa dengan tingkat pemahaman konsep dan penguasaan materi yang tinggi maka semakin
tinggi prestasi (Falahudin, 2014).Selain itu faktor
penentu keberhasilan pembelajaran adalah ketepatan penerapan model dan
media pembelajaran.Seorang guru diharuskan
memahami metode pembelajaran terutama yang berkaitan dengan model-model pembelajaran. Model pembelajaran merancang pembelajaran dan merencanakan aktifitas belajar mengajar (Arsyad, 2011),
sedangkan manfaat media pembelajaran adalah memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperjelas dan meningkatkan
proses dan hasil belajar.
Media pembelajaran juga dapat
mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar yang berdampak pada keaktifan dan hasil belajar.
Pada era revolusi industri 4.0 merupakan tantangan dalam seluruh bidang ilmu secara khusus
bidang pendidikan.
Pendidikan memegang peranan
penting suatu bangsa. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia
melalui pengajaran (Rohmah & Sumarsih, 2017).
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh (Degner et al., 2022)
Media digital dapat memberikan
pengalaman yang menarik, interaktif, dan mendidik bagi pengguna, sehingga menggabungkan hiburan dan pendidikan di waktu luang (Schwan et al., 2014).
Akibatnya, informasi semakin disiapkan untuk pelajar dengan
bantuan media digital di museum, misalnya,
karena memungkinkan pengunjung menjelajahi pameran dengan cara yang lebih mandiri, daripada melihat objek secara
pasif �(Schwan, 2015)
Dua peran
media digital dapat digambarkan
dalam konteks ini. Di satu sisi,
media digital dapat berfungsi
untuk melengkapi pengalaman, dengan menghadirkan prinsip yang kompleks melalui animasi di layar. Di sisi lain, media digital itu sendiri dapat berfungsi
untuk memberikan wawasan otentik, misalnya, ketika peserta didik secara
aktif bekerja dengan media dan sebagai hasilnya memperoleh pengetahuan baru sendiri. Di museum, media digital banyak
ditemukan dalam peran pelengkapnya (Kampschulte et al., 2019).
Digital media can provide users with an exciting,
interactive and educational experience, thus combining free-time entertainment
and education (Schwan et al., 2014)
Consequently, information is increasingly prepared for learners with the help
of digital media in museums, e.g., as they allow visitors to explore the
exhibits in a more self-directed way, instead of passively looking at objects (Schwan, 2015).
Two roles of digital media can be described in this
context. On the one hand, digital media can serve to complement the experience,
by presenting a complex principle via an animation on a screen. On the other
hand, the digital medium itself can serve to provide authentic insights, e.g.,
when learners actively work with the medium and as a result acquire new
knowledge on their own. In museums, digital media are mostly found in their
complementary role (Kampschulte et al., 2019).
�Sesuai
Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 tentang
fungsi dan tujuan pendidikan nasioanal adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermanfaat dalam mencerdaskan kehidupan bangasa. Pendidikan nasional juga bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhak
mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertangung jawab (Fitriyani, 2018).
Tujuan inilah yang mendasari peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan pembaharuan dalam proses pembelajaran,salah satunya dalah penerapan
media pembelajaran (Supriadi, 2018).Untuk menjawab tantangan era revolusi industri 4.0, guru harus mampu berinovasi dalam penerapan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa yang berdampak pada hasil belajar.
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif yang diterapkan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif (Saputra, 2021). Kolaboratif artinya peneliti bekerja sama dengan guru fisika. Peneliti sebagai perencana kegiatan pembelajaran dan guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran. Sedangkan partisipatif artinya peneliti dibantu oleh teman sejawat mengikuti dan mengamati proses pembelajaran selama tindakan dilakukan. Tindakan yang dilakukan adalah penggunaan Learning Management System (LMS) berbasis Moodle pada pembelajaran daring (Fitriani, 2020).
Desain penelitian penelitian ini adalah didasarkan pada desain yang dikembangkan Kurt Lewin dan dimodifikasi oleh Suharsimi Arikunto (Arikunto, 2012). Alasan digunakannya desain yang dikembangkan oleh Suharsimi ini dikarenakan model ini mudah dipahami oleh peneliti dan sesuai dengan penelitian. Adapun desain penelitian tampak seperti gambar 1 berikut.
Gambar 1.
Bagan Desain Penelitian Tindakan Kelas
(Arikunto, 2016)
Berdasarkan gambar di atas setiap siklus terdiri dari empat tahapan. Tahapan tersebut yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi.
Pada penelitian ini, banyaknya siklus disesuaikan dengan hasil yang diperoleh pada setiap siklus. Penelitian dilakukan minimal dua siklus. Apabila hasilnya masih jauh dari yang diharapkan maka dapat ditambah dengan siklus tiga. Siklus pertama berlangsung dalam 4 jam pelajaran (dua kali tatap muka), siklus kedua berlangsung dalam 4 jam pelajaran (dua kali tatap muka) dan sebagai antisipasi, siklus ketiga berlangsung dalam dua jam pelajaran ( satu kali tatap muka).
Selanjutnya kriteria keberhasilan penelitian tindakan ini adalah: 1). Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan keaktifan 70 % dari jumlah siswa dalam satu kelas, dan 2). Presentase peningkatan keaktifan belajar siswa dari keadaan awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II minimal sebesar 20 %.
A. Deskripsi Keadaan Awal Keaktifan
Belajar Siswa Pra Siklus
Semenjak dimulainya pandemi, pelaksanaan pembelajaran berjalan tidak efektif karena pembelajaran hanya dilakukan melalui penugasan. Di sisi lain, pembelajaran daring pun tidak berjalan optimal karena hampir semua guru kurang memanfaatkan aplikasi daring untuk pembelajaran. Selain itu sekolah belum
memiliki sistem e-learning untuk
pengelolaan dan manajemen pembelajaran. Dampak dari semuanya ini
adalah aktivitas belajar siswa di masa pandemi Covid-19 kurang terpantau. Hal inilah yang menjadi indikator rendahnya keaktifan belajar.
Penulis yang juga merupakan guru fisika di SMA
Negeri 2 Sulamu di kelas XI
IPA menyaksikan secara langsung rendahnya keaktifan belajar siswa. Ketika penulis membuat penugasan, siswa cenderung lamban untuk mengumpulkan
tugas dan ketika diberikan soal untuk ujian maka
siswa cenderung asal-asalan mengerjakan (asal kumpul). Akibatnya hasil belajar siswa
pun rendah.
Jika berpedoman pada indikator keaktifan belajar pada Metode Penelitian poin �5a, maka keaktifan belajar siswa SMA Negeri 2 Sulamu khususnya kelas XI IPA tergolong sangat rendah yang berkisar antara 1% - 25%. Jika dirata-ratakan
maka keaktifan belajar awal peserta
didik adalah �12,5%. Data ini pula yang digunakan penulis sebagai pedoman awal sebelum
melakukan tindakan perbaikan menggunakan Learning Management System (LMS) berbasis Moodle.
Berdasarkan kajian awal tersebut,
maka perlu adanya perbaikan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi kelas yang kondusif, antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran tinggi dan menciptakan komunikasi dua arah antara
siswa dan guru serta meningkatkan partisipasi siswa dalam menyimpulkan
hasil belajar fisika dengan metode
daring pada masa pandemi Covid-19 saat
ini. Hal ini dapat dilakukan dengan merubah pendekatan maupun metode pembelajaran yang selama ini digunakan
oleh guru, yaitu dengan menggunakan Learning
Management System (LMS) berbasis Moodle yang dilaksanakan
dalam tiga siklus.
1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I
Pelaksanaan Siklus I terdiri dari dua kali pertemuan,
yaitu pada tanggal 02
September 2020 dan 05 September 2020. Pembelajaran dilakukan dengan Model Discovery Learning menggunakan
Learning Management System (LMS) berbasis Moodle
pada materi tegangan, regangan dan modulus Young. Adapun uraian
pelaksanaannya sebagai berikut :
a.
Perencanaan
Pada tahap ini
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Peneliti sekaligus guru mata pelajaran fisika membuat kelas Learning Management System (LMS) berbasis Moodle.
2) Peneliti sekaligus guru mata pelajaran fisika melakukan sosialisasi penggunaan Learning Management System (LMS) dan zoom meeting pada peserta didik sekaligus melakukan Enrol User untuk menambahkan peserta didik atau subyek penelitian pada kelas Learning Management System (LMS).�
3) Peneliti sekaligus guru mata pelajaran dan observer yaitu teman sejawat menyiapkan silabus untuk menentukan Kompetensi dasar� (KD) dan materi pokok yang akan diajarkan.
4) Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
5) Menyiapkan materi dan media pembelajaran yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran.
6) Membuat Lembar kerja Peserta Didik (LKPD) yang akan digunakan dalam pembelajaran.
7) Mengunggah materi dan media pembelajaran serta LKPD ke Learning Management System (LMS).
8) Membuat instrumen penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap.
9) Membuat lembar pengamatan terhadap keaktifan belajar siswa.
10) Membuat Angket siswa yang akan dikerjakan siswa setelah pembelajaran fisika menggunakan Learning Management System (LMS).
11) Membuat angket keterlaksanaan penggunaan Learning Management System (LMS).
12) Membuat link zoom meeting pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas dilakukan oleh peneliti. Peneliti melakukan tindakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti dan disetujui oleh kepala sekolah. Pelaksanaan pembelajaran seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 Berikut ini:
Tabel 1 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Kegiatan Pembelajaran |
|
Pendahuluan |
|
* Guru meminta ketua kelas untuk mengarahkan
siswa membentuk kelompok. Guru mengirimkan undangan zoom
meeting kepada peserta
didik melalui WA group kelas peserta didik sesuai jadwal pembelajaran. * Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan skenario pembelajaran |
|
Kegiatan Inti |
|
Stimulation |
Guru menyajikan gambar/video singkat tentang materi tegangan, regangan dan modulus Young . |
Problem Statement |
*
Memberikan pertanyaan mendasar kepada peserta didik tentang gambar /video yang disajikan. *
Peserta didik membuat jawaban atas pertanyaan di atas. |
Data Collection |
*
Guru menyajikan konsep materi pokok. *
Peserta didik diarahkan untuk membuka LMS dan mengunduh bahan pembelajaran dan LKPD 1. *
Peserta didik melakukan percobaan secara berkelompok dengan panduan LKPD. |
Verification |
*
Peserta didik secara berkelompok mengisi data hasil percobaan pada LKPD dan mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan dalam LKPD. *
Guru membuka topik
diskusi melalui LMS dan setiap siswa menanggapi topik yang diberikan. |
Generalitation |
*
Peserta didik mempresentasikan hasil LKPD melalui zoom meeting. *
Guru memberikan penguatan dan konsep-konsep
yang penting tentang hasil percobaan dan materi. |
Penutup |
|
*
Guru bersama peserta
didik melakukan refleksi dan kesimpulan pembelajaran. *
Peserta didik diarahkan untuk aktif mendiskusikan
topik materi yang akan diberikan guru pada LMS. *
Guru menutup pembelajaran. |
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan,
teman sejawat melakukan pengamatan terhadap keaktifan belajar dan keterlaksanaan penggunaan Learning
Management System (LMS) pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Tahap pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan keaktifan belajar siswa dan merekam perubahan yang terjadi setelah dikenakan tindakan.
Pada siklus I, pembelajaran
menggunakan Learning
Management System (LMS) serta zoom meeting baru
pertama kali dilaksanakan.
Guru kaku dalam melakukan langkah-langkah pembelajaran model Discovery
Learning berbasis daring. Minat
siswa terhadap pembelajaran menjadi rendah karena guru hanya melakukan sosialisasi tentang penggunaan Learning
Management System (LMS) dan zoom
meeting, namun tidak dilakukan mengenai langkah-langkah pembelajaran Discovery Learning berbasis
daring yang akan diikuti siswa.
Pada zoom meeting, antusias
siswa dalam mengikuti pembelajaran juga masih kurang. Beberapa
siswa kurang memperhatikan penjelasan guru. Siswa juga merasa malu dan masih takut bertanya kepada guru tentang hal-hal yang tidak mereka mengerti. Mereka enggan mengutarakan
pendapat dalam menyimpulkan materi secara spontan. Siswa hanya mengtarakan
pendapatnya kecuali ditunjuk. Hanya beberapa siswa yang sudah berani bertanya
dan menyimpulkan materi secara spontan.
Proses dalam kegiatan
kelompok tidak nampak karena siswa
melakukan praktikum secara mandiri namun bersyukur siswa mampu melakukan
praktikum dan pengambilan
data secara baik sesuai panduan LKPD.
Untuk penggunaan LMS, siswa kurang memanfaatkan fitur-fitur dalam LMS terutama untuk fitur diskusi dan unggah tugas. Untuk
fitur diskusi, hanya beberapa orang saja yang menanggapi topik diskusi yang diposting di LMS. Sedangkan untuk fitur unggah
tugas, semuanya belum memanfaatkan fitur ini, yang menjadi pertanda bahwa siswa tidak
mengumpulkan tugas.
Hasil pengamatan untuk setiap indikator
yang tercatat oleh observer tercermin
dalam Tabel berikut:
Tabel 2 Data Hasil Pengamatan Siklus I
No |
Indikator |
Siklus I |
|
skor |
% |
||
1 |
Antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran |
15,4 |
46,67 |
2 |
Interaksi siswa dengan guru |
13,3 |
40,15 |
3 |
Kerjasama kelompok |
13 |
39,39 |
4 |
Aktivitas siswa dalam kelompok |
8 |
24,24 |
5 |
Partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan |
11 |
33,33 |
Rata-rata |
12,13 |
36,76 |
Data pada Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa persentase keaktifan belajar siswa sebesar 37,76 % dan persentase keaktifan belajar siswa ini masuk dalam kategori �Rendah�.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama observer terhadap proses pembelajaran dengan Learning Management System (LMS). Hal ini didasarkan dari hasil pelaksanaan
tindakan dan pengamatan
pada siklus I untuk menentukan tindakan pada siklus II. Refleksi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan, angket dan catatan lapangan.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan observer untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar pada siklus II maka peneliti melakukan tindakan sebagai berikut:
1) Siswa perlu diarahkan untuk lebih percaya
diri menggunakan perangkat teknologi secara mandiri, sebab kebanyakan siswa tidak mengakses
beberapa fitur seperti forum diskusi dan unggah tugas di LMS karena takut salah (salah ketik, tekan dsb);
2) Siswa diajak untuk lebih
dekat dengan guru dengan membuang jarak yang ada antara guru dengan siswa. Guru masuk ke dunia siswa dan siswa dibawa ke
dunia guru dengan pendekatan
belajar yang kompetitif dan
menyenangkan;
3) Dalam berkelompok disarankan adanya pembagian tugas sehingga semua siswa bekerja
menyelesaikan tugasnya sendiri-sendiri;
4) Mendorong kelompok untuk kompak dalam menampilkan
tugasnya.
Proses pembelajaran berjalan lancar, siswa mengalami peningkatan keaktifan belajar pada setiap pertemuan dan siklus. Peningkatan itu dapat dilihat dalam
Tabel 3 berikut ini:
Tabel� 3 Persentase Peningkatan Keaktifan Belajar Sampai
Siklus I
No |
Indikator |
Pra Siklus |
Siklus I |
Ket |
% |
% |
|||
1 |
Antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran |
12,5 |
46,67 |
Meningkat |
2 |
Interaksi siswa dengan guru |
12,5 |
40,15 |
Meningkat |
3 |
Kerjasama kelompok |
12,5 |
39,39 |
Meningkat |
4 |
Aktivitas siswa dalam kelompok |
12,5 |
24,24 |
Meningkat |
5 |
Partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan |
12,5 |
33,33 |
Meningkat |
Rata-rata |
12,5 |
36,76 |
Meningkat |
2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II
Pelaksanaan Siklus II terdiri dari dua kali pertemuan,
yaitu pada tanggal 09
September 2020 dan 12 September 2020. Pembelajaran dilakukan dengan Model Discovery Learning menggunakan
Learning Management System (LMS) berbasis Moodle
pada materi Hukum Hooke. Adapun uraian
pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan materi dan media pembelajaran� yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran.
3) Membuat Lembar kerja Peserta Didik (LKPD) yang akan digunakan dalam pembelajaran.
4) Mengunggah materi dan media pembelajaran serta LKPD ke Learning Management System (LMS).
5) Membuat instrumen penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini,
kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Pelaksanaan
pembelajaran seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 berikut ini:
Tabel� 4 Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Kegiatan Pembelajaran |
|
Pendahuluan |
|
* Guru mengirimkan undangan zoom meeting kepada
peserta didik melalui WA group kelas peserta didik sesuai jadwal pembelajaran. * Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan skenario pembelajaran |
|
Kegiatan Inti |
|
Stimulation |
Guru menyajikan gambar/video singkat tentang materi. |
Problem Statement |
*
Memberikan pertanyaan mendasar kepada peserta didik tentang gambar /video yang disajikan. *
Peserta didik membuat jawaban atas pertanyaan di atas. |
Data Collection |
*
Guru menyajikan konsep materi pokok. *
Peserta didik diarahkan untuk membuka LMS dan mengunduh bahan pembelajaran dan LKPD 2. *
Peserta didik melakukan percobaan secara berkelompok dengan panduan LKPD. |
Verification |
*
Peserta didik secara berkelompok mengisi data hasil percobaan pada LKPD dan mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan dalam LKPD. *
Guru membuka topik
diskusi melalui LMS dan setiap siswa menanggapi topik yang diberikan. |
Generalitation |
*
Peserta didik mempresentasikan hasil LKPD melalui zoom meeting. *
Guru memberikan penguatan dan konsep-konsep
yang penting tentang hasil percobaan dan materi. |
Penutup |
|
*
Guru bersama peserta
didik melakukan refleksi dan kesimpulan pembelajaran. *
Peserta didik diarahkan untuk aktif mendiskusikan
topik materi yang akan diberikan guru pada LMS. *
Guru menutup pembelajaran. |
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan,
teman sejawat melakukan pengamatan terhadap keaktifan belajar keterlaksanaan penggunaan Learning Management System (LMS). pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung. Tahap pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan keaktifan belajar siswa dan merekam perubahan yang terjadi setelah dikenakan tindakan.
Pada siklus ini,
siswa sudah memahami penggunaan LMS dan model
Discovery Learning sehingga guru sudah tidak menyampaikan lagi tentang penggunaan
LMS dan langkah- langkah pembelajaran. Siswa aktif dalam mendiskusikan
topik di LMS. Hampir sebagian besar siswa juga spontan bekerja apabila diberi tugas baik
di LMS.
Siswa aktif bertanya kepada guru dan siswa spontan menjawab pertanyaan dari guru. Siswa mengacungkan tangan untuk ikut
menyimpulkan. Untuk kegiatan kelompok, sudah mulai ada
pembagian tugas yang jelas dalam kelompok
dan setiap anggota kelompok saling membantu� dalam melakukan pengambilan data. Siswa juga mampu mengerjakan LKPD yang diunduh dari LMS dan mampu mempresentasikan secara baik hasil diskusi
kelompok.
Hasil pengamatan pada siklus II ini menunjukan
beberapa siswa mengalami peningkatan keaktifan belajarnya. Hal ini dapat dilihat
dari hasil pengamatan� pada�
lembar pengamatan keaktifan belajar siswa. Pengamatan keaktifan belajar dilakukan oleh observer menggunakan
lembar pengamatan. Berikut adalah hasil pengamatan keaktifan belajar dilihat setiap indikator dan setiap siswa serta data pengamatan:
Tabel 5 Data Hasil Pengamatan Siklus
II
No |
Indikator |
Siklus II |
|
skor |
% |
||
1 |
Antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran |
24 |
72,73 |
2 |
Interaksi siswa dengan guru |
24,25 |
73,48 |
3 |
Kerjasama kelompok |
27 |
81,82 |
4 |
Aktivitas siswa dalam kelompok |
27,75 |
84,09 |
5 |
Partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan |
25,25 |
76,52 |
Rata-rata |
25,65 |
77,73 |
Data pada Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa persentase keaktifan belajar siswa sebesar 77,73 % dan persentase keaktifan belajar siswa ini masuk dalam kategori �Tinggi�.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama observer terhadap proses pembelajaran dengan Learning Management System (LMS). Hal ini didasarkan dari hasil pelaksanaan
tindakan dan pengamatan
pada siklus II untuk menentukan tindakan pada siklus III. Refleksi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan, angket dan catatan lapangan.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan observer untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar pada siklus III maka peneliti melakukan tindakan sebagai berikut:
1) Pembelajaran menggunakan Learning
Management System (LMS) berbasis Moodle dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasilnya sesuai dengan indikator keberhasilan meliputi :
a) Meningkatnya persentase siswa yang antusias dalam mengikuti pembelajaran.
b) Meningkatnya persentase siswa yang berinteraksi dengan guru.
c) Meningkatnya persentase siswa dalam berinteraksi antar siswa
d) Meningkatnya persentase dalam kerja sama kelompok
e) Meningkatnya persentase siswa yang berpartisipasi dalam menyimpulkan hasil pembahasan.
2) Proses pembelajaran berjalan lancar, siswa mengalami
peningkatan keaktifan belajar pada setiap pertemuan dan siklus. Peningkatan itu dapat dilihat dalam
Tabel 6 berikut ini:
Tabel 6 Persentase Peningkatan
Keaktifan Belajar Sampai Siklus II
No |
Indikator |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Ket |
% |
% |
% |
|||
1 |
Antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran |
12,5 |
46,67 |
72,73 |
Meningkat |
2 |
Interaksi siswa dengan guru |
12,5 |
40,15 |
73,48 |
Meningkat |
3 |
Kerjasama kelompok |
12,5 |
39,39 |
81,82 |
Meningkat |
4 |
Aktivitas siswa dalam kelompok |
12,5 |
24,24 |
84,09 |
Meningkat |
5 |
Partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan |
12,5 |
33,33 |
76,52 |
Meningkat |
Rata-rata |
12,5 |
36,76 |
77,73 |
Meningkat |
�������������������
Dari tabel tersebut
terlihat terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa pada setiap indikator. Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran meningkat dari 46,67% pada siklus I menjadi 72,73% pada siklus II, interaksi siswa dengan guru meningkat dari 40,15% pada siklus I menjadi 73,48% pada siklus II, kerjasama kelompok meningkat dari 39,39% pada siklus I menjadi 81,825% pada siklus II %, aktivitas dalam kelompok meningkat dari 24,24% pada siklus I menjadi 84,09% pada siklus II, partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan meningkat dari 33,33% pada siklus I menjadi 77,73% pada siklus II.
3. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus III
Pelaksanaan Siklus III terdiri dari dua kali pertemuan,
yaitu pada tanggal 16 September
2020 dan 19 September 2020. Pembelajaran dilakukan dengan Model Discovery Learning menggunakan
Learning Management System (LMS) berbasis Moodle
pada materi Susunan Pegas. Siklus III dilakukan untuk memastikan serta mengonfirmasi apakah penggunaan model dan media dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa seperti
yang telah dibuktikan pada siklus II. Adapun uraian pelaksanaannya sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyiapkan materi dan media pembelajaran� yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran.
3) Membuat Lembar kerja Peserta Didik (LKPD) yang akan digunakan dalam pembelajaran.
4) Mengunggah materi dan media pembelajaran serta LKPD ke Learning Management System (LMS).
5) Membuat instrumen penilaian pengetahuan, keterampilan dan sikap.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini,
kegiatan pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Pelaksanaan
pembelajaran seperti yang ditunjukkan pada Tabel 9 Berikut ini :
Tabel 7 Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus III
Kegiatan Pembelajaran |
|
Pendahuluan |
|
* Guru mengirimkan undangan zoom meeting kepada
peserta didik melalui WA group kelas peserta didik sesuai jadwal pembelajaran. * Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan skenario pembelajaran |
|
Kegiatan Inti |
|
Stimulation |
Guru menyajikan gambar/video singkat tentang materi Hukum Hooke. |
Problem Statement |
*
Memberikan pertanyaan mendasar kepada peserta didik tentang gambar /video yang disajikan. *
Peserta didik membuat jawaban atas pertanyaan di atas. |
Data Collection |
*
Guru menyajikan konsep materi pokok. *
Peserta didik diarahkan untuk membuka LMS dan mengunduh bahan pembelajaran dan LKPD 2. *
Peserta didik melakukan percobaan secara berkelompok dengan panduan LKPD. |
Verification |
*
Peserta didik secara berkelompok mengisi data hasil percobaan pada LKPD dan mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan dalam LKPD. *
Guru membuka topik
diskusi melalui LMS dan setiap siswa menanggapi topik yang diberikan. |
Generalitation |
*
Peserta didik mempresentasikan hasil LKPD melalui zoom meeting. *
Guru memberikan penguatan dan konsep-konsep
yang penting tentang hasil percobaan dan materi. |
Penutup |
|
*
Guru bersama peserta
didik melakukan refleksi dan kesimpulan pembelajaran. *
Peserta didik diarahkan untuk aktif mendiskusikan
topik materi yang akan diberikan guru pada LMS. *
Guru menutup pembelajaran. |
c. Pengamatan
Pada tahap pengamatan, teman sejawat melakukan pengamatan terhadap keaktifan belajar keterlaksanaan penggunaan Learning Management System (LMS) pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Tahap pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan keaktifan belajar siswa dan merekam perubahan yang terjadi setelah dikenakan tindakan.
Pada siklus ini, siswa sudah memahami penggunaan LMS dan model Discovery Learning sehingga guru sudah tidak menyampaikan lagi tentang penggunaan LMS dan langkah � langkah pembelajaran. Siswa aktif dalam mendiskusikan topik di LMS. Hampir sebagian besar siswa juga spontan bekerja apabila diberi tugas baik di LMS maupun di webmeeting. Selanjutnya siswa menggunggah tugas tepat waktu di LMS bahkan siswa sudah memanfaatkan sumber belajar daring yang relevan (selain LMS). Siswa aktif bertanya kepada guru dan siswa spontan menjawab pertanyaan dari guru.
Untuk kegiatan kelompok, pembagian tugas yang jelas dalam kelompok sudah sangat baik dan setiap anggota kelompok saling membantu� dalam melakukan pengambilan data. Siswa juga mampu mengerjakan LKPD yang diunduh dari LMS.
Siswa sudah baik saat melakukan presentasi ini mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Selanjutnya siswa aktif menanggapi pemaparan kelompok lainnya untuk ikut menyimpulkan bahkan menyempurnakan simpulan yang dikemukakan oleh temannya.
Hasil pengamatan pada siklus III ini menunjukan bahwa semua siswa mengalami peningkatan keaktifan belajarnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan� pada� lembar pengamatan keaktifan belajar siswa. Pengamatan keaktifan belajar dilakukan oleh observer menggunakan lembar pengamatan. Hasil ini juga mengonfirmasi bahwa Model Discovery Learning menggunakan Learning Management System (LMS) berbasis Moodle mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa.� Berikut adalah hasil pengamatan keaktifan belajar dilihat setiap indikator dan setiap siswa serta data pengamatan:
Tabel 8 Data Hasil Pengamatan
Siklus III
No |
Indikator |
Siklus III |
|
skor |
% |
||
1 |
Antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran |
30,6 |
92,73 |
2 |
Interaksi siswa dengan guru |
25,25 |
76,52 |
3 |
Kerjasama kelompok |
27 |
81,82 |
4 |
Aktivitas siswa dalam kelompok |
28 |
84,09 |
5 |
Partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan |
27 |
80,3 |
Rata-rata |
27,42 |
83,55 |
Data pada Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa persentase keaktifan belajar siswa sebesar 83,55 % dan persentase keaktifan belajar siswa ini masuk dalam kategori �Tinggi�.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan oleh peneliti bersama observer terhadap proses pembelajaran dengan Learning Management System (LMS). Hal ini didasarkan dari hasil pelaksanaan
tindakan dan pengamatan
pada siklus I untuk menentukan tindakan pada siklus III. Refleksi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan, angket dan catatan lapangan.
Berdasarkan refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan observer untuk dapat meningkatkan keaktifan belajar pada siklus III maka peneliti melakukan tindakan sebagai berikut:
1)� Pembelajaran menggunakan model dengan Model Discovery Learning menggunakan
Learning Management System (LMS) berbasis Moodle dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa dan hasilnya sesuai dengan indikator
keberhasilan meliputi meningkatnya persentase siswa yang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Meningkatnya persentase siswa yang berinteraksi dengan guru. Meningkatnya persentase siswa dalam berinteraksi
antar siswa Meningkatnya persentase dalam kerja sama
kelompok. Meningkatnya persentase siswa yang berpartisipasi dalam menyimpulkan hasil pembahasan.
2) Proses pembelajaran berjalan lancar, siswa mengalami
peningkatan keaktifan belajar pada setiap pertemuan dan siklus. Peningkatan itu dapat dilihat
dalam Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9� Persentase Peningkatan Keaktifan Belajar Sampai
Siklus III
No |
Indikator |
Pra Siklus |
Siklus I |
Siklus II |
Siklus III |
Ket |
% |
% |
% |
% |
|||
1 |
Antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran |
12,5 |
46,67 |
72,73 |
92,73 |
Meningkat |
2 |
Interaksi siswa dengan guru |
12,5 |
40,15 |
73,48 |
76,52 |
Meningkat |
3 |
Kerjasama kelompok |
12,5 |
39,39 |
81,82 |
81,82 |
Meningkat |
4 |
Aktivitas siswa dalam kelompok |
12,5 |
24,24 |
84,09 |
84,09 |
Meningkat |
5 |
Partisipasi siswa menyimpulkan hasil pembahasan |
12,5 |
33,33 |
76,52 |
80,3 |
Meningkat |
Rata-rata |
12,5 |
36,76 |
77,73 |
83,55 |
Meningkat |
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Sulamu dengan menggunakan Learning Management System (LMS) berbasis Moodle. Peningkatan keaktifan belajar siswa ini dapat dilihat dari siklus I sampai Siklus III. Hal tersebut dapat dilihat dari uraian sebagai berikut.
Keaktifan belajar siswa kelas XI IPA berdasarkan hasil pengamatan penulis selama pandemi Covid sebelum tindakan perbaikan sangat rendah yaitu hanya 12,5% siswa saja. Ketika guru mulai melaksanakan tindakan maka mulai nampak adanya� peningkatan keaktifan belajar siswa yang mana meningkat dari 12,5% keaktifan belajar siswa menjadi 36,76% pada siklus I. Berdasarkan kriteria penilaian keberhasilan tindakan pada sub bab 3.7, agar tindakan dikatakan berhasil maka jumlah siswa yang� mencapai ketuntasan keaktifan 70 % dari jumlah siswa dalam satu kelas. Hal ini berarti bahwa pelaksanaan tindakan untuk siklus I belum berhasil. Walaupun demikian, jika melihat pada kriteria kedua keberhasilan tindakan pada siklus I maka pelaksanaan tindakan sudah berhasil sebab presentase peningkatan keaktifan belajar siswa sebelum tindakan dan tindakan mencapai 24,26%. Adapun kriteria keberhasilan adalah persentase peningkatan keaktifan belajar minimal harus sebesar 20 %. Oleh karena keberhasilan tindakan pada siklus I belum dapat dipastikan maka dilanjutkan dengan tindakan pada siklus II.
Pada siklus II, keaktifan belajar meningkat dari 36,76% menjadi 77,73%. Pada siklus ini, pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil sebab jumlah siswa persentase ketuntasan keaktifan belajar siswa lebih dari 70% yakni sebesar 77,73% dan persentase peningkatan keaktifan belajar sudah lebih dari 20% yakni 40,97%.
Untuk memastikan dan mengonfirmasi bahwa penggunaan Learning Management System (LMS) berbasis Moodle sangat efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa maka dilakukan pembelajaran siklus III. Hasilnya adalah keaktifan belajar meningkat dari 77,73% menjadi 83,55%. Pada siklus ini, pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil sebab jumlah siswa persentase ketuntasan keaktifan belajar siswa lebih dari 70% yakni sebesar 83,55% dan peningkatan siklus I ke III sebesar 46,79%.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan
hasil tindakan, terjadi�
peningkatan keaktifan belajar siswa yang mana meningkat dari
12,5% keaktifan belajar siswa menjadi 36,76% pada siklus I. Pada siklus I,
presentase peningkatan keaktifan belajar siswa sebelum tindakan dan tindakan
mencapai 24,26% namun pelaksanaan tindakan belum berhasil sebab persentase
ketuntasan keaktifan belum mencapai 70%. Pada siklus II,
keaktifan belajar meningkat dari 36,76% menjadi 77,73%. Pada siklus ini,
pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil sebab jumlah siswa persentase
ketuntasan keaktifan belajar siswa lebih dari 70% yakni sebesar 77,73% dan
persentase peningkatan keaktifan belajar sudah lebih dari 20% yakni 40,97%.
Selanjutnya pada siklus III, keaktifan belajar
meningkat dari 77,73% menjadi 83,55%. Pada siklus ini, pelaksanaan tindakan
dikatakan berhasil sebab jumlah siswa persentase ketuntasan keaktifan belajar
siswa lebih dari 70% yakni sebesar 83,55% dan peningkatan siklus I ke III
sebesar 46,79%.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
keaktifan belajar dapat ditingkatkan dengan menggunakan Learning Management System (LMS) berbasis Moodle. Berdasarkan kesimpulan di atas, sekolah diharapkan
dapat mendorong guru mengembangkan pembelajaran menggunakan Learning Management System (LMS) berbasis Moodle dan menyediakan sarana pendukungnya
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S. (2012). Penelitian
tindakan kelas.Google Scholar
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktis. PT Rineka Cipta. Google Scholar
Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran.
Jakarta: PT Raja grafindo persada. Google Scholar
Degner, M., Moser, S., & Lewalter, D.
(2022). Digital media in institutional informal learning places: A systematic
literature review. Computers and Education Open, 3, 100068.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.caeo.2021.100068 Google Scholar
Falahudin, I. (2014). Pemanfaatan media
dalam pembelajaran. Jurnal Lingkar Widyaiswara, 1(4), 104�117. Google Scholar
Fitriani, Y. (2020). Analisa pemanfaatan
learning management system (LMS) sebagai media pembelajaran online selama
pandemi covid-19. Journal of Information System, Informatics and Computing,
4(2), 1�8. Google Scholar
Fitriyani, P. (2018). Pendidikan karakter
bagi generasi Z. Prosiding Konferensi Nasional Ke-7 Asosiasi Program
Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (APPPTMA). Jakarta, 23�25. Google Scholar
Hamzah, S. H. (2012). Aspek pengembangan
peserta didik: Kognitif, afektif, psikomotorik. Dinamika Ilmu: Jurnal
Pendidikan. Google Scholar
Kampschulte, L., Ostermann, A., M�ller, F.,
Ropohl, M., Schwanewedel, J., H�rtig, H., & Lindmeier, A. (2019). Einsatz
digitaler und analoger Medien an au�erschulischen Lernorten. Kiel: IPN. Google Scholar
Pane, A., & Dasopang, M. D. (2017).
Belajar dan pembelajaran. Fitrah: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Keislaman, 3(2),
333�352. Google Scholar
Rohmah, B. N., & Sumarsih, S. (2017).
Pengembangan Media Pembelajaran Game Edukatif Fun Spreadsheet Quiz Berbasis Adobe
Flash CS6 Pada Mata Pelajaran Spreadsheet Kelas X Akuntansi SMK Negeri 4 Klaten
Tahun Pelajaran 2016/2017 [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri
Yogyakarta. Google Scholar
Saputra, N. (2021). Penelitian tindakan
kelas. Yayasan Penerbit Muhammad Zaini. Google Scholar
Schwan, S. (2015). Informelles Lernen in
Museen und Science Centern. Journal: Handbuch Informelles Lernen, 1�14. Google Scholar
Schwan, S., Grajal, A., & Lewalter, D.
(2014). Understanding and engagement in places of science experience: Science
museums, science centers, zoos, and aquariums. Educational Psychologist,
49(2), 70�85. Google Scholar
Supriadi, D. (2018). Implementasi Manajemen
Inovasi dan Kreatifitas Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran. Indonesian
Journal of Education Management & Administration Review, 1(2),
125�132. Google Scholar
Copyright holder : Menne Foan Tapatab (2022) |
First publication right
: This
article is licensed under: |