Jurnal Syntax Admiration

Vol. 3 No. 5 Mei 2022

p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356

Sosial Teknik

 

PENGEMBANGAN MODUL KETERAMPILAN MANAJEMEN WAKTU UNTUK MENGURANGI PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA

 

Windy Aulya Aprilianti, Evi Afiati, Meilla Dwi Nurmala

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten,

Indonesia

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima

24 Maret 2022

Direvisi

13 Mei 2022

Disetujui

23 Mei 2022

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul yang layak dan efektif mengenai keterampilan manajemen waktu untuk mengurangi prokrastinasi akademik pada siswa. Modul ini dirancang untuk memfasilitasi guru bimbingan dan konseling pada saat pemberian layanan bimbingan dan konseling serta menarik minat siswa untuk mempelajari bagaimana cara mengelola waktu dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model yang digunakan adalah ADDIE (Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi dan Evaluasi). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan uji validasi produk kepada ahli media dan materi, ahli bahasa dan praktisi. Sedangkan uji coba produk dilakukan kepada 25 siswa sebagai calon pengguna modul. Hasil uji kelayakan yang telah dilakukan kepada ahli, memperoleh hasil rata-rata sebesar 96,25%, artinya modul keterampilan manajemen waktu yang dikembangkan termasuk kedalam kategori layak untuk diimplementasikan kepada siswa.

Kata kunci:

Modul, Keterampilan Manajemen Waktu, Prokrastinasi Akademik


Keywords :

Module, Time Management Skills, Academic Procrastination

ABSTRACT

This study aims to develop a feasible and effective module on time management skills to reduce academic procrastination in students. This module is designed to facilitate guidance and counseling teachers in providing guidance and counseling services and to attract students' interest in learning how to manage time well. This research is development research with the model used is ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, and Evaluation). Data collection techniques are carried out by product validation tests for media and material experts, linguists, and practitioners. Meanwhile, product trials were conducted on 25 students as potential users of the module. The results of the feasibility test that have been carried out by experts, obtained an average result of 96.25%, meaning that the time management skills module developed is included in the category of feasible to be implemented for students.


 

Pendahuluan

Merujuk pada isi dari undang-undang republik indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa definisi pendidikan ialah usaha secara sadar dan tersusun dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran supaya siswa dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dalam hal keagamaan, kontrol diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (INDONESIA, 2006).

Dalam kehidupan sudah menjadi peranan penting bagi setiap manusia untuk memperoleh pendidikan guna mendapatkan keseimbangan dan keselarasan dalam hidup bermasyarakat (M. Anwar, 2015). Dengan demikian, setiap manusia diharapkan berhak untuk mendapatkan pendidikan agar dapat selalu berkembang didalamnya lembaga formal atau biasa disebut dengan sekolah menjadi tujuan yang digunakan agar memperoleh pendidikan, sebab peranan sekolah bukan hanya sekedar mendidik, akan tetapi menjadi sarana untuk tukar pikiran diantara siswa. Salah satu diantara tingkatan sekolah ialah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Siswa pada tingkatan SMP ialah individu yang masuk pada rentang� usia 12 sampai 15 tahun, artinya siswa SMP masuk pada rentang usia remaja.

Tentunya hal ini tidak terlepas dari tugas perkembangan yang dilalui siswa pada periode usia remaja. Tugas-tugas perkembangan siswa SMP dijelaskan dalam POP BK meliputi 1) individu sanggup mencapai perkembangan diri menjadi makhluk yang taat pada Tuhan 2) mengenali etika/moral dan nilai-nilai pedoman hidup sebagai manusia yang utuh, 3) Tahu bagaimana mengekspresikan perubahan secara alami dan memahami berbagai ekspresi perasaan sendiri dan perasaan orang lain, 4) belajar dalam pengambilan segala keputusan, 5) belajar mengenai bagaimana mendapatkan hak dan kewajibannya dalam hidup dilingkungan masyarakat, 6) mengetahui kompetensi yang dimiliki dan kehendak diri sendiri, 7) mempersiapkan diri pribadi untuk memperoleh hidup yang lebih sehat,� 8) mampu menjadi individu yang mandiri secara ekonomis, 9) memahami kompetensi yang dimiliki, bakat dan minat serta tujuan karir yang ingin dicapai, 10) memperoleh suatu hubungan yang matang antara diri sendiri dengan kawan.

Dalam (Marlina, 2015) menjelaskan bahwa menjadi seorang siswa tentu akan merasa bahwa dirinya mendapatkan tuntutan serta tanggung jawab yang harus dilakukan, dari mulai dituntut agar paham terhadap sesuatu yang harus dipelajari, tugas sekolah yang mengharuskan diselesaikan dengan tepat waktu, membagi waktu anatara belajar di sekolah dan menyelesaikan tugas ketika sudah di rumah, menyelesaikan tugas dengan waktu yang singkat, dan terkadang melakukan sesuatu dengan mendesak. Hal ini ialah tantangan bagi siswa sebagai seorang pelajar, maka dari itu siswa harus memiliki kemampuan dalam manajemen waktu, supaya tugas-tugas yang dimilikinya dapat diselesaikan dengan maksimal, apabila siswa tidak mampu mengelola waktu sedemikian baik, kemungkinan yang terjadi seperti menemui berbagai masalah dalam akademiknya, salah satu permasalahan yang kerap terjadi dari kurangnya kemampuan siswa mengenai pengelolaan waktu dengan baik ialah timbulnya tindakan menunda-nunda dalam hal akademisnya atau dapat disebut dengan prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik menurut (Schouwenburg & Lay, 1995) ialah tindakan yang menunda-nunda untuk melakukan sesuatu yang berhubungan dengan akademik. Perilaku ini ditunjukkan dengan siswa yang terkadang bolos sekolah, kurang semangat dalam menyelesaikan tuntutnnya sebagai pelajar, menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas, Mengerjakan aktvitas lain yang kurang penting dari tugas yang harus segera diselesaikan. Tindakan yang dilakukan ini, tentunya cenderung menjadikan proses belajar siswa menjadi tidak optimal.

Data diperoleh melalui Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, bahwa berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia menunjukkan data sebesar 71,92% tingkat prokrastinasi akademik yang terjadi. Persentase tersebut menunjukkan angka yang tidak kecil. Apabila tindakan prokrastinasi akademik ini terus dibiarkan, maka akan terus memunculkan dampak yang negatif bagi pelaku prokrastinasi. Menurut (Handoyo et al., 2020) dampak negatif yang muncul diantaranya merasa cemas, rendahnya harga diri, mengalami ketidakpuasan terhadap hasil pekerjaannya, memiliki perasaan tertekan, menurunnya tingkat motivasi dalam hal akademik, memiliki beban yang dirasa semakin menumpuk, dan juga prestasi belajar yang rendah.

Manajemen waktu ialah suatu proses perencanaan, pengorganisasian mengenai suatu tujuan tertentu yang dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan (Gea, 2014). Manajemen waktu diartikan sebagai kemampuan atau keterampilan dalam memperioritaskan tanggung jawab yang dilakukan demi memperoleh kepuasan individu itu sendiri. Manajemen waktu diperlukan untuk mengatur atau mengelola waktu sedemikian baik supaya tujuan terhadap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dapat terlaksana sesuai dengan seharusnya. Dalam bidang akademik, peranan manajemen waktu sangat diperlukan (Pananrangi & SH, 2017). Apabila siswa melakukan manajemen waktu dengan begitu baik, artinya dirinya mempraktikkan suatu prinsip belajar secara efektivitas dan juga evesien (As�ad, 2000).

Berdasarkan diskusi yang dilakukan oleh peneliti bersama kepala sekolah di SMPN 2 Saketi dan juga guru bimbingan dan konseling, peneliti mendapatkan beberapa informasi mengenai gambaran SMPN 2 Saketi, jumlah keseluruhan siswa sekitar 250 dari tingkatan kelas VII sampai dengan kelas IX. Jumlah kelas pada tiap tingkatan ialah sebanyak 3 kelas. Hasil diskusi lainnya, kepala sekolah SMPN 2 Saketi mengatakan bahwa tidak sedikit siswa sering terjadi keterlambatan dalam pengumpulan tugas, terkadang tugas yang diberikan oleh guru mata pelajaran tidak diselesaikan dan akhirnya siswa tersebut membolos, alasannya ialah dirinya lebih memilih menongkrong bersama temannya diluar sekolah dan mengerjakan tugas tersebut di lain waktu, namun ketika tenggat waktu yang telah ditentukan tiba dan mengharuskan siswa mengumpulkan tugas ternyata tugas tersebut belum selesai dikerjakannya. Menurutnya, hal ini bukan siswa yang tidak mampu dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, akan tetapi mengenai pengaturan atau pengelolaan waktu yang kurang baik pada siswa tersebut. Dari tindakan tersebut, kerap kali guru menegur siswa-siswa yang melakukan prokrastinasi, akan tetapi teguran yang dilakukan ini tidak membuat siswa jera, yang terjadi ialah siswa melakukan tindakan-tindakan tersebut di lain waktu berikutnya.

Hasil asesmen yang dilakukan oleh peneliti melalui sebaran angket prokrastinasi akademik dan manajemen waktu kepada seluruh siswa kelas VIII di SMPN 2 Saketi yang berjumlah 52 siswa, menunjukkan hasil angket prokrastinasi akademik siswa berkategori tinggi sebesar 44,3%, siswa berkategori sedang sebesar 30,7% dan siswa berkategori rendah sebesar 25%. Adapun hasil angket manajemen waktu menunjukkan sebesar 17,3% kategori tinggi, 44,2% kategori sedang dan 38,5% kategori rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik yang dialami siswa kelas VIII di SMPN 2 Saketi ini dapat dipengaruhi oleh kemampuan manajemen waktu, apabila kemampuan manajemen waktu siswa rendah maka kemungkinan yang terjadi prokrastinasi akademik siswa tinggi.

Dari uraian masalah yang dijelaskan di atas, penanganan yang dilakukan dilapangan oleh guru di SMPN 2 Saketi ialah dengan memanggil siswa-siswa yang melakukan tindakan ini, kemudian menghukumnya dan menasehati siswa-siswa tersebut. Penanganan yang dilakukan dirasa masih belum optimal, karena dilain waktu siswa kerap melakukan tindakan-tindakan itu lagi, peran dari guru bimbingan dan konseling terhadap penanganan masalah ini ialah perlunya siswa untuk dibekali juga dengan informasi dan pemahaman mengenai keterampilan yang dapat mengurangi prokrastinasi akademik. Keterampilan dalam mengelola atau mengatur waktu ialah salah satu hal yang perlu diberikan kepada siswa, sebab hal tersebut berguna sebagai petunjuk yang membimbing siswa agar dapat bertindak sesuai dengan tujuan yang hendak digapai dan menghindari dari tindakan yang menyia-nyiakan waktu.

Dalam memberikan pemahaman mengenai keterampilan manajemen waktu, guru bimbingan dan konseling bisa memakai bantuan media. Media yang digunakan ini nantinya dapat membantu dan memudahkan siswa dalam mempelajari dan memperoleh pengetahuan baru mengenai pengelolaan waktu dengan baik. Media yang bisa dipakai oleh guru bimbingan dan konseling salah satu nya ialah modul. Modul ini dapat digunakan dengan efektif dan efesien sebab siswa mampu belajar secara mandiri dan juga dengan pertolongan guru bimbingan dan konseling. Sedangkan, di SMPN 2 Saketi, ketersediaan media modul ini belum ada. Hal ini menjadi motivasi juga inovasi peneliti untuk mengembangkan dan menghasilkan modul tentang keterampilan manajemen waktu sebagai sarana yang bisa digunakan oleh guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan pada siswa di sekolah. Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yang berjudul �Pengembangan Modul Keterampilan Manajemen Waktu untuk Mengurangi Prokrastinasi Akademik pada Siswa�.

 

Metode

Penelitian ini hendak menggunakan model pengembangan ADDIE (analysis, design, development, implementation, dan evaluation). Pemilihan model tersebut berdasarkan pertimbangan dan perkiraan terkait model yang tidak sukar untuk dipelajari, sederhana dan memiliki struktur yang sistematis, seperti yang diungkapkan oleh (Abidin et al., 2020) bahwa model ADDIE ialah suatu model yang memiliki desain yang efektif dan dinamis sehingga dapat mendukung kinerja penelitian itu sendiri.

Prosedur pada penelitian pengembangan (Reseearch and Development) ini menggunakan model pengembangan ADDIE. Adapun tahapan-tahapannya menurut (Sugiyono, 2016) ialah:

1.    Analisis/analysis

Tahap pertama pada penelitian ini ialah analisis permasalahan yang ada di lapangan untuk memperoleh data. Pada tahap analisis, peneliti melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan melakukan need asesmen melalui sebaran angket. Hasil diskusi yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan informasi mengenai keadaan siswa kelas VIII di SMPN 2 Saketi bahwa tidak sedikit siswa yang memiliki permasalahan mengenai prokrastinasi akademik, hal ini dibuktikan dengan beberapa permasalahan siswa yang kurang memiliki kemampuan dalam manajemen waktu dan menjadikan siswa terkadang terlambat dalam pengumpulan tugas, siswa lebih memilih berkumpul diluar lingkungan sekolah pada saat jam pelajaran dan alasannya karena siswa belum mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan pada tenggat waktu yang telah ditentukan oleh guru mata pelajaran. Adapun hasil need asesmen yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data mengenai prokrastinasi akademik yang terjadi pada siswa ialah tinggi dan manajemen waktu yang rendah. Hasil analisis ini menjadi inovasi peneliti untuk mengembangkan sebuah produk dalam memfasilitasi guru bimbingan dan konseling dalam memberi layanan di sekolah guna membantu mengentaskan permasalahan yang dialami siswa.

2.    Desain/design

Pada tahap kedua, setelah menganalisis permasalahan yang ada di lapangan dan pengumpulan data. Kegiatan selanjutnya ialah peneliti melakukan perancangan modul keterampilan manajemen waktu untuk mengurangi prokrastinasi akademik pada siswa, yang berisi materi mengenai keterampilan manajemen waktu, tujuan pengembangan modul, soal-soal dan evaluasi serta refleksi.

3.    Pengembangan/development

Hasil akhir dari desain yang telah disusun sebelumnya ialah melakukan pengembangan produk yakni modul keterampilan manajemen waktu untuk mengurangi prokrastinasi akademik pada siswa.

Pada tahap ini, penyusunan modul dikembangkan berdasarkan kaidah pada model pengembangan ADDIE, kemudian dilaksanakan uji kelayakan oleh ahli media dan materi, bahasa dan diuji pada praktisi. Hasil uji kelayakan yang dilakukan dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengimplementasian produk di lapangan.

4.    Implementasi/implementation

Kegiatan yang dilakukan ialah pengaplikasian atau uji coba produk yang telah dikembangkan oleh peneliti terhadap uji coba skala kecil ataupun besar. Tahap keempat ini menjadi langkah nyata dalam pengimplementasian produk pengembangan modul keterampilan manajemen waktu. Modul yang dikembangkan diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan fungsinya, sehingga pengimplemnatasian produk ini dapat sesuai dengan rencana yang sudah dirancang peneliti.

5.    Evaluasi/evaluation

Tahapan terakhir ialah evaluasi pada bahan ajar yang sudah dikembangkan dan di uji coba secara langsung di lapangan. Maka dari itu, diperlukan proses evaluasi mengenai kekurangan pada saat pengimplementasiannya untuk menemukan kevalidan hasil produk ini.

 

Hasil dan Pembahasan

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini berupa modul keterampilan manajemen waktu, modul dikemas dengan bentuk bahan ajar yang bisa dijadikan sebagai media dalam memfasilitasi guru bimbingan dan konseling ketika memberikan layanan di sekolah. Produk diuji dengan kelayakan dan kepraktisan pada ahli validator dan praktisi. materi yang disajikan dalam produk yang dihasilkan menggunakan acuan model pengembangan ADDIE yang dimana mempunyai 5 tahapan pengembangan (Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation), (Sugiyono, 2016) Berikut uraian prosedur ADDIE:

a.    Analysis

Tahap pertama pada penelitian dan pengembangan modul ini ialah analisis permasalahan yang ada di lapangan untuk memperoleh data. Pada tahap analisis diawali oleh peneliti dengan melakukan diskusi bersama kepala sekolah dan guru bimbingan dan konseling mengenai gambaran prokrastinasi akademik yang terjadi pada siswa.� Peneliti mendapatkan informasi mengenai keadaan siswa kelas VIII di SMPN 2 Saketi bahwa tidak tidak jarang guru mata pelajaran melapor pada guru bimbingan dan konseling, bahwa siswa sering terlambat dalam pengumpulan tugas, bahkan beberapa kali tidak mengumpulkan tugas, siswa lebih memilih berkumpul diluar lingkungan sekolah pada saat jam pelajaran dan alasannya karena siswa belum mengerjakan tugas yang seharusnya diselesaikan pada tenggat waktu yang sudah ditetapkan oleh guru mata pelajaran. Menurut kepala sekolah SMPN 2 Saketi dari diskusi yang dilakukan, hal yang dilakukan oleh siswa tersebut dirasa bukan karena siswa yang tidak mampu dalam mengerjakan tugas yang diberi oleh guru, akan tetapi mengenai pengaturan atau pengelolaan waktu yang kurang baik pada siswa tersebut. Selaras dengan pendapat (McCloskey et al., 2011) yang menyatakan bahwa salah satu aspek penyebab prokrastinasi akademik ialah kurangnya keterampilan manajemen waktu yang harus dimiliki siswa, sebab hal-hal yang dilakukan oleh siswa ini akan menyimpang dari tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar.

Mengatasi permasalahan yang terjadi guru bimbingan dan konseling dirasa belum optimal, yang dilakukan terkadang hanya memanggil siswa-siswa yang dilaporkan oleh guru mata pelajaran dan kemudian menghukum siswa-siswa tersebut dengan cara memungut sampah disekitar sekolah atau menceramahinya saja. Guru bimbingan dan konseling mengatakan bahwa tidak adanya jam layanan bimbingan dan konseling disekolah dan ketidaktersediaan media yang dapat digunakan menjadi penghambat dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa di sekolah, oleh karena itu terkadang hanya menghukum dan menceramahinya saja dirasa cukup.

Selain diskusi yang dilakukan, peneliti mencoba menggali informasi lebih mendalam dengan melakukan need asesmen untuk memperkuat data mengenai gambaran prokrastinasi akademik dan manajemen waktu yang dimiliki siswa. Diperoleh data mengenai prokrastinasi akademik yang terjadi pada siswa ialah tinggi dan manajemen waktu yang rendah.

Hasil analisis ini menjadi inovasi peneliti, peneliti pun merancang untuk mengembangkan sebuah produk dalam memfasilitasi guru bimbingan dan konseling dalam pemberian layanan guna membantu mengatasi permasalahan yang terjadi pada siswa.

b.    Design

Pada tahap kedua, setelah menganalisis permasalahan yang ada di lapangan dan pengumpulan data. Kegiatan selanjutnya ialah peneliti mulai merancang modul keterampilan manajemen waktu untuk mengurangi prokrastinasi akademik pada siswa, yang berisi materi mengenai keterampilan manajemen waktu, tujuan pengembangan modul, lembar aktivitas, kata-kata bijak, soal-soal latihan, dan evalusi pada akhir modul.

Desain modul menggunakan aplikasi Canva Pro dan tampilan pada modul di desain dengan pemilihan dan komposisi warna serta gambar atau elemen-elemen yang menarik supaya mempermudah dan tidak membuat pengguna ketika membaca atau mempelajari modul merasa jenuh.

c.    Development

Tahap ketiga ini ialah tahap peneliti untuk mengembangkan produk yang sudah dirancang sebelumnya yakni modul keterampilan manajemen waktu untuk mengurangi prokrastinasi akademik pada siswa.

Produk yang sudah didesain selanjutnya diuji kelayakan dengan validator dan praktisi. Adapun validator terdiri dari ahli media dan materi, ahli bahasa, sedangkan praktisi sendiri ialah guru bimbingan dan konseling SMPN 2 Saketi. Adapun tampilan modul keterampilan manajemen waktu yang telah dikemas kedalam buku, sebagai berikut:

 


Gambar 1.

Tampilan Modul Keterampilan Manajemen Waktu

Selanjutnya, pada tahap ini juga dilakukan uji kelayakan produk dengan validator dan praktisi. Instrumen untuk mengukur kelayakan produk terdiri dari beberapa kriteria penilaian dengan kolom catatan dan saran sebagai evaluasi pada pengembangan produk yang selanjutnya akan diimplementasikan. Berdasarkan penilaian telah dilakukan revisi dengan tampilan sebelum dan sesudah perbaikan, yakni sebagai berikut :

 

Tabel 1

Revisi Produk

No

Sebelum Revisi

Catatan

Setelah Revisi

1

Modul tidak ada materi yang membahas definisi skala prioritas

Menambahkan materi mengenai skala prioritas

 

 

 

 

 

 

Description: C:\Users\USER\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\0033-26735136390_20220521_223714_0000.png

2

Modul tidak menyantumkan evaluasi akhir

Menambahkan evaluasi akhir seperti menanyakan tanggapan siswa setelah mempelajari modul tersebut

 

 

Description: C:\Users\USER\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\0039-26625176442_20220520_100102_0000.png

 

3

Description: C:\Users\USER\Documents\SEMESTER 8\Desain Modul\25.png

Menyederhankan narasi yang terlalu panjang

 

 

 

 

 

 

Description: C:\Users\USER\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\0025-26733907876_20220521_221315_0000.png

4

Description: C:\Users\USER\Documents\SEMESTER 8\Desain Modul\34.png

Menambahkan desain pada sisi kertas (tanda gunting)

 

 

 

 

 

Description: C:\Users\USER\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\20220521_192712_0000.png

 

 

 

 

 

 

 

 

a.    Implementation

Pada tahap implementasi, kegiatan yang dilaksanakan ialah pengaplikasian atau uji coba produk yang telah dikembangkan oleh peneliti terhadap uji coba skala kecil ataupun besar. Tahap keempat ini menjadi langkah nyata dalam pengimplementasian produk pengembangan modul keterampilan manajemen waktu. Pada tahap ini produk yang telah mendapatkan uji kelayakan ahli serta mengalami revisi pengembangan, diuji cobakan ke lapangan.

Pada tahap implementasi ini peneliti melakukan uji coba pada siswa kelas VIII B sebanyak kurang lebih 25 siswamdan melakukan bimbingan klasikal dengan topik layanan manajemen waktu. Setelah melakukan layanan bimbingan klasikal, selanjutnya siswa diminta untuk memberikan penilaian terhadap modul yang digunakan pada layanan yang telah dilaksanakan. Angket penilaian ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa mengenai sesuai atau tidaknya modul yang telah dikembangkan.

b.    Evaluation

Tahapan terakhir ialah evaluasi pada bahan ajar yang sudah dikembangkan dan di uji coba secara langsung di lapangan. Maka dari itu, diperlukan proses evaluasi mengenai kekurangan pada saat pengimplementasiannya untuk menemukan kevalidan hasil produk ini. Adapun evaluasi dilaksanakan memiliki tujuan untuk menilai instruksional produk dan prosesnya baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan.

Evaluasi dilaksanakan untuk menganalisis kebutuhan siswa, penyusunan desain modul, kevalidan produk dari para ahli, serta hasil angket respon siswa dan efektivitas produk saat dipakai dalam pemberian layanan. Hasil akhir dari tahap evaluasi menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan dalam bentuk bahan ajar yakni modul keterampilan manajemen waktu memiliki kriteria sangat layak dan bisa dipakai.

Penelitian ini ialah penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D) (Gustiani, 2019), produk yang dihasilkan oleh peneliti ialah modul keterampilan manajemen waktu. Pengembangan produk pada penelitian ini menggunakan model ADDIE (Analysis, design, development, implementation and evaluation). Alasan peneliti menggunakan model ini dikarenakan model ADDIE lebih terstruktur dan mudah difahami. Adapun modul dikembangkan berdasarkan karakteristik pada modul (Rahdiyanta, 2016) �yakni self instruction, self contained, stand alone, adaptive, user friendly). Tujuan penyusunan modul sendiri salah satunya ialah untuk menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa, yakni bahan ajar yang isinya sesuai dengan karakteristik materi ajar dan karakteristik siswa. Modul ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk siswa agar dapat memahami bagaimana mengelola waktu dengan baik dan juga modul ini dapat memfasilitasi guru bimbingan dan konseling dalam pemberian layanan kepada siswa, sehingga tujuan modul ini tersampaikan.

Menurut (I. Anwar, 2010) modul ialah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik dimana didalamnya mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk dapat mencapai kompetensi yang diharapkan. Penggunaan modul sebagai media bimbingan dan konseling dapat membantu menggambarkan lebih jelas informasi agar tidak salah paham, mengatasi keterbatasan waktu, mengubah tingkah laku yang tidak diinginkan menjadi diinginkan, serta membantu konselor dan konseli memiliki pemahaman yang sama. Manfaat lain dari penggunaan modul sebagai media bimbingan dan konseling ini ialah untuk memperlancar proses bimbingan dan konseling yang dilaksanakan, karena melalui media bimbingan dan konseling siswa dapat lebih mudah memahami masalah yang dialami atau menangkap bahan yang disajikan dalam proses pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling ini dengan lebih cepat dan mudah.

Uji kelayakan produk dilakukan kepada ahli media dan materi yakni Ibu Raudah Zaimah Dalimunthe, M.Pd. (Dosen Bimbingan dan Konseling Untirta), ahli bahasa yakni Bapak Erwin Salpa Riansi, M.Pd. (Dosen Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta), ahli praktisi oleh Bapak Haerul Komar, S.Pd. (Guru Bimbingan dan Konseling SMPN 2 Saketi). Penilaian dilakukan menggunakan angket dengan skala likert, penilaian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan produk yang dikembangkan.

Modul yang baik ialah modul yang memiliki sifat valid, praktis dan efektif. Hasil uji kelayakan yang telah dilakukan kepada dua ahli validator dan satu praktisi menjadi tolak ukur kelayakan pengembangan modul. Adapun kevalidan pada modul ini berdasarkan uji kelayakan yang dilakukan mendapat persentase yang sangat baik, yakni ahli media dan materi sebesar 98,75%, persentase yang didapatkan dari ahli bahasa sebesar 90% dan persentase dari ahli praktisi sebesar 100%. Rata-rata hasil kelayakan sebesar 96,25% dengan kategori �sangat layak� untuk digunakan.

Modul dapat digunakan secara mandiri dan dikemas secara sistematis, untuk membuat modul yang dapat menarik minat siswa supaya belajar maka modul harus dikemas dengan bentuk yang terlihat menarik. Modul yang dikembangkan oleh peneliti memiliki desain tampilan yang menarik, dengan pemilihan komposisi warna pada setiap halaman dan juga gambar, dalam modul terdapat indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, materi belajar dan kesesuaian isi materi dengan judul dapat memudahkan siswa memahami isi dan tujuan modul itu sendiri. Bila disandingkan dengan pendapat (Afriani et al., 2021) maka modul yang telah dihasilkan oleh peneliti dapat dikatakan berkualitas dan tentunya layak untuk digunakan.

Tentunya dengan adanya modul, hal ini dapat bermanfaat untuk siswa maupun guru, khusunya guru bimbingan dan konseling. Dimana manfaat untuk siswa yakni memiliki kesempatan dalam melatih diri untuk belajar secara mandiri, dapat mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan juga minatnya dan siswa mampu mengembangkan kemampuannya dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya. Adapun manfaat yang dirasakan oleh guru bimbingan dan konseling ialah dapat digunakan sebagai referensi ketika memberikan layanan bimbingan dan konseling, membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan siswa (Suprawoto, 2009).

 

Kesimpulan��������������������������������������������������������������

Berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan, produk yang dihasilkan berupa modul keterampilan manajemen waktu dengan hasil pengembangan produk secara keseluruhan baik dari segi media dan materi, bahasa dan praktisi termasuk dalam kategori layak. Pengembangan produk tersebut terdiri dari materi-materi yang membahas seputar pengelolaan waktu, selain itu modul juga dilengkapi dengan lembar aktivitas siswa dan evaluasi akhir untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami isi modul yang telah dipelajari tersebut. Hasil uji kelayakan produk dari segi media dan materi, bahasa dan praktisi diperoleh hasil rata-rata sebesar 96,25%. Maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan modul keterampilan manajemen waktu ialah modul yang layak untuk diimplementasikan kepada siswa.

 

 

 

 

BIBLIOGRAPHY

 

Abidin, Z., Hudaya, A., & Anjani, D. (2020). Efektivitas pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi covid-19. Research and Development Journal of Education, 1(1), 131�146.Google Scholar

 

Afriani, G., Afiati, E., & Conia, P. D. D. (2021). Pengembangan Hipotetik Modul Bimbingan dan Konseling tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Perempuan. Prophetic: Professional, Empathy, Islamic Counseling Journal, 4(1), 99�108. Google Scholar

 

Anwar, I. (2010). Pengembangan Bahan Ajar, Bahan Kuliah Online, Direktori. UPI, Bandung. Google Scholar

 

Anwar, M. (2015). Filsafat pendidikan. Kencana. Google Scholar

 

As�ad, M. (2000). Psikologi Industri Seri Ilmu Sumber Daya Manusia, edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. Google Scholar

 

Gea, A. A. (2014). Time management: Menggunakan waktu secara efektif dan efisien. Humaniora, 5(2), 777�785 Google Scholar

 

Gustiani, S. (2019). Research And Development (R&D) Method As A Model Design In Educational Research And Its Alternatives. Holistics, 11(2). Google Scholar

 

Handoyo, A. W., Afiati, E., Khairun, D. Y., & Prabowo, A. S. (2020). Prokrastinasi mahasiswa selama masa pembelajaran daring. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA, 3(1), 355�361. Google Scholar

 

INDONESIA, P. R. (2006). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Google Scholar

 

Marlina, M. (2015). Pengembangan Paket Manajemen Waktu untuk Mengurangi Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Atas/Sederajat. State University of Surabaya. Google Scholar

 

McCloskey, B. D., Bethune, D. S., Shelby, R. M., Girishkumar, G., & Luntz, A. C. (2011). Solvents� critical role in nonaqueous lithium�oxygen battery electrochemistry. The Journal of Physical Chemistry Letters, 2(10), 1161�1166. Google Scholar

 

Pananrangi, H. A. R., & SH, M. P. (2017). Manajemen Pendidikan (Vol. 1). Celebes Media Perkasa. Google Scholar

 

Rahdiyanta, D. (2016). Teknik penyusunan modul. Artikel.(Online) Http://Staff. Uny. Ac. Id/Sites/Default/Files/Penelitian/Dr-Dwi-Rahdiyanta-Mpd/20-Teknik-Penyusunan-Modul. Pdf. Diakses, 10. Google Scholar

 

Schouwenburg, H. C., & Lay, C. H. (1995). Trait procrastination and the big-five factors of personality. Personality and Individual Differences, 18(4), 481�490. Google Scholar

 

Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Google Scholar

 

Suprawoto, N. A. (2009). Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. Makalah Disajikan Pada Lokakarya Pengembangan Bahan Ajar Bagi Guru, Dinas Pendidikan Kebumen, Kebumen, 17. Google Scholar

 

Copyright holder :

Windy Aulya Aprilianti, Evi Afiati, Meilla Dwi Nurmala �(2022)

 

First publication right :

Jurnal Syntax Admiration

 

This article is licensed under: