Jurnal
Syntax Admiration |
Vol. 3
No. 6 Juni 2022 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PENINGKATAN SDM GURU MELALUI PROGRAM GURU PENGGERAK
Sulhan Hamid H Lubis, Sri Milfayetti, M. Joharis Lubis, Sukarman Purba
Manajemen Pendidikan Program Pasca Sarjana-Universitas Negeri Medan, Indonesia
Email :[email protected],� [email protected], [email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK
|
Diterima 7 Juni 2022 Direvisi �17 Juni 2022 Disetujui 23 Juni 2022 |
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menyajikan tentang peningkatan Sumber Daya Manusia
(SDM) Guru melalui Program Guru Penggerak.
Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan jenis fenomenologi. Subjek penelitian ini adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Mandailing Natal sebanyak 60
orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Triangulasi digunakan untuk menguatkan argumentasi dalam menjelaskan fenomena penelitian. Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa SDM guru yang mengikuti
Program Guru Penggerak terjadi
peningkatan, ditandai dengan kemampuan memahami dan mengimplementasikan
modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak dengan sub modul; Refleksi Filosofi Pendidikan
Indonesia - Ki Hajar Dewantara, Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak, Visi Guru Penggerak dan, Membangun budaya positif di sekolah). Modul 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada
Murid dengan sub modul; Pembelajaran berdiferensiasi, Pembelajaran emosional dan sosial, serta Coaching.
Modul 3; Pemimpin Pembelajaran
dalam Pengembangan Sekolah dengan sub modul Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dan, Pengelolaan program sekolah yang berdampak pada
murid. Peningkatan SDM guru melalui
Program Guru Penggerak Angkatan 4 dengan melakukan kegiatan sinkronus dan asinkronus selama 9 bulan, Lokakarya sebanyak 10 kali dan Pendampingan
Individu oleh Pengajar Praktik selama 9 kali ke sekolah masing-masing Calon
Guru Penggerak (CGP). |
Kata kunci: Sumber Daya Manusia, Guru, Program
Guru Penggerak |
Keywords
: �Human Resources, Teachers, Mobilizing Teacher Program |
ABSTRACT This study
aims to describe and present about the improvement of Teacher Human Resources
(HR) through the Mobilizing Teacher Program. The approach used in this study
is a qualitative approach with a phenomenological type. The subject of this
study was 60 prospective teachers of the 4th batch of Mandailing
Natal Regency. The data collection techniques carried out in this study were
observation, interviews, and documentation. Triangulation is used to
strengthen arguments in explaining research phenomena. Based on the results
of data analysis, it can be seen that the human resources of teachers who
take part in the Mobilizing Teacher Program have increased, characterized by
the ability to understand and implement module 1 paradigm and vision of the
driving teacher with sub modules; Reflections on the Indonesian Educational
Philosophy - Ki Hajar Dewantara, Values and roles
of Mobilizing Teachers, Vision of Mobilizing Teachers and, Building a
positive culture in schools). Module 2: Student-Sided Learning Practices with
sub modules; Differentiated learning, Emotional and social learning, and Coaching.
Module 3; Learning Leaders in School Development with decision-making
sub-modules as learning leaders, Leaders in resource management and,
Management of school programs that impact students. Improving teacher human
resources through the Mobilizing Teacher Program Batch 4 by conducting
synchronous and asynchronous activities for 9 months, Workshops 10 times and
Individual Assistance by Practical Teachers for 9 times to the schools of
each Prospective Mobilizing Teacher (CGP). |
Pendahuluan
Program Guru Penggerak memiliki tujuan menyiapkan para pemimpin masa depan pendidikan Indonesia (Kusumah & Alawiyah, 2021). Sebagai pemimpin pendidikan diharapkan mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif. Calon Guru Penggerak (CGP) yang mengikuti program ini diharapkan juga mampu mengembangkan guru di lingkungan kerjanya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, mampu menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila (Kusumah & Alawiyah, 2021). Program Guru Penggerak menekankan peningkatan kompetensi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership) yang mencakup komunitas praktik, pembelajaran sosial dan emosional, pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai perkembangan murid, dan kompetensi lain dalam pengembangan diri dan sekolah (Satriawan et al., 2021).
Tujuan Program Guru Penggerak untuk menciptakan sumber daya manusia unggul dan profil Pelajar Pancasila, beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, gotong royong, berkebinekaan global, dan berpikir kritis. Sebagai sebuah upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) guru (Faiz & Faridah, 2022). Program Guru Penggerak juga didampingi Pengajar Praktik/ Pendamping guru penggerak. Tugas utama Pengajar praktik adalah pendampingan individu ke sekolah Calon Guru Penggerak dan melaksanakan Lokakarya. Sementara tugas utama fasilitator adalah penanggung jawab pembelajaran Calon Guru Penggerak baik di LMS, ruang kolaborasi dan aksi nyata. Calon Guru Penggerak baru berubah statusnya menjadi Guru Penggerak setelah menyelesaikan pendidikan selama 9 bulan untuk angkatan 1 � 4 dan 6 bulan untuk angkatan 5 dan selanjutnya (Trianingsih, 2016). Calon Guru Penggerak guru penggerak harus memiliki kompetensi dengan menguasai materi-materi yang esesial. Materi tersebut terangkum dalam 6 modul, yang terdiri atas: 1) Pendampingan Guru Penggerak dan Masa Depan Indonesia, 2) Pendidikan yang Memerdekakan, 3) Kepemimpinan Menuju Transformasi Pendidikan, 4) Pemberdayaan Komunikasi dalam Peranan Pendamping, 5) Coaching, dan 6) Refleksi Pembelajaran Pendamping Calon Guru Penggerak. Keseluruhan materi ajar tersebut itu diramu dalam siklus MERRDEKA, yang diawali dengan Mulai dari Diri, lalu dilanjutkan dengan Eksplorasi Konsep; Ruang Kolaborasi; Refleksi Terbimbing; Demonstrasi Kontekstual; Elaborasi Pemahaman; Koneksi Antarmateri; dan ditutup dengan Aksi Nyata (Sekretariat GTK, 2021).
Pada saat Mandiri Investment Forum 2021, Mendikbudristek (Nadiem) mengatakan pembangunan SDM merupakan salah satu dari lima strategi utama pembangunan jangka menengah nasional tahun 2020-2024 untuk mendukung pencapaian visi Indonesia 2045 Indonesia Maju. Fokus penekanan pada pembangunan struktur perekonomian yang kokoh yang berlandaskan pada keunggulan kompetitif di berbagai sektor yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing. Sektor pendidikan memegang peranan penting dalam upaya mewujudkan SDM unggul tersebut (Thea Fathanah Arbar, 2021).
Indonesia menempati sistem pendidikan terbesar ke-4 di dunia dengan lebih 640.000 sekolah (Putra, 2021). Ada banyak tantangan yang dihadapi antara lain; ukuran dari sistem pendidikan, ada tidaknya pandemi, keberagaman sosial-kultural dan geografis. Nadiem memaparkan skor PISA (Program for International Student Assessment) atau Program Penilaian Pelajar Internasional di Indonesia terendah dan stagnan dalam 10-15 terakhir membuktikan kurang memadainya hasil belajar pendidikan dasar dan menengah. Oleh sebab itu Kemendikbud menguatkan urgensi transformasi pendidikan Indonesia melalui sejumlah terobosan Merdeka Belajar yang bertujuan memberikan pendidikan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia salah satunya dengan Program Guru Penggerak (Hari, 2015). Perubahan ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi dunia pendidikan, untuk mempersiapkan SDM masa depan yang siap beradaptasi dan mampu menghadapi segala perubahan. Karenanya sistem pendidikan yang sedang dibangun adalah sistem pendidikan yang menghasilkan SDM yang merupakan pelajar sepanjang hayat, yang memiliki kompetensi global, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Inilah yang disebut dengan Pelajar Pancasila.
Ada empat strategi utama Merdeka Belajar untuk menghasilkan Pelajar Pancasila, yakni pembangunan infrastruktur dan teknologi, penguatan kebijakan prosedur dan pendanaan, penguatan kepemimpinan masyarakat dan kebudayaan, serta penguatan kurikulum tergabung dan asesmen (Madjid & Samsudin, 2021).
Jumlah Data Satuan Pendidikan (Sekolah) Per Kabupaten/Kota tahun 2022 sebanyak 621 unit. Sedangkan jumlah guru sebanyak 8.255 orang dengan status PNS dan non PNS. Pada angkatan 4 Program Guru Penggerak hanya 60 orang yang dinyatakan lulus sebagai Calon Guru Penggerak di wilayah kabupaten Mandailing Natal. Kenyataan di lapangan bahwa pendaftaran ini bersifat sukarela, aktif dan kreatif mencari informasi. Dari gambaran singkat ini dapat dijadikan sebuah persepsi bahwa CGP inilah yang berniat dan berminat mengembangan sumber daya manusia (SDM) guru karena mereka tidak dipaksa dan merupakan keinginan sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menyajikan tentang peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) Guru melalui Program Guru Penggerak angkatan 4 kabupaten Mandailing Natal pada bulan Mei tahun 2022.
Metode
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan jenis fenomenologi yang bertujuan untuk menggali secara mendalam terkait dengan fenomena Calon Guru Penggerak (Nasehudin & Gozali, 2012). Data didapatkan melalui instrumen lembar observasi dan pedoman wawancara. Subjek penelitian ini adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Mandailing Natal sebanyak 60 orang. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Triangulasi digunakan untuk menguatkan argumentasi dalam menjelaskan fenomena penelitian (Mulyatiningsih & Nuryanto, 2014).
A. Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak
1. Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia - Ki Hajar Dewantara
Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tutwuri handayani yang menjadi jiwa dari pendidikan nasional yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara. Pada alur belajar MERRDEKA (Mulai dari diri sendiri (mandiri), Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Refleksi Terbimbing, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi dan, Aksi nyata CGP sudah memahami dan mengimplementasikan refleksi pendidikan Indonesia dari zaman kolonial, memahami kerangka pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD): dasar-dasar pendidikan & metode Montesori, Frobel dan Taman Anak. Begitu juga sudah memahami Relevansi dan kontekstualisasi Filosofi Pendidikan KHD dengan situasi Pendidikan di tingkat daerah dan tingkat nasional.
2. Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak
Pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara dinilai masih relevan untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat ini. Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Profil pelajar Pancasila yaitu: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif.
CGP memiliki kemampuan dalam membuat gambaran diri di masa depan terkait dengan nilai-nilai dan peran seorang Guru Penggerak, membuat rencana perubahan yang akan mendukung penguatan nilai dan peran dirinya sebagai guru penggerak dan, Menginternalisasi nilai-nilai diri dan perannya sebagai guru penggerak untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila (Rahayuningsih, 2021).
3. Visi Guru Penggerak
Visi membantu kita untuk melihat kondisi saat ini sebagai garis �start� dan membayangkan garis �finish� seperti apa yang ingin dicapai. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma. Salah satu model manajemen perubahan dan mencoba menerapkannya melalui tahapan yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi) (Sijabat et al., 2022).
CGP angkatan 4 di kabupaten Mandailing Natal sudah mampu merumuskan visinya mengenai lingkungan belajar yang berpihak pada murid. CGP juga mampu mengidentifikasi pemangku kepentingan yang dapat mendukung penumbuhan murid merdeka. Begitu juga mampu membuat rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya. Selanjutnya CGP mengimplementasikan rencana manajemen perubahan (menggunakan paradigma dan model inkuiri apresiatif) di tempat di mana mereka berkarya.
4. Membangun budaya positif di sekolah
Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Setelah mengikuti kegiatan sinkronu dan asinkronus, CGP mampu mendemonstrasikan pemahamannya mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol. 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan. 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi. CGP juga mampu menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak. Selanjutnya CGP mampu menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid (Qomaruzzaman, 2012). Terakhir CGP mampu bersikap reflektif dan kritis terhadap budaya di sekolah dan senantiasa mengembangkannya sesuai kebutuhan sosial dan murid.
B. Modul 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid
1. Pembelajaran berdiferensiasi
Dengan ada platform Merdeka Belajar membawa perubahan pada RPP yang digunakan guru dalam mengajar. Guru Penggerak haru memiliki pemahaman tentang pembelajaran berdiferensiasi dan alasan pembelajaran berdiferensiasi diperlukan. Selain itu juga dituntut harus melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid yang berbeda. Selanjutnya guru penggerak harus mampu menganalisis penerapan 3 strategi diferensiasi (yaitu: diferensiasi konten, proses, dan produk). Guru Penggerak harus mampu mengimplementasikan Rencana Pembelajaran berdiferensiasi dalam konteks pembelajaran di sekolah atau kelas mereka sendiri; dan terakhir harus mampu menunjukkan sikap kreatif, percaya diri, mau mencoba, dan berani mengambil risiko dalam menerapkan berbagai ide strategi pembelajaran berdiferensiasi.
2. Pembelajaran emosional dan sosial
Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting. Pembelajaran ini berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik. CGP sduah mampu memahami pembelajaran sosial dan emosional yang berdasarkan kerangka CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) (Weissberg et al., 2015). GCP juga mampu memahami tentang pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness). Kemudian CGP mampu memahami strategi untuk menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh sesuai dengan konteks masing-masing guru. Selanjutnya CGP mampu menerapkan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) dalam kegiatan di dalam kelas, lingkungan sekolah, dan komunitas praktisi
3. Caching
Pemahaman coaching dalam konteks pendidikan merupakan hal baru bagi guru karena selama ini lebih kepada mentoring dan konseling. Dengan mengikuti program guru penggerak, CGP mampu memahami konsep coaching secara umum, meliputi definisi, tujuan, dan jenis coaching serta perbedaannya dengan mentoring dan konseling. CGP mampu memahami hakikat komunikasi yang memberdayakan dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching. CGP mampu memahami langkah-langkah mendengar aktif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching. CGP mampu memahami langkah-langkah bertanya reflektif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching. CGP mampu memahami langkah-langkah memberi umpan balik positif dan mampu menerapkannya dalam praktik coaching. CGP mampu mengidentifikasi peran seorang coach di konteks sekolah. CGP mampu melakukan praktek coaching berdasarkan model TIRTA kepada sesama CGP, murid, dan rekan guru di sekolahnya dan, CGP mampu mengembangkan sikap terbuka, kritis, empati dan percaya diri dalam melakukan praktik coaching.
C. Modul 3: Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah
1. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran
Karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika; 1) melakukan, demi kebaikan orang banyak, 2) menjunjung tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri atau, 3) melakukan hal yang diharapkan orang lain akan lakukan kepada diri sendiri. Dengan mempelajari modul ini CGP dapat melakukan praktik keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran. CGP dapat mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun orang lain; CGP mampu bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut. CGP dapat memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan. CGP dapat menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema pengambilan keputusan; CGP bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.
2. Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya
Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih baik. Dalam setiap unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan �ada masalah apa?� dan �bagaimana memperbaikinya?� lebih baik bertanya �apa yang telah berhasil dilakukan?� dan �bagaimana mengupayakan lebih banyak hasil lagi?� Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas. Menciptakan perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan mencetuskan/memulai suatu tindakan.
Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu menganalisis aset dan kekuatan dalam pengelolaan sumber daya yang efektif dan efisien. GCP mampu merancang pemetaan potensi yang dimiliki sekolahnya menggunakan pendekatan Pengembangan Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development). CGP mampu merancang program kecil menggunakan hasil pemetaan kekuatan atau aset yang sudah dilakukan. CGP mampu menunjukkan sikap aktif, terbuka, kritis dan kreatif dalam upaya pengelolaan sumber daya.
3. Pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid
Perubahan-perubahan yang dilakukan sekolah akan menimbulkan suatu risiko, namun tidak melakukan perubahan pun merupakan sebuah risiko oleh karena itu setiap sekolah harus mengidentifikasi risiko dan merencanakan pengelolaannya. Apabila semua sekolah dapat menerapkan manajemen risiko maka setiap kerugian akan dapat diminimalisir. Setiap program yang direncanakan sekolah harus berdampak pada murid. Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Calon Guru Penggerak untuk mampu menunjukkan keterampilan menganalisis data untuk menentukan prioritas masalah dan kebutuhan di sekolahnya. CGP mampu menunjukkan pemahaman mengenai bentuk-bentuk program dan strategi memilih bentuk program yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan aspek-aspek dalam pengembangan program (format, durasi kerja, sumber daya, lokasi). CGP mampu menerapkan tahapan pengelolaan program yang efektif dan berdampak serta mengevaluasi praktik yang selama ini dijalankan di sekolahnya. CGP memahami analisis Manajemen Risiko dan mampu mengelola risiko menjadi sebuah potensi yang berorientasi pada pembelajaran murid. CGP mampu memahami prinsip-prinsip monitoring dan evaluasi serta menerapkannya dalam pengelolaan program (Megasari, 2020).
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan pada
Calon Guru Penggerak angkatan
4 kabupaten Mandailing
Natal dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan
Sumber Daya Manusia (SDM) guru penggerak dengan mengikuti Program Guru Penggerak selama 9 bulan. Peningkatan SDM guru dapat terlihat dari; kemampuan guru penggerak memahami dan mengimplementasikan paradigma dan
visi Guru Penggerak dengan mampu merefefleksi
filosofi pendidikan
Indonesia - Ki Hajar Dewantara, nilai-nilai
dan peran Guru Penggerak, Visi Guru Penggerak dan, Membangun budaya positif di sekolah). SDM Guru Penggerak meningkat dengan kemampuan mempraktikkan pembelajaran yang berpihak pada murid. Hal ini terlihat pada kemampuan melakukan pembelajaran berdiferensiasi, Pembelajaran emosional dan sosial, serta Coaching. Selanjutnya
SDM guru penggerak juga meningkat
dengan kemampuan memahami pemimpin pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah. Kemampuan ini terlihat
pada pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dan, pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid.
Faiz,
A., & Faridah, F. (2022). Program Guru Penggerak Sebagai Sumber Belajar. Konstruktivisme:
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, 14(1), 82�88.Google Scholar
Hari,
A. H. (2015). Peran Nilai-Nilai Personal (Personal Values) Terhadap Sikap
Konsumen. Magistra, 27(92). Google Scholar
Kusumah,
W., & Alawiyah, T. (2021). GURU PENGGERAK: Mendorong Gerak Maju Pendidikan
Nasional. Penerbit Andi. Google Scholar
Madjid,
A., & Samsudin, M. (2021). The Urgence Of Implementation Of Integrated
Holistic Education In The Learning System In Indonesia. Review of
International Geographical Education Online, 11(8), 754�768. Google Scholar
Megasari,
R. (2020). Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan untuk meningkatan
kualitas pembelajaran di SMPN 5 Bukittinggi. Jurnal Bahana Manajemen
Pendidikan, 2(1), 636�648. Google Scholar
Mulyatiningsih,
E., & Nuryanto, A. (2014). Metode penelitian terapan bidang pendidikan. Google Scholar
Nasehudin,
T. S., & Gozali, N. (2012). Metode penelitian kuantitatif. Google Scholar
Putra,
D. D. (2021). Liberalisasi Pendidikan di Indonesia (Studi tentang Kebijakan
Uang Kuliah tunggal di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Program Studi Ilmu
Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Google Scholar
Qomaruzzaman,
B. (2012). Membangun budaya sekolah. Simbiosa Rekatama Media. Google Scholar
Rahayuningsih,
F. (2021). Internalisasi Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam
Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. SOCIAL: Jurnal Inovasi Pendidikan IPS,
1(3), 177�187. Google Scholar
Satriawan,
W., Santika, I. D., & Naim, A. (2021). Guru Penggerak Dan Transformasi
Sekolah Dalam Kerangka Inkuiri Apresiatif. Al-Idarah: Jurnal Kependidikan
Islam, 11(1), 1�12. Google Scholar
Sekretariat
GTK. (2021). Guru Penggerak: Gerakan Gotong Royong Membangun SDM Unggul.
https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/guru-penggerak-gerakan-gotong-royong-membangun-sdm-unggul/
Sijabat,
O. P., Manao, M. M., Situmorang, A. R., Hutauruk, A., & Panjaitan, S.
(2022). Mengatur Kualitas Guru Melalui Program Guru Penggerak. Journal of
Educational Learning and Innovation (ELIa), 2(1), 130�144. Google Scholar
Thea
Fathanah Arbar. (2021). Nadiem Blak-Blakan Soal Kualitas SDM RI, Apa
Katanya?
https://www.cnbcindonesia.com/news/20210203204206-4-220886/nadiem-blak-blakan-soal-kualitas-sdm-ri-apa-katanya
Trianingsih,
R. (2016). Pengantar praktik mendidik anak usia sekolah dasar. Al Ibtida:
Jurnal Pendidikan Guru MI, 3(2), 197�211. Google Scholar
Weissberg,
R. P., Durlak, J. A., Domitrovich, C. E., & Gullotta, T. P. (2015). Social
and emotional learning: Past, present, and future. Google Scholar
Copyright holder : Sulhan Hamid H Lubis, Sri Milfayetti, M. Joharis Lubis, Sukarman Purba (2022) |
First publication right
: |