Jurnal Syntax Admiration

Vol. 3 No. 6 Juni 2022

p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356

Sosial Teknik

 

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP BIAYA AGENSI PADA SUB SEKTOR LOGAM DAN SEJENISNYA

 

Desi Aramana

Fakultas Ekonomi Akuntansi, Universitas Gunung Leuser Aceh, Indonesia

Email : �[email protected]

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Diterima

24 April 2022

Direvisi

10 Juni 2022

Disetujui

23 Juni 2022

Biaya keagenan adalah biaya yang dikeluarkan oleh pemilik perusahaan untuk mengatur dan mengawasi tindakan manajer sehingga bertindak berdasarkan kepentingan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tata kelola perusahaan terhadap biaya instansi dengan menggunakan rasio kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Populasi dalam penelitian ini dilakukan di subsektor logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 10 perusahaan yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Berdasarkan model regresi yang digunakan, diperoleh hasil bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi biaya agnesi, sedangkan kepemilikan institusional tidak mempengaruhi biaya keagenan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel kepemilikan manajerial yang diuji menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh namun tidak signifikan terhadap biaya agensi yang diproyeksikan dengan rasio kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial. Kemudian �kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya agensi yang diproyeksikan dengan rasio kepemilikan saham yang dimiliki institusional.

Kata kunci:

Biaya Keagenan, Tata Kelola Perusahaan (Kepemilikan Manajerial, Kelembagaan Kepemilikan)

.


Keywords :

Agency Costs, Corporate Governance (Managerial Ownership, Institutional

� Ownership)

 

 

ABSTRACT

Agency costs are costs incurred by the owner of the company to organize and supervise the actions of managers so as to act on the interests of the company. This study aims to determine the effect of corporate governance on agency costs by using the ratio of managerial ownership and institutional ownership. The population in this study was carried out in the metal subsector and the like listed on the Indonesia Stock Exchange. The samples in this study consisted of 10 companies taken using purposive sampling techniques. Based on the regression model used, the result was obtained that managerial ownership affects the cost of agnetion, while institutional ownership does not affect agency costs. The results of this study stated that managerial ownership variables tested using multiple regression analysis showed that there was a but not significant influence on the projected agency costs with the ratio of share ownership owned by managerial. Then institutional ownership has no significant effect on the projected agency costs with the ratio of institutional owned shareholdings.


 

Pendahuluan

Istilah Corporate Governance pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry Committee, Inggris di tahun 1922 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporannya yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang Corporate Governance, tetapi pada intinya Corporate Governance merupakan sebuah sistem yang mengatur hubungan antara para stakeholder perusahaan, yang berkaitan dengan hak dan kewajiban atau dengan kata lain Corporate Governance merupakan suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (Putra & Nuzula, 2017).

Perusahaan adalah sesuatu yang berkaitan dengan proses kegiatan yang dilakukan oleh badan usaha dimana keberadaannya banyak memberikan manfaat, seperti: membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat serta untuk meningkatkan taraf pembangunan sektor ekonomi dan sosial. Suatu perusahaan di dalam operasionalnya dilaksanakan oleh manajemen perusahaan yang diwakili atau dipimpin direksi (agent) yang ditunjuk oleh para pemegang saham (principals) dan disebut dengan hubungan keagenan. Hubungan pemilik manajer dalam teori keagenan merupakan sebuah proksi untuk sejumlah besar investor dan manajer yang menggambarkan pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian, sebagai sebuah model untuk dua individu yang rasional dengan kepentingan yang saling bertolak belakang. Kesimpulannya bahwa agen harus menggunakan kepandaian, keahlian, kebijaksanaan, itikad baik dan tingkah laku yang wajar, jujur dan adil dalam memimpin perusahaan (Risliana, 2019).

Perusahaan Logam dan sejenisnya merupakan salah satu sektor andalan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri logam dalam negeri agar berdaya saing di pasar domestic (Siti, 2022). Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, "Sebagai salah satu industri dasar, industri logam memiliki peranan besar dalam pembangunan dan perkembangan perekonomian nasional, Jakarta, Rabu (24/8/2016).

Menurut Menperin, produk logam dasar merupakan bahan baku utama bagi kegiatan sektor industri lainnya, diantaranya, industri permesinan dan peralatan pabrik, otomotif, maritim dan elektronika. Menperin menuturkan, selain menjadi bahan baku beberapa sektor industri strategis, industri logam juga menjadi komponen utama pembangunan sektor ekonomi lainnya. "Produk logam merupakan komponen utama dalam pembangunan sektor ekonomi lainnya, yaitu sektor konstruksi secara luas yang meliputi bangunan dan properti, jalan dan jembatan, ketenagalistrikan," tuturnya. Sementara itu, berdasarkan data Kemenperin menunjukan bahwa pertumbuhan industri logam pada 2015 mencapai 6,48 persen, lebih baik dari 2014 yang hanya tumbuh 6,05 persen, namun masih lebih rendah dari 2013 yang mencapai 11,63 persen. "Pertumbuhan disebabkan oleh tingkat pertumbuhan sektor konstruksi yang rata-rata tumbuh mencapai 6,81 persen serta nilai investasi yang mencapai Rp 33,8 triliun dalam periode 2 (dua) tahun terakhir," jelas Menperin (Julianto, 2016).

Permasalahan yang terjadi pada Agency Cost (Biaya Agensi) muncul ketika pemegang saham mempekerjakan pihak lain dalam mengelola perusahaan yang dimilikinya (Sintyawati & Dewi, 2018). Teori agensi melakukan pemisahan terhadap pemegang saham (Shareholders) dengan Manajemen (Manajer) (Arifah, 2012). Sebagai contoh sederhana Pemegang saham adalah seorang pengusaha di salah satu perusahaan Logam yang mempekerjakan orang lain untuk mengelola dan menjaga aset perusahaan, orang yang ditunjuk adalah bertindak sebagai� Manajer dari pemilik perusahaan. Menejer mempunyai wewenang untuk mengelola perusahaan dengan tujuan mendapatkan imbalan/ gaji yang tinggi untuk mengganti kontribusi atas apa yang diberikan pada perusahaan (Suprihanto, 2018).

Setiap individu, baik shareholder ataupun manajemen diasumsikan selalu bertindak untuk kepentingan dirinya sendiri (Anggraeni, 2016). Mereka, terutama manajemen menggunakan wewenang yang dimiliki sesuai dengan apa yang menguntungkan mereka. Kepenting shareholder bisa terpinggirkan. Posisi, fungsi, kondisi dan situasi, tujuan, latar belakang dan keinginan manajemen yang berbeda dengan apa yang diinginkan oleh shareholder akan memunculkan konflik kepentingan (Conflict of interest) diantara keduanya. Maka muncul� masalah keagenan (Agency problem). Shareholder bisa dirugikan atas apa yang dilakukan manajer, untuk itulah pada teori agensi, kibijakan dan aktivitas manajemen perusahaan harus diawasi. Studi tentang teori agensi banyak dibicarakan, baik secara teoritis maupun penelitian (Zelmiyanti, 2016).

Penelitian ini faktor�faktor yang mempengaruhi Biaya agensi yaitu Corporate Governance, yang diukur dengan menggunakan rasio� Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu (Maria et al., 2019) dalam penelitiannya ia menemukan bahwa terdapat pengaruh positif antara biaya agensi (asset turnover), ukuran perusahaan dan leverage terhadap kinerja perusahaan, terdapat pengaruh negatif antara biaya agensi (expense ratio),leverage terhadap kinerja perusahaan, serta tidak ada pengaruh antara� konsentrasi kepemilikan, kepemilikan manajerial, ukuran dewan direksi, dan CEO keluarga terhadap kinerja perusahaan.

 

Metode

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Kuantitatif. Menurut (Yusuf, 2016) Penelitian Kuantitatif, adalah data yang dikumpulkan berupa angka (numbers) sebagai lambang dari peristiwa atau kejadian dan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder yang berupa catatan-catatan perusahaan atas laporan keuangan yang berhubungan dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling �yaitu data yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Menurut (Wijaya, 2018) yang dimaksud dengan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat di informasikan kepada orang lain. Dalam analisis ini dilakukan pembahasan mengenai Pengaruh Corporate Governance Terhadap Biaya Agensi Pada Perusahaan Logam dan Sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019.

Mengingat data penelitian yang digunakan adalah sekunder, maka untuk memenuhi syarat yang ditentukan sebelum uji hipotesis melalui uji t, maka perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu normalitas, mulltikolinieritas, autokolerasi, dan heteroskedastisitas yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas data antara lain uji Kolmogorove-Smirnove. Kriteria keputusan dalam uji normalitas pada SPSS adalah jika nilai signifikansi lebih besar 0,05, data tersebut berdistribusi normal, sedangkan jika kurang dari 0,05, data tersebut berdistribusi tidak normal.

Untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan multikolinieritas diantara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilihat pada tolerance value atau� variance inflation factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas dan mempunyai angka tolerance mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF di bawah 10, maka tidak terjadi gejala multiolinieritas.

Menurut pendapat (Pramesti, 2016) Autokolerasi terjadi apabila terdapat korelasi sesatan residual antar observasi. Jika korelasinya positif maka dapat dikatakan terjadi autokorelasi positif. Sebaliknya, jika terjadi kolerasi negatif maka terjadi pula autokorelasi negatif. Munculnya autokorelasi akan menyebabkan variansi dari penaksiran parameter dalam model regresi dari metode kuadrat terkecil (MTK) akan lebih besar dari penaksir yang lain. Persyaratan yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas.

Ada beberapa pengujian yang dapat digunakan dalam uji heteroskedastisitas, dimana dalam penelitian ini menggunakan scatterplots regresi. Metode ini yaitu dengan cara melihat grafik scatteplots antara standardized prodicted value (ZPRED) dengan studentizedresidual (SRESID), ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi � Y sesungguhnya). �

Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linier berganda. Menurut (Sugiyono, 2017b) bahwa: �Analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediator dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2�.�

Menurut (Sugiyono, 2017a) uji t (test) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial, pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi peran secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel independen lain dianggap konstan (nilai tetap). �(t-test) hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan menggunakan tingkat kesalahan 0,05. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0 diterima dan H1 ditolak� jika nilai t hitung < t tabel atau nilai sig > 0,05

H0 ditolak dan H1 diterima� jika nilai t hitung� > t tabel� atau nilai sig < 0,05

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Pengujian Asumsi Klasik

Menguji hipotesis akan digunakan analisis regresi linier berganda. Namun demikian akan terlebih dahulu di uji mengenai ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik yang diperlukan untuk mendapatkan model regresi yang baik.

1.    Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel dalam penelitian memiliki sebaran distribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan teknik Kolmogrov-Smirnov. Jika variabel residual tidak terdistribusi normal, maka uji statistik t menjadi tidak valid. Data dikatakan normal apabila nilai signifikansi > 0,05. Berikut ini hasil penghitungan Kolmogorov-Smirnov dengan SPSS:

Tabel

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

�

Biaya Agensi

N

50

Normal Parameters(a,b)

Mean

-,1619

�

Std. Deviation

,31372

Most Extreme Differences

Absolute

,145

�

Positive

,104

�

Negative

-,145

Kolmogorov-Smirnov Z

1,028

Asymp. Sig. (2-tailed)

,241

Hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 50 data menunjukkan bahwa variabel dependen sudah berdistribusi normal yang ditunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,241 untuk Biaya Agensi (Variabel dependen).� Oleh sebab itu nilai variabel diatas 0,05 sehingga data terdistribusi dengan normal. Hal ini juga ditunjukkan dengan gambar PP plot yang pola penyimpangannya tidak lebar mendekati garis diagonal, yaitu sebagai berikut:

2.    Uji Multikoleniaritas

Uji multikoleniaritas digunakan untuk menguji apakah ada kolerasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik adalah tidak ada kolerasi antara variabel independen karena jika terjadi kolerasi maka variabel-variabel menjadi tidak ortogonal yang berarti variabel independen yang nilai kolerasinya antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya hubungan multikolinieritas diantara variabel-variabel bebas dengan variabel terikat dapat dilihat pada tolerance value atau variance inflation factor (VIF). Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas dan mempunyai angka tolerance mendekati 1. Batas VIF adalah 10, jika nilai VIF di bawah 10, maka tidak terjadi gejala multiolinieritas.

Tabel 2

Pengujian Multikolinearitas dengan VIF

Model

�

Collinearity Statistics

�

�

Tolerance

VIF

1

Kepemilikan manajerial

,261

3,833

�

Kepemilikan Institusional

,261

3,833

Dependent Variable: Biaya Agensi

Dari tabel 2 diperoleh bahwa semua variabel bebas memiliki nilai Tolerance dan VIF yang rendah berada di bawah angka 10. Dengan demikian diperoleh hasil tidak adanya masalah multikolinieritas dalam model regresi.

3.    Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode sekarang dengan periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu dengan lainnya. Uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

 

 

 

Tabel 3

Model Summary(b)

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1

,259(a)

,067

,027

,30940

1,636

a.    Predictors: (Constant), Kepemilikan Institusional, Kepemilikan manajerial

b.    Dependent Variable: Biaya Agensi

Berdasarkan tabel 4.3 di atas, jumlah N 50 dan jumlah variabel bebas 2, dengan nilai du= 1,6283 < nilai DW= 1,636 <4-du= 2,3717 Hal ini berarti nilai Durbin-Watson tersebut berada diantara dU dan 4-dU yang menunjukkan Tidak ada korelasi positif/negative dalam penelitian ini.

4.    Uji Heteroskedastisitas

Pengujian Heterokedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya Heterokedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk sesuatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Dari gambar 2 diperoleh bahwa scatter plot tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

OUTPUT YG DIPAKAIII0.JPG

 

 

 

 

 

 

Gambar 1 Scatterplot

 

B.  �Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Hasil dari pengujian regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS disajikan pada tabel 4

 

Tabel 4.

Coefficients(a)

Model

�

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

�

�

B

Std. Error

Beta

B

Std. Error

1

(Constant)

-,479

,218

�

-2,204

,032

�

Kepemilikan manajerial

,005

,003

,495

1,794

,079

�

Kepemilikan Institusional

,004

,003

,368

1,336

,188

����� a� Dependent Variable: Biaya Agensi

Berdasarkan Tabel diatas, persamaan linier berganda tersebut menunjukkan arah masing-masing variabel bebas (kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional)� terhadap variabel terikatnya (biaya agensi), dapat dilihat dari penjelasan sebagai berikut:

1.    Konstanta �

Ini berarti jika semua variabel bebas memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel terikat (Beta) sebesar -0,479.

2.    Kepemilikan Manajerial (X1) terhadap Beta (Y)

Nilai koefisien Kepemilikan Manajerial untuk variabel X1 sebesar 0,005 Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan kepemilikan manajerial satu satuan maka variabel Beta (Y) akan naik sebesar 0,005 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.

3.    Kepemilikan Institusional (X2) terhadap Beta (Y)

Nilai koefisien Kepemilikan Institusional untuk variabel X2 sebesar 0,004 Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan kepemilikan institusional satu satuan maka variabel Beta (Y) akan naik sebesar 0,004 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.

Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional berpengaruh terhadap variabel biaya keagenan pada Sub Sektor Logam dan sejenisnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019. (t-test) hasil perhitungan ini selanjutnya dibandingkan dengan t tabel dengan menggunakan tingkat kesalahan 0,05.

Hasil Pengujian Hipotesis 1: Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Biaya Agensi

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai Thitung = 1,794 > Ttabel= 1,67793 dan nilai Signifikansi (Sig) 0,079 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, yang artinya �Kepemilikan Manajerial (X1) berpengaruh namun tidak signifikan terhadap Biaya Agensi. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh pihak manajerial mampu mengurangi biaya keagenan didalam perusahaan.

Hasil Pengujian Hipotesis 2: Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Biaya Agensi

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai Thitung = 1,336 < Ttabel= 1.67793 dan nilai Signifikan (Sig) 0,188 > 005. Maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, yang artinya �Kepemilikan Institusional (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap Biaya Agensi. Hal ini menunjukkan bahwa pemegang saham institusional pada perusahaan tidak melakukan pengendalian dan pengawasan yang ketat terhadap keputusan manajer meskipun mereka memiliki kekuatan yang lebih besar dalam mempengaruhi keputusan manajer.

 

Kesimpulan��������������������������������������������������������������

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini pada pengujian data yang dilakukan pada variabel kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap biaya agensi dengan penjelasan bahwa berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa variabel kepemilikan manajerial yang diuji menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh namun tidak signifikan terhadap biaya agensi yang diproyeksikan dengan rasio kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajerial.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa variabel kepemilikan institusional yang diuji menggunakan analisis regresi berganda menunjukkan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap biaya agensi yang diproyeksikan dengan rasio kepemilikan saham yang dimiliki institusional.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Anggraeni, M. D. (2016). Agency theory dalam perspektif islam. Jurnal Hukum Islam.Google Scholar

 

Arifah, D. A. (2012). Praktek Teori Agensi pada Entitas Publik dan Non Publik. Jurnal Prestasi, 9(1), 85�95. Google Scholar

 

Julianto, P. A. (2016). Industri Logam Didorong Tingkatkan Pangsa Pasar Domestik.

 

Maria, M., Wiagustini, L. P., & Sedana, I. P. (2019). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Liquiditas Terhadap Profitabilitas Di Perusahaan Esperanca Timor-Oan (ETO) Dili Timor-Leste. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 8(1), 23�40. Google Scholar

 

Pramesti, G. (2016). Statistika lengkap secara teori dan aplikasi dengan SPSS 23. Elex Media Komputindo. Google Scholar

 

Putra, A. S., & Nuzula, N. F. (2017). Pengaruh corporate governance terhadap profitabilitas (Studi pada perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2013-2015). Brawijaya University. Google Scholar

 

Risliana, F. (2019). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Kebijakan Hutang Terhadap Agency Cost. Jurnal Riset Ekonomi Dan Bisnis, 12(3), 206�220. Google Scholar

 

Sintyawati, N. L. A., & Dewi, M. R. (2018). Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan leverage terhadap biaya keagenan pada perusahaan manufaktur. Udayana University. Google Scholar

 

Siti, F. (2022). Pengaruh Intellectual Capital Dan Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Keuangan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di ISSI Tahun 2016-2020). Uin Raden Intan Lampung. Google Scholar

 

Sugiyono. (2017a). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Google Scholar

 

Sugiyono. (2017b). Metode Penelitian Kuantitatif. Google Scholar

 

Suprihanto, J. (2018). Manajemen. UGM PRESS. Google Scholar

 

Wijaya, H. (2018). Analisis data kualitatif ilmu pendidikan teologi. Sekolah Tinggi Theologia Jaffray. Google Scholar

 

Yusuf, A. M. (2016). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & penelitian gabungan. Prenada Media. Google Scholar

 

Zelmiyanti, R. (2016). Pendekatan teori keagenan pada kinerja keuangan daerah dan belanja modal (Studi pada Provinsi di Indonesia). JRAK: Jurnal Riset Akuntansi Dan Komputerisasi Akuntansi, 7(1), 11�21. Google Scholar

 


Copyright holder :

Desi Aramana (2022)

 

First publication right :

Jurnal Syntax Admiration

 

This article is licensed under: