How to cite:
Sitorus, Henry Baginda Polianus, Johannes Tarigan, Nursyamsi (2022). Penguatan Balok Beton
Menggunakan Beton Berkekuatan Tinggi Dalam 3 (Tiga) Hari, Jurnal Syntax Admiration, 3 (7).
https://doi.org/10.46799/jsa.v3i7.455
E-ISSN:
2721-2769
Published by:
Ridwan Institute
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 3 No. 7 Juli 2022
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
PENGUATAN BALOK BETON MENGGUNAKAN BETON BERKEKUATAN
TINGGI DALAM 3 (TIGA) HARI
Henry Baginda Polianus Sitorus, Johannes Tarigan, Nursyamsi
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
15 Juni 20202
Direvisi
12 Juli 2022
Diterima
23 Juli 2022
Setiap bangunan terdiri atas bagian-bagian yang memiliki
fungsi tertentu, tidak terkecuali juga balok beton. Elemen
yang satu ini sangat berguna untuk menyangga lantai
yang terletak di atasnya. Tidak hanya itu, ternyata balok
juga memiliki peran sebagai penyalur momen menuju ke
bagian kolom pada bangunan yang sedang dibuat.
Perkuatan struktur balok beton menggunakan beton mutu
tinggi (High Strength Concrete) dengan komposisi campuran
yaitu semen, silica fume, pasir silica, pasir, fly ash,
superplasticizer, air dan polypropylene fibres. Didapatkan
pertambahan kuat lentur beton yang semula 33,9 MPa
menjadi 37,8 MPa dengan besar pertambahan 3,9 MPa
dalam 3 hari, sehingga tergolong early strength.
ABSTRACT
Every building consists of parts that have a specific
function, including concrete beams. This element is very
useful for supporting the floor above it. Not only that, it
turns out that the beam also has a role as a channel for
moments to the column section of the building being
built. Reinforcement of the concrete beam structure uses
high strength concrete with a mixed composition of
cement, silica fume, silica sand, sand, fly ash,
superplasticizer, water and polypropylene fibres. There
was an increase in the flexural strength of the concrete
from 33.9 MPa to 37.8 MPa with a large increase of 3.9
MPa in 3 days, so it was classified as early strength.
Kata kunci:
Balok, Beton,
Perkuatan,
Polypropylene Fibres,
Strengthening
Keywords:
Beam, Concrete,
Reinforcement,
Polypropylene Fibres,
Strengthening
Pendahuluan
Saat ini pemerintah sedang menggarap Proyek Strategis Nasional (PSN)
yang mana proyek tersebut terbagi kedalam beberapa sektor dan program, seperti
program jalan, pelabuhan, kereta api, bandar udara, bendungan, energi, listrik, dan
telekomunikasi (Sujadi, 2018). Dari sifat yang dimiliki beton itulah pemerintah fokus
Penguatan Balok Beton Menggunakan Beton Berkekuatan Tinggi Dalam 3 (Tiga) Hari
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 915
terhadap sektor infrastruktur menuntut adanya pengembangan teknologi yang inovatif,
maju, dan berkesinambungan terutama pada teknologi konstruksi beton yang unggul
dalam perilaku mekanis dan aplikasi di lapangan.
Dalam bidang konstruksi, beton merupakan salah satu material yang banyak
digunakan (Tanubrata, 2015). Beton adalah bahan yang didapat dengan mencampurkan
semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan
atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (Pane et al., 2015). Beton sebagai
material digunakan secara luas dibidang konstruksi seperti bendungan, drainase perkotaan,
gorong-gorong, jalan raya, bahkan hampir seluruh struktur konstruksi akan menggunakan
beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Teknologi campuran bahan pada beton terus
berkembang, yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan konstruksi
adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya, bahan tambah (additive) beton terbuat dari
bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan mempunyai keawetan
(durability) serta kekuatan (strength) yang sangat diperlukan dalam suatu konstruksi. Dari
sifat yang dimiliki beton itulah menjadikan beton sebagai bahan alternatif untuk diteliti
(SYINA, 2022). Pada perkembangan konstruksi beton modern, beton dituntut menjadi
material konstruksi yang bermutu tinggi, di Australia, beton berkekuatan 200 MPa
merupakan hal biasa, bahkan di China, dengan menggunakan agregat sintetik, telah ada
beton hingga 300 MPa, sedangkan di Indonesia, beton dengan kekuatan di atas 50 MPa
sudah digolongkan beton mutu tinggi (Nasution, 2021)..
Saat ini perkembangan beton kekuatan tinggi (high strength concrete) telah
digunakan secara luas karena kelebihannya secara teknis dan ekonomis. Material
ini, ditandai dengan sifat mekanik dan daya tahan yang meningkat akibat penambahan
bahan kimia dan mineral yang diproduksi dengan proses khusus. Sementara penggunaan
dan definisi beton mutu tinggi telah melalui perkembangan yang bertahap dan
berkesinambungan selama bertahun-tahun (Fatriady et al., 2022). Beton dengan kuat
tekan 34 MPa telah terhitung sebagai beton mutu tinggi pada tahun 1950.
Sementara pada tahun 1980, beton dengan kuat tekan diatas 41 MPa dikategorikan
sebagai high strength concrete, menurut SNI 03-6468-2000, beton yang memiliki kuat
tekan 41,4 MPa atau lebih, sedangkan menurut ACI 363 2010, beton yang memiliki
kuat tekan 55 MPa atau lebih. Pada beton modern, bahan tambah mineral aktif seperti
fly ash, silica fume, slag, dan lain sebagainya, telah menjadi komponen penting yang
menyediakan beton dengan kekuatan tekan yang lebih tinggi, fluiditas tinggi, dan daya
tahan yang lebih tinggi. Penggunaan fly ash telah diakui dalam beberapa tahun terakhir
demi penghematan semen, pemanfaatan limbah industri, dan meningkatkan daya tahan
bahan, terutama terhadap fly ash dengan kualitas dan stabilitas yang telah ditingkatkan.
Untuk beton kinerja tinggi (high performance concrete) memiliki sifat-sifat
istimewa yang dirancang untuk memenuhi beberapa keuntungan dalam pelaksanaan
struktur beton yang tidak selalu bisa dipenuhi oleh beton konvensional. HPC secara
umum didefinisikan sebagai beton dengan kuat tekan 60 MPa sampai dengan 130 MPa
(batas praktis untuk beton dengan agregat biasa). Menurut the strategic highway
research programme (SHRP), HPC untuk pekerjaan harus memenuhi kriteria kekuatan
≥ 70 MPa, dengan faktor air semen (water-cement ratio) ≤ 0,35 (Priatama, 2012).
Henry Baginda Polianus Sitorus, Johannes Tarigan, Nursyamsi
916 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2020
Perkembangan beton mutu tinggi/ultra high performance concrete (UHPC)
diawali pada tahun 1970an dengan studi pada pasta semen high strength dengan
komposisi campuran menggunakan kadar air rendah yaitu Faktor Air Semen (w/cm)
dari 0,20 s/d 0,3 dengan hasil kuat tekan 200 MPa, dengan pengembangan HRWR (high
range water reducer)/superplasticizer dan silica fume pada tahun 1980an. UHPC terus
diteliti, sebagai contoh tentang penggunaan material UHPC (Hardjasaputra et al., 2009),
perbandingan penggunaan nanosilika komersil dan nanosilika alam (Jonbi et al, 2013),
penggunaan dosis super plasticizer (Chu dan Kwan, 2019) dan perbandingan campuran
material dengan beberapa variasi dan metode campuran (Mendonca et al, 2019).
Penggunaan UHPC secara komersil dimulai pada tahun 1990an di Eropa dan
selanjutnya berkembang diseluruh dunia. (Nasution, 2021).
Di Canada, pertama kali penggunaan UHPC untuk konstruksi jembatan pada
tahun 1997, di Amerika Serikat untuk infrastruktur jalan raya tahun 2001 dan
bekerjasama dengan departemen transportasi tahun 2002, Perancis merekomendasikan
UHPC tahun 2002 dan di Jerman mulai tahun 2005, selanjutnya beberapa negara
menggunakan UHPC untuk konstruksi jembatan, seperti Australia, Austria, Kroasia,
Italia, Jepang, Malaysia, Belanda, Selandia Baru, Slovenia, Korea Selatan dan Swiss.
(U.S. Department of Transportation, 2013)
Setiap bangunan terdiri atas bagian-bagian yang memiliki fungsi tertentu, tidak
terkecuali juga balok beton. Elemen yang satu ini sangat berguna untuk menyangga
lantai yang terletak di atasnya. Tidak hanya itu, ternyata balok juga memiliki peran
sebagai penyalur momen menuju ke bagian kolom pada bangunan yang sedang dibuat
(Adhyaksa, 2021). Perkuatan struktur balok beton normal menggunakan beton mutu
tinggi.
Beton adalah campuran semen portland atau semen hidrolis lainnya, agregat
halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan (admixture),
berat beton normal tipikal memiliki kepadatan (berat jenis) antara 2155 dan 2560
kg/m3, dan normalnya diambil nilai sebesar 2320 hingga 2400 kg/m3 dengan batas
minimum kuat tekan beton struktur 21 MPa (SNI 2847, 2019). Menurut ACI 363R
(2010), Beton Mutu Tinggi (High Strength Concrete) adalah beton yang memiliki kuat
tekan 8000 psi (55 MPa), nilai 8000 psi (55 MPa) dipilih karena mewakili tingkat
kekuatan yang istimewa. Seiring kemajuan dan perkembangan teknologi, penggunaan
beton dengan kuat tekan semakin tinggi, kemungkinan definisi High Strength Concrete
akan terus direvisi (Nasution, 2021).
Daya tahan dari bahan memiliki peran penting dalam infrastruktur beton secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, efek samping limbah industri pada daya tahan harus
dikendalikan. ECC diidentifikasi sebagai kandidat untuk penghijauan material
dengan tujuan meningkatkan keberlanjutan secara keseluruhan. ECC adalah high
performance fiber reinforced cementitious composite (HPFRCC) yang dirancang untuk
menahan kekuatan tarik dan geser yang besar sambil tetap kompatibel dengan beton
biasa dalam hampir semua hal seperti kekuatan tekan dan suhu. ECC merupakan kelas
unik yang terbaru dari komposit semen yang diperkuat serat kinerja tinggi (HPFRCC)
Penguatan Balok Beton Menggunakan Beton Berkekuatan Tinggi Dalam 3 (Tiga) Hari
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 917
dengan keuletan yang tinggi dan mengunakan serat yang sedang. ECC adalah material
yang tersusun dari komposit semen dan serat pendek secara acak dengan volume sekitar
2%. Sifat mekanikal yang dimiliki ECC dipengaruhi dengan type geometric, volume
penyusun yang digunakan, dan karakteristik yang dimiliki fiber (Tuanakotta, 2018).
Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan SNI 03-2834-2000 (Badan Standarisasi Nasional,
2000) sebagai acuan perencanaan campuran balok beton normal dengan fc = 30 MPa
dan fs’ = 45 MPa. Perencanaan campuran balok beton dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menentukan kekuatan tekan yang ditargetkan.
2. Menentukan jenis semen yang digunakan.
3. Menentukan jenis agregat kasar dan agregat halus yang digunakan, agregat yang
digunakan dapat berupa agregat yang dipecah atau tidak dipecah.
4. Menetapkan faktor air semen yang digunakan.
5. Menetapkan slump agar diperoleh beton yang mudah dituangkan dan diratakan,
6. Menentukan ukuran agregat maksimum yang digunakan.
7. Menentukan nilai kadar air bebas, seperti pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 1
Perkiraan Kadar Air Bebas untuk campuran beton (SNI 03-2834-2000)
Agregat
Diameter maksimun
0-1 cm
1-3 cm
3-6 cm
6-18 cm
Jenis
Kaku
Kental
Sedang
Encer
10
Tidak Pecah
150
180
205
225
Pecah
180
205
230
250
20
Tidak Pecah
135
160
180
195
Pecah
170
190
210
225
40
Tidak Pecah
115
140
160
175
Pecah
155
175
190
205
8. Menghitung kebutuhan semen yang besarnya adalah kadar air bebas dibagi dengan
faktor air semen yang telah ditetapkan,
9. Jumlah maksimum semen jika tidak ditetapkan dapat diabaikan
10. Menentukan jumlah semen minimum sesuai dengan Tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2
Persyaratan jumlah semen minimum (SNI 03-2834-2000)
Lokasi
Jumlah semen minimun
per m3 Beton (kg)
Nilai FAS
Mak
Beton dalam Ruang Bangunan
a. Keadaan keliling non korosif
275
0,60
b. Keadaan keliling korosif yang disebabkan
325
0,52
Henry Baginda Polianus Sitorus, Johannes Tarigan, Nursyamsi
918 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2020
oleh kondensi atau uap korosif
Beton dilaur ruangan
a. Tidak terlindungi dari hujan dan Teknik
matahari langsung
325
0,60
b. Terlindungi dari hujan dan terik matahari
langsung
275
0,60
11. Menentukan susunan butir agregat halus,
12. Menentukan persentase pasir
13. Menghitung berat jenis relatif agregat dengan cara :
Berat jenis agregat gabungan = (persentase agregat halus x berat jenis agregat
halus) + (persentase agregat kasar x berat jenis agregat kasar),
14. Menentukan berat isi beton
15. Menghitung kadar agregat gabungan yang besarnya adalah berat jenis beton
dikurangi jumlah kadar semen dan kadar air bebas.
16. Menghitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persen pasir
dengan kadar agregat gabungan.
17. Menghitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat
gabungan dikurangi dengan kadar agregat halus.
18. Setelah itu sudah didapatkan proporsi campuran untuk balok beton.
Penelitian dilakukan dengan eksperimen di Laboratorium Struktur dan
Laboratorium Bahan dan Rekayasa Beton Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Penelitian diawali dengan studi pustaka dan dilanjutkan dengan penyiapan material
penelitian hingga penelitian selesai untuk ditarik kesimpulan. Adapun tahapan
penelitian secara rinci adalah:
1. Persiapan alat dan bahan penelitian.
2. Perencanaan komposisi campuran.
3. Pembuatan campuran beton (mixing).
4. Pemeriksaan slump,
5. Pencetakan
6. Perawatan
7. Pemeriksaan berat volume benda uji
8. Pengujian,
9. Menganalisa data hasil pengujian yang telah dilakukan
10. Membuat kesimpulan terhadap hasil penelitian.
Setelah dilakukan pengecekan terhadap ketersediaan peralatan dan memenuhi
persyaratan di atas, serta penyediaan material yang dibutuhkan sudah tersedia, maka
selanjutnya dilakukan pengecoran benda uji balok beton normal uk. 15x15x60 cm3
dengan umur beton 28 (dua puluh delapan) hari.
Selanjutnya setelah benda uji balok beton selesai dibuat, maka dihitung mix
design perkuatan balok beton dengan tebal 2 cm pada 1 sisi balok (uk. 2x15x60 cm3)
yang dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Penguatan Balok Beton Menggunakan Beton Berkekuatan Tinggi Dalam 3 (Tiga) Hari
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 919
Tabel 3
Mix Design Perkuatan
Bahan bahan campuran high strength concrete (ACI Committee 363, 2010)
yaitu:
1. Semen
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis
dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk
kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lain
(Nasional, 2004).
2. Silica Fume
Silica fume merupakan serbuk halus yang terdiri dari amarphous microsphere
dengan diameter berkisar antara 0,1-1,0 micron meter, berperan penting terhadap
pengaruh sifat kimia dan mekanik beton. Ditinjau dari sifat mekanik, secara
geometrikal silica fume mengisi rongga-rongga di antara bahan semen (grain of
cement), dan mengakibatkan pore size distribution (diameter pori) mengecil serta
total volume pori juga berkurang (Subakti, 1995).
3. Pasir Silika
Silika mineral adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan
tambang/galian yang berupa mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan fledsfar yang
mengandung kristal-kristal silika (SiO2). Silika mengandung senyawa pengotor yang
terbawa selama proses pengendapan, sebelum digunakan sebagai bahan campuran
beton harus di kontrol dengan melakukan pengujian kandungan lumpur di dalam
pasir silika (Adi, 2018).
4. Pasir Agregat halus berupa pasir, adalah agregat yang semua butir
melalui ayakan 4,80 mm,
5. Fly Ash
Secara umum, Fly Ash merupakan material sisa atau pengotor dari batu
bara yang tidak habis terbakar. Fly Ash berbentuk butiran halus, memiliki sifat
Material
Komposisi
Campuran
Beton
Semen
37.89%
Silica Fume
8.11%
Air
9.34%
Pasir Silika
8.11%
Pasir
31.21%
Fly Ash
3.47%
Super Plasticizer
1.69%
Polypropylene Fiber
0.2%
w/c
0.25
w/b
0.22
Henry Baginda Polianus Sitorus, Johannes Tarigan, Nursyamsi
920 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2020
pozolanic yang keluar dari tungku pembakaran. Fly Ash banyak ditemukan dari sisa
pembakaran Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Boiler kayu
6. Super Plasticizer
Super Plasticizer adalah admixture (bahan tambah) didefinisikan sebagai
material selain air, agregat, semen dan fiber yang digunakan dalam campuran beton
atau mortar, yang ditambahkan dalam adukan segera sebelum atau selama
pengadukan dilakukan (ACI Committee 363, 2005).
7. Polypropylene Fibres
Polypropylene Fibre merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus kimia
C3H6 yang berupa mikro monofilamen ataupun jaringan serabut tipis berbentuk jala
yang berkualitas tinggi dengan ukuran panjang antara 6 mm 50 mm dan diameter
90 mm,
8. Air Hampir semua air alami yang dapat diminum dan tidak berasa atau bau dapat
digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat beton. Meskipun kelebihan air
dalam proses pencampuran dapat mempengaruhi waktu proses, kekuatan beton, dan
stabilitas volume, dan mungkin saja mengakibatkan perubahan warna pada beton dan
korosi pada tulangan. Garam dan kandungan merugikan lainnya bisa saja ditemukan
dalam campuran air. Kandungan-kandungan seperti ini harus diperhitungkan dalam
proses pembuatan beton. ASTM C1602M mengizinkan penggunaan air minum untuk
campuran tanpa diuji terlebih dahulu, termasuk metode untuk menentukan sumber air
yang tidak dapat diminum, seperti dari hasil pengoperasian produksi beton, dengan
pertimbangan waktu setting dan kekuatan. Frekuensi pengujian harus ditetapkan
untuk memastikan pengawasan secara berkala terhadap kualitas air. ASTM C1602M
juga menjelaskan batas opsional untuk kandungan klorida, sulfat, alkali, dan zat
padat untuk air pencampur (Anggreini, 2020).
Pada penelitian ini dilakukan kontrol slump test dan kuat tekan beton untuk
meninjau kelecakan (workability) serta kekuatan tekan beton. Benda uji beton yang
digunakan merupakan silinder dengan ukuran diameter 10 𝑐𝑚 dan tinggi 20 𝑐𝑚.
Selanjutnya perkuatan balok beton dilakukan pada 1 sisi balok dengan sisi balok beton
tersebut dipahat, kemudian dilakukan pengecoran setebal 2 cm.
Hasil dan Pembahasan
Sebelum dilakukan pengecoran ke salah satu sisi balok diambil nilai slump
tesnya. Nilai slump test disajikan pada Tabel 4 di bawah ini :
Penguatan Balok Beton Menggunakan Beton Berkekuatan Tinggi Dalam 3 (Tiga) Hari
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 921
Tabel 4
Nilai Slump Flow
No
Sampe
l
Slump Flow (cm)
Slump Flow Rata-rata
(cm)
1
PP 1
17
16,50
2
PP 2
16
3
PP 3
16,5
Analisis pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan benda uji berbentuk
silinder diameter 100 mm dan tinggi 200 mm, berdasarkan Metode Pengujian Kuat
Tekan Beton (2011, 2011) dan disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
No
Umur Beton
(hari)
Sampel
Berat
Sampel (g)
Kuat Tekan
(MPa)
Kuat Tekan Rata-
rata (MPa)
1
1
PP.1
3636
40.76
40.76
2
PP.2
3687
38.22
3
PP.3
3702
43.31
Untuk mengetahui kekuatan lentur beton normal dan setelah beton diperkuat, maka
dilakukan Uji Kuat Lentur Beton sesuai SNI 4431:2011 (2011, 2011) dengan hasil dapat
dilihat pada tabel 6 di bawah ini: Tabel 6
Kuat Lentur Balok Beton
No
Benda Uji
Kuat Lentur Rata-Rata
(MPa)
1
Balok Normal
33.9
2
Balok diperkuat
37.8
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan penggunaan beton mutu tinggi (High
Strength Concrete) sebagai perkuatan balok beton dengan campuran perkuatan beton
yaitu semen, silica fume, pasir silica, pasir, fly ash, superplasticier, air dan
polypropylene fibres, mengalami pertambahan kuat lentur beton yang semula 33,9 MPa
menjadi 37,8 MPa dalam 3 hari.
Dari hal tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwasanya perkuatan balok
beton menggunakan beton mutu tinggi (High Strength Concrete) mengalami
pertambahan kuat lentur beton sebesar 3,9 MPa dalam 3 (tiga) hari setelah diperkuat
pada balok beton normal dalam kondisi umum umur beton 28 (dua puluh delapan) hari
atau lebih, sehingga tergolong early strength.
Henry Baginda Polianus Sitorus, Johannes Tarigan, Nursyamsi
922 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2020
BIBLIOGRAFI
2011, S. N. I. 1974: (2011). Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder. Badan
Stand. Nas. Indones., 20.
ACI Committee 363. (2005). High-Strength Concrete (ACI 363R). Symposium Paper,
228.
Adhyaksa. (2021). Pengertian dari Balok Beton untuk Bangunan.
Adi, A. S. (2018). Analisa Penggunaan Pasir Silika sebagai Pengganti Agregat Halus
pada Campuran Beton. Jurnal Riset Pembangunan, 1(1), 3647. Google Scholar
Anggreini, P. A. (2020). Evaluasi Desain Struktur Balok Dan Kolom Gedung Sekolah
MTS Darul Ulum Kab. Kotabaru Dengan SNI 2847: 2019. Universitas Islam
Kalimantan MAB. Google Scholar
Fatriady, M. R., Rachman, M. R., Jamal, M., Muliawan, I. W., Mustika, W., & Mabui,
D. S. S. (2022). Teknologi Bangunan dan Material. TOHAR MEDIA. Google
Scholar
Hardjasaputra, H., Tirtawijaya, J., & Tandaju, G. S. (2009). Ultra High Performance
Concrete-Beton Generasi Baru berbasis Teknologi Nano. Universitas Pelita
Harapan. Google Scholar
Nasional, B. S. (2004). Semen Portland. SNI 15-2049-2004, Departemen Pekerjaan
Umum. Jakarta.
Nasution, A. K. (2021). Sifat Mekanik High Strength Concrete dengan Menggunakan
Pp Fibre dan Abu Vulkanik Gunung Sinabung. Google Scholar
Pane, F. P., Tanudjaja, H., & Windah, R. S. (2015). Pengujian kuat tarik lentur beton
dengan variasi kuat tekan beton. Jurnal Sipil Statik, 3(5). Google Scholar
Priatama, A. (2012). Pengaruh Kadar Fly Ash sebagai Pengganti sebagian Semen
terhadap Kuat Tarik Belah dan Modulus of Rupture pada High Volume Fly Ash
Self Compacting Concrete. Google Scholar
Subakti, A. (1995). Teknologi beton dalam praktek. Surabaya: ITS. Google Scholar
Sujadi, S. (2018). Kajian tentang pembangunan proyek strategis nasional (PSN) dan
Keadilan Sosial (Perspektif Hukum Pancasila). Jurnal Hukum Lingkungan
Indonesia, 4(2), 124. Google Scholar
Syina, I. (2022). Analisis Dan Pengaruh Kuat Tarik Belah Beton Dengan Menggunakan
Bahan Tambah Abu Tempurung Kelapa (Studi Penelitian). Google Scholar
Tanubrata, M. (2015). Bahan-bahan konstruksi dalam konteks teknik sipil. Jurnal
Penguatan Balok Beton Menggunakan Beton Berkekuatan Tinggi Dalam 3 (Tiga) Hari
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 923
Teknik Sipil, 11(2), 132154. Google Scholar
Tuanakotta, A. (2018). Mix Desain Engineered Cementitious Composite (ECC) Dengan
Menggunakan Artificial Neural Network (ANN). Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Google Scholar
Copyright holder :
Henry Baginda Polianus Sitorus, Johannes Tarigan dan Nursyamsi (2022)
First publication right :
Jurnal Syntax Admiration
This article is licensed under: