Jurnal Syntax Admiration | Vol. 3 No. 7 Juli 2022 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 | Sosial Teknik |
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL | ABSTRAK |
Diterima | Latar belakang dari penelitian ini adalah jumlah kasus |
16 Juli 2022 | kecurangan laporan keuangan memiliki tren yang meningkat dari |
Direvisi | tahun 2012-2019 berdasarkan data dari ACFE. Selain itu, |
15 Juli 2022 | berdasarkan data dari ACFE 2019 menunjukkan bahwa BUMN |
Disetujui | menjadi lembaga dengan posisi kedua yang paling dirugikan |
23 Juli 2022 | karena fraud dengan persentase 31,8%. Tujuan penelitian ini |
Kata kunci: | untuk menganalisis pengaruh target keuangan, kerja sama dengan |
Kecurangan Laporan | proyek pemerintah, pergantian direksi, kualitas auditor eksternal, |
Keuangan, Hexagon Fraud Model, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Target Keuangan, Kerja Sama dengan Proyek Pemerintah, Pergantian Direksi, Kualitas Auditor Eksternal, Pergantiana Auditor, dan Dualism | pergantian auditor, dan dualism position terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan menurut Hexagon Fraud Model. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi liner berganda. Sampel penelitan adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020. Total sampel yang digunakan adalah 100 sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa target keuangan, kerja sama dengan proyek pemerintah, pergantian direksi, dan dualism position berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan |
Position. | laporan keuangan. Sedangkan, kualitas auditor eksternal dan |
pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap indikasi | |
kecurangan laporan keuangan. Kesimpulan dari penelitian ini | |
adalah sebagian besar dari variabel Hexagon Fraud Model | |
mampu mempengaruhi adanya indikasi kecurangan laporan | |
keuangan sehingga diperlukan upaya-upaya pencegahan agar | |
kasus fraud dapat menurun dan BUMN tidak lagi dirugikan | |
dalam kasus fraud. | |
Keywords : | ABSTRACT The background of this research is the number of reported cases has an increasing trend from 2012-2019 based on data from ACFE. In addition, data from ACFE 2019 shows that BUMN is the second most disadvantaged institution due to fraud with a percentage of 31.8%. The purpose of this study is to analyze the effect of financial targets, cooperation with the government, turnover, auditor quality, auditor turnover, and dualism of position on financial statement indications according to the Hexagon Fraud Model. The research method |
Financial Statement | |
Fraud, Hexagon | |
Fraud Model, State- | |
Owned Enterprises | |
(BUMN), Financial | |
Targets, Cooperation | |
with Government | |
Projects, Change of | |
Directors, Quality of |
How to cite:
E-ISSN:
Published by:
Mardeliani, Susi, Sudrajat, Liza Alvia (2022) Analisis Kecurangan Laporan Keuangan Menurut Hexagon Fraud Model Pada Perusahaan Bumn Tahun 2016-20201(7)
https://doi.org/10.46799/jsa.v3i7.458 2722-5356
External Auditors, Change of Auditors, and Dualism position
used is multiple linear regression analysis. The research sample is State-Owned Enterprises (BUMN) listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2016-2020 period. The total sample used is 100 samples using purposive sampling method. The results show that financial targets, cooperation with government projects, change of directors, and dualism position have a positive and significant effect on indications of financial statement fraud. Meanwhile, the quality of external auditors and auditor turnover has no effect on indications of financial statement fraud. The conclusion of this study is that most of the Hexagon Fraud Model variables are able to influence the indications of financial statement fraud so that prevention efforts are needed so that fraud cases can decrease and SOEs
are no longer harmed in fraud cases.
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraud merupakan tindakan sengaja yang melanggar hukum dengan memanipulasi dan menyajikan laporan yang salah kepada pihak lain dalam rangka memperoleh keuntungan pribadi. Berdasarkan survei ACFE dari tahun 2012-2019 menunjukkan jumlah kasus kecurangan laporan keuangan memiliki tren yang meningkat. Pada tahun 2012 persentase terjadinya kecurangan laporan keuangan sebesar 7,6%. Tahun 2014 persentase terjadinya kecurangan laporan keuangan meningkat menjadi 9%. Angka tersebut meningkat kembali menjadi 9,6% di tahun 2016. Tahun 2018 persentase terjadinya kecurangan laporan keuangan memuncak mencapai 10% dan pada tahun 2019 menjadi 9,2%. Selain itu, BUMN menjadi lembaga dengan posisi kedua yang paling dirugikan akibat fraud dengan persentase sebesar 31,8% (Association of Certified Fraud Examiners, 2019).
Beberapa kasus kecurangan laporan keuangan antara lain yaitu PT. Garuda Indonesia yang salah mencatat laba bersih sebesar US$809.850. Kecurangan laporan keuangan dilakukan dengan cara mengakui pendapatan atas perjanjian kerja sama antara PT. Citilink Indonesia dan PT. Mahata Aero Teknologi. Pihak manajemen PT. Garuda Indonesia mengakui transaksi tersebut sebagai pendapatan sebesar US$239,94 juta, padahal transaksi tersebut berdasarkan PSAK belum bisa diakui sebagai pendapatan. Selain itu, PT.Waskita Karya juga melakukan kecurangan laporan keuangan pada tahun 2018 yang dilakukan dengan cara mencatat proyek fiktif sehingga KPK mencatat kasus ini merugikan negara hingga mencapai Rp186 miliar.
Penelitian mengenai analisis kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan Hexagon Fraud Model telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya dan menunjukkan hasil yang tidak konsisten, diantaranya penelitian yang dilakukan (Kuncara, 2022) yang menunjukkan bahwa target keuangan, ketidakefektifan pengawasan, dan stabilitas keuangan berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan kerja sama dengan proyek pemerintah, pergantian direksi, pergantian auditor, tekanan eksternal, kualitas auditor eksternal, eksistensi perusahaan, dan rasio total akrual terhadap total asset tidak berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Selain itu, penelitian lain yang dilakukan (Larum et al., 2021), menunjukkan stabilitas keuangan, perubahan direksi, tekanan eksternal, dan gambar CEO berpengaruh terhadap potensi kecurangan pelaporan keuangan. Sedangkan ketidakefektifan pengawasan, perubahan auditor, dan kerja sama dengan proyek pemerintah tidak berpengaruh terhadap potensi kecurangan pelaporan keuangan.
Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini menggunakan indikator-indikator yang menunjukkan hasil tidak konsisten pada penelitian terdahulu. Indikator-indikator tersebut yaitu variabel stimulus yang diindikatorkan dengan target keuangan, kolusi yang diindikatorkan dengan kerja sama dengan proyek pemerintah dengan nilai proyek mencapai satu atau lebih dari satu triliun rupiah. Selanjutnya, variabel kapabilitas yang diindikatorkan dengan pergantian direksi ditambahkan kriteria pergantian direktur utama, kesempatan yang diindikatorkan dengan kualitas auditor eksternal dengan kriteria KAP BIG 4 atau non, rasionalisasi yang diindikatorkan dengan pergantian auditor dengan kriteria pergantian auditor secara voluntary, dan arogansi yang diindikatorkan dengan dualism position dengan kriteria rangkap jabatan direktur utama.
Berdasarkan latar belakang, fenomena, dan research gap yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk menguji pengaruh elemen-elemen dari Hexagon Fraud Model terhadap kecurangan laporan keuangan yang berjudul “Analisis Kecurangan Laporan Keuangan Menurut Hexagon Fraud Model Pada Perusahaan BUMN Tahun 2016-2020”. Peneliti berharap mampu memberikan kontribusi dalam rangka mengurangi research gap yang terjadi dan melengkapi penelitian terdahulu serta mampu memberikan kontribusi dalam menguraikan fenomena yang terjadi
Kecurangan laporan keuangan menjadi variable dependen dalam penelitian ini.
Kecurangan laporan keuangan diukur dengan F-Score dengan rumus yaitu :
Kualitas akrual dihitung menggunakan RSST akrual. Formula dari RSST akrual yaitu:
RSST Accruala = (∆WC + ∆NCO + ∆FIN)
Keterangan formula:
(Total Liabilitas– Liabilitas Jangka Pendek – Liabilitas Jangka Panjang)
Keterangan formula:
Perubahan Piutang =
-
Perubahan Persediaan =
Perubahan Penjualan Tunai = -
Perubahan Pendapatan =
Kesimpulan dari formula di atas ialah jika perusahaan memiliki nilai F-Score lebih dari satu maka terindikasi melakukan kecurangan laporan keuangan. Sedangkan, perusahaan memiliki nilai F-Score kurang dari satu maka tidak terindikasi melakukan kecurangan laporan keuangan. Teknis pengambilan data F-Score pada penelitian ini adalah menggunakan bantuan Ms. Excel yang kemudian dibuatkan rumus-rumus otomatis sehingga peneliti hanya menginput nominal dari akun-akun yang dibutuhkan untuk menghitung F-Score.
Target Keuangan
Pada penelitian ini indikator target keuangan diukur dengan Return On Asset (ROA). ROA dihitung menggunakan rumus :
ROA= Laba Bersih
Total aset
Teknis mengambil data ROA pada penelitian ini adalah melakukan perhitungan dengan rumus laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aset. Selain itu, data ROA juga dapat dilihat pada ikhtisar kinerja keuangan bagian rasio keuangan yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan.
Kerja sama dengan Proyek Pemerintah
Variabel kolusi dalam penelitian ini diindikatorkan menggunakan kerja sama antara perusahaan dan pemerintah dengan nilai proyek satu hingga lebih dari satu triliun rupiah. Teknis mengambil data ini adalah dengan menelusuri informasi mengenai peristiwa penting, aspek pengembangan usaha: eksplorasi dan penyelesaian proyek strategis, dan proyek-proyek pengembangan usaha yang termuat dalam laporan tahunan perusahaan. Selain itu, informasi kerja sama dengan proyek pemerintah juga termuat dalam berita-berita mengenai proyek pemerintah yang termuat pada internet. Kerja sama dengan proyek pemerintah diukur dengan :
Pergantian direksi
Variabel kapabilitas dalam penelitian ini diindikatorkan oleh pergantian direktur utama. Teknis mengambil data pergantian direksi pada penelitian ini adalah dengan menelusuri informasi mengenai profil direksi yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan. Pergantian direksi diukur dengan :
Kualitas Auditor Eksternal
Variabel peluang dalam penelitian ini diindikatorkan dengan kualitas auditor eksternal. Teknis mengambil data kualitas auditor eksternal pada penelitian ini adalah dengan menelusuri informasi mengenai akuntan publik yang terdapat pada laporan
tahunana perusahaan. Jika perusahaan diaudit oleh KAP yaitu EY, PWC, Deloitte, atau KPMG maka perusahaan menggunakan jasa KAP BIG 4. Namun, jika perusahaan diaudit dengan KAP selain keempat KAP tersebut maka perusahaan tidak menggunakana jasa KAP BIG 4. Kualitas auditor eksternal diukur dengan:
Pergantian Auditor
Teknis mengambil data pergantian auditor secara voluntary pada penelitian ini adalah dengan menelusuri informasi mengenai akuntan publik yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan. Jika perusahaan selama enam tahun buku berturut-turut baru melakukan pergantian auditor maka perusahaan melakukan pergantian auditor secara mandatory. Namun, jika perusahaan belum mencapai enam buku berturut-turut telah melakukan pergantian auditor maka perusahaan melakukan pergantian auditor secara voluntary. Pergantian auditor diukur dengan :
Dualism Position
Teknis mengambil data dualism position pada penelitian ini adalah dengan menelusuri informasi mengenai profil direksi yang terdapat pada laporan tahunan perusahaan. Dualism position diukur dengan
Pada penelitian ini, model regresi yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Analisis Regresi Linier Berganda berguna dalam menganalisis pengaruh hubungan antara variabel dependen yaitu elemen-elemen dari Hexagon Fraud Model terhadap variabel independen yaitu kecurangana laporana keuangana yang diukura dengana F- Score.
Keterangan:
F-SCORE = Kecurangan Laporan Keuangan ROA = Target Keuangan
GOV = Kerja sama dengan Proyek Pemerintah DCHANGE = Pergantian Direksi
BIG = Kualitas Auditor Eksternal
CPA = Pergantian Auditor DUALISM = Dualism Position e = Standard error
Pengaruh Target Keuangan terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan
Target keuangan dapat menjadi stimulus bagi pihak manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan karena akan menimbulkan conflict of interest. Perbedaan kepentingan terjadi karena pihak pemegang saham menargetkan keuangan yang tinggi kepada pihak manajemen agar mendapatkan return besar atas investasi mereka. Namun, target keuangan tersebut justru memberikan tekanan bagi pihak manajemen dan jika pihak manajemen tidak mampu memenuhi target tersebut maka pihak manajemen akan melakukan berbagai cara termasuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Hal ini dilakukan untuk melindungi posisi mereka dan mendapatkan bonus besar atas kinerja yang telah dilakukan. Maka dalam hal ini target keuangan yang semakin tinggi akan menimbulkan masalah keagenan yang disebabkan perbedaan kepentingan sehingga tingkat kecurangan laporan keuangan juga semakin meningkat (Prakoso & Setiyorini, 2021).
Hal ini dibuktikan oleh (Mardianto & Tiono, 2019) dalam penelitiannya yang membuktikan bahwa target keuangan berpengaruh positif terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan. Penelitian lain juga dilakukan oleh (Faradiza, 2019) dan (Septriani & Handayani, 2018) yang menunjukkan bahwa kenaikan target keuangan dapat menjadi stimulus dalam melakukan indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Kerja Sama dengan Proyek Pemerintah terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan
Kerja sama dengan proyek pemerintah dengan nilai proyek yang besar mencapai satu atau lebih dari satu triliun rupiah akan membuat pihak perusahaan dan pemerintah tertarik melakukan kolusi untuk bekerja sama melakukan penipuan dan merugikan negara. Salah satu tindakan yang dilakukan adalah melakukan korupsi pada proyek pemerintah.
Pihak manajemen yang melakukan korupsi dengan pemerintah akan melakukan kecurangan laporan keuangan agar tindakannya tidak diketahui dan tidak terlibat dalam kasus korupsi proyek pemerintah. Hal tersebut akan memicu masalah keagenan yang disebabkan adanya asimetris informasi yang didorong dengan faktor moral hazard, dimana semua kegiatan manajemen tidak secara seluruhnya diketahui oleh pemegang saham sehingga memungkinkan manajemen melakukan tindakan yang merugikan (Bawakes et al., 2018).
Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh (Sari & Nugroho, 2021) membuktikan bahwa faktor kolusi yang diukur dengan kerja sama dengan proyek pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Pergantian Direksi terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan Perubahan direktur utama mengakibatkan stress period sehingga meningkatkan
risiko seseorang melakukan kecurangan. Hal ini disebabkan pergantian direktur utama mampu menghambat kinerja perusahaan karena adanya stress period yangmana direktur baru belum mampu memahami perusahaan secara menyeluruh (Annisya &
Asmaranti, 2016). Adanya stress period mampu mendorong direktur utama untuk melakukan berbagai cara agar kinerjanya dinilai lebih baik daripada direktur sebelumnyaa dalam rangka melindungi posisi dan mendapatkan bonus atas kinerjanya.
Kecurangan laporan keuangan dapat dilakukan karena direktur utama memiliki kemampuan berupa kendali dan kekuasaan yang lebih tinggi daripada anggota direksi lainnya serta adanya dorongan dari top manajemen (Lailatuddzikriyyah, 2021). Kemampuan dari direksi yang memainkan peran utama tindak penipuan dapat dilakukan mendorong pihak manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan. Hal ini berkaitan dengan teori keagenan, dimana konflik keagenan muncul karena perbedaan kepentingan. Pihak direksi sebagai bagian dari manajemen memiliki kepentingan agar mendapatkan kompensasi besar atas kinerjanya dan melindungi posisinya, sedangkan pihak pemegang saham menginginkan return yang besar atas investasi yang dikeluarkan. Perbedaan kepentingan tersebut akan terjadi konflik keagenan yang memicu adanya kecurangan laporan keuangan.
Menurut membuktikan dalam penelitiannya bahwa pergantian direksi berpengaruh positif terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan. Selain itu, (Aviantara, 2021) dan (SYIFANI, 2021) juga menyatakan bahwa semakin sering perusahaan mengganti direksi maka indikasi kecurangan laporan keuangan juga semakin tinggi.
Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan Kualitas audit merupakan kemampuan seorang auditor dalam melakukan proses
pendeteksian dan pelaporan kegiatan audit. Untuk mempermudah proses dan pelaporan hasil audit seorang auditor seharunya memiliki kemampuan dan keahlian yang memadai dalam bidang akuntansi dan keuangan sehingga memudahkan dalam mendeteksi segala bentuk kecurangan (Bambang, 2022)
Mekanisme audit yang baik akan mencegah adanya kesalahan pencatatan akuntansi yang dilakukan oleh pihak manajemen sehingga mampu menyajikan laporan keuangan yang terpercaya. Mekanisme audit dipengaruhi oleh kualitas auditor eksternal, dimana semakin baik kualitas auditor eksternal maka proses auditing dapat berjalan dengan baik (Mumpuni & Jatiningsih, 2020)
Kualitas auditor eksternal yang baik akan mengurangi masalah keagenan yang terjadi karena auditor eksternal yang baik dapat menjadi mediator antara pihak manajemen dan pemegang saham sehingga pelaku fraud tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Chyntia Tessa & Harto, 2016) dan (Octani et al., 2022) yang membuktikan bahwa kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Pergantian Auditor terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan Pergantian auditor berkaitan dengan teori agensi yaitu adanya moral (Siddiq et
al., 2017) menyatakan bahwa jika auditor eksternal menemui adanya penyimpangan
atau kecurangan yang terjadi pada perusahaan maka auditor akan memberikan opini tidak baik pada perusahaan. Hal tersebut akan mengancam pelaku fraud sehingga pihak manajemen akan melakukan pergantian auditor secara voluntary untuk menghilangkan jejak kecurangan yang diketahui oleh auditor sebelumnya.
(Sihombing & Triyanto, 2019) mengemukakan bahwa pergantian auditor akan menyebabkan kegagalan audit karena auditor yang baru belum memahami perusahaan secara menyeluruh. Kegagalan audit tersebut akan menyebabkan auditor yang baru salah memberikan opini audit dan tidak dapat mendeteksi kecurangan laporan keuangan yang terjadi.
Auditor baru yang tidak dapat mendeteksi adanya kecurangan laporan keuangan yang telah dilakukan oleh pihak manajemen menjadi dasar bagi pihak manajemen untuk merasionalisasikan tindakan kecurangan tersebut. Tindakan rasionalisasi yang dilakukan oleh pelaku fraud akan memunculkan masalah keagenan yang disebabkan karena adanya asimetris informasi dan didorong oleh faktor moral hazard. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh (Lastanti, 2020) dan (Aviantara, 2021) yang membuktikan bahwa pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) secara voluntary berpengaruh positif signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
H5 : Pergantian auditor secara voluntary berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Dualism Position terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan
Dualism position akan menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga memicu adanya masalah keagenan. Direktur utama yang memiliki jabatan lebih dari satu akan memicu adanya dominasi kekuasaan. Dominasi kekuasaan akan mendorong direktur utama mementingkan kepentingan pribadinya dan dapat menimbulkan sifat ego. Sifat ego yang dimiliki oleh direktur utama yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi karena merasa memiliki kontrol penuh dalam perusahaan memicu adanya benturan kepentingan dengan pemegang saham (Siddiq et al., 2017)
Pemegang saham yang berfokus pada kinerja keuangan perusahaan dalam rangka mendapatkan return besar atas investasi mereka sementara direktur utama yang mementingkan kepentingan pribadinya akan menyebabkan conflict of interest. Conflict of interest akan menyebabkan terjadinya masalah keagenan sehingga pihak manajemen dapat melakukan kecurangan laporan keuangan.
Hal ini didukung oleh penelitian (Zelin, 2018) yang membuktikan bahwa dualism position berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan BUMN BEI pada tahun 2016 – 2020.
Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling.
No. | Keterangan | Jumlah |
1. | Perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI dari tahun 2016-2020. | 20 |
2. | Perusahaan yang mengalami delisting dari BEI pada periode 2016 – 2020. | (0) |
3. | Perusahaan BUMN yang tidak menerbitkan laporan keuangan tahunan dalam mata uang rupiah. | (0) |
4. | Perusahaan tidak memiliki data lengkap mengenai variabel penelitian. | (0) |
5. | Jumlah perusahaan yang memenuhi syarat sebagai sampel. | 20 |
6. | Periode penelitian. | 5 |
7. | Jumlah unit analisis. | 100 |
Descriptive Statistics | |||||
N | Minimum | Maximum | Mean | Std. Deviation | |
Kecurangan laporan keuangan (Y) | 100 | -0,639 | 0,612 | 0,04809 | 0,216936 |
Target keuangan (X1) | 100 | -0,23 | 0,212 | 0,02229 | 0,059344 |
Kerja sama dengan proyek pemerintah (X2) | 100 | 0 | 1 | 0,66 | 0,476 |
Pergantian direksi (X3) | 100 | 0 | 1 | 0,39 | 0,490 |
Kualitas auditor eksternal (X4) | 100 | 0 | 1 | 0,68 | 0,469 |
Pergantian auditor (X5) | 100 | 0 | 1 | 0,24 | 0,429 |
Dualism Position (X6) | 100 | 0 | 1 | 0,35 | 0,479 |
Valid N (listwise) | 100 |
Sumber: Output SPSS 26, data yang diolah (2022)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test | ||
Unstandardized Residual | ||
N | 100 | |
Normal Parameters | Mean | 0,0000000 |
Std. Deviation | 0,17969455 | |
Most Extreme Differences | Absolute | 0,063 |
Positive | 0,063 | |
Negative | -0,055 | |
Test Statistic | 0,063 | |
Asymp. Sig. (2-tailed) | 0,200 |
Sumber: Output SPSS 26, data yang diolah (2022)
Berdasarkan hasil Uji Normalitas Kolmogorova Smirnova menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,200 sehingga data penelitian ini berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.
Model | Collinearity Statistics | Kesimpulan | |
Tolerance | VIF | ||
Target keuangan (X1) | 0,983 | 1,017 | Tidak Terdapat Multikolinearitas |
Kerja sama dengan proyek pemerintah (X2) | 0,981 | 1,019 | Tidak Terdapat Multikolinearitas |
Pergantian direksi (X3) | 0,946 | 1,058 | Tidak Terdapat Multikolinearitas |
Kualitas auditor eksternal (X4) | 0,862 | 1,160 | Tidak Terdapat Multikolinearitas |
Pergantian auditor (X5) | 0,870 | 1,149 | Tidak Terdapat Multikolinearitas |
Dualism position (X6) | 0,950 | 1,053 | Tidak Terdapat Multikolinearitas |
Dependent Variable: Kecurangan laporan keuangan (Y) |
Sumber: Output SPSS 26, data yang diolah (2022)
Berdasarkan hasil ujiamultikolinearitas menunjukkan bahwa pada semua variabel memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 dan memiliki nilai VIF kurang dari 10 sehingga data penelitian ini tidak terdapat multikolinieritas.
Variabel | Sign. | Kesimpulan |
Target keuangan (X1) | 0,129 | Tidak Terdapat Heterokedastisitas |
Kerja sama dengan proyek pemerintah (X2) | 0,217 | Tidak Terdapat Heterokedastisitas |
Pergantian direksi (X3) | 0,980 | Tidak Terdapat Heterokedastisitas |
Kualitas auditor eksternal (X4) | 0,345 | Tidak Terdapat Heterokedastisitas |
Pergantian auditor (X5) | 0,454 | Tidak Terdapat Heterokedastisitas |
Dualism position (X6) | 0,513 | Tidak Terdapat Heterokedastisitas |
Dependent Variable: Kecurangan laporan keuangan (Y) |
Sumber: Output SPSS 26, data yang diolah (2022)
Berdasarkan hasil Uji Heteroskedastisitas Glejser pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada semua variabel data penelitian memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 sehingga data penelitian ini tidak memiliki gejala heteroskedastisitas.
Jumlah Variabel Independen (K) | Jumlah Sampel (N) | Nilai Durbin Watson (DW) | Nilai Batas Atas (DU) | Nilai 4-DU | Kesimpulan |
6 | 100 | 1,892 | 1,8031 | 2,1969 | Tidak Terdapat Autokorelasi |
Dependent Variable: Kecurangan laporan keuangan (Y) |
Sumber: Output SPSS 26, data yang diolah (2022)
Berdasarkan hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,892. Nilai DU pada penelitian ini sebesar 1,8031 (k=6, n=100) dan nilai 4-DU yaitu 2,1969 sehingga nilai Durbin-Watson pada penelitian ini lebih besar dari nilai DU dan lebih kecil dari nilai 4-DU maka data penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
Model | R | R Square | Adjusted R Square | Std. Error of the Estimate | Kesimpulan |
1 | 0,560 | 0,314 | 0,270 | 0,185401 | Variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar 0,448. |
Predictors: (Constant), Target keuangan (X1), Kerja sama dengan proyek pemerintah (X2), Pergantian direksi (X3), Kualitas auditor eksternal (X4), Pergantian auditor (X5), Dualism Position (X6). | |||||
Dependent Variable: Kecurangan laporan keuangan (Y) |
Sumber: Output SPSS 26, data yang diolah (2022)
Hasil uji koefisien determinasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,270 atau 27%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu target keuangan, kerja sama dengan proyek pemerintah, pergantian direksi, kualitas auditor eksternal, pergantian auditor, dan dualism position secara simultan mempengaruhi variabel dependen yaitu kecurangan laporan keuangan sebesar 27% dana sisanya dipengaruhi oleh variabel independen lainnya di luar penelitian ini.
Model | Sum of Squares | Mean Square | ||||
df | F | Sig. | ||||
1 | Regression | 1,462 | 6 | 0,244 | 7,090 | 0,000 |
Residual | 3,197 | 93 | 0,034 | |||
Total | 4,659 | 99 | ||||
Predictors: (Constant), Target keuangan (X1), Kerja sama dengan proyek pemerintah (X2), Pergantian direksi (X3), Kualitas auditor eksternal (X4), Pergantian auditor (X5), Dualism Position (X6). | ||||||
Dependent Variable: Kecurangan laporan keuangan (Y) |
Sumber: Output SPSS 26, data yang diolah (2022)
Berdasarkan hasil Uji F (Simultan) di atas menunjukkan bahwa data memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05 sehingga dapat disimpulkana bahwa model penelitian ini dikatakan fit dan layak.
Unstandardized Coefficients | Standardized Coefficients | Kesimpulan | ||||
Model | B | Std. Error | Beta | t | Sig. | |
(Constant) | -0,120 | 0,055 | -2,201 | 0,030 | ||
Target keuangan (X1) | 1,480 | 0,317 | 0,405 | 4,674 | 0,000 | H1 Diterima |
Kerja sama dengan proyek pemerintah (X2) | 0,091 | 0,040 | 0,200 | 2,311 | 0,023 | H2 Diterima |
Pergantian direksi (X3) | 0,109 | 0,039 | 0,245 | 2,778 | 0,007 | H3 Diterima |
Kualitas auditor eksternal (X4) | - 0,001 | 0,043 | -0,002 | - 0,023 | 0,982 | H4 Ditolak |
Pergantian auditor (X5) | -0,029 | 0,047 | -0,058 | -0,625 | 0,534 | H5 Ditolak |
Dualism Position (X6) | 0,115 | 0,040 | 0,254 | 2,886 | 0,005 | H6 Diterima |
Dependent Variable: Kecurangan laporan keuangan (Y) |
Pengaruh Target Keuangan terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima atau H1 diterima dengan nilai signifikansi 0,000 yang kurang dari 0,05. Target keuangan dapat menjadi stimulus bagi pihak manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan karena akan menimbulkan conflict of interest. Jika pihak manajemen tidak mampu memenuhi target tersebut maka pihak manajemen akan melakukan indikasi kecurangan laporan keuangan agar tetap melindungi posisi dan mendapatkan bonus besar atas kinerjanya. Maka dalam hal ini target keuangan yang semakin tinggi akan menimbulkan masalah keagenan sehingga indikasi kecurangan laporan keuangan juga semakin meningkat.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Prakoso & Setiyorini, 2021) yang menyatakan bahwa target keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Kerja Sama dengan Proyek Pemerintah Terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan
Variabel kolusi yang diindikatorkan dengan kerja sama dengan proyek pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan
keuangan dengan nilai signifikansi sebesar 0,023 yang kurang dari 0,05 sehingga H2 diterima.
Kerja sama dengan proyek pemerintah dengan nilai proyek yang besar mencapai satu atau lebih dari satu triliun rupiah akan membuat pihak perusahaan dan pemerintah tertarik melakukan kolusi melakukan penipuan dan korupsi. Pihak manajemen yang melakukan korupsi dengan pemerintah akan melakukan kecurangan laporan keuangan agar tindakannya tidak diketahui. Hal tersebut akan memicu masalah keagenan yang disebabkan adanya asimetris informasi yang didorong dengan faktor moral hazard, dimana semua kegiatan manajemen tidak secara seluruhnya diketahui oleh pemegang saham sehingga memungkinkan manajemen melakukan tindakan yang merugikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sagala & Siagian, 2021) yang menyatakan bahwa kerja sama dengan proyek pemerintah berpengaruha positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Pergantian Direksi terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan
Hasil uji hipotesis indikator pergantian direksi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,007 yang kurang dari 0,05 sehingga pergantian direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan atau H3 diterima.
Pergantian direktur utama mampu menghambat kinerja perusahaan sehingga menimbulkan stress period karena direktur baru perlu beradaptasi dengan lingkungan dan budaya perusahaan (Bawakes et al., 2018). Adanya stress period mendorong direktur utama untuk melakukan berbagai cara agar kinerjanya dinilai lebih baik daripada direktur sebelumnya dalam rangka melindungi posisi dan mendapatkan bonus atas kinerjanya.
Kecurangan laporan keuangan dapat dilakukan karena direktur utama memiliki kemampuan berupa kendali dan kekuasaan yang lebih tinggi daripada anggota direksi lainnya serta adanya dorongan dari top manajemen. Hal ini memicu konflik keagenan karena adanya perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Faradiza, 2019) yang menyatakan bahwa pergantian direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa kualitas auditor eksternal
memiliki nilai signifikansi 0,982 yang lebih besar dari 0,05 sehingga kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan atau H4 ditolak.
Dalam melaksanakan audit baik KAP BIG 4 atau non tetap wajib mematuhi standar audit yaitu Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) serta mematuhi kode etika profesi akuntan publik yanga diterbitkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). Kantor Akuntan Publik (KAP) yang melaksanakan tanggung jawab dengan benar dan mematuhi aturan berlaku akan melaksanakan audit dengan baik sehingga kecurangan laporan keuangan tetap dapat terdeteksi. Hal ini mengartikan bahwa kualitas auditor eksternal yang diukur dengan KAP BIG 4 atau KAP non BIG 4 tidak berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (Siddiq et al., 2017) yang menyatakan bahwa kualitas auditor eksternal yang diukur dengan KAP BIG 4 tidak berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Pergantian Auditor terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa pergantian Kantor Akuntan Publik (KAP) secara voluntary memiliki nilai signifikansi sebesar 0,534 yang lebih besar dari 0,05. Nilai tersebut mengartikan bahwa pergantian auditor dalam perusahaan tidak berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan sehingga H5 ditolak.
Pergantian auditor dengan mengganti auditor yang profesional tidak akan menyebabkan kegagalan audit. Hal ini karena auditor yang baru tetap memahami kondisi perusahaan secara menyeluruh. Mekanisme audit yang baik akan memberikan opini audit yang benar sehingga tidak memicu adanya rasionalisasi terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan. Hal ini mengartikan bahwa pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporana keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengana penelitian yanga dilakukan oleh (Mumpuni & Jatiningsih, 2020) yang menyatakan bahwa pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Pengaruh Dualism Position terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa dualism position memiliki nilai signifikansi sebesar 0,005 yang kurang dari 0,05 sehingga H6 diterima.
Rangkap jabatan akan menimbulkan perbedaan kepentingan sehingga memicu adanya masalah keagenan. Direktur utama yang rangkap jabatan akan memicu adanya dominasi kekuasaan. Dominasi kekuasaan akan mendorong direktur utama mementingkan kepentingan pribadinya dan dapat menimbulkan sifat ego. Sifat ego yang dimiliki oleh direktur utama akan memicu Conflict of interest sehingga akan menyebabkan masalah keagenan sehingga adanya indikasi bagi pihak manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Zelin, 2018) yang menyatakan bahwa dualism position berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa target keuangan, kerja sama dengan proyek pemerintah, pergantian direksi, dan dualism position berpengaruh positif dan signifikan terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan, kualitas auditor eksternal dan pergantian auditor tidak berpengaruh terhadap indikasi kecurangan laporan keuangan.
Annisya, M., & Asmaranti, Y. (2016). Pendeteksian Kecurang Laporan Keuangan Menggunakan Fraud Diamond. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 23(1).Google Scholar
Association of Certified Fraud Examiners. (2019). Survei Fraud Indonesia. ACFE, 33. Aviantara, R. (2021). Scoring the financial distress and the financial statement fraud of
Garuda Indonesia with «DDCC» as the financial solutions. Journal of Modelling in
Management. Google Scholar
Bambang, et all. (2022). Pengaruh Karakteristik Fraud Pentagon dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020. 1(08), 6. Google Scholar
Bawakes, H. F., Simanjuntak, A. M., & Daat, S. C. (2018). Pengujian Teori Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting. Jurnal Akuntansi & Keuangan Daerah, 13(1), 114–134. Google Scholar
Chyntia Tessa, P. H., & Harto, P. (2016). Fraudulent Financial Reporting: Pengujian Teori Fraud Pentagon Pada Sektor Keuangan dan Perbankan Di Indonesia. Lampung: Simposium Nasional XIX. Google Scholar
Faradiza, S. A. (2019). Fraud pentagon dan kecurangan laporan keuangan. EkBis: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2(1), 1–22. Google Scholar
Kuncara, T. (2022). Analisis Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Menggunakan Model Beneish Ratio Indeks Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis Indonesia (JABISI), 3(1), 1–11. Google Scholar
Lailatuddzikriyyah, M. (2021). Mendeteksi Potensi Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis Fraud Hexagon (Studi Empiris Pada Perusahaan Kontruksi Bangunan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2017-2019). Google Scholar
Larum, K., Zuhroh, D., & Subiyantoro, E. (2021). Fraudlent Financial Reporting: Menguji Potensi Kecurangan Pelaporan Keuangan dengan Menggunakan Teori Fraud Hexagon. AFRE (Accounting and Financial Review), 4(1), 82–94. Google Scholar
Lastanti, H. S. (2020). Role of Audit Committee in the fraud pentagon and financial statement fraud. International Journal of Contemporary Accounting, 2(1), 85–102. Google Scholar
Mardianto, M., & Tiono, C. (2019). Analisis pengaruh fraud triangle dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Jurnal Benefita, 4(1), 87–103. Google Scholar
Mumpuni, P. N. D., & Jatiningsih, D. E. S. (2020). Deteksi Kecurangan Pada Badan Usaha Milik Negara: Pendekatan Fraud Pentagon Theory. UMMagelang Conference Series, 82–103. Google Scholar
Octani, J., Dwiharyadi, A., & Djefris, D. (2022). Analisis Pengaruh Fraud Hexagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Selama Tahun 2017-2020. Jurnal Akuntansi, Bisnis Dan Ekonomi Indonesia (JABEI), 1(1), 36–49. Google Scholar
Prakoso, D. B., & Setiyorini, W. (2021). Pengaruh Fraud Diamond terhadap Indikasi Kecurangan Laporan Keuangan (Studi pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019). Jurnal Akuntansi Dan Perpajakan, 7(2), 48–
61. Google Scholar
Sagala, S. G., & Siagian, V. (2021). Pengaruh Fraud Hexagon Model Terhadap Fraudulent Laporan Keuangan pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di BEI Tahun 2016-2019. Jurnal Akuntansi, 13(2), 245–259. Google Scholar
Sari, S. P., & Nugroho, N. K. (2021). Financial Statements Fraud dengan Pendekatan Vousinas Fraud Hexagon Model: Tinjauan pada Perusahaan Terbuka di Indonesia. Annual Conference of Ihtifaz: Islamic Economics, Finance, and Banking, 409–430. Google Scholar
Septriani, Y., & Handayani, D. (2018). Mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan analisis fraud pentagon. Jurnal Akuntansi Keuangan Dan Bisnis, 11(1), 11–23. Google Scholar
Siddiq, F. R., Achyani, F., & Zulfikar, Z. (2017). Fraud Pentagon dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud. Google Scholar
Sihombing, Y. A., & Triyanto, D. N. (2019). Pengaruh independensi, objektivitas, pengetahuan, pengalaman kerja, integritas terhadap kualitas audit (studi pada inspektorat provinsi Jawa Barat Tahun 2018). Jurnal Akuntansi, 9(2), 141–160. Google Scholar
SYIFANI, P. A. (2021). Preventive Detection System pada Kecurangan Laporan Keuangan Berbasis Hexagon Fraud Analysis (Studi Empiris pada Perusahaan BUMN yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015–2019). Google Scholar
Zelin, C. (2018). Analisis fraud pentagon dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan dengan menggunakan fraud score model. Google Scholar
Copyright holder : Susi Mardeliani, Sudrajat, Liza Alvia (2022) | |
First publication right : Jurnal Syntax Admiration This article is licensed under: |