How to cite:
Sitoresmi, Riries, Ike Herdiana (2022) Hubungan antara Gender Role Attitudes dan Fear of Success terhadap
Career Salience pada Perempuan Dewasa Awal yang Bekerja, Jurnal Syntax Admiration 3(7)
https://doi.org/10.46799/jsa.v3i7.461
E-ISSN:
2722-5356
Published by:
Ridwan Institute
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 3 No. 7 Juli 2022
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
HUBUNGAN ANTARA GENDER ROLE ATTITUDES DAN FEAR OF SUCCESS
TERHADAP CAREER SALIENCE PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL
YANG BEKERJA
Riries Sitoresmi , Ike Herdiana
Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia
Email : riries.s[email protected], riries.sitoresmi[email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
12 Juli 2022
Direvisi
15 Juli 2022
Disetujui
23 Juli 2022
Pada fase dewasa awal ini individu mulai hidup mandiri,
memikirkan karir ke depan, memilih pasangan, membangun
rumah tangga, serta memiliki dan membesarkan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara
gender role attitudes dan fear of success secara terpisah
maupun secara bersamaan terhadap career salience pada
perempuan dewasa awal yang bekerja. Tipe penelitian yang
digunakan kuantitatif dengan metode penelitian survei.
Karakteristik sampel pada penelitian ini yakni perempuan
dewasa awal usia 18-40 tahun yang bekerja baik pekerja
tetap, pekerja tidak tetap, maupun memiliki usaha sendiri.
Total sampel dalam penelitian ini sejumlah 173 sampel.
Instrumen yang digunakan yakni Attitudes Toward Women
Scale; Fear of Success Scale; dan Career Salience Scale.
Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan uji regresi
linear sederhana, uji regresi linear berganda, dan uji beda
one-way ANOVA dengan bantuan perangkat lunak Jamovi
2.2.5 for Windows. Hasil penelitian yang diperoleh 1)
hubungan yang signifikan gender role attitudes dengan
career salience (p=0,034; =0,0259); 2) hubungan yang
signifikan fear of success dengan career salience (p=0,005;
R²=0,0448); 3) tidak ada hubungan yang signifikan antara
gender role attitudes (p=0,089) dan fear of success (p=0,013)
secara bersamaan terhadap career salience dengan
R²=0,0610. Penelitian ini bermanfaat agar posisi perempuan
tidak termarginalkan dalam kesempatannya untuk bersaing di
dunia kerja dan memperoleh perkembangan karir yang
memuaskan.
Kata kunci:
gender role attitudes, fear of
success, career salience,
perempuan, dewasa awal,
bekerja
Keywords :
gender role attitudes, fear of
success, career salience, women,
early adult, working
Hubungan antara Gender Role Attitudes dan Fear of Success terhadap Career Salience
pada Perempuan Dewasa Awal yang Bekerja
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 925
Pendahuluan
Individu yang berada pada fase dewasa awal mempunyai tingkat kesehatan yang
prima sehingga membuat mereka terlihat proaktif dan energik ketika terlibat dalam
suatu aktivitas. Begitu pula dengan perempuan usia dewasa awal yang ingin
menunjukkan aktualisasi diri secara kreatif dan produktif, salah satunya dengan
membangun karir atau bekerja. Menurut (Rini, 2002) dengan berkarir atau bekerja
perempuan akan memperoleh makna dan identitas diri, sekaligus rasa percaya diri dan
kepuasan akan termanifestasikan dalam karir tersebut. Mereka yang menghargai
kemajuan karirnya akan lebih memprioritaskan karir daripada sumber kepuasan hidup
lainnya, terutama bagi mereka kalangan pekerja perempuan (Greenhaus, 1973).
Sebuah aspek yang penting (salient) dari kehidupan seseorang berfungsi sebagai
ukuran harga diri atau evaluasi diri, di mana harga diri yang positif tergantung pada
keberhasilan pemenuhan aspek yang penting (salient) tersebut (Callero, 1985).
(Hatchman, 2009) menandaskan bahwa sikap yang dimiliki perempuan mengenai posisi
mereka dalam masyarakat, membentuk bagaimana mereka memandang dunia dan apa
yang mereka anggap penting (salient) sehingga, apabila karir dianggap sangat penting
(highly salient) bagi seorang perempuan, maka dia akan termotivasi untuk mengejar
karir tersebut dengan energi dan sumber daya emosional, mental, dan fisiknya
(Hatchman, 2009).
Dalam mencari faktor-faktor yang dapat dikaitkan dengan career salience pada
perempuan, motivasi berprestasi merupakan prospek yang paling memungkinkan
(Illfelder, 1980). Terlepas dari peningkatan fleksibilitas tentang peran perempuan untuk
berkarir, konsekuensi negatif terhadap peran perempuan masih dapat terjadi jika
perempuan dianggap terlibat dalam perilaku yang menyimpang dari peran gender,
seperti prestasi atau kesuksesan karir (Pfost & Fiore, 1990). Horner mengatakan
“Seorang perempuan yang cerdas terjebak dalam ikatan ganda. Dalam situasi yang
berorientasi pada prestasi, dia tidak hanya takut terhadap kegagalan tetapi juga terhadap
kesuksesan. Jika dia gagal dia tidak memenuhi standar kinerjanya, jika dia berhasil dia
tidak memenuhi harapan masyarakat akan peran perempuan.” (Horner, 1972).
Horner (dalam Zuckerman & Wheeler, 1975) menyatakan bahwa motif untuk
menghindari kesuksesan dikonseptualisasikan sebagai disposisi yang laten yang
diperoleh sejak awal kehidupan, dengan kata lain motif untuk menghindari kesuksesan
Riries Sitoresmi dan Ike Herdiana
926 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022
sebagai bagian dari sosialisasi peran gender, yang kemudian telah mengembangkan
keyakinan bahwa pencapaian kesuksesan tidak sesuai dengan feminitas dan hanya dapat
dicapai apabila siap kehilangan feminitas dan penolakan sosial (Spence & Helmreich,
1980). Peran gender atau gender role adalah konsep yang luas dan didefinisikan sebagai
seperangkat perilaku, sikap, dan karakteristik kepribadian dalam budaya tertentu, yang
menjadi dasar dari tugas dan tanggung jawab individu (Golmakani dkk., 2015).
Sedangkan sikap peran gender atau gender role attitudes mengacu pada pandangan
yang dipegang oleh individu mengenai peran yang harus ditampilkan oleh laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat (Spence & Hahn, 1997).
Pembahasan mengenai gender role attitudes atau sikap peran gender, hasil
beberapa penelitian menunjukkan bahwa perempuan dengan ideologi gender tradisional
memiliki aspirasi pendidikan dan profesional yang lebih rendah dan kurang
menganggap penting karir mereka (Phillips & Imhoff, 1997). Sedangkan perempuan
dengan ideologi gender feminis memberikan tingkat kepentingan yang sama seperti
laki-laki terhadap karir mereka (Peplau dkk., 1993). Namun, seorang perempuan yang
turut berkompetisi di ruang publik atas dasar kesetaraan gender, juga dituntut
bertanggung jawab untuk mengurus rumah tangga dan merawat anak pada saat yang
bersamaan (Golmakani dkk., 2015).
Penelitian terdahulu oleh (Illfelder, 1980) yang menggali hubungan fear of
success dan gender role attitudes terhadap career salience dan anxiety levels pada
mahasiswi psikologi di Ohio State University, ditemukan hasil bahwa perempuan yang
memiliki tingkat fear of success rendah dan gender role attitudes yang non-tradisional
menunjukkan tingkat career salience yang lebih tinggi, begitupun sebaliknya. Gender
role attitudes cenderung mempengaruhi bagaimana individu memprioritaskan berbagai
aspek kehidupan sosial mereka, salah satunya orientasi pada karir (Ngo, 2017). Individu
dengan sikap peran gender maskulin atau lebih egaliter akan menempatkan prioritas
tinggi pada karir mereka dan fokus pada peran pekerjaan mereka (Ngo, 2017).
Individu yang memegang keyakinan traditional gender role attitudes (sikap
peran gender tradisional) mendukung peran perempuan sebagai pengasuh di rumah atau
dalam keluarga, dan peran laki-laki adalah memberikan dukungan finansial sebagai
pencari nafkah keluarga (Nadeem & Khalid, 2018). Sedangkan perempuan yang
memegang keyakinan egalitarian/non-traditional gender role attitudes (sikap peran
gender egaliter/non-tradisional) akan mengambil kesempatan untuk membentuk
kehidupan mereka dalam identitas pekerjaan/karir dan siap bergabung dalam angkatan
kerja (Nadeem & Khalid, 2018). Temuan ini konsisten dengan penelitian (Corrigall &
Konrad, 2007) di mana mereka melaporkan bahwa gender role attitudes mempengaruhi
bagaimana mereka memandang karir serta pemilihan karir yang selanjutnya. (Kaufman
& White, 2015) juga mengungkapkan bahwa perempuan yang lebih mendukung sikap
peran egaliter atau memiliki egalitarian gender role attitudes akan lebih mementingkan
kemajuan dan bangga dengan karir mereka dan kurang mementingkan kebijakan kerja
pada ranah domestik.
Seorang perempuan yang dapat mengatasi ketakutannya akan kesuksesan (fear
of success) menempatkan prioritas pada kesuksesan karirnya, dengan demikian
perempuan akan mempertimbangkan karir secara positif, memiliki perasaan senang dan
rasa kecintaan terhadap karirnya (Komalasari dkk., 2017). Konsep ini memberikan
pemahaman tentang proses bagaimana perempuan dapat mengatasi hambatan psikologis
yang kemudian membuat mereka memiliki tujuan karir yang jelas dan kesuksesan karir
yang diharapkan dapat tercapai (Komalasari dkk., 2017). Barnett (Komalasari et al.,
Hubungan antara Gender Role Attitudes dan Fear of Success terhadap Career Salience
pada Perempuan Dewasa Awal yang Bekerja
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 927
2017) menggambarkan fear of success sebagai kondisi dasar yang mempengaruhi
kesuksesan dalam karir. Matlin (Komalasari et al., 2017) mengatakan bahwa jika
seorang perempuan ingin berhasil dalam situasi persaingan, maka ia membutuhkan sifat
maskulin. Oleh karena sifat maskulin dikatakan bertentangan dengan kodratnya sebagai
perempuan, hal tersebutlah yang mengakibatkan perempuan dapat mengalami
penolakan sosial, sehingga menghambat aspirasi, kemampuan, dan kinerja yang pada
akhirnya mempengaruhi potensi perempuan untuk memprioritaskan karir (Komalasari
dkk., 2017).
Masyarakat menganggap bahwa keberhasilan seorang perempuan dalam
menapaki jenjang karir tidak diperoleh dari hasil kerja keras, melainkan hanya sebuah
keberuntungan, dimana anggapan tersebut semakin memperburuk motivasi perempuan
untuk menaiki tangga karir (Crawford & Unger, 2004). Kaca mata budaya yang
memegang keyakinan bahwa pekerjaan perempuan hanyalah mengurus rumah dan
keluarga (Prastiwi & Rahmadanik, 2021), budaya memegang peran penting terhadap
pandangan tentang stigmatisasi perempuan yang bekerja. Pembagian peran yang
polaritas dalam konteks Indonesia antara laki-laki dan perempuan, dimana peran
domestik distigmakan pada perempuan sementara peran publik distigmakan pada laki-
laki (Prafitri dkk., 2021). Adanya pembagian peran sosiologis yang kaku antara peran
publik dan peran domestik tentu memarginalkan posisi perempuan. Kendati beberapa
perempuan tampak muncul melaksanakan peran-peran publik, namun tetap saja
sebagian besar hanya ditempatkan menjadi peran pelengkap. Alhasil walaupun
perempuan sudah terjun dalam sektor publik, tetap saja peran-peran yang harus
dijalankan masih berkaitan dengan peran domestiknya, misalnya sebagai penerima
tamu, sekbid konsumsi, dan semacamnya (Prafitri dkk., 2021).
Beberapa penelitian terdahulu yang menyelidiki career salience pada mahasiswa
perempuan telah banyak dilakukan. Hasil beberapa penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tingkat fear of success dan gender role attitudes secara kombinasi mampu
memprediksi tingkat career salience pada mahasiswa perempuan dan fear of success
merupakan prediktor yang sedikit lebih baik daripada gender role attitudes (Illfelder,
1980), mahasiswa perempuan dengan career salience yang rendah cenderung kurang
mementingkan nilai intrinsik pekerjaan (Greenhaus & Simon, 1977), faktor-faktor yang
berkaitan dengan career salience mahasiswa perempuan meliputi pekerjaan ibu; tingkat
pendidikan ibu; jumlah pekerjaan paruh waktu selama tahun-tahun kuliah; pengaruh
yang dirasakan dari pekerjaan selama tahun-tahun kuliah (Almquist & Angrist, 1970).
Melihat dari sisi kesetaraan kesempatan kerja dan meningkatnya jumlah
perempuan yang memasuki angkatan kerja, baik dalam kapasitas profesional maupun
non-profesional, adalah penting untuk memahami dinamika career salience bagi
perempuan pekerja. Penelitian ini merepetisi penelitian terdahulu oleh (Illfelder, 1980)
yang dilakukan 42 tahun silam dan dalam rentang waktu 1980 hingga 2022 belum
diadakan kembali penelitian yang serupa oleh peneliti lain. Oleh karena alat ukur yang
digunakan oleh (Illfelder, 1980) dianggap valid oleh peneliti lain dalam kurun waktu
selanjutnya, sehingga menjadi penting untuk dilakukan repetisi untuk mengkaji apakah
hasil penelitian penulis relevan dengan hasil penelitian 42 tahun silam dalam konteks
penelitian yang berbeda.
Pada penelitian terdahulu oleh (Illfelder, 1980) menggunakan variabel ,fear of
success, gender role attitudes, career salience dan trait anxiety levels. Sedangkan pada
penelitian kali ini tidak menggunakan variabel trait anxiety levels dikarenakan pada
hasil penelitian terdahulu tidak ditemukan adanya hubungan yang cukup kuat antara
Riries Sitoresmi dan Ike Herdiana
928 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022
variabel trait anxiety dengan variabel yang lain. Kemudian, konteks penelitian Illfelder
(1980) yaitu mahasiswi psikologi di Ohio State University dengan rentang usia 18-23
tahun. Sedangkan konteks penelitian kali ini yaitu perempuan dewasa awal dan
merupakan pekerja dengan rentang usia 18-40 tahun.
Berangkat dari penjelasan yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk
meneliti hubungan antara gender role attitudes dan fear of success secara terpisah
maupun secara bersamaan terhadap career salience pada perempuan dewasa awal yang
bekerja.
Metode
Tipe penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode survei. Variabel
yang digunakan gender role attitudes dan fear of success sebagai variabel independen,
career salience sebagai variabel dependen. Teknik validitas yang digunakan validitas
isi dengan menggunakan rater dari expert judgement.
Skala untuk mengukur gender role attitudes menggunakan Attitudes Toward
Women Scale (AWS) versi pendek yang dikembangkan oleh (Spence & Helmreich,
1983) berisi 15 aitem (8 aitem favorable; 7 aitem unfavorable) dengan skala tipe likert 4
poin. Skor tes pada rentang dari 0-45, skor tinggi menunjukkan dukungan gender role
non-tradisional (Atkinson & Huston, 1984). Uji ulang reliabilitas menghasilkan
Cronbach’s alpha (α) sebesar 0.747.
Skala untuk mengukur fear of success menggunakan Fear of Success Scale
(FOSS) yang dikembangkan oleh (Zuckerman & Allison, 1976) berisi 27 aitem (11
aitem favorable; 16 aitem unfavorable) dengan skala tipe likert 7 poin. Skor potensial
berkisar dari 27-189, skor tinggi menunjukkan citra fear of success yang tinggi. Uji
ulang reliabilitas menghasilkan Cronbach’s alpha (α) sebesar 0.813.
Skala untuk mengukur career salience menggunakan Career Salience Scale
(CSS) yang dikembangkan oleh (Greenhaus, 1971) berisi 27 aitem (14 aitem favorable;
13 aitem unfavorable) dengan tipe skala likert 5 poin. Rentang skor CSS adalah 27-135,
skor tinggi menunjukkan tingkat career salience yang tinggi. Uji ulang reliabilitas
menghasilkan Cronbach’s alpha (α) sebesar 0.851.
Penentuan minimal jumlah sampel menggunakan menggunakan a priori power
analysis untuk menghasilkan effect size (Cohen’s f 2 ) sebesar 0,2 , α error probability
0.05, statistical power (1- β) = 0.80. Hasil dari analisis menghasilkan N=150. Jumlah
sampel yang diperoleh sejumlah 173 sampel. Pengumpulan data melalui google form
secara online. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear sederhana, regresi linear berganda, dan uji beda one-way ANOVA.
Hasil dan Pembahasan
Dalam pengambilan data diperoleh 173 subjek. Penulis menggali beberapa data
demografis seperti usia, pendidikan terakhir, bidang pekerjaan, status pernikahan,
jumlah anak, status pekerjaan, jam kerja, dan masa kerja. Mayoritas subjek perempuan
dewasa awal usia 18-28 tahun sejumlah 144 subjek (83.2%); usia 29-40 tahun sejumlah
29 subjek (16.8%). Berikut hasil analisis deskriptif yang telah dilakukan:
Hubungan antara Gender Role Attitudes dan Fear of Success terhadap Career Salience
pada Perempuan Dewasa Awal yang Bekerja
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 929
Tabel 1
Hasil Uji Analisis Deskriptif
Gender Role Attitude
Fear of Success
Career Salience
N
173
173
173
Nilai Minimal
14
85
63
Nilai Maksimal
45
143
99
Mean
30
115
82,5
Median
31
115
82
Range
31
58
36
Standar Deviasi
6,87
11,6
7,59
Skewness
-0,187
0,0994
-0,131
Kurtosis
-0,495
-0,346
0,0118
Hasil uji regresi linear sederhana variabel gender role attitudes memiliki
hubungan dan kontribusi yang signifikan terhadap variabel career salience (p=0.034;
R²=0.0259). Dengan korelasi bersifat positif. Dapat ditafsirkan gender role attitudes
merupakan prediktor yang mampu menjelaskan variabel career salience.
Tabel 2
Hasil Uji Regresi Linear Sederhana X1
Model
R
F
p
Career Salience *
Gender Role Attitudes
0,161
0,0259
4,55
0,034
Tabel 3
Koefisien Korelasi Uji Regresi Linear Sederhana X1
Predictor
Estimate
SE
t
p
Intercept
Career Salience *
Gender Role Attitudes
77,144
0,178
2,5624
0,0834
30,11
2,13
< 0,001
0,034
Hasil penelitian ini tidak selaras dengan hasil penelitian terdahulu oleh (Illfelder,
1980) dalam hasil temuannya, dilaporkan bahwa variabel gender role attitudes tidak
mampu secara signifikan memprediksi tingkat variabel career salience, sehingga
(Illfelder, 1980) menyatakan bahwa variabel gender role attitudes tampaknya menekan
tingkat career salience ke tingkat yang signifikan hanya jika dikombinasikan dengan
variabel fear of success. Namun, berlandas pada penelitian lainnya, hasil yang
ditemukan sepadan dengan hasil penelitian ini. mereka menemukan hasil bahwa gender
role attitudes memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan keyakinan dan
pengalaman pada perempuan terutama pada preferensi karir. Dibandingkan dengan
perempuan muda lainnya, perempuan dengan traditional gender role attitudes lebih
menekankan pada kehidupan pernikahan dan kurang menekankan pada kepentingan
karir. Mereka bahkan mendukung cita-cita yang lebih konvensional mengenai
pernikahan yakni menghargai peran laki-laki sebagai pencari nafkah utama dan peran
perempuan sebagai ibu rumah tangga.
Riries Sitoresmi dan Ike Herdiana
930 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022
Begitupun sebaliknya, perempuan dengan egalitarian gender role attitudes
mereka memilih untuk tetap berkarir daripada menjadi ibu rumah tangga penuh waktu
(full-time homemaker) atau setidaknya mereka tetap memiliki pekerjaan paruh waktu
(part-time job) (Peplau dkk., 1993). Dalam artian lain, apabila nilai gender role attitude
rendah maka nilai career salience juga rendah, sehingga perempuan yang memiliki
tingkat career salience yang rendah mungkin masih menganggap karir profesional
mereka sebagai sesuatu yang kurang penting (Moya dkk., 2000). Membahas tentang
aspek-aspek yang dapat mempengaruhi career salience, gender role attitudes bertautan
dengan aspek general attitudes toward work, apabila perempuan dengan sikap peran
gender tradisional (traditional gender role attitudes) akan memandang positif pekerjaan
dalam ranah domestik/keluarga karena mereka masih melakukan mayoritas pekerjaan
rumah dan pengasuhan anak (Bianchi & Milkie, 2010).
Bersesuaian dengan teori (Hurlock, 2009), mengelola kehidupan rumah tangga
dan memiliki karir adalah bagian dari tugas perkembangan dewasa awal. Relevan
dengan konsepsi (Spence & Helmreich, 1983) yang menjelaskan bahwa sebagian besar
perempuan dewasa awal baik yang lajang maupun sudah menikah, permasalahan yang
mereka hadapi berpusat di sekitar konflik gender role perempuan dalam masyarakat,
konflik antara mempertahankan karir penuh waktu atau melepaskan tanggungjawab
keluarga. Sikap yang dimiliki perempuan mengenai gender role mereka dalam
masyarakat membentuk bagaimana mereka memandang dunia dan apa yang mereka
anggap penting (salient), sehingga gender role attitudes sangat erat kaitannya dengan
preferensi perempuan terhadap karir (Peplau dkk., 1993).
Hasil uji regresi linear sederhana variabel fear of success memiliki hubungan
dan kontribusi yang signifikan terhadap variabel career salience (p=0.005; R²=0,0448).
Dengan korelasi bersifat positif. Dapat ditafsirkan fear of success merupakan prediktor
yang mampu menjelaskan variabel career salience.
Tabel 4
Hasil Uji Regresi Linear Sederhana X2
Model
R
F
p
Career Salience *
Fear of Success
0,212
0,0448
8,03
0,005
Tabel 5
Koefisien Korelasi Uji Regresi Linear Sederhana X2
Predictor
Estimate
SE
t
p
Intercept
Career Salience *
Fear of Success
66,577
0,138
5,6393
0,0488
11,81
2,83
< 0,001
0,005
(Shaver, 1976) menunjukkan tidak menutup kemungkinan bagi perempuan yang
memiliki fear of success yang tinggi namun terus berusaha dan berhasil dalam
pencapaian karir mereka, dalam artian lain career salience yang tinggi bukan berarti
menunjukkan fear of success yang rendah. Selaras dengan hal tersebut, (Mednick &
Thomas, 1993) juga menemukan citra fear of success sebagai sebagai prediktor orientasi
karir, dalam studinya pada perempuan dengan egalitarian gender role memiliki
orientasi karir dan pencapaian yang lebih kuat.
Hubungan antara Gender Role Attitudes dan Fear of Success terhadap Career Salience
pada Perempuan Dewasa Awal yang Bekerja
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 931
Membahas tentang aspek-aspek yang dapat mempengaruhi career salience, fear
of success bertautan dengan aspek career advancement and planning. Seseorang yang
termotivasi untuk melakukan pemenuhan diri dalam karir, akan memilih karir yang
sesuai dengan konstelasi atributnya sendiri. Namun, orientasi pemenuhan diri dalam hal
karir dianggap sebagai atribut maskulin, oleh karenanya perempuan akan dianggap
kehilangan atribut feminitasnya dan akan diibaratkan sebagai seseorang yang maskulin
(Sari, 2012). Pada akhirnya, perempuan dapat mengalami konflik batin yang mengarah
pada perilaku menghindari kesuksesan, sehingga menghambat aspirasi, kemampuan dan
kinerja, yang pada akhirnya mempengaruhi potensi perempuan untuk mengembangkan
karir (Komalasari dkk., 2017).
Hasil koefisien korelasi uji regresi linear berganda menunjukkan gender role
attitudes secara simultan tidak memiliki hubungan signifikan dengan career salience
(p=0.089), sedangkan fear of success secara simultan memiliki hubungan yang
signifikan dengan career salience (p=0.013). Dapat disimpulkan bahwa kedua prediktor
secara simultan tidak mampu menggambarkan career salience atau tidak terdapat
hubungan yang signifikan dengan career salience.
Tabel 6
Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Model
R
F
p
1
0,247
0,0610
5,52
0,005
Tabel 7
Koefisien Korelasi Uji Regresi Linear Berganda
Predictor
Estimate
SE
t
p
Intercept
Gender Role Attitudes
Fear of Success
63,935
0,142
0,124
5,8145
0,0833
0,0493
11,00
1,71
2,52
< 0,001
0,089
0,013
Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan hasil penelitian (Illfelder, 1980)
yang mana dalam penelitiannya tidak menemukan adanya hubungan yang signifikan
antara gender role attitudes dan fear of success terhadap career salience secara
simultan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan konteks penelitian yang berbeda, yang
mana norma budaya yang dianut dalam konteks Indonesia dan Ohio jelas
berbeda.Penelitian sebelumnya (Houts & Entwisle, 1968) telah menunjukkan bahwa
sikap peran gender dapat memediasi hubungan motivasi berprestasi dan kinerja
perempuan. Tampaknya tidak relevan apabila perempuan dengan gender role attitudes
yang tinggi (non-tradisional) sekaligus memiliki citra perempuan dengan fear of success
tinggi, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa fear of success lebih umum terjadi
di kalangan perempuan dengan orientasi peran gender tradisional (Alper, 1974).
Career salience merujuk pada anggapan bahwa karir dianggap sebagai
kepentingan psikologis dan prioritas dalam aspek kehidupan. Fokus kognitif untuk
menyelesaikan pekerjaan berkaitan dengan sikap peran gender maskulinitas (Marshall
dan Wijting dalam (Ngo, 2017). Maskulinitas dianggap bertentangan dengan kodrat
perempuan, hal tersebutlah yang mengakibatkan perempuan mengalami konflik batin
yang mengarah pada perilaku menghindari kesuksesan, yang pada akhirnya
mempengaruhi potensi perempuan untuk mengembangkan karir (Komalasari dkk.,
Riries Sitoresmi dan Ike Herdiana
932 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022
2017). Bersesuaian dengan spekulasi Alper bahwa dalam penelitian asli Horner,
perempuan yang tidak memiliki citra fear of success tampil baik saat dalam situasi
kompetisi dan mereka memiliki sikap peran gender yang egaliter (non-tradisional).
Dapat ditarik kesimpulan, secara konseptual tidak memungkinkan perempuan dengan
gender role attitudes tinggi (non-tradisional) secara bersamaan atau sekaligus memiliki
fear of success yang tinggi pula.
Ditilik dari hasil uji beda one-way ANOVA dan uji post-hoc ditemukan
perbedaan signifikan pada rata-rata nilai variabel gender role attitudes berdasarkan
kelompok demografis. Pertama, perbedaan signifikan antara kelompok menikah dengan
kelompok belum menikah (p=0.037). Kedua, perbedaan signifikan antara kelompok
belum memiliki anak dengan kelompok memiliki 3 anak (p=0.050). Ketiga, perbedaan
signifikan antara kelompok pekerja tetap dengan kelompok pekerja tidak tetap (p=0.017)
dan kelompok pekerja tidak tetap dengan kelompok memiliki usaha sendiri (p=0.000).
Tabel 8
Signifikansi ANOVA Kelompok Status Pernikahan
Statistic
df1
df2
p
Career
Salience
2,9394
2
2,67
0,212
Gender
Role
Attitudes
11,9538
2
3,25
0.032
Fear of Success
0,0453
2
2,67
0.956
Tabel 9
Hasil Uji Post-Hoc variabel Gender Role Attitudes berdasarkan Status Pernikahan
Menikah
Belum menikah
Janda
Menikah
Mean difference
-3.22
4.97
p-value
0.037
0.570
Belum menikah
Mean difference
8.19
p-value
0.207
Janda
Mean difference
p-value
Kelompok belum menikah (M=30,7) memiliki rata-rata yang lebih tinggi dari
kelompok menikah (M=27,5), yang mana itu berarti sikap peran gender pada kelompok
belum menikah cenderung lebih egaliter (non-tradisional) dibandingkan dengan kelompok
menikah. Dalam masyarakat kontemporer ada banyak kebimbangan atas harapan
keluarga dan peran gender perempuan dewasa awal dalam hubungan pernikahan.
Banyak laki-laki yang masih lebih menyukai bentuk keluarga tradisional, namun
sebagian besar dari mereka juga menginginkan perempuan yang sebagai pasangan
Hubungan antara Gender Role Attitudes dan Fear of Success terhadap Career Salience
pada Perempuan Dewasa Awal yang Bekerja
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 933
hidupnya juga bekerja dan menghasilkan pendapatan kedua sekaligus bertanggung
jawab dalam mengasuh anak (Greig dkk., 2000).
Banyak perempuan berpendidikan ingin memiliki karir kerja penuh
dikombinasikan dengan pernikahan, namun mereka tidak benar-benar yakin bagaimana
tanggung jawab keluarga dan pengasuhan anak akan menyatu dengan tujuan kerja
(Greig dkk., 2000). Gender role attitudes terhadap peran perempuan tampaknya
berperan dalam penyesuaian kehidupan pernikahan. Suami yang memiliki gender role
attitudes tradisional terhadap peran perempuan akan merasa kurang puas dalam
pernikahan dual karir dibandingkan mereka yang memiliki gender role attitudes yang
lebih kontemporer atau profeminis terhadap peran perempuan (Hardesty & Betz, 1980).
Tabel 10
Signifikansi ANOVA Kelompok Kepemilikan Anak
Statistic
df1
df2
p
Career
Salience
1,734
3
4,37
0,289
Gender
Role
Attitudes
32,403
3
5,94
< 0,001
Fear of Success
0,176
3
4,26
0.907
Tabel 11
Hasil Uji Post-Hoc variabel Gender Role Attitudes berdasarkan Kepemilikan Anak
Belum memiliki
1 anak
2 anak
3 anak
Belum memiliki
Mean difference
3.18
2.663
12.46
p-value
0.616
0.465
0.050
1 anak
Mean difference
-0.514
9.29
p-value
0.998
0.318
2 anak
Mean difference
9.80
p-value
0.219
3 anak
Mean difference
p-value
Kelompok belum memiliki anak (M=30,5) mempunyai rata-rata yang jauh lebih
tinggi dari kelompok memiliki tiga anak (M=18,0). Hasil temuan relevan dengan (Greig et al.,
2000). yang mengungkapkan bahwasanya sebelum anak-anak lahir, peran gender di semua
segmen masyarakat telah menjadi lebih egaliter dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Sebagai contoh, biasanya kedua pasangan bekerja di luar rumah, namun keduanya tetap
berbagi tanggung jawab rumah tangga. Namun, begitu anak lahir, situasi kesamaan peran
gender dalam hubungan pernikahan tiba-tiba berubah, istri diharapkan untuk tinggal di
Riries Sitoresmi dan Ike Herdiana
934 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022
rumah dan merawat anak sedangkan suami menjadi pencari nafkah tunggal. Harapan peran
gender (gender role expectation) berubah dan pasangan kembali ke bentuk keluarga
tradisional. Tabel 12
Signifikansi ANOVA Kelompok Status Pekerja
Statistic
df1
df2
p
Career
Salience
3,062
2
88,6
0,052
Gender
Role
Attitudes
7,658
2
70,0
< 0,001
Fear of Success
0,675
2
66,0
0.513
Tabel 13
Hasil Uji Post-Hoc variabel Gender Role Attitudes berdasarkan Status Pekerja
Pekerja
tetap
Pekerja tidak
tetap
Memiliki usaha
sendiri
Pekerja tetap
Mean
difference
-3.02
2.74
p-value
0.017
0.155
Pekerja tidak
tetap
Mean
difference
5.76
p-value
< .001
Memiliki usaha
sendiri
Mean
difference
p-value
Kelompok pekerja tidak tetap (M=32,2) mempunyai rata-rata yang lebih tinggi dari
kelompok pekerja tetap (M=29,2) dan kelompok memiliki usaha sendiri (M=26,4).
(Ciabattari, 2001) memberikan ulasan bahwa sikap peran gender (gender role attitudes)
sebagian besar dipengaruhi oleh status pernikahan dan status pekerjaan pasangan. (Rice &
Coates, 1995) menemukan bahwa laki-laki yang menikah memiliki sikap peran gender yang
lebih tradisional terhadap peran gender perempuan, daripada mereka yang tidak menikah.
Ditemukan juga oleh (Banaszak & Plutzer, 1993)bahwa laki-laki menikah yang mana
perempuan sebagai pasangannya tersebut bekerja penuh waktu (pekerja tetap) mereka akan
bersikap kurang konservatif dibandingkan dengan laki-laki yang mana perempuan sebagai
pasangannya tersebut bekerja paruh waktu (pekerja tidak tetap) atau tidak sama sekali.
Kesimpulan
Hubungan antara Gender Role Attitudes dan Fear of Success terhadap Career Salience
pada Perempuan Dewasa Awal yang Bekerja
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 935
Berdasarkan hasil serangkaian analisis dan pembahasan yang dilakukan,
ditemukan (1)terdapat hubungan signifikan gender role attitudes dengan career
salience; (2)terdapat hubungan signifikan fear of success dengan variabel career
salience; (3)tidak terdapat hubungan signifikan gender role attitudes dan fear of success
terhadap variabel career salience. Hubungan yang signifikan variabel gender role
attitudes dengan variabel career salience memiliki arah hubungan yang positif, artinya
peningkatan nilai dari variabel gender role attitudes dapat memprediksikan kenaikan
nilai pada variabel career salience. Begitupun dengan variabel fear of success dengan
variabel career salience memiliki arah hubungan yang positif, artinya peningkatan nilai
dari variabel fear of success dapat memprediksikan kenaikan nilai pada variabel career
salience.
Riries Sitoresmi dan Ike Herdiana
936 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022
BIBLIOGRAFI
Almquist, E. M., & Angrist, S. S. (1970). Career Salience and Atypicality of Occupational
Choice among College Women. Journal of Marriage and the Family, 32(2), 242. Google
Scholar
Alper, T. G. (1974). Achievement motivation in college women: A now-you-see-it-now-you-
dont phenomenon. American Psychologist, 29(3), 194203. Google Scholar
Atkinson, J., & Huston, T. L. (1984). Sex role orientation and division of labor early in
marriage. Journal of Personality and Social Psychology, 46(2), 330345. Google Scholar
Banaszak, L. A., & Plutzer, E. (1993). The social bases of feminism in the European
community. Public Opinion Quarterly, 57(1), 2953. Google Scholar
Bianchi, S. M., & Milkie, M. A. (2010). Work and family research in the first decade of the 21st
century. Journal of Marriage and Family, 72(3), 705725. https://doi.org/10.1111/j.1741-
3737.2010.00726.x Google Scholar
Callero, P. L. (1985). Role-Identity Salience. 48(3), 203215. Google Scholar
Ciabattari, T. (2001). Change in mens conservative gender ideologies. Gender & Society,
15(4), 574591. Google Scholar
Corrigall, E. A., & Konrad, A. M. (2007). Gender role attitudes and careers: A longitudinal
Study. Sex Roles, 56(1112), 847855. Google Scholar
Crawford, M., & Unger, R. K. (2004). Women and Gender: A Feminist Psychology. McGraw-
Hill. Google Scholar
Golmakani, N., Fazeli, E., Taghipour, A., & Shakeri, M. T. (2015). Relationship between
gender role attitude and fertility rate in women referring to health centers in Mashhad in
2013. Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research, 20(2), 269274. Google
Scholar
Greenhaus, J. H. (1971). An investigation of the role of career salience in vocational behavior.
Journal of Vocational Behavior, 1(3), 209216. Google Scholar
Greenhaus, J. H. (1973). A factorial investigation of career salience. Journal of Vocational
Behavior, 3(1), 9598. Google Scholar
Greenhaus, J. H., & Simon, W. E. (1977). Career Salience, Work Values, and Vocational
Indecision. Journal of Vocational Behavior, 10, 104110. Google Scholar
Hubungan antara Gender Role Attitudes dan Fear of Success terhadap Career Salience
pada Perempuan Dewasa Awal yang Bekerja
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022 937
Greig, A., Kimmel, M., & Lang, J. (2000). Men, Masculinities & Development: Broadening our
work towards gender equality Gender in Development Monograph Series #10. January
2000. Google Scholar
Hatchman, B. G. (2009). Womens Gender Role Attitudes, Career Salience, and Paid Work-
Family Conflict. Google Scholar
Horner, M. S. (1972). Toward An Understanding of AchievementRelated Conflicts in Women.
Journal of Social Issues, 28(2), 157175. https://doi.org/10.1111/j.1540-
4560.1972.tb00023.x Google Scholar
Houts, P. S., & Entwisle, D. R. (1968). Academic Achievement Effort Among Females:
Achievement Attitudes and Sex-Role Orientation. Journal of Counseling Psychology,
15(3), 284286. Google Scholar
Hurlock, E. B. (2009). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Erlangga. Google Scholar
Illfelder, J. K. (1980). Fear of success, sex role attitudes, and career salience and anxiety levels
of college women. Journal of Vocational Behavior, 16(1), 717. Google Scholar
Kaufman, G., & White, D. (2015). What Makes a Good Job? Gender Role Attitudes and Job
Preferences in Sweden. Gender Issues, 32(4), 279294. https://doi.org/10.1007/s12147-
015-9145-2 Google Scholar
Komalasari, Y., Supartha, W. G., Rahyuda, A. G., & Dewi, I. G. A. M. (2017). Fear of Success
on Womens Career Development: A Research and Future Agenda. Article in European
Journal of International Management, 9(August), 6065. Google Scholar
Mednick, M., & Thomas, V. (1993). Women and achievement. Psychology of Women: A
Handbook of Issues and Theories, 625651. Google Scholar
Moya, M., Expósito, F., & Ruiz, J. (2000). Close relationships, gender, and career salience. Sex
Roles, 42(910), 825846. Google Scholar
Nadeem, F., & Khalid, R. (2018). The relationship of gender role attitudes with career
aspirations and career choices among young adults. Pakistan Journal of Psychological
Research, 33(2), 455471. Google Scholar
Ngo, H. L. H. (2017). The effects of gender role orientation and career/family role salience on
organizational identification and intention to leave. Gender in Management: An
International Journal, 32(2). Google Scholar
Peplau, L. A., Hill, C. T., & Rubin, Z. (1993). Sex Role Attitudes in Dating and Marriage: A
15Year FollowUp of the Boston Couples Study. Journal of Social Issues, 49(3), 3152.
Google Scholar
Pfost, K. S., & Fiore, M. (1990). Pursuit of nontraditional occupations: Fear of success or fear
of not being chosen? Sex Roles, 23(12), 1524. Google Scholar
Phillips, S. D., & Imhoff, A. R. (1997). Women and Career Development: A Decade of
Research. Annual Review of Psychology, 48, 3159. Google Scholar
Riries Sitoresmi dan Ike Herdiana
938 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 7, Juli 2022
Prafitri, N., Widyastuti, Y., & Arenawati, A. (2021). Analisis Gender Role Attitudes Pada
Perempuan Pekerja di Masa Pandemi Covid 19 di Kabupaten Serang. CV.AA.RIZKY.
Google Scholar
Prastiwi, I. L. R., & Rahmadanik, D. (2021). Polemik Dalam Karir Perempuan Indonesia.
Jurnal Komunikasi Dan Kajian Media, 4(1), 111. Google Scholar
Rice, T. W., & Coates, D. L. (1995). Gender role attitudes in the southern United States. Gender
& Society, 9(6), 744756. Google Scholar
Rini, J. (2002). Psikologi Masalah Stres. Google Scholar
Sari, R. M. (2012). Pengaruh Situasi Kompetisi Kerja Terhadap Fear of Success. Journal of
Social and Industrial Psychology, 1(1), 3440. Google Scholar
Shaver, P. (1976). Questions concerning fear of success and its conceptual relatives. Sex Roles,
2(3), 305320. Google Scholar
Spence, J. T., & Hahn, E. D. (1997). The attitudes toward women scale and attitude change in
college students. Psychology of Women Quarterly, 21(1), 1734. Google Scholar
Spence, J. T., & Helmreich, R. L. (1980). Masculine Instrumentality and Feminine
Expressiveness: Their Relationships with Sex Role Attitudes and Behaviors. Psychology of
Women Quarterly, 5(2), 147163. Google Scholar
Spence, J. T., & Helmreich, R. L. (1983). Beyond face validity: A comment on Nicholls, Licht,
and Pearl. Psychological Bulletin, 94(1), 181184. Google Scholar
Zuckerman, M., & Allison, S. N. (1976). An Objective Measure of Fear of Success:
Construction and Validation. Journal of Personality Assessment, 40(4), 422430. Google
Scholar
Zuckerman, M., & Wheeler, L. (1975). To dispel fantasies about the fantasy-based measure of
fear of success. Psychological Bulletin, 82(6), 932946. Google Scholar
Copyright holder :
Riries Sitoresmi dan Ike Herdiana (2022)
First publication right :
Jurnal Syntax Admiration
This article is licensed under: