Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 3 No. 8 Agustus 2022 |
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PERENCANAAN PENERAPAN ANGKUTAN WISATA SEBAGAI
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA DIENG YANG BERKELANJUTAN
Valentine Irine Elsa
Maya
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Indonesia
Email : �[email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 8 Agustus 2022 Direvisi 15 Agustus 2022 Disetujui 23 Agustus 2022 |
Dieng merupakan kawasan wisata yang karena berada di ketinggian � 2.000 meter di atas
permukaan laut, dan menawarkan pemandangan khas alam pegunungan.
Candi, kawah, telaga, dan
sunrise merupakan destinasi
yang paling diminati oleh wisatawan.
Namun akses untuk menuju destinasi wisata belum memadai karena kondsi jalan yang naik turun dan berkelok serta lebar jalan yang bervariasi dari 4 hingga 6 m. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
merencanakan pengembangan
pariwisata di Kawasan Wisata
Dieng dengan menerapkan angkutan wisata serta untuk mengetahui
kelayakan pengadaan angkutan wisata di kawasan wisata ini. Penelitian ini akan merancang
jenis kendaraan, termasuk rute, tarif, kelayakan finansial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perencanaan transportasi berdasarkan analisis rute. Data yang dikumpulkan adalah jumlah pengunjung obyek wisata, kondisi jalan, dan peraturan jenis kendaraan yang berlaku di daerah tersebut. Analisis daya yang dihasilkan adalah desain kendaraan berupa minibus berkapasitas 20
orang terdiri dari 19 penumpang dan satu kursi pengemudi. Potensi trayek yang diperoleh berjumlah tiga trayek dengan
total kebutuhan angkutan untuk melayani penumpang tersebut sebanyak 53 kendaraan, termasuk cadangan. Kendaraan yang diusulkan layak dengan load factor 70%
dan tarif Rp 60.000/penumpang
(sekali pembayaran untuk semua tujuan).
Kelayakan finansial menunjukkan nilai IRR sebesar 0,779; BCR = 1,313; dan PBP pada tahun ke-1 bulan ke-8 menunjukkan bahwa proyek perencanaan ini layak untuk
dilaksanakan. |
Kata kunci: angkutan wisata, perencanaan angkutan, kelayakan finansial |
Keywords
: �tourist transport, transportation planning, financial feasibility |
ABSTRACT Dieng is a
tourist area because it is located at an altitude of � 2,000 meters above sea
level, and offers a typical view of the natural mountains. Temples, craters,
lakes, and sunrises are the most popular destinations by tourists. However,
access to tourist destinations is inadequate due to the ups and downs and
winding road conditions and the width of the road that varies from 4 to 6 m.
The purpose of this study is to plan the development of tourism in the Dieng
Tourist Area by implementing tourist transportation and to determine the
feasibility of procurement of tourist transportation in this tourist area.
This research will design the type of vehicle, including route, fare, financial
feasibility. The method used in this study is transportation planning based
on route analysis. The data collected are the number of visitors to tourist
attractions, road conditions, and vehicle type regulations that apply in the
area. The resulting power analysis is the design of the vehicle in the form
of a minibus with a capacity of 20 people consisting of 19 passengers and one
driver's seat. The potential routes obtained amounted to three routes with a
total transportation need to serve the passengers as many as 53 vehicles,
including reserves. The proposed vehicle is feasible with a load factor of
70% and a fare of IDR 60,000 / passenger (one payment for all destinations).
Financial feasibility shows an IRR value of 0.779; BCR = 1.313; and PBP in the
1st year of the 8th month showed that this planning project was feasible to
implement. |
Pendahuluan
Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi perkembangan dan peningkatan pendapatan suatu negara. Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling signifikan dan paling cepat berkembang di dunia (Yakup, 2019). Di wilayah Indonesia rerata proporsi kontribusi pariwisata untuk PDB pada tahun 2015-2017 adalah 4,16% (BPS, 2017). Selain itu pariwisata juga mampu menghidupkan kembali tradisi, dan pelestarian lingkungan serta dapat memberikan kontribusi untuk penciptaan lapangan kerja, kegiatan produksi, pertumbuhan sektor swasta, dan pembangunan infrastruktur. Pariwisata mencakup kegiatan yang dilakukan oleh orang selama perjalanan mereka dan tinggal di tempat-tempat yang berbeda dari lingkungan mereka dan tinggal di tempat yang berbeda dari lingkungan mereka sehari-hari untuk rekreasi, bisnis, dan tujuan lainnya.
Dataran Tinggi Dieng yang merupakan salah satu daerah wisata unggulan yang ada di Provinsi Jawa Tengah memiliki obyek wisata yang ditawarkan berupa wisata alam, dan buatan (Priyanto, 2016). Obyek wisata alam yaitu kawah, telaga, dan pegunungan, sedangkan untuk wisata buatan berupa kawasan candi dan gardu pandang. Perkembangan industri pariwisata di kawasan ini semakin meningkat, dapat dilihat dari bertambahnya tempat � tempat kunjungan wisata, baik wisata buatan berupa spot foto atau wisata kuliner. Aspek pariwisata tentu akan berpengaruh dengan meningkatnya jumlah kendaraan yang akan melintasi daerah tersebut. Sehingga aksesibilitas menuju destinasi pariwisata harus dibuat secara baik dan dapat melayani wisatawan yang berkunjung secara optimal.
Daerah kawasan wisata ini merupakan daerah pegunungan yang memiliki kondisi kontur tanah yang bervariasi dari berombak sampai berlereng. Perjalanan menuju kawasan wisata Dieng berupa tanjakan dan tikungan curam dengan lebar jalan rata-rata 5 meter (Bina Marga Jawa Tengah, 2015). Pengendara yang kurang mengenali dan menguasai kondisi jalan, biasanya kendaraan akan mengalami mogok terutama untuk kendaraan beroda 4 (mobil). Titik yang sering terjadi mobil mogok yaitu menjelang rest area gardu pandang di tanjakan dengan kecuraman sekitar 15%. Mobil yang mogok ini tentu mengganggu arus lalu lintas sehingga petugas yang berjaga harus melakukan sistem buka tutup secara bergantian. (Radar Semarang, 2022). Mengingat lebar jalan kurang lebih 5 meter dan kondisi sekitar jalan adalah lereng yang cutam, hal ini dapat menyebabkan kemacetan sehingga mengurangi rasa nyaman bagi pengendara atau wisatawan yang menuju destinasi wisata ini. Selain itu dibutuhkan konsentrasi yang tinggi bagi pengendara yang melintasi ruas jalan ini. Dikarenakan kondisi jalan serta perubahan cuaca seperti kabut dan curah hujan yang tinggi yang dapat meningkatkan resiko kendaraan tergelincir. Jarak dari obyek wisata satu ke obyek wisata lainnya juga cukup jauh. Selain adanya aturan pembatasan ukuran kendaraan, beberapa obyek wisata di kawasan ini juga tidak dapat dilalui oleh kendaraan berukuran besar, seperti Bukit Sikunir dan Telaga Sembungan. Jalan menuju obyek wisata ini memiliki lebar jalan kurang lebih 3 meter, sehingga kendaraan roda empat yang melintas di jalan tersebut harus menggunakan sistem buka tutup jalan untuk menuju lokasi parkir.
Penelitian terdahulu dilakukan
oleh (Setiawan et al., 2019)
yang memperlihatkan bahwa dengan adanya
tata kelola pariwisata dan transportasi yang baik, akan terjadi keseimbangan
yang baik antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan di kawasan wisata. Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa dengan angkutan
umum yg memadai,
kapasitas jalan yang dimaksimalkan juga dapat mengurangi dampak negatif transportasi terhadap sumber-sumber daya alami dan keindahan alam di kawasan wisata. Namun dalam penelitian
ini tidak secara detail merencanakan angkutan wisata dan tidak membahas evaluasi investasi apabila angkutan wisata ini diterapkan
di kawasan wisata tersebut.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan sebagai kelanjutan dari penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk menilai kelayakan pengadaan angkutan wisata di daerah tersebut. Selain itu penelitian ini dilakukan agar pengadaan angkutan wisata di kawasan wisata ini dapat diterapkan sehingga meningkatkan kelancaran, kenyamanan, dan keamanan transportasi di daerah tersebut. Dengan adanya angkutan wisata juga diharapkan dapat menciptakan keadaan lalu lintas yang baik dan mengurangi dampak negatif dari kendaraan bermotor bagi lingkungan dan dapat mewujudkan green transportation.
Metode Penelitian
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Adapun data primer yang diambil dari survei yang dilakukan langsung oleh peneliti untuk mendapatkan data perjalanan, data jumlah pengunjung, waktu, dan rute yang akan direncanakan. Sedangkan data sekunder yang digunakan oleh peneliti berupa data kendaraan, peta jaringan jalan, dan sebagainya.
Lokasi untuk penelitian ini adalah di kawasan wisata dataran tinggi Dieng yang terletak di Dieng Kulon (Kabupaten Banjarnegara) dan Dieng Wetan (Kabupaten Wonosobo). Untuk obyek wisata yang berada di Dieng Kulon meliputi Kawah Sikidang, Komplek Candi Arjuna, Museum Kailasa, dan Telaga Merdada. Sedangkan Gardu Pandang Tieng, Batu Angkruk, Tuk Bimo Lukar, Wana Wisata Petak 9, Telaga Warna dan Telaga Pengilon, Dieng Plateau Theater, Batu Pandang Ratapan Angin, Telaga Cebong Sembungan, dan Bukit Sikunir merupakan obyek wisata yang berada di Dieng Wetan.
Rancangan penelitian merupakan kerangka kegiatan penelitian yang mencakup semua perincian yang berhubungan dengan rencana penelitian. Gambar 1 menunjukkan tahapan penelitian dalam makalah ini dari awal sampai akhir. Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah Studi Literatur atau Studi Pustaka selanjutnya Studi Lapangan untuk mendapatkan data lokasi dan jumlah pengunjung masing � masing obyek wisata (observasi dan wawancara) (Darmalaksana, 2020). Dalam studi literatur, peneliti mengumpulkan dokumen dan laporan penelitian sebelumnya untuk dijadikan bahan acuan dalam penelitian ini. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan observasi dan wawancara (Manab, 2015). Diagnosis situasi menunjukkan bahwa saat ini mayoritas pengunjung menggunakan kendaraan pribadi. Penggunaan angkutan umum sedikit. Oleh karena itu, peneliti ingin mengevaluasi aksesibilitas transportasi daerah tersebut. Penelitian ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari survei yang dikembangkan dan dilakukan khusus untuk penelitian dan bertujuan agar memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.
Gambar 1. Diagram Alir Rancangan
Penelitian
Dataran Tinggi
Dieng terletak di Provinsi Jawa Tengah dan berada di dua wilayah Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Merupakan kawasan yang subur karena terletak di kawasan gunung vulkanik yang masih aktif, di ketinggian 2.093 m di atas permukaan laut. Dataran Tinggi Dieng didominasi
oleh area pedesaan dan lahan
pertanian berbentuk terasering di bukit-bukit sehingga menyuguhkan pemandangan khas pegunungan yang indah. Kekayaan bentang alamnya yang meliputi pegunungan, telaga, kawah, dan lahan pertanian terasering menjadi daya tarik
bagi wisatawan. Selain itu adanya
fenomena embun upas yang terjadi di sekitar bulan Juni
� Agustus dapat menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung serta bagi masyarakat untuk mendukung sektor pariwisata (D. S. P.
Indonesia, n.d.)
Berdasarkan hasil survei pengamatan
kondisi lapangan secara langsung selama 3 hari pada 29 Maret - 31 Maret 2022, rute penelitian yang direncanakan melalui pertimbangan berikut ini :
a.
Tanda Pembayaran Retribusi (TPR) Dieng, beralamat
di Jalan Dieng, Kalijeruk, Siwuran,
Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dipilih dari titik ini
dikarenakan lokasi in imerupakan titik pengecekan kendaraan yang yang boleh memasuki
kawasan dataran tinggi Dieng. Syarat kendaraan untuk dapat memasuki kawasan tersebut adalah kendaraan yang memiliki maksimal 30 seat atau yang bermuatan maksimum 8 ton (Widiarsih et al.,
2017). Gambar 2 menunjukkan rambu � rambu batasan muatan
kendaraan boleh melintas ruas jalan
Dieng yang dipasang di area TPR Dieng.
b.
Rute ditentukan mempertimbangkan kondisi jalan yang ada, jam operasional obyek wisata, dan kemudahan wisatawan untuk menuju obyek
wisata yang ingin dikunjungi.
Dari pengamatan langsung di lapangan menghasilkan peta rencana rute angkutan
wisata seperti yang ditunjukkan pada gambar 3 dengan rincian cakupan area yang ditunjukkan pada
tabel 1.
Gambar 2. Rambu-rambu pembatasan kendaraan di TPR Dieng
Sumber
: Komite Nasional Keselamatan Transportasi KNKT.20.09.10.01
(2020)
Tabel 1. Rute dan Cakupan Area Angkutan Wisata Dieng
Rute |
Cakupan
Area |
Jarak
(km) (2arah) |
|
|
|
(A) |
|
1 |
Terminal
1 � Terminal 2 |
Gardu Pandang
Tieng |
26,6 |
Batu
Angkruk |
|||
2 |
Tuk Bimo Lukar � Wana Petak 9 � Telaga Warna � Dieng Plateau Theatre
& Batu Pandang Ratapan Angin
� Sikunir dan Telaga Sembungan |
Tuk Bimo Lukar |
21,06 |
Wana Petak 9 |
|||
Telaga Warna dan Telaga Pengilon |
|||
Dieng
Plateau Theatre dan Batu Pandang Ratapan Angin |
|||
Sikunir dan Telaga Cebong Sembungan |
|||
3 |
Tuk Bimo Lukar � Telaga Merdada � Museum Kailasa dan Komplek Candi
Arjuna � Kawah Sikidang �
Telaga Warna |
Tuk Bimo Lukar |
21,1 |
Telaga Merdada |
|||
Museum
Kailasa dan Komplek Candi
Arjuna |
|||
Kawah Sikidang |
|||
Telaga Warna dan Telaga Pengilon |
Gambar 3. Rute Rencana Angkutan
Wisata
Sumber
: My Maps, 2022 (disempurnakan oleh
Penulis)
Pada tabel 2 ditunjukkan
jumlah pengunjung masing �
masing obyek wisata. Data
yang didapatkan berasal dari survei langsung
berupa wawancara petugas yang berjaga di obyek wisata tersebut.
Kawasan Wisata Dieng yang didominasi
oleh wisata alam memiliki akses jalan dengan kondisi
kurang baik dan sulit untuk dijangkau.
Gambar 4 menunjukkan bahwa untuk menuju destinasi
wisata tersebut kondisi jalan memiliki
kondisi ketinggian yang bervariatif dengan kemiringan maksimum adalah 32,7%. Dengan kemiringan yang curam tersebut, tentunya tidak semua kendaraan
dapat melewati jalan tersebut, serta membutuhkan keterampilan pengemudi yang baik. Jalan yang cukup untuk 2 arah bagi
kendaraan berukuran sedang juga mendasari adanya peraturan pembatasan kendaraan yang dapat melalui kawasan
wisata ini (gambar 5). Begitu juga untuk akses jalan
menuju Bukit Sikunir dan Telaga Cebong yang tidak memungkinkan kendaraan besar melintasi jalan tersebut (gambar 6).
Gambar
4. Elevasi pada rute 1
Sumber : Google
Earth, 2022 (disempurnakan oleh Penulis)
Gambar
5. Kondisi jalan menuju obyek wisata
Sumber :
Google, 2022
Gambar
6. Kondisi jalan menuju obyek wisata
Bukit Sikunir dan Telaga Cebong Sembungan
Sumber : Hasil Survei, 2022
Situasi saat ini untuk
transportasi umum yang tersedia bagi wisatawan
di Dieng didukung oleh penyewaan
mobil yang bekerja sama dengan manajemen
hotel atau pariwisata. Keuntungan dari menggunakan mobil sewa yaitu dapat
menjangkau dan mengakses ke berbagai titik
geografis di kawasan Dieng.
Saat ini, sewa mobil untuk
transportasi di Dieng dibanderol
dengan harga Rp 650.000 hingga Rp 1.500.000 untuk durasi 12 jam.
1.
Pengolahan Data Jumlah Pengunjung
Potensi jumlah penumpang dihitung menggunakan jumlah pengunjung rata-rata yang datang pada lokasi tersebut per hari, dengan dibagi dengan
jam operasi obyek wisata setiap harinya.
Tabel 2 merupakan hasil dari perhitungan
jumlah penumpang angkutan wisata setiap jam.
Tabel 2. Potensi Jumlah
Pengunjung Kawasan Wisata
Dieng
No |
Daya Tarik
Wisata |
Hari Biasa |
Hari Libur |
Pengunjung
Rata-rata (Per hari) |
Jam
operasional |
Jumlah
Pengunjung Tiap Jam |
|
|
|
|
|
|
(B) |
1 |
Kawah Sikidang |
80 |
1,000 |
540 |
9 |
60 |
2 |
Komplek Candi Arjuna |
65 |
1,200 |
633 |
9 |
70 |
3 |
Museum Kailasa |
0 |
20 |
10 |
9 |
1 |
4 |
Telaga Merdada |
0 |
17 |
9 |
9 |
1 |
5 |
Telaga Warna dan Telaga Pengilon |
200 |
1,000 |
600 |
9 |
67 |
6 |
Dieng Plateau Theater |
90 |
600 |
345 |
9 |
38 |
7 |
Batu Pandang Ratapan Angin |
50 |
500 |
275 |
9 |
31 |
8 |
Sunrise Sikunir dan Telaga Cebong Sembungan |
300 |
900 |
600 |
15 |
40 |
9 |
Tuk Bimolukar |
35 |
210 |
123 |
9 |
14 |
10 |
Patak 9 Dieng |
15 |
100 |
58 |
9 |
6 |
11 |
Gardu Pandang Tieng |
20 |
200 |
110 |
15 |
7 |
12 |
Batu Angkruk Dieng |
35 |
300 |
168 |
15 |
11 |
TOTAL |
890 |
6.047 |
3.469 |
- |
346 |
Sumber : Survei dan Pengolahan Data, Penulis 2022
Tabel 3.
Perhitungan Persentase Jumlah Pengunjung dan Waktu Tempuh Setiap Rute
Rute |
Jumlah Pengunjung |
Kecepatan Rencana |
Taba (menit) |
|||
Per jam |
% |
Per Rute |
% |
|||
(B) |
(C) |
(D) |
(E) = (A)/(D)*60 |
|||
1 |
7 |
2,11 |
347 |
100 |
20 |
79,8 |
11 |
3,22 |
|||||
2 |
7 |
1,96 |
155 |
44,78 |
20 |
63,18 |
6 |
1,84 |
|||||
33 |
9,60 |
|||||
69 |
19,85 |
|||||
40 |
11,53 |
|||||
3 |
7 |
1,96 |
173 |
49,89 |
20 |
63,30 |
1 |
0,27 |
|||||
71 |
20,57 |
|||||
60 |
17,29 |
|||||
34 |
9,80 |
Sumber : Pengolahan Data, Penulis 2022
2.
Perhitungan untuk Perencanaan Angkutan Wisata
Perencanaan angkutan wisata untuk Kawasan Wisata Dieng mengacu pada perhitungan kota, dan bersumber pada (Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap
Dan Teratur, 2002).
a. Waktu Sirkulasi
Menurut Driektorat Jenderal
Perhubungan Darat (2002), waktu sirkulasi diatur dengan kecepatan
rata-rata 20 km/jam dengan deviasi
waktu sebesar 5% dari waktu perjalanan.
Waktu sirkulasi dihitung menggunakan formula sebagai berikut:
dengan :
� = waktu Sirkulasi dari A ke B, kembali lagi ke A
����� = waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
����� = waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
����� = deviasi waktu kendaraan dari A ke B
����� = deviasi waktu kendaraan dari �B ke A
����� = waktu henti kendaraan di A
����� = waktu henti kendaraan di B
Waktu henti kendaraan di asal atau tujuan (TTA atau TTB) ditetapkan sebesar 10% dari waktu perjalanan antar A dan B. Dalam perencanaan ini, dilakukan perhitungan waktu sirkulasi sesuai dengan formula yang terdapat dalam buku tersebut. Untuk mengetahui besaran waktu sirkulasi, perlu diketahui nilai dari total waktu perjalanan, nilai total deviasi waktu kendaraan, dan nilai total dari waktu henti kendaraan.
Tabel 4. Perhitungan Waktu Sirkulasi
Rute |
TAB + TBA |
σAB+σBA |
TTA + TTB |
CT ABA (Menit) |
|
(E) |
(F) = (5%*(E) |
(G) = 10%*(E) |
(H) = (E)+(F)+(G) |
1 |
79,80 |
3,99 |
7,98 |
91,77 |
2 |
63,18 |
3,16 |
6,32 |
72,66 |
3 |
63,30 |
3,17 |
6,33 |
72,80 |
Sumber : Pengolahan Data, Penulis 2022
b. Waktu Antara Kendaraan
(Headway)
Mengacu pada (Perhubungan, 2012), waktu antara kendaraan
ideal adalah 5 � 10 menit,
dan untuk H puncak adalah 2-5 menit. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan
waktu antara untuk kendaraan untuk semua rute
adalah 5 menit.
c. Jumlah Armada
Sehingga jumlah armada pada rute 1 adalah :
Tabel 5. Perhitungan Headway dan Jumlah Kebutuhan Kendaraan
RUTE |
Headway (menit) |
Kebutuhan Jumlah Kendaraan |
Kapasitas Bus (Penumpang) |
||
(I) |
(J)
= (H)/(I) |
(K) = (B) / (J) |
|||
1 |
5 |
18,35 |
18 |
18,91 |
19 |
2 |
5 |
14,53 |
15 |
10,70 |
11 |
3 |
5 |
14,56 |
15 |
11,89 |
12 |
Jumlah kebutuhan kendaraan |
48 |
||||
Kebutuhan kendaraan + 10% cadangan |
53 |
Sumber : Pengolahan Data, Penulis 2022
Tabel 5 menghitung kebutuhan bus dengan mempertimbangkan jumlah calon penumpang dan jarak waktu keberangkatan (headway). Jumlah total bus adalah 48 kendaraan ditambah 10% cadangan yaitu 5 bus. Sehingga total permintaan bus adalah 53 bus. Jumlah penumpang maksimal per bus adalah 18,91 ≈ 19 penumpang. Sehingga kendaraan yang direncanakan merupakan kendaraan bus sedang dengan kapasitas 19 kursi.�
3.
Pemilihan Kendaraan
Menurut (AGLESIA, 2019) Jenis kendaraan yang dipilih untuk perencanaan angkutan wisata ini dipilih berdasarkan dari keselamatan terutama memperhatikan medan yang ada di lokasi wisata. Khususnya di Dataran Tinggi Dieng dan dari hasil perhitungan dalam tabel 5. Adanya peraturan pembatasan kendaraan yang berlaku karena kondisi kawasan wisata yang melintasi jalan pergunungan dengan kemiringan maksimum 32,7%, maka kendaraan yang digunakan untuk perhitungan menggunakan Hino 115 SDBL STD Euro 4. Merk Hino 115 SDBL STD � Euro 4 merupakan kendaraan yang diproduksi pada tahun 2022 (PT Hino Motors Sales Indonesia, 2019). Kendaraan ini sudah menggunakan standar emisi Euro 4 yang mulai berlaku pada 12 April 2022. Penggunaan kendaraan ini juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan. Sistem tranportasi harus seminimal mungkin memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Sebagian besar emisi berasal dari pembakaran langsung bahan bakar fosil (Ulumidin et al., 2013). Oleh karena itu, sistem transportasi yang berkelanjutan harus mempertimbangkan jenis bahan bakar yang digunakan. Sehingga kendaraan Hino 115 SDBL STD yang sudah menggunakan Euro 4 dinilai lebih ramah lingkungan dan emisi gas buang yang dikeluarkan di bawah batas maksimum zat atau bahan pencemar. Formula perhitungan didapat dari jurnal (Kett, 1982). Berikut ini adalah perhitungan kemampuan kendaraan tersebut untuk melintas di kondisi jalan menuju Kawasan Wisata Dieng.
Tractive
force
Berikut adalah perhitungan tractive
force untuk 115 SDBL STD � Euro 4 yang akan digunakan untuk kendaraan pada rute� 1 :
�
Gross Vehicle Weight (GVW) = �5400 kg � 32.7% = 1765.8 kg
�
Grade resistance aspal beton (jalan
aspal/beton = 10kg per 1000
kg GVW)
- Grade
resistance ���� ����������� = 54 kg
- hambatan total �������� ����������� =
1765.8 kg + 54 kg = 1819.8 kg
�
Gaya Traksi �� ����������� = ��������� (5)
-
Engine
Torque���� ����������� = 36 kg.m
-
Effeciency Factor = 92% = 0.92
-
Trans
Ratio��������������������� = 1.000 (gigi 4)
-
Axle Ratio����������� =
4.625
-
Tire
Rolling Radius��������� = 0.383
��������� �������� = 399.95 kg (<1735.55 kg)
������������������������ = 1189.85 kg
(<1735.55 kg)
= 2136.52 kg (>1735.55 kg)
Dalam perhitungan tersebut menujukkan bahwa kendaraan tersebut mampu menanjak menuju kawasan wisata Dieng. Untuk rute 2 dan 3 tidak perlu dilakukan
perhitungan karena kontur dan kondisi jalan relatif landai.
Gambar 6 merupakan gambar dari kendaraan merk Hino 115 SDBL
STD � Euro.
Gambar
7. Hino 115 SDBL STD � Euro 4 Kapasitas 19 Penumpang
Sumber : Hino, 2022
Gambar
8. Konfigurasi tempat duduk
Hino 115 SDBL STD � Euro 4
Sumber : Google, 2022
(Firdaus et al., 2018) Jenis kendaraan yang dipilih untuk perencanaan
angkutan wisata ini dipilih berdasarkan
dari keselamatan terutama memperhatikan medan yang ada di lokasi wisata Dataran Tinggi
Dieng dan dari hasil perhitungan dalam tabel 5.
Perencanaan angkutan wisata untuk Kawasan Wisata Dieng mengacu pada perhitungan kota, dan bersumber pada (Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur, 2002). Waktu Sirkulasi
Menurut Driektorat Jenderal Perhubungan Darat (2002), waktu sirkulasi diatur dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam dengan deviasi waktu sebesar 5% dari waktu perjalanan. Waktu sirkulasi dihitung menggunakan formula sebagai berikut:
dengan :
�= waktu Sirkulasi dari A ke B, kembali lagi ke A
�= waktu perjalanan rata-rata dari A ke B
= waktu perjalanan rata-rata dari B ke A
= deviasi waktu kendaraan dari A ke B
= deviasi waktu kendaraan dari� B ke A
= waktu henti kendaraan di A
= waktu henti kendaraan di B
Waktu henti kendaraan
di asal atau tujuan (TTA atau TTB) ditetapkan sebesar 10% dari waktu perjalanan
antar A dan B. Dalam perencanaan ini, dilakukan perhitungan waktu sirkulasi sesuai dengan formula yang terdapat dalam buku tersebut. Untuk mengetahui besaran waktu sirkulasi,
perlu diketahui nilai dari total waktu perjalanan, nilai total deviasi waktu kendaraan, dan nilai total dari waktu henti kendaraan.
4.
Perhitungan Km Tempuh per Hari
Jarak tempuh per hari
diperlukan untuk perhitungan biaya operasi kendaraan dan penentuan tarif kendaraan. Untuk menghitung km tempuh/rit/kendaraan/hari
setiap rute dibutuhkan data jarak tempuh per rit (km), kecepatan (km/jam), waktu tempuh/trip (menit), dan waktu operasional obyek wisata dalam
satuan menit.
Tabel 6. Perhitungan Km Tempuh per Hari
Rute |
Waktu Operasional (menit) |
Jumlah Frekuensi
(rit) |
Kilometer yang ditempuh per hari (km) |
||
(L) |
(M) = (L) x 60 |
(N) = (M)/(G) |
(O) = (A) x (N) |
||
1 |
Terminal 1 � Terminal 2 |
15 |
900 |
10 |
260,87 |
2 |
Terminal 2 - Tuk
Bimo Lukar - Wana Petak 9 - 7Telaga Warna - Dieng Plateau Theatre &
Batu Pandang Ratapan Angin - Sikunir & Telaga Cebong |
15 |
900 |
12 |
260,87 |
3 |
Tuk
Bimo Lukar - Telaga Merdada - Museum Kailasa dan Komplek Candi Arjuna - Kawah
Sikidang - Telaga Warna dan Pengilon |
9 |
540 |
7 |
156,52 |
5.
Perhitungan Biaya Operasi Kendaraan
Tabel 6 menunjukkan hasil perhitungan biaya operasional yang mengacu pada (Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap Dan Teratur, 2002). Kemudian untuk tarif kendaraan ditetapkan sebesar Rp 60.000 untuk sekali jalan, dan wisatawan bebas untuk pergi ke obyek wisata manapun. Tabel 6 menunjukkan besaran tarif rata-rata untuk 3 rute.
Tabel 7. Rekapitulasi
Biaya Tidak Langsung
Rekapitulasi
Biaya Tidak Langsung |
Biaya
per Bus-Km |
||||
Rute
1 |
Rute
2 |
Rute
3 |
Sat |
||
1 |
Biaya Penyusutan |
1.074,18 |
1.074,18 |
1.790,30 |
rp/bus-km |
2 |
Bunga
Bank |
172,00 |
172,00 |
286,67 |
rp/bus-km |
3 |
Pajak Kendaraan |
67,14 |
67,14 |
111,89 |
rp/bus-km |
4 |
Asuransi Kendaraan |
167,84 |
34,48 |
279,73 |
rp/bus-km |
5 |
Biaya Kir
Bus |
1,08 |
1,08 |
1,80 |
rp/bus-km |
6 |
Biaya Asuransi
Penumpang |
0,55 |
0,55 |
0,92 |
rp/bus-km |
7 |
Biaya Awak
Bus |
2.124,54 |
2.124,54 |
3.540,90 |
rp/bus-km |
8 |
Biaya Izin
Trayek |
5,23 |
5,23 |
8,72 |
rp/bus-km |
9 |
Biaya Pegawai
Kantor |
627,88 |
627,88 |
1.046,47 |
rp/bus-km |
10 |
Pajak Bumi
dan Bangunan |
86,38 |
109,10 |
181,49 |
rp/bus-km |
11 |
Sewa Bangunan
Kantor |
1.800,48 |
2,274,11 |
- |
rp/bus-km |
TOTAL |
6.127,30 |
6.490,29 |
7.248,89 |
rp/bus-km |
Sumber : Pengolahan
Data, Penulis 2022
Tabel 8. Rekapitulasi Biaya
Langsung
Rekapitulasi
Biaya �Langsung |
Biaya
per Bus-Km |
||||
Rute
1 |
Rute
2 |
Rute
3 |
sat |
||
1 |
Biaya BBM |
3.780,00 |
3.780,00 |
3,780,00 |
rp/bus-km |
2 |
Biaya Ban |
167,14 |
167,14 |
167,14 |
rp/bus-km |
3 |
Biaya Pemeliharan/Reparasi Kendaraan |
56,32 |
616,82 |
791,55 |
rp/bus-km |
4 |
Biaya Pengelolaan
per km |
189,45 |
237,60 |
395,27 |
rp/bus-km |
5 |
Jasa
Keuntungan Perusahaan & Overhead |
1.032,03 |
1.129,18 |
1.238,28 |
rp/bus-km |
6 |
Pajak Perusahaan |
227,04 |
248,42 |
272,42 |
rp/bus-km |
TOTAL |
5.451,97 |
6.179,16 |
6.644,67 |
rp/bus-km |
Sumber : Pengolahan
Data, Penulis 2022
Tabel 9. Total Biaya Pokok
Semua Trayek
Rekapitulasi Biaya �Langsung |
Biaya
per Bus-Km |
||||
Rute
1 |
Rute
2 |
Rute
3 |
sat |
||
1 |
Biaya Tidak
Langsung |
6.127,30 |
6.490,29 |
7,248,89 |
rp/bus-km |
2 |
Biaya Langsung |
5.451,97 |
6.179,16 |
6.644,67 |
rp/bus-km |
3 |
Jumlah Total |
11.579,27 |
12.669,45 |
13.893,56 |
rp/bus-km |
Sumber : Pengolahan
Data, Penulis 2022
6.
Kelayakan Investasi
Perhitungan kelayakan investasi dibawah ini menggunakan
discounted factor (i) berdasarkan asumsi yaitu sebesar 10%, dengan bunga� kredit korporasi 6,72% (Bank Jateng, 2022).
1)
Investasi
Tabel 10. Investasi Kendaraan
Harga
Kendaraan |
609.480.000 |
Rupiah |
Jumlah kendaraan + Cadangan (10%) |
53 |
bus |
Total
Investasi |
32.302.440.000 |
rupiah |
2)
Cost (Biaya)
Tabel 11. Perhitungan Biaya (Cost)
Rute |
Km Tempuh per Hari |
Biaya Operasional
Kendaraan |
Biaya Per Bus Per Hari |
Biaya Per Bus Per Tahun |
Jumlah Bus |
Biaya Semua
Bus Per Tahun |
|
(km) |
(Rupiah) |
(Rupiah) |
(Rupiah) |
unit |
(Rupiah) |
1 |
260,87 |
11.579 |
3.020.679 |
1.102.547.758 |
18 |
20.236.161.548 |
2 |
260,87 |
12.669 |
3.305.073 |
1.206.351.701 |
15 |
17.529.979.114 |
3 |
156,52 |
13.894 |
2.174.644 |
793.744.984 |
15 |
11.556.133.220 |
|
|
|
|
3.102.644.443 |
48 |
49.322.273.882 |
Sumber : Pengolahan Data, Penulis 2022
3)
Revenue (Pendapat)
Tabel 12. Perhitungan Pendapatan (Revenue)
Potensi jumlah pengunjung per hari |
3.469 |
orang |
Tarif tiket rencana |
60.000 |
rupiah |
Pendapatan per hari |
208.110.000 |
rupiah |
Pendapatan per tahun |
75.960.150.000 |
rupiah |
Sumber : Pengolahan
Data, Penulis 2022
�Tabel 10, 11,
dan 12 adalah data yang diperlukan
untuk perhitungan kelayakan investasi. Adapun metode perhitungan kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan melalui tabel.
Tabel 13. Cost-Benefit
Tahun |
Cost |
Revenue |
Net Benefit |
DF (10%) |
0 |
32.302.440.000 |
|
(32.302.440.000) |
1,000 |
1 |
49.322.273.882 |
75.960.150.000 |
26.637.876.118 |
0,909 |
2 |
49.322.273.882 |
75.960.150.000 |
26.637.876.118 |
0,826 |
3 |
49.322.273.882 |
75.960.150.000 |
26.637.876.118 |
0,751 |
4 |
49.322.273.882 |
75.960.150.000 |
26.637.876.118 |
0,683 |
5 |
49.322.273.882 |
75.960.150.000 |
26.637.876.118 |
0,621 |
Sumber : Pengolahan
Data, Penulis 2022
Tabel 14. Perhitungan Cost-Benefit i = 10%
Az |
PV Cost |
PV Revenue |
PV Net Benefit |
|
32.302.440.000 |
- |
(32.302.440.000) |
1 |
44.838.430.802 |
69.054.681.818 |
24.216.251.017 |
2 |
40.762.209.820 |
62.776.983.471 |
22.014.773.652 |
3 |
37.056.554.381 |
57.069.984.974 |
20.013.430.592 |
4 |
33.687.776.710 |
51.881.804.522 |
18.194.027.811 |
5 |
30.625.251.555 |
47.165.276.838 |
16.540.025.283 |
|
219.272.663.268 |
287.948.731.622 |
68.676.068.335 |
Sumber : Pengolahan
Data, Penulis 2022
Dari tabel 13 dan 14 ditunjukkan bahwa NPV dengan i = 10% adalah Rp 68.676.068.355. Sehingga
bisa didapatkan nilai BCR = 1,313.
Perhitungan IRR merupakan penilaian kelayakan investasi untuk menentukan tingkat pengembalian dimana NPV =
0 (Pramasida, 2016). Dalam penelitian ini MARR yang digunakan adalah 10%. Kemudian dihitung menggunakan persamaan berikut ini :
�≈
77,9%
������ �=
77,9% > 10% (IRR > MARR → OK)
Perhitungan untuk Discounted
Payback Period (PBP) menggunakan Cummulative Present Value untuk
menentukan periode pengembalian dalam investasi tersebut. Tabel Cummulative
Present Value ditunjukkan pada tabel 15.
Tabel 15. Cummulative
Present Value
Tahun |
CPV Cost |
CPV Revenue |
PBP |
Investasi |
32.302.440.000 |
- |
-32.302.440.000 |
1 |
77.140.870.802 |
69.054.681.818 |
-8.086.188.983 |
2 |
117.903.080.621 |
131.831.665.289 |
13.928.583.668 |
3 |
154.959.635.002 |
188.901.650.263 |
33.942.015.260 |
4 |
188.647.411.713 |
240.783.454.785 |
52.136.043.072 |
5 |
219.272.663.268 |
287.948.731.622 |
68.676.068.355 |
Sumber : Pengolahan Data, Penulis 2022
������������������������������ =
1,6764 tahun
������������������������������ = 1 tahun 8 bulan
�Perhitungan pada tabel 12, 13, dan 14 menghasilkan sebuah kesimpulan sebagai berikut :
Benefit Cost Ratio (BCR) = 1,313 > 1→ OK
Internal Rate Return (IRR) =0,779 ≈ 77,9% > 10% → OK
Pay Back Period (PBP) = 1,6764 (tahun ke-1 bulan ke-8) < masa investasi yang ditentukan (5 tahun) → OK
Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa jika setiap penumpang dikenakan tarif sebesar Rp 60.000 merupakan biaya yang wajar.
Kesimpulan��������������������������������������������������������������
Saat ini belum ada angkutan
umum khusus wisata yang melayani wisatawan menuju obyek � obyek wisata
yang ada di Kawasan Wisata
Dieng. Kondisi jalan menuju Kawasan Wisata Dieng berupa jalan pegunungan
berlereng sehingga terdapat banyak tanjakan dan turunan yang curam dan tikungan tajam. Kemiringan maksimum di ruas jalan ini mencapai
32,7%. Hal ini menyebabkan tidak semua jenis
kendaraan dapat melewati jalan tersebut. Rata � rata lebar jalan di ruas jalan
tersebut adalah 5 meter. Bahkan jalan untuk
menuju obyek wisata Bukit Sikunir dan Telaga Cebong Sembungan
hanya cukup untuk 1 mobil, sehingga apabila berpapasan dengan kendaraan lain, diperlukan sistem bergantian.
Kerya penelitian
ini menghasilkan rancangan angkutan wisata untuk kawasan
dieng menggunakan kendaraan merk Hino 115 SDBL STD � Euro 4 untuk memfasilitasi wisatawan yang hendak berwisata di area tersebut. Pemilihan jenis kendaraan yang memiliki mesin berteknologi Euro 4 juga diharapkan dapat mengurangi dampak negatif� bagi lingkungan akibat emisi gas buang yang dihasilkan oleh kendaraan yang berlalu-lalang di kawasan tersebut.
Berdasarkan analisis
yang dilakukan untuk perencanaan angkutan wisata Kawasan Wisata Dieng, maka dapat disimpulkan
untuk Terminal 1 angkutan wisata kawasan Dieng terletak di TPR Dieng, dan Terminal 2 terletak
di gapura �Kawasan Dataran Tinggi Dieng�. Hasil analisis mendapatkan 3 rute untuk total perjalanan sepanjang 68,76 km (pulang pergi). Jumlah kendaraan total adalah 53 kendaraan (termasuk cadangan 10%). Kendaraan yang diusulkan layak jalan jika
load factor 70% dengan tarif
Rp 60.000 per penumpang (1 kali pembayaran),
karena nilai BCR adalah 1,313; nilai PBP 1,67
tahun (1 tahun 8 bulan), dan IRR sebesar 0,779. Dengan hasil ini,
Pemerintah Daerah Kabupaten
Wonosobo dan Banjarnegara dapat bekerjasama untuk menawarkan peluang bisnis bidang transportasi agar menjalankan kendaraan yang diusulkan.
Aglesia,
D. N. (2019). Perencanaan Sistem Operasional Angkutan Wisata Di Kota
Yogyakarta. Uajy.Google Scholar
Bank
Jateng. (2022). Suku Bunga Dasar Kredit Per Mei 2022.
Bina
Marga Jawa Tengah. (2015). Jalan Dieng - Kejajar. Dinas Bina Marga Jawa
Tengah. Google Scholar
Darmalaksana,
W. (2020). Metode Penelitian Kualitatif Studi Pustaka Dan Studi Lapangan. Pre-Print
Digital Library Uin Sunan Gunung Djati Bandung. Google Scholar
Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum Di Wilayah Perkotaan Dalam
Trayek Tetap Dan Teratur, Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat 2
(2002).
Firdaus,
I., Lesmini, L., & Widiyanto, P. (2018). Faktok-Faktor Yang Mendorong Wisatawan
Menggunakan Transportasi Umum. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik,
5(1), 63�76. Google Scholar
Kett,
P. W. (1982). Tractive Effort And Tractive Resistance (C12). Motor Vehicle
Science Part 2, C 12, 234�259. Google Scholar
Manab,
H. A. (2015). Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif. Kalimedia. Google Scholar
Perhubungan,
D. (2012). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir. Fondasi :
Jurnal Teknik Sipil, 1(1). Google Scholar
Pramasida,
D. (2016). Di Kota Batu Berdasarkan Aspek Finansial. 1�13. Google Scholar
Priyanto,
P. (2016). Pengembangan Potensi Desa Wisata Berbasis Budaya Tinjauan Terhadap
Desa Wisata Di Jawa Tengah. Jurnal Vokasi Indonesia, 4(1). Google Scholar
Setiawan,
T. H., Putro, H. P. H., & . P. (2019). Model Pengembangan Angkutan Umum Kawasan
Wisata Dieng Jawa Tengah. Jurnal Transportasi, 19(1), 49�58. Google Scholar
Ulumidin,
A. F., Moersidik, S. S., & Aritenang, W. (2013). Analisis Keberlanjutan
Lingkungan Pada Angkutan Massal Transjakarta Sustainable Environment Analysis
For Public Transport Transjakarta. Jurnal Penelitian Transportasi Darat,
15(3), 119�132. Google Scholar
Widiarsih,
F., Syafaruddin, A. S., & Kadarini, S. N. (2017). Analisis Model Tarikan
Pergerakan Kendaraan Pada Tempat Wisata (Studi Kasus Di Kabupaten Kubu Raya). Jelast:
Jurnal Pwk, Laut, Sipil, Tambang, 4(4). Google Scholar
Yakup,
A. P. (2019). Pengaruh Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia. Universitas Airlangga. Google Scholar
Copyright holder : Valentine Irine Elsa Maya (2022) |
First publication right
: |