How to cite:
Rifa’I, Ahmad, N. Elis Kurnia Asih, Dewi Fatmawati (2022) Penerapan Kurikulum Merdeka Pada
Pembelajaran PAI Di Sekolah, Jurnal Syntax Admiration 3(8)
https://doi.org/10.46799/jsa.v3i8.471
E-ISSN:
2722-5356
Published by:
Ridwan Institute
Jurnal Syntax Admiration
Vol. 3 No. 8 Agustus 2022
p-ISSN : 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356
Sosial Teknik
PENERAPAN KURIKULUM MERDEKA PADA PEMBELAJARAN PAI DI
SEKOLAH
Ahmad Rifa’i1, N. Elis Kurnia Asih2, Dewi Fatmawati3
SMA Muhammadiyah 16 Jakarta, Indonesia1,
Guru PAI SMKN 1 Cilegon Banten, Indonesia2,3
Email:Azka2thn@gmail.com, [email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL
ABSTRAK
Diterima
22 Juli 2022
Direvisi
11 Agustus 2022
Disetujui
23 Agustus 2022
Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang
memberikan kebebasan kepada Sekolah untuk
mengeksplorasi kemampuannya sesuai dengan sarana, input
serta sumber daya yang di miliki, serta memberikan
kemerdekaan kepada guru untuk menyampaikan materi yang
essensial dan urgen. Dan yang paling penting lagi adalah
memberikan ruang yang luas dan bebas bagi peserta didik
untuk lebih memaksimalkan potensi yang dimilikinya agar
memperoleh hasil pendidikan yang maksimal. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui cara efektif dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka pada mata
pelajaran PAI. Metodologi yang digunakan pada penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif dengan pengamatan langsung
serta informasi actual dari berbagai jurnal ilmiah. Hasil
penelitian, bahwa implementasi kurikulum merdeka pada
mata pelajaran PAI berjalan dengan baik sebab alur
kurikulum merdeka sangat cocok dengan karakter PAI yang
harus disampaikan bertahap dan mulai dari hal yang paling
penting yaitu mulai dari Aqidah, Qur’an Hadist, Fikih,
Akhlak, serta Tarikh.
Kata kunci:
kurikulum merdeka,
pendidikan agama
Islam, merdeka belajar
Keywords :
independent
curriculum, Islamic
religious education,
independent learning
Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran PAI Di Sekolah
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 8, Agustus 2022 1007
Pendahuluan
Dampak wabah Covid 19 yang menjadi pandemi dunia sungguh luar biasa. Sektor
pendidikan merupakan salah satu bidang yang terdampak secara signifikan. Pola
pembelajaran yang awalnya berlangsung luring dengan metode tatap muka berubah
menjadi pembelajaran daring dengan menggunakan berbagai media, hanya saja model
pembelajaran daring ini banyak memiliki kendala, baik yang bersifat teknis maupun
sumber dayanya sehingga pembelajaran jarak jauh berbasis daring seakan sebatas
menggugurkan kewajiban untuk memberikan pembelajaran kepada peserta didik
(Irsyadiah & Rifa’i, 2021). Melihat ketimpangan serta dikhawatirkannya terjadinya
terputusnya pembelajaran inilah maka pemerintah menyusun kurikulum merdeka yang
bertujuan untuk mengatasi krisis pembelajaran yang ada di Indonesia yang semakin
parah dengan adanya pandemi Covid 19.
Implementasi kurikulum di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan dan
penyempurnaan diantaranya adalah kurikulum tiga bela, lalu pada tahun 2018 menjadi
kurikulum tiga belas revisi dan pada saat Indonesia terdampak badai pandemi berubah
menjadi kurikulum darurat lalu disempurnakan menjadi kurikulum merdeka belajar
(Barlian & Iriantara, 2021).
Perubahan kurikulum diharapkan akan mampu mengatasi berbagai persoalan
pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia. Keterpurukan dan ketertinggalan akibat
pandemi Covid 19 dapat berimbas pada runtuhnya bangsa sebab negara dengan bonus
demografi melimpah seperti Indonesia ini sumber daya manusia memegang peranan
yang sangat penting, dan salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia adalah dengan peningkatan kualitas pendidikannya (Suwartini, 2017).
Upaya tersebut diwujudkan oleh pemerintah dengan penetapan kurikulum
merdeka belajar yang akan diberlakukan di seluruh Indonesia meskipun dalam
prakteknya nanti sekolah dapat memilih untuk tidak menggunakan kurikulum tersebut.
Saat ini ada sekitar 2.500 sekolah penggerak di Indonesia yang telah
mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar di lingkungannya, sehingga seluruh
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah tersebutpun harus mengacu pada kurikulum
merdeka belajar, termasuk mata pelajaran PAI (Rahayu et al., 2021).
Sebagai mata pelajaran yang memiliki tujuan untuk membimbing anak menjadi
muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia serta berguna bagi
masyarakat bangsa dan negara (Zuhairini et al., 1977) maka mata pelajaran PAI harus
mulai berbenah dan menyiapkan diri untuk menyongsong dan menyukseskan kurikulum
merdeka belajar tersebut. Materi pelajaran PAI yang sangat luas harus dipilih yang
paling essensial dan mendasar untuk dapat dikuasai anak dengan baik sehingga anak
memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dalam menyambut era society 5.0. tidak
mungkin materi PAI yang luas tersebut dapat diajarkan secara tuntas dalam
pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu dibutuhkan kemampuan guru untuk
Ahmad Rifa’i, N. Elis Kurnia Asih, Dewi Fatmawati
1008 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 8, Agustus 2022
menganalisa konten pembelajaran yang paling penting dan mendasar untuk dipahami
dan diamalkan oleh anak secara mendalam dalam waktu yang terbatas.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif
(Sugiyono, 2016). Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk
meneliti status suatu kelompok masyarakat atau suatu objek atau suatu kelas pada masa
sekarang.
Tujuan dari penggunaan metode deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah
untuk membuat gambaran atau deskripsi secara sistematis terhadap implementasi
kurikulum merdeka belajar di sekolah terutama pada mata pelajaran Agama Islam di
sekolah. Sumber data pada penelitian ini adalah sumber data primer yaitu berupa
pengamatan langsung, jurnal dan karya ilmiah lainnya. Dan juga mengambil sumber
sekunder yaitu berbagai artikel yang ada di internet. Sumber data tersebut diolah dan
dianalisis sehingga mendatangkan suatu kesimpulan yang valid dan bisa dipertanggung
jawabkan.
Hasil dan Pembahasan
Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran yang diberikan secara periodik
dan berjenjang dari SD hingga SMA. Cakupan materi yang luas dengan jumlah jam
tatap muka yang sangat terbatas maka pelaksanaan kurikulum merdeka belajar bisa
menjadi salah cara untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi guru dalam
mengajarkan mata pelajaran PAI. Dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka
belajar dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam, ada beberapa hal yang harus
menjadi perhatian diantaranya adalah:
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat merangsang sikap kritis
siswa. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus berkaitan dengan konteks kekinian
serta kebermanfaatan. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus dapat
menumbuhkan kreativitas siswa. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus
membuat siswa dapat berkolaborasi dan berkomunikasi dengan baik. Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam harus dapat membuat siswa memiliki rasa percaya diri
(Darise, 2021).
Disamping itu guru PAI juga harus mampu untuk menganalisa capaian
pembelajaran yang ditetapkan dalam keputusan kepala BSKAP no. 33 tahun 2022
menjadi sebuah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sesuai dengan jenjang dan
fase peserta didik. Capaian pembelajaran ini tidak dibatasi oleh tahun pelajaran namun
dikelompokkan dalam bentuk fase sehingga fleksibel dalam pelaksanaannya. Hanya saja
apabila seorang guru PAI tidak melakukan screening terhadap kemampuan peserta didik
di awalnya maka ia akan kesulitan untuk menentukan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai selama pmbelajarannya yang diambil dari capaian pembelajaran tersebut. Untuk
mengukur ketercapaian pembelajaran yang diraih, guru PAI wajib membuat asesmen
Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran PAI Di Sekolah
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 8, Agustus 2022 1009
yang mana hasilnya akan dapat digunakan untuk melihat ketercapaian dari tujuan
pendidikan yang telah dibuatnya (Uswatun Hasanah, 2022).
Dari tujuan pembelajaran yang telah dibuat tersebut guru PAI kemudian dapat
menyusun indikator-indikator ketercapaian pembelajaran berdasarkan materi
essensialnya. Selama ini guru PAI mengajar berdasarkan urutan materi yang ada pada
bahan ajar atau buku pegangan bukan berdasarkan pada mana yang paling essensial dan
penting untuk diajarkan lebih dahulu. Hal ini berakibat terjadi disharmonis dan tumpang
tindihnya materi. Materi yang pertama kali harus diajarkan kepada peserta didik adalah
materi akidah atau keimanan karena akidah merupakan pondasi dasar bagi setiap
muslim. Dulu hal yang pertama kali dipelajari para Sahabat kepada Nabi adalah
pelajaran akidah, hal ini terekam dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah dari Jundub
Bin Abdillah beliau berkata, kami adalah remaja yang mendekati baligh, kami belajar
iman dulu sebelum belajar Al Qur’an dan saat kami belajar Al Qur’an maka
bertambahlah iman kami (Ginanjar & Kurniawati, 2017).
Tugas para Rasul di muka bumi ini adalah menyeru kalimah tauhid dan
mengajarkan keimanan kepada umat manusia. Mereka secara bergantian datang untuk
mengajak manusia agar hanya menyembah Allah semata, meskipun syariat yang mereka
bawa berbeda-beda, hal ini menunjukkan bahwa tauhid atau akidah adalah inti sari dari
ajaran Islam (Darmana, 2012).
Setelah pembelajaran akidahnya kuat maka guru harus mulai mengajarkan
pemahaman terhadap Al Qur’an dengan baik. Artiny pembelajaran Al Qur’an dilakukan
setelah pembelajaran akidah. Pembelajaran Al Qur’an meliputi pembelajaran membaca,
memahami dan mengamalkan sehingga Al Qur’an betul-betul dapat terpraktekkan
dengan baik dalam kehidupan peseta didik secara nyata (Rifa’i & Marhamah, 2020).
Hal inipun memerlukan identifikasi yang akurat sebab kemampuan siswa dalam
membaca Al Qur’an beragam. Ada siswa yang sudah mahir dalam membaca Al Qur’an
namun juga masih banyak siswa yang belum dapat membaca Al Qur’an sama sekali.
Dalam kurikulum merdeka guru PAI harus memberikan pelayanan secara menyeluruh
dan adil kepada semua siswa. Dan layanan ini tidak akan maksimal tanpa melalui
identifikasi yang mendalam terhadap kemampuan siswa.
Materi selanjutnya yang dapat dipilih untuk diajarkan kepada siswa adalah materi
fikih yang berkaitan dengan tata cara ibadah mahdhoh yang hukumnya fardu ‘ain untuk
dikerjakan. Meskipun dalam kurikulum merdeka siswa berhak menentukan sendiri
proses pembelajarannya namun guru PAI bisa mengarahkan kepada mereka dengan
pembelajaran diskusi, problem solving ataupun demonstrasi. Guru dapat menayangkan
video pembelajaran fikih yang baik dan benar, lalu meminta siswa mengelaborasi hasil
amatanya tersebut kemudian mempraktekkan apa yang diamati dengan baik (Rifa’i &
Marhamah, 2020).
Pembelajaran fikih berbasis praktek akan lebih cepat meresap dan dapat
diamalkan oleh siswa dengan segera sebab siswa akan terlibat langsung dalam praktek
ibadah yang dipelajarinya (Mubarok, 2021).
Ahmad Rifa’i, N. Elis Kurnia Asih, Dewi Fatmawati
1010 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 8, Agustus 2022
Aspek selanjutnya yang harus dipelajari dari materi PAI adalah akhlak. Akhlak
dikenal dengan buahnya ilmu. Arah dan tujuan dari pendidikan Islam pada hakekatnya
adalah perbaikan akhlak, itulah kenapa Rasulullah bersabda,” sesungguhnya aku diutus
hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang baik. HR. Bukhari. Pembinaan akhlak
harus dilakukan sedini mungkin dan berorientasi pada pembiasaan yang terprogram
(Choli & Rifa’i, 2021).
Pendidikan akhlak tidak boleh hanya berkutat pada wilayah teori namun juga
butuh keteladanan dari seorang guru serta aplikasi nyata dalam masyarakat. Pengajaran
akhlak sebenarnya bisa diinternalisasi pada semua materi PAI dan bahkan pada seluruh
mata pelajaran, sebab akhlak itu bisa diadopsi dari pengamatan siswa terhadap prilaku
dan tutur kata gurunya. Oleh sebab itu dalam rangka penanaman akhlak yang baik
kepada siswa maka kepribadian guru serta spiritualitasnya harus diperhatikan dengan
seksama.
Selanjutnya adalah materi sejarah atau tarikh, materi ini perlu diajarkan kepada
siswa agar siswa dapat eneladani perjuangan Nabi, para sahabat serta para pahlawan
Islam terdahulu serta dapat mencontoh akhlak mereka dalam kehidupan nyata sehari-
hari. Pembelajaran tarikh dapat melalui tayangan video atau bahkan story telling.
Kemampuan siswa dapat dieksplorasi untuk dapat menceritakan kembali perjuangan
Nabi dan para sahabat dengan bahasa mereka sendiri yang komunikatif. Atau juga bisa
dilakukan dengan membuat drama pertunjukkan dengan skenario yang dirancang dan
disusun oleh siswa sendiri. Dengan demikian maka sejarah yang mereka pelajari akan
betul-betul meresap dan terhayati yang kemudian akan dapat mereka contoh dalam
rangka mendakwahkan agama Islam ini.
Pembelajaran PAI memnag harus dilakukan bertahap sesuai dengan urutan yang
telah disampaikan oleh Rasulullah Saw dalam hadits Jibril yaitu harus dimulai dari Iman
yaitu aqidah, Islam yaitu fikih dan ihsan yaitu akhlak. Ketiga komponen pokok inilah
yang harus disampaikan terlebih dahulu kepada siswa agar mereka dapat menjalankan
kewajiban agamanya dengan sebaik-baiknya (Al-Bugha & Mistu, 2017). Bahkan
mengenalkan keluarga Nabi Muhammad Saw kepada peserta didik wajib didahulukan
daripada mengajari mereka sholat (Al- Bajuri, 2010).
Keberhasilan pembelajaran PAI juga sangat dipengaruhi dari kemampuan guru
dalam memilih materi essensial serta Menyusun alur tujuan pembelajaran yang
sistematis berdasarkan keperluan serta kewajiban siswa. Oleh sebab itu guru PAI harus
memahami sistematika pembelajaran dalam kurikulum merdeka serta mampu
menguasai dengan baik materi-materi essensial yang wajib disampaikan dan dikuasai
oleh setiap peserta didik (Duryat, 2021).
Kesimpulan
Implementasi Kurikulum Merdeka pada pembelajaran PAI di sekolah menengah
sudah berjalan efektif dan efesien. Kesuksesan hal tersebut karena pemetaan dan
pengidentifikasian yang dilakukan guru terhadap siswa berjalan optimal. Dari data
Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran PAI Di Sekolah
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 8, Agustus 2022 1011
pemetaan tersebut seorang guru dapat membuat tujuan pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan kemampuan dan kebermanfaatan bagi siswa.
Penerapan kurikulum merdeka dengan baik pada mata pelajaran PAI akan
memudahkan guru untuk mengajarkan materi-materi yang pokok dan penting kepada
siswa tanpa harus terbebani dengan materi-materi lain yang kurang essensial. Materi
pelajaran PAI yang sangat luas akan dikerucutkan menjadi beberapa bagian yang harus
disampaikan kepada siswa dengan pembelajaran yang merdeka dan menyenangkan serta
mendalam dan tepat sasaran.
Pendidikan Agama Islam itu memiliki cakupan materi yang sangat luas oleh
karena itu harus dirumuskan materi-materi penting yang menjadi kewajiban beragama
bagi setiap siswa yaitu materi Iman, Islam dan Ihsan.
Adapun urutan materi ajar yang paling essensial untuk diajarkan kepada siswa
adalah akidah, Al Qur’an dan Hadits, Fikih, Akhlak dan Tarikh, itupun dipilih yang
hukumnya fardhu ‘ain dan memiliki kebermanfaatan di masyarakat secara luas.
Ahmad Rifa’i, N. Elis Kurnia Asih, Dewi Fatmawati
1012 Syntax Admiration, Vol. 3, No. 8, Agustus 2022
BIBLIOGRAFI
Al-Bugha, M. D., & Mistu, M. (2017). Al-Wafi: Syarah Hadis Arbain Imam an-Nawawi. Qisthi
Press.Google Scholar
Barlian, U. C., & Iriantara, Y. (2021). Penerapan Kurikulum 2013 Revisi di Masa Pandemi pada
SMK IBS Tathmainul Quluub Indramayu. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(1), 118126.
Google Scholar
Choli, I., & Rifai, A. (2021). Development Of Student Religious Attitudes During The Covid-
19 Pandemic. At-Tarbiyat: Jurnal Pendidikan Islam, 4(2). Google Scholar
Darise, G. N. (2021). Pendidikan Agama Islam Dalam Konteks Merdeka Belajar. Journal of
Islamic Education: The Teacher of Civilization, 2(2). Google Scholar
Darmana, A. (2012). Internalisasi nilai tauhid dalam pembelajaran sains. Jurnal Pendidikan
Islam UIN Sunan Gunung Djati, 27(1), 6684. Google Scholar
Duryat, H. M. (2021). Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Penguatan Pendidikan Agama
Islam di Institusi yang Bermutu dan Berdaya Saing. Penerbit Alfabeta. Google Scholar
Ginanjar, M. H., & Kurniawati, N. (2017). Pembelajaran Akidah Akhlak Dan Korelasinya
Dengan Peningkatan Akhlak Al-Karimah Peserta Didik. Edukasi Islami: Jurnal
Pendidikan Islam, 6(02), 25. Google Scholar
Irsyadiah, N., & Rifai, A. (2021). Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis
Blended Cooperative E-Learning Di Masa Pandemi. Syntax Idea, 3(2), 347353. Google
Scholar
Mubarok, D. (2021). Pelaksanaan Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata
Pelajaran Fikih Melalui Metode Demonstrasi Berbasis ICT. Tanzhimuna, 1(1), 118.
Google Scholar
Rahayu, S., Rossari, D. V., Wangsanata, S. A., Saputri, N. E., & Saputri, N. D. (2021).
Hambatan Guru Sekolah Dasar Dalam Melaksanakan Kurikulum Sekolah Penggerak Dari
Sisi Manajeman Waktu Dan Ruang Di Era Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5(3), 57595768. Google Scholar
Rifai, A., & Marhamah, M. (2020). The Method of Messenger of Allah in Al Quran Learning.
Journal of Educational and Social Research, 10(3), 131. Google Scholar
Sugiyono, P. (2016). Metode Penelitian Manajemen (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
Kombinasi (Mixed Methods), Penelitian Tindakan (Action Research, dan Penelitian
Evaluasi). Bandung: Alfabeta Cv. Google Scholar
Suwartini, S. (2017). Pendidikan karakter dan pembangunan sumber daya manusia
keberlanjutan. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An, 4(1). Google Scholar
Uswatun Hasanah. (2022). Mengenal Kurikulum Merdeka. BPMP Provinsi DKI Jakarta.
https://lpmpdki.kemdikbud.go.id/mengenal-kurikulum-merdeka/
Zuhairini, H., Abdul, G., & Yusuf, S. A. (1977). Methodik khusus pendidikan agama. Biro
Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel. Google Scholar
Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran PAI Di Sekolah
Syntax Admiration, Vol. 3, No. 8, Agustus 2022 1013
Copyright holder :
Ahmad Rifa’i, N. Elis Kurnia Asih, Dewi Fatmawati (2022)
First publication right :
Jurnal Syntax Admiration
This article is licensed under: