Jurnal
Syntax Admiration |
Vol.
3 No. 9 September 2022 |
p-ISSN :
2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
PENGARUH PENGGUNAAN CAMPURAN PATI UBI JALAR
PUTIH, TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG KACANG HIJAU TERHADAP KUALITAS SEREAL FLAKES
Kamilia, Ridawati, Ari Fadiati
Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Jakarta
Email:
[email protected], [email protected]
INFO
ARTIKEL |
ABSTRAK
|
Diterima 04
Agustus 2022 Direvisi 12 September 2022 Disetujui 14 September 2022 |
Sereal flakes yang umumnya berbahan dasar
tepung terigu lazim dikonsumsi sebagai menu sarapan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia karena bisa memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein,
lemak dan zat gizi lainnya dengan penyajiannya yang mudah. �Ketergantungan pada
tepung terigu ini dapat menyebabkan kekurangan pangan dan mempengaruhi
kerawanan pangan. Oleh karena itu, perlu adanya alternatif tepung terigu
sebagai pengganti tepung terigu yang memiliki sifat yang hampir sama dengan
tepung terigu terutama kandungan pati, kandungan serat dan kandungan
proteinnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan
campuran pati ubi jalar putih, tepung mocaf, dan tepung kacang hijau terhadap
kualitas sereal flakes. Penelitian dilakukan di laboratorium kue dan roti
Program Studi Pendidikan Tata Boga, Universitas Negeri Jakarta pada bulan
Januari 2021 hingga bulan Juli 2022 dengan menggunakan metode eksperimen,
lalu dilanjutkan dengan uji �organoleptik �kepada 45
panelis agak terlatih. Persentase pati ubi jalar putih, tepung mocaf, dan
tepung kacang hijau yang digunakan masing-masing sebesar 50%:35%:15% (F1),
50%:25%:25% (F2), dan 50%:15%:35% (F3). Kesimpulan akhir menunjukkan bahwa
produk terbaik yang dipilih adalah sereal flakes F3 dengan persentase pati
ubi jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau sebesar 50%:15%:35%. |
Kata kunci: Sereal Flakes, Pati Ubi Jalar Putih, Mocaf,
Tepung Kacang Hijau, Kualitas. |
|
Keywords: Cereal Flakes, White Sweet Potato Starch, Mocaf,
Mung Bean Flour, Quality. |
ABSTRACT Cereal flakes
which are generally made from wheat flour are commonly consumed as a
breakfast menu by most Indonesians because they can meet the needs of
carbohydrates, proteins, fats and other nutrients with an easy presentation.
This dependence on wheat flour can cause food shortages and affect food
insecurity. Therefore, it is necessary to have an alternative to wheat flour
as a substitute for wheat flour which has almost the same properties as wheat
flour, especially starch content, fiber content and protein content. This
study aims to study the effect of using a mixture of white sweet potato
starch, mocaf flour, and mung bean flour on the quality of cereal flakes. The
research was conducted in the cake and bread laboratory of the Catering
Education Study Program, State University of Jakarta from January 2021 to
July 2022 using an experimental method, then continued with an �organoleptik �test on 45
moderately trained panelists. The percentages of white sweet potato starch,
mocaf flour, and mung bean flour used were 50%:35%:15% (F1), 50%:25%:25%
(F2), and 50%:15%: 35% (F3). The final conclusion showed that the best
product chosen was F3 flakes cereal with a percentage of white sweet potato
starch, mocaf, and mung bean flour 50%:15%:35%. |
Pendahuluan
Sereal flakes adalah produk olahan makanan yang
berbahan dasar biji-bijian, kacang-kacangan ataupun tepung yang memiliki kadar
pati tinggi dan diolah dengan cara pemanggangan sehingga menghasilkan sereal
berbentuk ceriping atau lembaran tipis (Putri,
2017). Sereal bisa dikonsumsi dengan tambahan susu
cair maupun dikonsumsi secara langsung. Sereal flakes yang umumnya berbahan
dasar tepung terigu lazim dikonsumsi sebagai menu sarapan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia karena bisa memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak
dan zat gizi lainnya dengan penyajiannya yang mudah (Surahman,
2016). Hal ini ketergantungan terhadap tepung terigu
dapat menyebabkan kelangkaan dan menimbulkan dampak kerawanan pangan. Oleh
karena itu perlu alternatif tepung lain sebagai sebagai pengganti tepung terigu
yang memiliki karakteristik mendekati tepung terigu terutama kandungan kadar
pati, serat dan proteinnya. Banyak penelitian yang menggunakan sereal flakes
dalam upaya diversifikasi pangan di Indonesia memanfaatkan bahan dasar dari
serealia, umbi-umbian dan kacang-kacangan lokal sebagai bahan pengganti tepung
terigu. Bahan lokal yang digunakan sebagai pengganti tepung terigu pada sereal
flakes harus mengandung pati, protein dan serat agar bisa membentuk struktur
kokoh pada sereal. Maka dipilihlah pati ubi jalar putih, tepung mocaf, dan
tepung kacang hijau untuk menggantikan tepung terigu pada sereal flakes.
Pati ubi jalar putih memiliki kadar air, kadar
serat, kadar abu dan warna umbi yang mendekati tepung terigu walaupun dalam persentase yang lebih rendah (Utami,
2016). Kandungan yang sama pada beberapa komponennya
dapat menggantikan sebagian pati terigu yang digunakan pada produk flakes.
Tepung mocaf dapat dimanfaatkan sebagai alternatif tepung terigu karena
memiliki karakteristik yang hampir mendekati tepung terigu protein sedang,
yaitu lebih mudah larut di dalam air, lebih mudah mengembang ketika dipanaskan,
dan berwarna cerah (Yulifianti
et al., 2012). Pati ubi jalar putih dan mocaf sama-sama
tinggi kadar pati, perbedaannya pati ubi jalar putih tinggi amilopektin
sedangkan mocaf tinggi amilosa. Tingginya kadar amilopektin pada ubi jalar
putih merangsang terjadinya proses mekar (puffing)
sehingga sereal yang berasal dari pati dengan kandungan amilopektin tinggi akan
bersifat ringan, porus, garing dan renyah. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan (Rubyanto, 2018), formula sereal flakes yang dapat diterima
yaitu perbandingan tepung terigu: pati ubi jalar putih sebanyak 50%:50%, karena
penggunaan pati ubi jalar lebih dari 70% menghasilkan flakes yang keras.
Proporsi amilosa yang tinggi menyebabkan tepung
mocaf bersifat kering, kurang lekat dan lebih mudah larut di dalam air karena
kemampuan granula pati untuk menyerap air meningkat, sehingga semakin tinggi
jumlah amilosa maka semakin tinggi kemampuan adonan berbahan dasar mocaf
menyerap air (Rahman, 2018). Menurut (Saloko
et al., 2017) mocaf mempunyai kandungan serat yang lebih
tinggi dibandingkan dengan terigu masing-masing sebesar 3,4 mg dan 0,4 mg.
Serat memiliki kemampuan mudah mengikat air dan melepasnya. Serat akan mengikat
air dalam adonan flakes, dan pada saat pemanggangan air yang telah membentuk
rongga akan keluar akibat penguapan, sehingga membentuk rongga. Rongga yang
semakin banyak dalam produk flakes akan menyebabkan semakin mudahnya air
terserap kembali ke dalam produk. �(Susanti et al., 2017) semakin rendah kandungan tepung mocaf semakin
sedikit air yang terserap terbaik flakes substitusi tepung mocaf dan tepung
jagung. Semakin tinggi daya serap air maka produk sereal akan cepat lunak dalam
perendaman susu. Maka penggunaannya tidak lebih dari 35% dari total tepung.
Pati ubi jalar dan mocaf berbahan dasar umbi-umbian yang rendah kandungan protein dan lemaknya sehingga diperlukan sumber protein dari tepung kacang hijau yang tinggi kadar proteinnya. Kadar protein yang tinggi dibutuhkan untuk mengimbangi dan memenuhi nutrisi flakes umbi (Brigita, 2021). Kadar protein dan lemak yang semakin tinggi pada sereal flakes membantu mengurangi absorpsi air, karena protein dan lemak akan menutupi partikel pati ataupun tepung, sehingga penyerapan air akan terhambat. Penggunaan tepung kacang hijau diatas 35% berpengaruh pada tekstur sereal flakes yang bertambah keras dalam kondisi kering.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Roti dan Kue
Prodi Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta dari
bulan Januari 2021 hingga bulan Januari 2022. Penelitian ini menggunakan metode
eksperimen, yaitu uji coba penggunaan campuran pati ubi jalar putih, mocaf, dan
tepung kacang hijau dengan persentase yang berbeda sebesar 50%:35%:15% ( F1),
50%:25%:25% (F2), dan 50%:15%:35% (F3). Suhu pemanggangan sebesar 150oC selama
17 menit. Kemudian dilanjutkan uji organoleptik di lingkungan kampus
Universitas Negeri Jakarta kepada panelis agak terlatih yaitu mahasiswa Tata
Boga Universitas Negeri Jakarta untuk mengukur kualitas sereal flakes meliputi
aspek warna, aroma ubi jalar, aroma mocaf, aroma kacang hijau, tekstur
kerenyahan sebelum perendaman susu, tekstur kerenyahan sesaat setelah
perendaman susu, ketahanan renyah dalam perendaman susu, serta daya serap air.
Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini analisis yang digunakan meliputi aspek
warna, aroma (ubi jalar, mocaf, dan kacang hijau), rasa, dan tekstur (sebelum
dan setelah perendaman susu).
1.
Aspek
Warna
Gambar 1. Grafik Hasil
Rata-Rata Penilaian Aspek Warna Sereal Flakes
Berdasarkan
penilaian uji deskriptif aspek warna menunjukkan pada sereal F1 diperoleh
rata-rata penilaian 3,3 yaitu warna putih kecokelatan, pada sereal flakes F2
diperoleh rata-rata penilaian 4,0 yaitu warna kuning kecokelatan, sedangkan
pada penilaian sereal flakes F3 rata-rata penilaian 4,1 yaitu warna kuning
kecokelatan. Setelah dilakukan uji hipotesis menggunakan Uji Kruskal Wallis
diketahui bahwa terdapat pengaruh penggunaan campuran pati ubi jalar putih,
mocaf dan kacang hijau dengan persentase yang berbeda terhadap aspek penilaian
warna sereal flakes F1, F2, dan F3. Oleh karena itu, pengujian dilanjutkan
dengan uji Tukey (uji pembanding ganda) dan hasilnya menunjukkan adanya
perbedaan signifikan antara sereal F1, F2, dan F3.
Jika dilihat
dari rata-rata penilaian aspek warna sereal, dapat terlihat bahwa semakin
tinggi kadar tepung kacang hijau, maka semakin tinggi nilai rata-ratanya yang
artinya warna akan semakin tua. Sebaliknya, semakin tinggi kadar tepung mocaf
maka warna sereal akan semakin muda. Menurut (Anggraeni & Yuwono,
2013), proses
fermentasi mocaf menyebabkan hilangnya komponen penimbul warna yang dapat
menyebabkan warna coklat ketika pemanasan, seperti pigmen dan protein.
Dampaknya adalah warna mocaf yang dihasilkan lebih putih jika dibandingkan
dengan warna tepung ubi kayu biasa. Berbeda dengan mocaf, tepung kacang hijau
mengandung kadar protein yang tinggi dan memiliki warna yang kekuningan.
Protein dan gula pada bahan makanan akan mengalami reaksi Maillard ketika
dipanaskan menyebabkan warna produk semakin gelap atau kecokelatan dan
berlangsung dengan mudah pada suhu antara 150-260oC. Oleh sebab itu, ketika
dipanaskan, sereal dengan kandungan tepung kacang hijau lebih tinggi warnanya
akan lebih mudah kecokelatan. Berdasarkan uji deskriptif dan uji hipotesis yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sereal dengan perbandingan pati ubi
jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau 50%:15%:35% atau F3 dinilai sebagai
sereal dengan kualitas warna terbaik, yaitu kuning kecokelatan.
2. Aspek Aroma Ubi Jalar Putih
Gambar 2. Grafik Hasil
Rata-Rata Penilaian Aspek Aroma Ubi Jalar Sereal Flakes
Pada penilaian
aspek aroma ubi jalar pada sereal flakes F1, F2, dan F3 dengan perbandingan
persentase pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau masing-masing 50%:35%:15%,
50%:25%:25%, dan 50%:15%:35%, menunjukkan bahwa ketiga sereal memiliki aroma
ubi jalar yang agak kuat. Hasil rata-rata penilaian sereal F1 dengan sebesar
3,2 yaitu beraroma ubi jalar agak kuat. Rata-rata penilaian sereal F2 sebesar
3,3 yaitu aroma ubi jalar agak kuat. Begitupun pada F3, rata-rata penilaiannya
sebesar 3,1 yaitu aroma ubi jalarnya agak kuat. Uji hipotesis menggunakan uji
Kruskal Wallis pada aspek aroma ubi jalar juga menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh penggunaan campuran pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung kacang
hijau terhadap kualitas sereal flakes. Produk sereal ini menggunakan persentase
pati ubi jalar yang sama untuk ketiga sampelnya, yaitu sebesar 50% dari total
tepung, sehingga aroma ubi jalar yang dihasilkan juga tidak berbeda signifikan
satu sama lain. Dengan demikian, sereal F2 dinilai sebagai sereal dengan
kualitas aroma ubi jalar terbaik, yaitu beraroma ubi jalar yang agak kuat.
3. Aspek Aroma Mocaf
Gambar 3. Grafik Hasil Rata-Rata Penilaian Aspek Aroma Mocaf Sereal
Flakes
Aspek aroma
mocaf mendapatkan nilai rata-rata F1, F2, dan F3 yang berbeda- beda walaupun
selisihnya tidak jauh. Rata-rata nilai yang didapatkan dari penilaian aspek
aroma mocaf pada sereal flakes F1 sebesar 3,5 yaitu aroma mocaf agak kuat. Nilai
rata-rata aroma mocaf F2 sebesar 3,2 yaitu aroma mocaf agak kuat, begitupula
hasil nilai rata-rata aroma mocaf sereal F3 yaitu sebesar 3,1 yang artinya
aroma mocaf agak kuat. Jika dilihat dari hasil nilai rata-ratanya, semakin
berkurang persentase mocaf menyebabkan nilai rata-ratanya semakin turun, yang
artinya aroma mocaf semakin berkurang. Walaupun demikian, pengujian hipotesis
menggunakan uji Kruskal Wallis menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan pada kualitas aroma mocaf sereal flakes dengan campuran pati ubi
jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau.
4. Aspek Aroma Kacang Hijau
2
1
0
F1������������������������������� F2�������������������������������� F3
Formula
Sereal
Gambar 4. Grafik Hasil Rata-Rata Penilaian Aspek Aroma
Kacang Hijau Sereal Flakes
Pada aspek aroma kacang
hijau, rata-rata penilaian panelis terhadap sereal F1, F2, dan F3 berbeda-beda.
Penilaian panelis terhadap sereal flakes F1 menghasilkan nilai rata-rata
sebesar 2,7 yaitu antara tidak kuat dan agak kuat aroma kacang hijaunya.
Sementara rata-rata hasil sereal flakes F2 sebesar 3,1 yang artinya beraroma
kacang hijau kuat dan F3 sebesar 3,3 beraroma kacang hijau kuat. Penilaian
deskriptif aspek aroma kacang hijau menunjukkan bahwa semakin tinggi persentase
tepung kacang hijau pada sereal flakes, maka aroma kacang hijaunya akan semakin
kuat walaupun selisihnya sangat tipis. Namun, uji hipotesis menggunakan uji
Kruskal Wallis menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
kualitas sereal flakes dengan campuran pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung
kacang hijau pada aspek aroma kacang hijau. Dengan demikian, didapatkan
kualitas sereal aspek aroma kacang hijau terbaik yaitu sereal F3 yang beraroma
kacang hijau kuat.
5. Aspek Rasa Manis
Gambar
5. Grafik Hasil Rata-Rata Penilaian Aspek Rasa Manis Sereal Flakes
Berdasarkan uji organoleptic yang telah
dilakukan, rata-rata penilaian panelis terhadap
rasa manis sereal F1 sebesar 3,9 yang artinya rasa manisnya agak kuat mendekati kuat. Sereal F2 mendapat
rata-rata nilai 4,3 yang artinya rasa manis sereal
kuat, dan sereal F3 mendapat penilaian 3,7 yang artinya sereal F3 terasa manis yang agak kuat mendekati
kuat. Pengujian hipotesis
menggunakan uji Kruskal Wallis menyatakan bahwa XHitung= 5,19 < XTabel=5,99 sehingga
H0 diterima dan H1 ditolak yang berarti
tidak terdapat pengaruh penggunaan campuran pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau terhadap aspek
rasa pada sereal flakes. Hasil uji
deskriptif menunjukkan bahwa selisih penilaian rasa manis tidak berbeda jauh satu sama lain, hal ini dikarenakan
jumlah gula yang digunakan sama dalam setiap
sampelnya, yaitu sebesar 25% untuk 100g total tepung. Kesimpulan dari pengujian deskriptif dan uji hipotesis,
sereal dengan kualitas rasa manis yang terbaik adalah sereal F2 yaitu sereal
dengan rasa manisnya kuat.
6. Aspek Tekstur Kerenyahan Sebelum
Perendaman Susu
Gambar
6. Grafik Hasil Rata-Rata Penilaian Aspek Tekstur Kerenyahan Sebelum Perendaman
Susu Sereal Flakes
Hasil rata-rata penilaian panelis pada aspek tekstur
kerenyahan sebelum perendaman susu sereal flakes F1 sebesar 4,1 yang artinya
bertekstur renyah. Rata- rata penilaian sereal flakes F2 yaitu sebesar 4,3 yang
artinya bertekstur renyah, dan penilaian sereal F3 yaitu sebesar 4,7 yang
artinya bertekstur renyah mendekati sangat renyah. Penilaian deskriptif aspek
tekstur kerenyahan sereal sebelum perendaman susu menunjukkan bahwa tingkat
kerenyahan sereal sejajar dengan kadar tepung kacang hijau, yaitu semakin
tinggi kandungan tepung kacang hijau maka kerenyahan sereal semakin meningkat.
Hal ini disimpulkan berdasar hasil rata-rata penilaian yang diperoleh bahwa
terdapat kenaikan skor penilaian dari sereal F1 dengan perbandingan pati ubi
jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau sebesar 50%:35%:15% yang
menunjukkan hasil sereal renyah, lalu sereal F2 dengan perbandingan pati ubi
jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau sebesar 50%:25%:25% yang
menunjukkan hasil sereal renyah, dan terakhir sereal F3 dengan perbandingan
pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau sebesar 50%:15%:35% yang
menunjukkan hasil sereal renyah mendekati sangat renyah. Perhitungan hipotesis
aspek tekstur sebelum perendaman susu menyatakan tidak terdapat pengaruh
penggunaan campuran pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung kacang hijau
terhadap aspek tekstur sebelum perendaman susu pada sereal flakes. Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, sereal flakes F3 dinilai sebagai sereal dengan
kualitas aspek tekstur kerenyahan sebelum perendaman susu yang terbaik.
7. Aspek Tekstur Kerenyahan Sesaat Setelah
Pencelupan Susu
Gambar
7. Grafik Hasil Rata-Rata Penilaian Aspek Tekstur Kerenyahan Sesaat Setelah
Pencelupan Susu
Berdasarkan uji organoleptik, diperoleh rata-rata
nilai sereal flakes F1 sebesar 3,7 yang artinya pada aspek tekstur kerenyahan
sesaat setelah pencelupan susu sereal flakes F1 bertekstur agak renyah
mendekati renyah. Rata-rata penilaian penelis terhadap sereal flakes F2 sebesar
3,7 yang artinya pada aspek tekstur kerenyahan sesaat setelah pencelupan susu
sereal flakes F2 bertekstur agak renyah mendekati renyah. Nilai rata-rata yang
diperoleh sereal F3 sebesar 3,5 yang artinya pada aspek tekstur kerenyahan
sesaat setelah pencelupan susu sereal flakes F3 bertekstur renyah. Hasil uji
hipotesis menggunakan Kruskal Wallis menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh
signifikan dari penggunaan campuran pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung
kacang hijau terhadap aspek tekstur sesaat setelah pencelupan susu pada sereal
flakes. Peningkatan kadar tepung kacang hijau dan menurunnya kadar mocaf dalam
sereal flakes juga mempengaruhi kemampuan kerenyahan tekstur sereal sesaat
setelah pencelupan susu. Penilaian aspek tekstur kerenyahan sereal sesaat
setelah perendaman susu menunjukkan bahwa sereal F3 merupakan sereal dengan
penilaian kualitas yang terbaik, yaitu bertekstur renyah.
8. Uji Fisik Sereal
Metode penilaian kualitas dengan alat dapat digunakan
untuk mengungkapkan karakteristik atau sifat-sifat kualitas pangan yang
tersembunyi. Umumnya, hasil pengukuran karakteristik kualitas dengan uji
sensori memiliki nilai korelasi yang tinggi dengan hasil pengukuran
karakteristik kualitas dengan alat. Pada penelitian ini, uji fisik yang
digunakan adalah uji ketahanan renyah dan daya serap ari. Kedua uji ini mampu
memberi informasi akurat terkait kualitas sereal flakes aspek tekstur.
a.
Uji Ketahanan Renyah Dalam Perendaman Susu
Gambar
8. Grafik Uji Fisik Ketahanan Renyah Sereal Dalam Perendaman Susu
Pengujian ketahanan renyah selama 15 menit dilakukan
untuk mengetahui ketahanan renyah dari setiap perlakuan sereal flakes selama 15
menit dalam perendaman susu. Uji ketahanan renyah dalam susu dilakukan sebanyak
3 kali pengulangan pada setiap perlakuan yang diuji, setelah itu hasil
pengulangan dijumlahkan dan diambil rata-ratanya. Pada uji ketahanan renyah
dalam perendaman susu, sereal yang dianggap berkualitas baik adalah yang mampu
bertahan kerenyahannya selama 15 menit dari awal perendaman hingga sereal
tenggelam dan hancur dalam rendaman susu. Berdasarkan data diatas, diketahui
bahwa ketahanan renyah dalam perendaman susu sereal flakes dengan perbandingan
50%:35%:15% memiliki skor rata-rata 10 menit. Sereal flakes dengan perbandingan
50%:25%:25% memiliki skor rata-rata 11 menit 66 detik. Sedangkan sereal flakes
dengan perbandingan 50%:15%:35% memiliki skor rata- rata 12 menit 33 detik dan
mampu bertahan lebih lama kerenyahannya dibanding 2 produk lainnya. Semakin
lama sereal bertahan dalam rendaman susu, maka kualitasnya semakin baik. Data
tersebut menunjukkan bahwa dengan persentase pati ubi yang tetap, semakin
tinggi persentase mocaf dan menurunnya persentase tepung kacang hijau
menyebabkan lama ketahanan renyah sereal semakin berkurang. Sedangkan, semakin
tinggi persentase tepung kacang hijau dan menurunnya persentase mocaf
menyebabkan lama ketahanan renyah sereal semakin meningkat. Berdasarkan uji
ketahanan renyah dalam perendaman susu yang telah dilakukan pada ketiga
perlakuan, diketahui bahwa ketiganya belum memenuhi kualitas sereal yang ideal
yaitu kerenyahan mampu bertahan dalam perendaman susu selama 15 menit.
b.
Uji Daya Serap Air
Gambar
9. Grafik Uji Fisik Daya Serap Air
Uji daya serap air dilakukan untuk menguji kemampuan
sereal flakes untuk menyerap susu yang berkaitan dengan kerenyahan sereal ketika
direndam susu. Semakin tinggi kemampuan sereal flakes menyerap air maka sereal
akan lebih cepat lunak bahkan hancur selama perendaman dengan susu. Pengujian
dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan dan hasil uji daya serap air dinyatakan
dalam persen. Rata-rata nilai daya serap cairan sereal flakes dengan
perbandingan 50%:35%:15% sebesar 133,3%, sedangkan sereal flakes dengan
perbandingan 50%:15%:35% rata- rata nilai daya serap cairannya sebesar 83,3%,
dan sereal flakes dengan perbandingan 50%:25%:25% rata-rata nilai daya serap
cairannya sebesar 66,7%. Berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui bahwa
sereal dengan perbandingan pati ubi jalar: mocaf: tepung kacang hijau sebesar
50%:25%:25% memiliki kemampuan menyerap cairan yang paling rendah, sedangkan
sereal dengan perbandingan pati ubi jalar: mocaf: tepung kacang hijau sebesar
50%:35%:15% memiliki kemampuan menyerap cairan paling tinggi.
Kesimpulan
Hasil pengujian hipotesis melalui uji Kruskal Wallis
menunjukkan bahwa penggunaan campuran pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung
kacang hijau memberikan pengaruh hanya kepada aspek warna sereal, yaitu semakin
banyak kandungan tepung kacang hijau dan berkurangnya kandungan mocaf, maka
warnanya akan semakin gelap. Jika dilihat dari hasil uji ketahanan renyah dalam
perendaman susu, sereal F3 adalah sereal yang paling lama bertahan
kerenyahannya dalam perendaman susu dengan rata-rata waktu 12,33 menit. Namun,
pada uji daya serap air, hasilnya sereal F2 adalah sereal yang paling sedikit
menyerap cairan
dengan rata-rata persentase penyerapan cairan sebanyak 66,7%. Kesimpulan akhir
menunjukkan bahwa produk dengan kualitas terbaik yang dipilih adalah sereal
flakes F3 dengan persentase pati ubi jalar putih, mocaf, dan tepung kacang
hijau sebesar 50%:15%:35%. Hal ini ditentukan berdasarkan penilaian terhadap
uji kualitas fisik dan organoleptik meliputi aspek warna, aroma ubi jalar,
aroma mocaf, aroma kacang hijau, tekstur sebelum perendaman susu, tekstur
sesaat setelah perendaman susu, serta uji kualitas fisik meliputi ketahanan
renyah, dan juga daya serap air.
Anggraeni,
Y. P., & Yuwono, S. S. (2013). Pengaruh Fermentasi Alami Pada Chips Ubi
Jalar (Ipomoea Batatas) Terhadap Sifat Fisik Tepung Ubi Jalar Terfermentasi [In
Press April 2014]. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(2), 59�69. Google Scholar
Brigita, E. (2021). Pemanfaatan
Umbi-Umbian Sebagai Bahan Baku Flakes. Universitas Katholik Soegijapranata
Semarang. Google Scholar
Putri, I. P. D. (2017). Formula
Flakes dan Uji Potensi Penurunan Kolestrol dari Serat Kulit Buah Pisang Raja
(Musa paradisiaca L.) pada Mencit (Mus musculus). Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar. Google Scholar
Rahman, S. (2018). Teknologi
Pengolahan Tepung dan Pati Biji-Bijian Berbasis Tanaman Kayu. Sleman:
Deepublish. Google Scholar
Rubyanto, D. (2018). Penerimaan
Konsumen Terhadap Flakes Substitusi Pati Ubi Jalar Putih (Ipomea batatas).
Universitas Negeri Jakarta. Google Scholar
Saloko, S., Handito, D., Cicilia, S.,
& Dwiani, A. (2017). Karakteristik Fisikokimia Dan Sensoris Produk Patiseri
Berbasis Mocaf (Physicochemical and Sensory Characteristics of Patisseries Made
from Mocaf). Jurnal Teknologi Pangan, 10(1). Google Scholar
Surahman, D. N. (2016). Pengaruh
Jenis Tepung Pisang (Musa paradisiaca) dan Waktu Pemanggangan Terhadap
Karakteristik Banana Flakes. Fakultas Teknik Unpas. Google Scholar
Susanti, I., Loebis, E. H., &
Meilidayani, S. (2017). Modifikasi Flakes Sarapan Pagi Berbasis Mocaf dan
Tepung Jagung. Indonesian Journal of Industrial Research, 34(1),
44�52. https://doi.org/10.32765/warta ihp.v34i1.4067. Google Scholar
Utami, A. D. (2016). Kajian
Subtitusi Tepung Ubi Jalar (Ipomoea Batatas L.) Dan Penambahan Kurma (Phoenix Dactilyfera
L.) Pada Biskuit Fungsional. Fakultas Teknik Unpas. Google Scholar
Yulifianti, R., Ginting, E., &
Utomo, J. S. (2012). Tepung kasava modifikasi sebagai bahan substitusi
terigu mendukung diversifikasi pangan. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang
dan Umbi. Google Scholar
Copyright holder : Kamilia, Ridawati, Ari Fadiati (2022) |
First publication right
: Jurnal Syntax Admiration This article is licensed under: |