Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 3 No. 10 Oktober 2022 |
p-ISSN :
2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial
Teknik |
EMOSI KEBAHAGIAAN MAHASISWA YANG BERASAL DARI
NUSA TENGGARA TIMUR DAN YOGYAKARTA DI KOTA MALANG
Muhammad Mirza Fahrozy1, Putu Aditya
Prasidha Geordi2, Retno Sulistiyaningsih3, Ali Syahidin
Mubarok4
Universitas Negeri Malang1,2,3
UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung4
Email: [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 04 Agustus
2022 Direvisi 12 September
2022 Disetujui 14 September
2022 |
Ekspresi emosi
merupakan perubahan yang terjadi pada otot dan kelenjar sehingga berpengaruh
pada tingkah laku yang berasosiasi dengan emosi. Dalam ekspresi emosi
terdapat kebahagiaan yang merupakan emosi positif yang dirasakan oleh
individu serta adanya aktivitas positif yang disukai oleh individu tersebut.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa berasal dari NTT dan Yogyakarta yang
berkuliah di kota Malang. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode fenomenologi. Mahasiswa NTT lebih mengungkapkan kebahagiaan pada
tindakan yang sudah ditanamkan sejak kecil sesuai dengan budaya yang berada
di daerahnya serta memiliki cara yang unik dan segan terhadap teman yang
berasal dari NTT. Kebahagiaan yang dimiliki mahasiswa NTT lebih diekspresikan
melalui cara menyanyi, bermain gitar dan tentunya mahasiswa NTT memiliki gaya
bahasa yang lugas dan tegas ketika berbicara. Mahasiswa Yogyakarta memiliki
budaya sopan santun terhadap orang yang lebih tua dan ditanamkan dalam
dirinya serta memiliki cara baik untuk menyampaikan pesan secara tidak
langsung. Mahasiswa Yogyakarta juga mengekspresikan kebahagiaannya melalui
cara membuat sekitarnya senang dan memiliki gaya bahasa yang sopan dan halus
ketika berbicara. |
Kata kunci: Budaya, Ekspresi Emosi,
Kebahagiaan. |
|
Keywords: Culture, Expression of
Emotions, Happines2s. |
ABSTRACT Emotional expression is a change that occurs in muscles and glands so
that it affects the behavior associated with emotions. In the expression of
emotions there is happiness which is a positive emotion that is felt by
individuals as well as the existence of positive activities that are liked by
the individual. The study was conducted on students from NTT and Yogyakarta
who were studying in Malang, The study used a qualitative approach with a
phenomenological method. NTT students express more happiness in the actions
that have been instilled since childhood in accordance with the culture in
their area and have a unique and reluctant way to friends who come from NTT.
The happiness that NTT students have is more expressed through singing,
playing guitar and of course NTT students have a straightforward and firm
language when speaking. Yogyakarta students have a culture of courtesy
towards older people and are inculcated in themselves and have a good way to
convey messages indirectly. Yogyakarta students also express their happiness
through making their surroundings happy and having a polite and refined style
of speech when speaking. |
Pendahuluan
Budaya menurut Koentjaraningrat (2009) dalam (Supriadi et al.,
2016) dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, rasa
dan karsa manusia. Hasil-hasil dari budaya yang dapat kita lihat diantaranya
adalah adanya adat istiadat, pakaian, bangunan, karya seni. Di Indonesia
tentunya memiliki berbagai jenis budaya yang beragam setiap daerah dari Sabang
sampai Merauke yang memiliki ciri-ciri budaya yang berbeda, baik itu karakter,
bahasa, komunikasi. Salah satu hasil dari budaya berupa rasa dapat dilihat dari
adanya emosi pada setiap budaya. Emosi menurut William James (dalam (Farnsworth et al.,
1955); (Sobur, 2016)) merupakan kecenderungan dalam memiliki
perasaan yang khas ketika berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya,
dalam hal ini emosi memiliki peran penting untuk individu agar bisa diterima
dalam kehidupan. Emosi yang dimiliki manusia ini dikeluarkan dengan adanya
ekspresi emosi.
Ekspresi emosi sendiri telah banyak dibahas oleh
tokoh terkemuka, salah satunya Ekman (dalam (Keltner et al., 2003)) yang menemukan bahwa ada beberapa emosi yang
pada dasarnya dimiliki dan diartikan sama yaitu emosi secara universal antara
lain marah, muak, jijik, takut, bahagia, sedih, dan terkejut. Oleh karena itu,
memahami ekspresi emosi antar lintas budaya menjadi salah satu hal penting
dalam pergaulan kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk emosi yang sering
dapat dijumpai di kalangan masyarakat adalah ekspresi kebahagiaan. Ekspresi
kebahagiaan sendiri menurut Ekman (dalam (Keltner et al.,
2003)) merupakan salah satu emosi positif yang
dirasakan individu berupa pikiran atau perasaan yang menyenangkan sehingga
sangat diinginkan oleh individu.
Salah satu yang menarik untuk peneliti adalah
bagaimana perbedaan emosi antara dua daerah yang berada di Indonesia. Dalam hal
ini yang peneliti ingin lihat adalah emosi kebahagiaan antara mahasiswa berasal
dari Nusa Tenggara Timur dan mahasiswa berasal dari Yogyakarta yang berkuliah
di Kota Malang. Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Jano &
Rochayanti, 2017) menunjukkan bahwa adanya karakter dari
orang-orang Nusa Tenggara Timur yang ditunjukkan dengan cara berbicara yang
keras dan tegas, cepat, sifat yang terbuka dengan orang lain dan orang-orang
dari Yogyakarta yang ditunjukkan dengan sifat yang halus, lemah lembut, sopan,
tidak suka berbicara terus terang, dan selalu menyembunyikan perasaannya pada
sesuatu hal. Dari karakter-karakter yang dimiliki oleh individu-individu
bersangkutan, peneliti tertarik dan ingin melihat bagaimana emosi kebahagiaan
yang dimunculkan dari individu yang berasal dari Nusa Tenggara Timur dan
Yogyakarta khususnya yang berkuliah di Kota Malang apakah ada perbedaan dalam
mengungkapkan emosi kebahagiaannya atau tidak.
Emosi menurut William James (dalam (Farnsworth et al.,
1955); (Sobur, 2016)), adalah kecenderungan dalam memiliki perasaan
yang khas ketika berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya. Emosi
disini digambarkan sebagai suatu kecenderungan dalam perasaan yang tiap orang
memiliki kekhasan masing-masing ketika menghadapi objek-objek tertentu yang
dilihat dan dirasakan pada lingkungannya. Sedangkan menurut (Crow & Crow,
1962); (Sobur, 2016) menjelaskan bahwa emosi adalah suatu keadaan
yang mengalami pergolakan dalam diri individu yang berfungsi sebagai suatu
penyesuaian diri terhadap lingkungannya untuk mencapai suatu kesejahteraan dan
keselamatan pada diri individu. Dalam hal ini, emosi dijelaskan sebagai suatu
keadaan yang menjadi luapan dalam diri individu yang berfungsi sebagai bentuk
penyesuaian diri dari individu tersebut pada lingkungan yang mereka tempati
dalam tujuannya untuk mencapai kesejahteraan dan upaya untuk mencari
keselamatan diri pada hidupnya.
Menurut (Sukmadinata, 2005); (Trihastuti et al.,
2018) menjelaskan bahwa emosi adalah sebagai bentuk
kombinasi dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi
dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Emosi dijelaskan sebagai bentuk
perpaduan dari beberapa perasaan yang dimiliki oleh setiap individu dan hal itu
memiliki intensitas perasaan yang relatif tinggi sehingga menimbulkan suatu
pergolakan suasana perasaan pada diri manusia. Dari definisi yang dikemukakan
oleh ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa emosi adalah suatu keadaan perasaan
yang muncul dari individu yang memiliki kekhasan dalam diri individu akibat
adanya kombinasi beberapa perasaan yang memiliki intensitas tinggi sehingga
menimbulkan gejolak pada lingkungannya sebagai bentuk adaptasi untuk mencapai
keadaan yang sejahtera dan mendapatkan keselamatan pada diri individu.
Dalam emosi terdapat ekspresi emosi yang
dijelaskan oleh (Chaplin &
Kartono, 1989) bahwa ekspresi emosi adalah perubahan-perubahan
yang terjadi dalam otot dan kelenjar yang mempengaruhi tingkah laku dan hal ini
berasosiasi dengan emosi. Ekspresi emosi dalam hal ini terjadi karena adanya
suatu perubahan yang terjadi pada otot dan kelenjar yang dimiliki manusia
sehingga mempengaruhi tingkah laku individu. Perubahan yang terjadi ini
mengalami pengkombinasian keadaan dengan emosi yang dimiliki individu tersebut
sehingga menghasilkan suatu ekspresi emosi. Menurut Planalp (dalam (Suciati, 2014)) menjelaskan bahwa ekspresi emosi adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh individu untuk mengkomunikasikan status perasaannya
yang dimiliki dan memiliki orientasi pada tujuan tertentu. Ekspresi emosi
terjadi karena upaya individu untuk berusaha mengkomunikasikan keadaan yang
dirasakan oleh individu tersebut dan proses itu mengarah pada pencapaian
sesuatu yang hendak dicapai oleh individu.
Menurut (Ekman, 1997), berpendapat bahwa ekspresi emosi adalah keadaan dimana individu
memiliki kesiapan dalam menanggapi peristiwa-peristiwa yang mendesak untuk
bereaksi atau bertindak serta bagaimana individu dalam merespon emosi. Dalam
hal ini, ekspresi emosi terjadi jika individu dalam suatu kondisi memiliki kesiapan
dalam menanggapi kejadian-kejadian yang mendesak menurutnya sehingga dibutuhkan
suatu reaksi atau tindakan. Selain reaksi atau tindakan, individu juga bersiap
untuk merespon emosi atas kejadian yang mendesak tadi.
Gunarsa (dalam (Suciati, 2014)) juga menjelaskan bahwa ekspresi emosi adalah
suatu bentuk komunikasi melalui perubahan raut wajah dan gesture yang menyertai
emosi, dalam hal ini perubahan terjadi berupa adanya luapan dari emosi,
mengungkapkan, menyampaikan perasaan kepada orang lain, dan menentukan
bagaimana perasaan orang lain. Ekspresi emosi sebagai bentuk komunikasi pada
individu lain berupa perubahan yang nampak dalam diri individu bersangkutan
dengan adanya perubahan pada raut wajah dan gesture yang dalam hal ini adalah
bentuk emosi. Perubahan yang terjadi ini dapat berupa luapan emosi itu sendiri,
cara mengungkapkan dan menyampaikan perasaan individu lain, dan bagaimana
menentukan perasaan individu lain atas ekspresi emosi yang individu
bersangkutan lakukan. Dari definisi yang dikemukakan oleh para ahli, dapat
ditarik kesimpulan jika ekspresi emosi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
individu untuk mengkomunikasikan perasaan yang dimiliki dan kesiapan dalam
menanggapi peristiwa-peristiwa yang mendesak melalui perubahan raut wajah dan
gesture serta adanya perubahan pada otot dan kelenjar yang mempengaruhi tingkah
laku sehingga terjadi luapan emosi, cara mengungkapkan dan menyampaikan
perasaan kepada orang lain, dan menentukan bagaimana perasaan orang lain.
Emosi
sendiri Menurut Ekman (dalam (Matsumoto &
Ekman, 2008)) dibagi menjadi
tujuh keadaan, diantaranya sebagai berikut.
1. Marah
������� : Perasaan yang terjadi karena
adanya ketidaksenangan terhadap sesuatu yang bersifat melukai, menganiaya,
menentang dan biasanya muncul dengan spontan serta ingin melawan penyebab
perasaan ini. Ekspresi emosi marah dapat dilihat dari perubahan raut muka,
dalam bentuk verbal, dan dalam bentuk tindakan.
2. Muak��������� : Perasaan yang terjadi karena
individu melihat sesuatu atau individu lain yang kualitas tindakannya, proses,
dan kemampuannya menurun atau rendah, rata-rata, atau tidak layak.
3. Jijik
����������� : Perasaan yang muncul pada
individu karena merasa suatu objek yang dilihat menjijikan, tidak disukai, atau
dibenci.
4. Takut
�������� : Perasaan yang muncul karena ada
keadaan yang dianggapnya sebagai sesuatu yang berbahaya, adanya kejahatan, atau
perasaan yang akan menyakiti individu. Ekspresi emosi takut dapat berupa
teriakan histeris, berlari, merunduk, menutup telinga, dan menghindar.
5. Bahagia
���� : Perasaan yang muncul karena sesuatu
yang benar-benar disukai, adanya rasa kepuasan, atau kegembiraan.
6. Sedih
�������� : Perasaan yang muncul ketika
semangat yang dimiliki berada pada posisi rendah atau dalam keadaan duka cita.
Ekspresi emosi sedih dapat dilihat seperti menangis, mata berkaca-kaca, wajah
pucat, pandangan lesu, tanpa senyum, dan tidak bergairah.
7. Terkejut
���� : Perasaan yang muncul karena
mengalami sesuatu yang menurut individu tersebut datang secara tiba-tiba atau
tidak terduga. Emosi terkejut diekspresikan dengan berteriak secara spontan dan
mata terbelalak.
Menurut
Tekalp (dalam (Nidika, 2016)) ekspresi emosi dapat
dideskripsikan berdasarkan beberapa jenis emosi dasar yaitu emosi senang,
sedih, marah, dan terkejut diantaranya sebagai berikut.
1. Senang
������ : Posisi alis mata rileks, posisi
mulut terbuka, dan ujung mulut tertarik kearah telinga.
2. Sedih
�������� : Posisi alis mata bagian dalam
terangkat keatas, mata agak terpejam, dan posisi mulut rileks.
3. Marah
������� : Posisi alis mata bagian dalam
tertarik ke bawah secara bersamaan, mata terbuka lebar, bibir atas dan bawah
saling menekan atau terbuka lebar untuk memperlihatkan gigi.
4. Terkejut
���� : Posisi alis mata terangkat, kelopak
mata terbuka lebar, dan rahang terbuka.
Kebahagiaan
sendiri menurut Seligman (dalam (Hidayatullah &
Larassaty, 2017)) adalah konsep
yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan oleh individu serta adanya
aktivitas positif yang disukai oleh individu tersebut. Kebahagiaan digambarkan
sebagai emosi positif yang dirasakan oleh individu bersangkutan dan adanya
aktivitas yang dilakukan individu tersebut secara positif dan dia sukai juga
sehingga membuat dirinya menjadi bahagia. Menurut Cambridge Advanced Learner's
Dictionary (dalam (Aziz, 2022)), kebahagiaan adalah suatu keadaan
dalam pikiran atau perasaan yang ditandai dengan adanya kepuasan, cinta, kesenangan,
atau sukacita. Kebahagiaan dalam hal ini terjadi karena adanya suatu keadaan
yang ada dalam pikiran dan perasaan individu. Keadaan ini ditandai dengan
perasaan kepuasan, adanya rasa cinta, adanya kesenangan, dan adanya rasa suka cinta
yang ada dalam pikiran dan perasaan individu.
Menurut
Ekman (dalam (Ismanto, 2018)), kebahagiaan adalah sebuah emosi
yang bersifat positif dan menyenangkan. Kebahagiaan dalam hal ini digambarkan
sebagai suatu emosi yang dalam keadaan tersebut memberi rasa positif dan
menyenangkan dalam diri individu karena adanya perasaan emosi bahagia yang
terjadi. Kebahagiaan menurut Hurlock (dalam (Wahab, 2015)), didefinisikan sebagai kondisi
emosi yang menyenangkan yang sangat didambkan individu. Dalam hal ini individu
memandang emosi kebahagiaan adalah hal yang menyenangkan sehingga sangat
diinginkan sekali oleh individu untuk merasakan kondisi emosi yang seperti ini
yaitu emosi kebahagiaan. Dari definisi yang sudah di kemukakan para ahli, dapat
ditarik kesimpulan jika kebahagiaan adalah kondisi emosi positif yang dirasakan
individu berupa pikiran atau perasaan yang menyenangkan dengan ditandai adanya
kepuasan, cinta, kesenangan, atau sukacita serta adanya aktivitas positif yang
disukai oleh individu tersebut sehingga keadaan emosi tersebut sangat didambakan
oleh individu.
Aspek
kebahagiaan menurut Seligman (dalam (Melati &
Saragih, 2011)) dibagi menjadi
lima aspek, diantaranya sebagai berikut.
1. Hubungan
positif dengan orang lain : Hubungan positif dalam hal ini dapat berupa
hubungan pertemanan, hubungan keluarga, atau hubungan dalam status pernikahan.
2. Keterlibatan
Penuh : Maksud dari keterlibatan penuh adalah bagaimana cara individu
melibatkan dirinya pada pekerjaan yang ditekuni. Selain pada pekerjaan,
keterlibatan penuh juga dapat dilakukan dengan kegiatan seperti pemenuhan hobi
atau kegiatan dengan keluarga. Keterlibatan penuh dalam hal ini tidak hanya
terlibat secara fisik saja, namun juga ada keterlibatan penuh dalam pikiran
serta perasaan individu.
3. Makna
dalam Keseharian : Dalam hal ini, makna dapat diperoleh dari keterlibatan penuh
dan hubungan positif dengan orang lain yang hal itu didapatkan secara tersirat
dalam keseharian aktivitas yang dilakukan.
4. Optimis
����� : Optimis dapat diperoleh dari
menjalani hidup dengan bahagia dan tidak mengalami kecemasan dalam menjalani
hidup dengan penuh harapan.
5. Resiliensi
�� : Kebahagiaan yang dimiliki individu
tidak selamanya didapatkan dengan peristiwa yang menyenangkan, namun ada halnya
didapat ketika inidividu mengalami penderitaan. Dalam hal ini, resiliensi
diperoleh dari sejauh mana individu memiliki kemampuan untuk bangkit dari
peristiwa buruk yang pernah dihadapi.
Menurut
Diener (dalam (Nasution, 2019)) terdapat dua aspek yang harus
dipenuhi untuk mendapatkan kebahagiaan, diantaranya sebagai berikut.
1. Afeksi
������� : Afeksi terdiri dari afek positif
dan afek negatif. Hal ini merupakan pengalaman emosional berupa emosi positif
dan negatif.
2. Kognisi
����� : Kognisi merupakan suatu kepuasan
yang berasal dari sikap menerima, kasih sayang, dan prestasi yang diperoleh dari
berbagai bidang kehidupan baik dari diri sendiri, keluarga, dan teman. Selain
itu, kepuasan dapat diperoleh dari adanya kesehatan, keuangan, dan prestasi.
Menurut
Shaver dan Freedman (dalam (Nasution, 2019)), kebahagiaan didapatkan dari tiga
aspek, diantaranya sebagai berikut.
1. Sikap
Menerima ��� : Sikap menerima adalah
kondisi bahagia ketika individu memandang keadaan diri sendiri dan tidak
membandingkan diri dengan individu lain. Dalam hal ini, kebahagiaan bergantung
pada sikap untuk mensyukuri dan menikmati keadaan diri sendiri.
2. Kasih
Sayang ������� : Kasih sayang dapat
terlihat dari penerimaan individu lain dimana semakin banyak kasih sayang yang
dirasakan maka semakin banyak pula kebahagiaan yang dialami individu.�
3. Prestasi
����������������� : Prestasi adalah kondisi
tercapainya tujuan individu. Semakin banyak prestasi yang dicapai maka semakin
kebahagiaan yang dirasakan individu tersebut.
Mahasiswa
menurut Peraturan Pemerintah RI No.30 tahun 1990 adalah peserta didik yang
terdaftar dan belajar di perguruan tinggi. Individu yang terdaftar menjadi
peserta didik dan belajar di perguruan tinggi dapat dikatakan sebagai
mahasiswa. Mahasiswa menurut Knopfelmacher (dalam (Panjaitan et al.,
2018)) adalah insan-insan calon sarjana
yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi, di didik, dan diharapkan
menjadi calon intelektual. Individu-individu yang berada dalam perguruan tinggi
merupakan calon-calon sarjana yang terlibat dalam dunia perguruan tinggi yang
kemudian mendapatkan pendidikan dari pengajar serta diharapkan mampu menjadi
calon intelektual setelah lulus dari perguruan tinggi.
Mahasiswa
menurut (Hurlock, 1980) adalah suatu masa ketika individu
mengalami banyak keraguan atau kebimbangan termasuk upaya untuk menerima
dirinya sendiri. Dalam hal ini, masa yang terjadi pada diri individu adalah
masa-masa banyak keraguan atau banyak kebimbangan dalam upaya untuk menerima
keadaan dirinya sendiri secara yakin. Dari pendapat ahli diatas dapat
disimpulkan bahwa mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar dan
terlibat dalam perguruan tinggi yang kemudian didik dan diharapkan menjadi
calon intelektual karena pada masa ini mahasiswa mengalami banyak keraguan atau
kebimbangan termasuk upaya untuk menerima dirinya sendiri. Dalam hal ini, upaya
keraguan dan kebimbangan dalam diri mahasiswa serta keadaan untuk menerima
dirinya sendiri dilihat dari keadaan emosi kebahagiaan mahasiswa.
Nusa
Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi dari banyak provinsi yang berada
di Indonesia. Masyarakat Nusa Tenggara Timur memiliki karakteristik unik dalam
kebudayaan yang dimilikinya sehingga mempengaruhi cara hidup masyarakatnya.
Dalam penelitian yang dilakukan (Jano &
Rochayanti, 2017), dijelaskan
bahwa masyarakat Nusa Tenggara Timur memiliki low context culture dan
masculinity. Low context culture dilihat dari cara komunikasi dengan
menyampaikan pesan verbal dan eksplisit, gaya bicara langsung, lugas, dan
berterus terang tanpa basa-basi.�
Penganut Low context culture ini lebih senang untuk mengatakan apa yang
mereka maksudkan. Selain itu, cara mereka berkomunikasi dengan keras baik dari
volume suara yang dikeluarkan dan sifat serta sikapnya yang keras karena cara
berkomunikasi mereka yang lugas. Budaya masculinity lebih menghargai nilai
prestasi kerja dan ketegasan. Individu dinilai berdasarkan tampilan serta dalam
kelompok atau budayanya dianjurkan untuk menampilkan barang yang diperoleh.
Yogyakarta
merupakan salah satu provinsi dari banyak provinsi yang berada di Indonesia.
Masyarakat Yogyakarta memiliki karakteristik unik dalam kebudayaan yang dimilikinya
sehingga mempengaruhi cara hidup masyarakatnya. Dalam penelitian yang dilakukan
(Jano &
Rochayanti, 2017), dijelaskan
bahwa masyarakat Yogyakarta memiliki high context culture dan feminity. High
context culture dilihat dari cara komunikasi dengan menyampaikan pesan bersifat
implisit, tidak langsung, dan tidak terus terang. Penganut High context culture
ini lebih memilih untuk menyampaikan pesan secara tersembunyi karena lebih
memainkan perilaku nonverbal seperti intonasi suara, dan lain-lain untuk
mengatakan apa yang mereka maksudkan. Selain itu, cara mereka berkomunikasi
dengan halus dan volume suara yang dikeluarkan secara lembut serta sifat dan
sikapnya yang terkesan baik karena cara berkomunikasi mereka yang lembut.
Budaya feminity mengarah pada nilai penurut dan mendukung kehidupan sosial.
Orang yang memiliki pola budaya feminity ini lebih menghargai sesama dan
simpati kepada orang yang mengalami kekurangan.
Metode Penelitian
Penulisan artikel ilmiah ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif. Menurut (Creswell, 2014); (Raco, 2018) Pendekatan Kualitatif merupakan
sebuah pendekatan yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala
yang sentral. Hal ini terlihat dari prosedur yang sudah ditetapkan oleh
peneliti yang menghasilkan data deskriptif, ucapan atau tulisan dan perilaku
yang akan diamati dari subjek itu sendiri. Model penelitian menggunakan model
fenomenologi yaitu realita sosial yang berdasarkan atas pemahaman dan keyakinan
dari subjek yang bersangkutan (Herdiansyah, 2015). Model ini digunakan untuk
mendeskripsikan tentang fenomena tertentu yang terjadi dan mempengaruhi sudut
pandang, sikap, persepsi, dan bahkan perilaku orang atau sekelompok orang yang
memaknainya. Selain itu model fenomenologi juga meneliti pada proses ataupun
isu yang akan diangkat.
Dalam metode kualitatif, ada beberapa istilah yang
biasa digunakan dalam subjek penelitian, dalam penelitian ini digunakan istilah
�peserta�, terutama subjek yang mewakili suatu kelompok, dan hubungan antara
peneliti dengan subjek penelitian dianggap untuk subjek yang bermakna. Teknik
pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling,
Menurut (Sugiyono, 2010) teknik untuk menentukan
sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan agar
data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative. Pemilihan sampel
tergantung pada tujuan penelitian tanpa memperhatikan keumumannya.
Sehubungan dengan penelitian ini memusatkan perhatian
pada emosi kebahagiaan mahasiswa yang berasal dari Yogyakarta dan Nusa Tenggara
Timur yang kuliah di Malang, peneliti ingin mencari kriteria subjek yang akan
dijadikan subjek penelitian antara lain:
1.
Mahasiswa
yang lama atau bertempat tinggal di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur selama 3
tahun.
2.
Mahasiswa
yang berumur 17-23 tahun berasal dari Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur.
3.
Mahasiswa
aktif yang sedang berkuliah di Universitas Negeri Malang.
4.
Pola
asuh dengan orang tua yang berasal dari Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur.
5.
Sejak
kecil sudah bersekolah dan berinteraksi di Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Negeri Malang yang
beralamat di Jl.Semarang No.5, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa
Timur, 65145. Terkait dengan penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
tidak memiliki batasan waktu yang jelas sampai peneliti memperoleh pemahaman
yang benar-benar mendalam tentang subjek yang diteliti.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
data primer yaitu data yang diperoleh peneliti secara langsung dari responden
melalui kuesioner, kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara
peneliti dengan narasumber.
1.
Wawancara
Wawancara menurut (Stewart & Cash, 2012); (Herdiansyah, 2015) dapat diartikan sebagai suatu
interaksi yang di dalamnya terdapat pertukaran atau sharing aturan,
tanggungjawab, perasaan, kepercayaan, motif dan informasi. Wawancara dilakukan
dengan berdialog dan tanya jawab dengan Mahasiswa yang berasal dari Yogyakarta
dan Nusa Tenggara Timur pertanyaanya sudah disesuaikan dengan pedoman wawancara
terlebih dahulu yang berkaitan dengan ekspresi kebahagiaan, sehingga bisa
mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Hasil wawancara kemudian
dituangkan dalam struktur ringkasan, yang dimulai dari penjelasan ringkas,
identitas masalah, deskripsi data.
2.
Observasi
Observasi menurut (Creswell, 2014); (Herdiansyah, 2015) adalah proses ekstraksi data oleh
peneliti sendiri (bukan asisten peneliti atau orang lain) dengan merinci
manusia dan lingkungannya sebagai subjek pengamatan di daerah penelitian.
langsung dengan observasi. Dalam menggunakan metode observasi peneliti terlebih
dahulu membuat pedoman observasi. Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi
langsung yaitu melakukan pengamatan di Universitas Negeri Malang, mencari
mahasiswa yang berasal dari Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur sesuai dengan pedoman
observasi yang sudah ditentukan peneliti.
Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian mengenai ekspresi kebahagiaan mahasiswa NTT
dan Yogyakarta, dari data yang kami peroleh kedua budaya tersebut memiliki
ekspresi kebahagiaan yang ditanamkan oleh keluarganya di setiap daerah. Di
daerah NTT misalnya, terdapat budaya untuk mengekspresikan kebahagiaan dengan
cara melakukan tarian untuk mengucapkan rasa bahagia.� Di Yogyakarta memiliki aturan ketika
mengekspresikan kebahagiaan jangan terlalu berlebihan seperti tertawa yang
terlalu keras. Penanaman budaya juga memiliki peran penting untuk menanamkan
perilaku di setiap daerah yang ditempatinya, karena akan mempengaruhi hubungan
positif dengan orang lain.�
Keterlibatan penuh dalam membantu dan menolong teman yang
merupakan aspek emosi kebahagiaan. Keterlibatan penuh merupakan cara kita untuk
membantu orang yang sedang mengalami kesusahan. Mahasiswa NTT dan Yogyakarta
memiliki cara untuk membantu teman yang mengalami kesusahan. Mahasiswa NTT
memberikan empati dan bantuan yang dibutuhkan oleh teman yang mengalami
kesusahan. Mahasiswa Yogyakarta memiliki simpati dan mendengar apa yang
seharusnya dibutuhkan oleh teman yang mengalami kesusahan. Ketika membantu
teman mahasiswa NTT dan Yogyakarta mengekspresikan rasa senang, bahagia, lega dan
berguna bagi orang lain.
Makna dalam keseharian merupakan cara untuk melibatkan diri
dengan orang lain dengan cara melakukan kegiatan sehari-hari. Mahasiswa NTT
memiliki cara untuk mengekspresikan kebahagiaan dengan cara menyanyi, menonton
film, dan tertawa hingga menangis. Mahasiswa Yogyakarta memiliki cara untuk
mengekspresikan kebahagiaannya melalui cara membuat senang sekitarnya, selain
itu memakan makanan yang enak ketika�
bahagia. Ketika ditanya mengenai apakah sulit meraih kebahagian
mahasiswa NTT dan Yogyakarta menjawab lingkungan sosial sangat mempengaruhi
bagaimana mahasiswa bersikap dan meraih kebahagiaan.
Optimis merupakan cara individu untuk menjalani hidup dengan
bahagia dan tidak mengalami kecemasan dalam menjalani hidup dengan penuh harapan.
Mahasiswa yang berasal dari NTT menghadapi kecemasan dengan cara berdoa dan
berpikir positif, selain itu tetap tenang ketika mengalami masalah dan
menghibur diri dengan cara bermain gitar sambil menyanyi. mahasiswa yang
berasal dari Yogyakarta ketika menghadapi kecemasan dengan cara self-talk
menghilangkan pemikiran yang negatif dan menenangkan diri sendiri, selain itu
juga percaya jika ada masalah pasti ada jalan keluarnya.
Resiliensi, kebahagiaan yang dimiliki individu tidak
selamanya didapatkan dengan peristiwa yang menyenangkan tetapi juga peristiwa
yang menderita. Mahasiswa NTT ketika ditanya mengenai bagaimana lingkungan
sosial sangat mempengaruhi kebahagian, mahasiswa menjawab lingkungan yang baik
akan mempengaruhi kebahagiaan dan lingkungan yang buruk akan cenderung tidak
bahagia. Mahasiswa Yogyakarta menjawab mempengaruhi karena manusia merupakan makhluk
sosial selain itu juga berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan psikis. Ketika
gagal mahasiswa harus kembali bangkit, mahasiswa NTT lebih menjadikan suatu
kegagalan menjadikan pengalaman dan pembelajaran, mahasiswa Yogyakarta
menjadikan kegagalan untuk kembali bangkit dan mengatasi masalah yang ada
selain itu memilih teman yang bisa memberikan support untuk kembali bangkit.
Dalam penelitian yang kami lakukan terdapat ekspresi
kebahagiaan yang berbeda antara mahasiswa NTT dan Yogyakarta. Perbedaannya dari
segi budaya, Mahasiswa NTT memiliki budaya yang turun temurun dari nenek moyang
yang dianut dan ditanamkan sejak kecil, budaya tersebut mempengaruhi perilaku
mahasiswa NTT dan ditanamkan ketika dewasa. Tentunya berpengaruh terhadap
hubungan dengan orang lain mahasiswa NTT memiliki empati yang kuat terhadap
kelompoknya. Mahasiswa Yogyakarta memiliki budaya yang ditanamkan sejak kecil
harus sopan dengan orang yang lebih tua dan ketika mengekspresikan kebahagiaan
harus sesuai dengan kebahagiaannya tidak di lebih-lebihkan.
Menurut Shaver dan Freedman (dalam (Nasution, 2019)) kebahagiaan didapat dari tiga aspek
yaitu Sikap menerima, Kasih sayang, dan Prestasi. Sikap menerima yang dimiliki
mahasiswa NTT selalu bersyukur terhadap permasalahan yang dialaminya, selain
itu mahasiswa NTT juga mengungkapkan kebahagiaan dengan cara menyanyi, bermain
gitar, tertawa dan berbahagia. Mahasiswa Yogyakarta memiliki sikap menerima
dengan cara memendam perasaan�
kebahagiaan, mereka cenderung tidak mengungkapkan secara langsung,
ketika mengalami masalah mahasiswa Yogyakarta menghadapinya dengan cara
menyelesaikan masalah yang ada selain itu berkaca pada diri sendiri.� Kasih sayang terlihat dari cara mahasiswa NTT
memberikan bantuan terhadap temannya yang sedang mengalami masalah, mahasiswa
Yogyakarta memberikan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh teman.
Prestasi yang dimiliki mahasiswa NTT dan Yogyakarta ketika memberikan bantuan
akan mempengaruhi cara mereka untuk bahagia.
Dalam penelitian yang dilakukan (Jano & Rochayanti, 2017), dijelaskan bahwa masyarakat NTT
memiliki karakteristik yang unik dalam kebudayaan yang dimilikinya sehingga
mempengaruhi kehidupan masyarakat, selain itu juga masyarakat NTT memiliki low
context culture dan masculinity. Low context culture, dilihat dari cara� menyampaikan pesan verbal dan eksplisit gaya
bicara tegas, lugas, dan berterus terang, selain itu budaya masculinity lebih
menghargai nilai prestasi kerja dan ketegasan individu. Mahasiswa Yogyakarta
memiliki high context culture dilihat dari cara penyampaian pesan bersifat
implisit, tidak langsung dan tidak terus terang. Masyarakat Yogyakarta
menyampaikan pesan secara tersembunyi karena lebih memainkan perilaku nonverbal
seperti intonasi suara lembut dan halus.
Mahasiswa yang berasal dari NTT dan Yogyakarta memiliki
keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan (Jano & Rochayanti, 2017), mahasiswa NTT memiliki cara yang
unik ketika menyampaikan pesan verbal dengan perkataan yang lugas ketika
menjawab pertanyaan selain itu tegas dalam menyampaikan pendapat, dan berterus
terang. Mahasiswa yang berasal dari NTT juga memiliki tradisi untuk mengekspresikan
kebahagiaan dengan cara menari dan berkumpul bersama keluarga besar. Selain itu
hasil yang kami dapatkan, mahasiswa NTT membantu teman lebih menghargai dan
memberikan apa yang dibutuhkan. Mahasiswa Yogyakarta mempunyai penyampaian
secara tidak langsung, memendam ekspresi kebahagiaan dengan cara meluapkan
kebahagiaannya ke tempat yang mereka sukai, seperti makanan enak. Mahasiswa
Yogyakarta memiliki cara penyampaian yang halus, dan sudah diajarkan sejak
kecil mengenai hormat terhadap orang yang lebih tua sehingga ekspresi
kebahagiaannya cenderung ditahan.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah mahasiswa yang
berasal dari NTT mengungkapkan kebahagiaan melalui tindakan-tindakan yang sudah
ditanamkan sejak kecil sesuai dengan adat dan budaya yang berada di daerahnya,
mahasiswa NTT� memiliki cara yang unik
dan segan terhadap teman yang berasal dari NTT. Kebahagiaan yang dimiliki
mahasiswa NTT lebih diekspresikan melalui cara menyanyi, bermain gitar dan
tentunya mahasiswa NTT memiliki gaya bahasa yang lugas dan tegas ketika
berbicara. Mahasiswa Yogyakarta memiliki budaya sopan santun terhadap orang
yang lebih tua dan ditanamkan dalam dirinya, mahasiswa Yogyakarta memiliki cara
untuk menyampaikan pesan secara tidak langsung. Mahasiswa Yogyakarta
mengekspresikan kebahagiaannya melalui cara membuat sekitarnya senang,
mahasiswa Yogyakarta memiliki gaya bahasa yang sopan dan halus ketika
berbicara.
Aziz, R. (2022). Pengalaman spiritual dan kebahagiaan pada guru agama
sekolah dasar. Proyeksi: Jurnal Psikologi, 6(2), 1�11.
https://doi.org/10.30659/jp.6.2.1-11. Google Scholar
Chaplin, J. P., & Kartono, K.
(1989). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Google Scholar
Creswell. (2014). Metodologi
Penelitian (K. P. M. Group (ed.)).
Crow, L. D., & Crow, A. (1962).
Child development and adjustment: Study of child psychology. MacMillan
Co. Google Scholar
Ekman, P. (1997). Should we call it
expression or communication? Innovation: The European Journal of Social
Science Research, 10(4), 333�344.
https://doi.org/10.1080/13511610.1997.9968538. Google Scholar
Farnsworth, D. S., Funkenstein, D.,
& Wedge, B. (1955). A study of the social and emotional adjustment of
�Early Admission� college students. In Unpublished mimeograph, Report for
the Fund Advancement of Education. Google Scholar
Herdiansyah, H. (2015). Metodologi
Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika. Google Scholar
Hidayatullah, M. S., &
Larassaty, R. M. (2017). Makna bahagia pada lajang dewasa madya. Ecopsy,
4(2), 71�76. Google Scholar
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi
perkembangan. Jakarta: erlangga. Google Scholar
Ismanto, S. P. (2018). Jenis-Jenis
Emosi Tokoh Dalam Novel Nawang Karya Dianing Widya Yudhistira. UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PURWOERTO. Google Scholar
Jano, S. D., & Rochayanti, C.
(2017). Komunikasi Antarbudaya Suku Manggarai Nusa Tenggara Timur di
Yogyakarta. Paradigma: Jurnal Masalah Sosial, Politik, Dan Kebijakan, 21(1),
54�69. https://doi.org/10.31315/paradigma.v21i1.2760. Google Scholar
Keltner, D., Ekman, P., Gonzaga, G.
C., & Beer, J. (2003). Facial Expression of Emotion. Oxford
University Press. Google Scholar
Matsumoto, D., & Ekman, P.
(2008). Facial Expression Analysis. Scholarpedia, 3(5), 4237.
https://doi.org/10.4249/scholarpedia.4237. Google Scholar
Melati, A., & Saragih, J. I.
(2011). Gambaran kebahagiaan pada penyandang tuna daksa dewasa awal. In Medan:
Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara. Google Scholar
Nasution, I. K. (2019). Hubungan
Kecanduan Media Sosial Instagram dengan Kebahagiaan pada Remaja. Universitas
Sumatera Utara. Google Scholar
Nidika, D. (2016). Big Book
terhadap Kemampuan Mengenal Ekspresi Emosi. Edukasi: Jurnal Penelitian Dan
Artikel Pendidikan, 8(1), 11�18. Google Scholar
Panjaitan, S., Simanungkalit, M.,
Wardoyo, Y., Tuerah, F., & Roson, N. (2018). Hubungan Antara Dukungan
Keluarga Inti Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Jurnal Teologi &
Pelayanan Kerusso, 3(1), 24�31.
https://doi.org/10.33856/kerusso.v3i1.89. Google Scholar
Raco, J. (2018). Metode
penelitian kualitatif: jenis, karakteristik dan keunggulannya. OSF
Preprints. Google Scholar
Sobur, A. (2016). Psikologi Umum
dalam Lintas Sejarah.
Stewart, C. J., & Cash, W. B.
(2012). INTERVIU Prinsip dan Praktik. Jakarta: Salemba Humanika. Google Scholar
Suciati, R. (2014). Perbedaan
ekspresi emosi pada orang Batak, Jawa, Melayu dan Minangkabau. Universitas
Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau. Google Scholar
Sugiyono, S. (2010). Metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Sukmadinata, N. S. (2005). Pengembangan
kurikulum: teori dan praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Google Scholar
Supriadi, S., Arisetyawan, A.,
& Tiurlina, T. (2016). Mengintegrasikan pembelajaran matematika berbasis
budaya Banten pada pendirian SD Laboratorium UPI Kampus Serang. Mimbar
Sekolah Dasar, 3(1), 1�18.
https://doi.org/10.53400/mimbar-sd.v3i1.2510. Google Scholar
Trihastuti, A., Mulya, Y. A.,
Abdillah, Z., & Hidayati, F. (2018). Pengaruh dongeng dalam peningkatan
emosi positif anak usia prasekolah. Psikoislamika: Jurnal Psikologi Dan
Psikologi Islam, 15(2), 1�6. https://doi.org/10.18860/psi.v15i2.6736. Google Scholar
Wahab, R. (2015). Psikologi
Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Google Scholar
Copyright holder : Muhammad Mirza Fahrozy, Putu
Aditya Prasidha Geordi, Retno Sulistiyaningsih, Ali Syahidin Mubarok (2022) |
First publication right
: Jurnal Syntax Admiration This article
is licensed under: |