Jurnal
Syntax Admiration |
Vol.
3 No. 11 November 2022 |
p-ISSN :
2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial Teknik |
INVESTIGASI
KUAT TEKAN PAVING BLOCK-ECC OKTAGONAL BERBASIS FLY ASH DAN ABU SEKAM PADI
Harsan Ingot Hasudungan, Muhammad Aswin
Universitas Sumatera Utara
Email:
[email protected], [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 24 September
2022 Direvisi 16 November 2022 Diterbitkan 18 November 2022 |
Salah satu
kegunaan paving block adalah untuk
memenuhi kebutuhan perkerasan permukaan jalan. Umumnya, semen merupakan bahan
pengikat utama dalam pembuatan paving
block. Sedangkan di sekitar kita, fly
ash dan sekam padi belum dimanfaatkan secara optimal, baik oleh
masyarakat maupun industri. Berdasarkan uji kandungan kimia, ternyata fly ash dan abu sekam padi mengandung
silika oksida (SiO2) yang cukup tinggi, sehingga berpotensi untuk
digunakan sebagai bahan bangunan dalam pembuatan mortar ECC (engineered cementitious composites). Penelitian
ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah pertanian yaitu abu sekam padi dan
limbah PLTU yaitu fly ash sebagai
salah satu bahan pembuatan paving block
ECC dan mengkaji kuat tekan paving
block ECC serta membandingkan dengan paving
block yang ada di Toko Bahan Bangunan. Variasi penambahan
�FA dan ASP masing-masing 0%,
5%, 10% dan 15%. Jumlah total spesimen adalah 48 sampel. Paving block dibuat berbentuk segi delapan, dengan ukuran
penampang 200 mm x 200 mm, dan tebal 60 mm. Uji konsistensi dan flowability dilakukan untuk mencapai
kondisi SCC (self-compacting concrete).
Uji kuat tekan dilakukan pada umur 3 hari. Hasil pengujian semua variasi
menunjukkan bahwa campuran mortar ECC memiliki workability yang sangat baik, yang sesuai dengan ketentuan
EFNARC, sedangkan hasil uji tekan menunjukkan bahwa nilai kuat tekan
tertinggi diperoleh pada variasi FA 15% ASP 10%, yaitu 46,82 MPa menurut
ketentuan SNI 03-0691-1996, paving
block ECC pada penelitian ini dapat dikategorikan Mutu-A dibandingkan
dengan hasil uji kuat tekan paving
block dari Toko Bahan Bangunan diperoleh sebesar 34,69 MPa� menurut ketentuan SNI 03-0691-1996, paving block dari Toko Bahan Bangunan� pada penelitian ini dapat dikategorikan
Mutu-B. |
Kata kunci: Fly Ash, Abu Sekam
Padi, Paving Block, Workability, Kuat Tekan. |
|
Keywords: Ecc,� Fly Ash, Rice Husk Ash, Paving
Block, Workability, Compressive Strength. |
ABSTRACT One
of the uses of paving blocks is to meet the needs of road surface pavements.
Generally, cement is the main binding material in the manufacture of paving
blocks. Meanwhile, around us, fly ash and rice husks have not been used
optimally, either by the community or industry. Based on the chemical content
test, it turns out that fly ash and rice husk ash contain quite high silica
oxide (SiO2), so they have the potential to be used as building materials in
the manufacture of ECC (engineered cementitious composites) mortar. This
study aims to utilize agricultural waste, namely rice husk ash and PLTU
waste, namely fly ash as one of the materials for making ECC paving blocks
and examine the compressive strength of ECC paving blocks and compare them
with paving blocks in the Building Materials Store. Variations in addition of
FA and ASP were 0%, 5%, 10% and 15%, respectively. The total number of
specimens is 48 samples. Paving blocks are made in an octagonal shape, with a
cross-sectional size of 200 mm x 200 mm, and a thickness of 60 mm.
Consistency and flowability tests were carried out to achieve SCC
(self-compacting concrete) conditions. The compressive strength test was
carried out at the age of 3 days. The test results of all variations show
that the ECC mortar mixture has excellent workability, which is in accordance
with the provisions of EFNARC, while the results of the compressive test show
that the highest compressive strength value is obtained at the FA 15% ASP 10%
variation, which is 46.82 MPa according to the provisions of SNI 03
-0691-1996, the ECC paving block in this study can be categorized as
Quality-A compared to the results of the compressive strength test of paving
blocks from the Building Materials Store, which was obtained at 34.69 MPa
according to the provisions of SNI 03-0691-1996, paving blocks from the
Building Materials Store in This research can be categorized as Quality-B. |
Pendahuluan
Sejalan
dengan perkembangan dunia konstruksi, sangat diperlukan infrastruktur yang
bersifat sustainable (Habeeb & Mahmud,
2010). Sebagai bahan konstruksi yang relatif
baru, Engineered Cementitious Composite
(ECC) dapat menjadi pilihan yang baik karena ECC atau lebih dikenal sebagai bendable concrete (beton yang dapat
ditekuk) merupakan komposit dengan kuat tarik dan sifat daktilitas yang tinggi
dengan memanfaatkan semen, air, pasir, fiber dan material cementitious sebagai material pembentuknya (Chung et al., 2018).
ECC
tidak menggunakan agregat kasar atau kerikil dalam campuran materialnya, hal
ini dikarenakan kerikil dapat mempengaruhi perilaku daktilitas dan kekuatan
komposit (Komara et al., 2021). Pemanfaatan limbah seperti fly ash, sekam padi, dan lain-lain,
sebagai material tambahan atau substitusi juga dapat digunakan untuk
penghematan biaya dan daur ulang limbah, yang tentunya tetap mengacu pada peningkatan
kualitas beton maupun kehidupan masyarakat modern (Djamaluddin et al.,
2020).
Paving block Paving
block adalah bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland (atau
pengikat hidrolik sejenis), air, dan agregat halus, dengan atau tanpa bahan
tambahan lain yang tidak menurunkan mutu paving
block yang akan digunakan (Jeverson et al., 2022). Biasanya batu paving digunakan
untuk trotoar, tempat parkir, jalur taman dan jalan komunitas (Setiawan et al.,
2010). Paving block disebut juga dengan concrete block atau cone
block (Hambali et al., 2013). Keuntungan menggunakan genteng
beton antara lain proses pemasangannya yang relatif mudah karena mudah dipasang
dan dipadatkan di atas tanah dengan lapisan pasir yang rata (Setiawan et al.,
2010). Menggunakan genteng beton juga
baik untuk lingkungan, karena air hujan dapat meresap ke dalam tanah melalui
celah di antara keduanya, dan genteng beton tersedia dalam berbagai ukuran dan
warna serta terlihat indah saat dipasang (SNI 03-0691-1996) (Marwan et al., 2017).
Pada
tahun 2020 produksi padi di Indonesia mencapai 55,16 juta ton (Badan Pusat
Statistik, 2021) sehingga dapat diperkirakan sekitar 2.1 juta ton limbah sekam
padi dihasilkan setiap tahunnya, sedangkan produksi limbah abu batu bara yaitu fly ash dan bottom ash yang merupakan hasil kegiatan pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) diperkirakan mencapai 8,5 juta ton pada tahun 2020
(https://www.dunia-energi.com). Limbah sekam padi dan abu batu bara tersebut tentunya tidak dalam jumlah yang sedikit,
sehingga apabila dibiarkan maka dapat beresiko terhadap pencemaran lingkungan.
Dalam penelitian ini akan ditinjau kelayakan
penggunaan paving block ECC dengan
memanfaatkan limbah pertanian (yaitu abu sekam padi) serta limbah industri PLTU
(berupa fly ash) sebagai material cementitious, yang mana akan dikaji efek
penggunaanya terhadap kuat tekan beton.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara
eksperimental, yang meliputi pekerjaan persiapan untuk pemeriksaan dan
penyediaan material yang digunakan serta ketersediaan alat-alat yang digunakan
untuk menguji benda uji. Semua prosedur penelitian dilakukan secara sistematis.
1. Material
Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini terdiri dari, Semen Tipe I, fly ash,
abu sekam padi, air, pasir, superplasticizer (SP).
a.
Semen
Tipe I
Semen yang digunakan adalah semen
Portland tipe I dengan kemasan 1 zak 50 kg yang
merupakan produk dari PT. Semen Padang.
b. Fly ash
Fly ash adalah bubuk halus yang merupakan by-product atau produk sisa dari hasil
pembakaran batu bara (Putra et al., 2014) didapat dari PT. PLTU (Pembangkit
Listrik Tenaga Uap) Pangkalan Susu, Sumatera Utara. Fly ash adalah pozzolan,
zat yang mengandung senyawa alumina atau silika yang ketika dicampur dengan
kapur dan air akan membentuk senyawa yang mirip dengan
semen Portland. Hal ini membuat fly ash
cocok sebagai bahan utama dalam campuran semen, ubin, dan bahan bangunan
lainnya (Copeland, 2011). Menurut (Thomas, 2007) menyebutkan bahwa persentase
penggunaan fly ash sebagai pengganti
sebagian semen (replacement) dapat
diklasifikasikan seperti Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi kimia fly ash
Unsur |
Konsentrasi
(%) |
Unsur |
Konsentrasi
(%) |
Al |
11 |
Al2O3 |
14 |
Si |
19.8 |
SiO2 |
29.3 |
K |
1.5 |
K2O |
1.14 |
Ca |
21.2 |
CaO |
18.3 |
Mn |
0.9 |
MnO |
0.65 |
Fe |
39.6 |
Fe2O3 |
30.9 |
Ni |
0.04 |
NiO |
0.03 |
Cu |
0.09 |
CuO |
0.058 |
Zn |
0.03 |
ZnO |
0.02 |
Yb |
0.04 |
Yb2O3 |
0.03 |
Re |
0.47 |
Re2O7 |
0.31 |
c.
Abu
sekam padi
Sekam padi merupakan limbah pertanian
yang kemudian dibakar untuk menghasilkan abu sekam padi atau disebut juga
dengan rice hull ash (RHA) (Sandya & Musalamah, 2019) Bersumber dari lahan pertanian dekat
Kabupaten Serdang Deli. Lapisan luar biji-bijian atau sekam padi terutama
terdiri dari silika, yang pada dasarnya adalah abu vulkanik dan sangat ideal
untuk digunakan dalam campuran beton (Bakri, 2009). Abu sekam padi yang dihasilkan dari
pembakaran sekam padi pada suhu 400-500⁰C akan berubah menjadi silika
amorf (Mosaberpanah & Umar, 2020). Secara umum, RHA memiliki ukuran
partikel yang halus mulai dari 5 μm hingga 10 μm dengan struktur
berpori dan luas permukaan spesifik 100 m2/g (Samad & Shah, 2017). RHA mengandung
sekitar 90-96% silika dalam bentuk amorphous sehingga memiliki sifat pozzolanic
yang baik. Kandungan senyawa dalam abu sekam padi
bervariasi bergantung pada sumber dan jenis pengolahannya. Komposisi kimia abu sekam padi secara umum dapat dilihat pada Tabel
2.
Tabel 2. Komposisi kimia abu sekam padi
Unsur |
Konsentrasi
(%) |
Unsur |
Konsentrasi
(%) |
Si |
78.5 |
SiO2 |
89.6 |
P |
2.4 |
P2O5 |
2.1 |
K |
11.4 |
K2O |
4.9 |
Ca |
3.81 |
CaO |
1.77 |
Mn |
1.3 |
MnO |
0.53 |
Fe |
1.28 |
Fe2O3 |
0.57 |
Ni |
0.04 |
NiO |
0.01 |
Cu |
0.2 |
CuO2 |
0.075 |
Zn |
0.07 |
ZnO |
0.03 |
Yb |
0.2 |
Yb2O3 |
0.07 |
Re |
0.5 |
Re2O7 |
0.2 |
d.
Air
Air yang digunakan berasal dari
Laboratorium Teknik Sipil dan Material Beton Universitas Sumatera Utara. Secara visual, air harus jernih dan bebas dari kotoran.
e.
Superplatiscizer (SP)
Superplasticizer yang digunakan adalah tipe viscocrete
3115N yang diperoleh dari PT.SIKA. Superplasticizer
digunakan untuk mereduksi air (hingga
f.
Pasir
Pasir yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu pasir dalam kondisi kering udara dengan menggunakan ayakan pasir mesh
#16 (ukuran 1,25 mm) yang berasal dari sungai Sei
Wampu, Binjai Sumatera Utara.
2. Tahapan Penelitian
a.
Penyediaan
material yang digunakan
Bahan yang digunakan untuk campuran
mortar ECC adalah semen, fly ash, abu
sekam padi, air, pasir dan superplasticizer
(SP). Semen yang digunakan adalah Portland Tipe I, fly ash yang digunakan dalam campuran ECC diperoleh dari PT. PLTU
(Pembangkit Listrik Tenaga Uap) Pangkalan Susu, Sumatera Utara. Abu sekam padi diperoleh dari hasil pembakaran sekam padi dari
lahan pertanian di sekitar Deli Serdang. Pasir yang
digunakan adalah pasir biasa yang sudah kering udara dan superplasticizer (SP) yang digunakan adalah tipe viscocrete 3115N yang diperoleh dari PT.
SIKA.
b.
Penyediaan
peralatan
Alat yang digunakan antara lain mixer
bor, kerucut abrams, slump flow test
dengan diameter 1000 mm x 1000 mm, cetakan paving block serta mesin Compression tes machine. Semua peralatan
diperiksa kelayakannya untuk digunakan.
c. Mix design
Perancangan campuran dilakukan agar
lapisan ECC mencapai kualitas yang dipersyaratkan, merancang dan memilih
material yang sesuai serta menentukan proporsi relatif material yang akan digunakan dalam campuran mortar ECC. Material
cementitious pada penelitian ini menggunakan fly ash dan rice husk ash, dimana
material cementitious digunakan sebagai cement
additive (CAM. Komposisi bahan penyusun mortar
Tabel 3. Mix design paving block ECC
Fly
Ash (FA) |
Abu Sekam
Padi (ASP) |
|||
0% |
5% |
10% |
15% |
|
FA0ASP0 |
FA5ASP0 |
FA10ASP0 |
FA15ASP0 |
0% |
FA0ASP5 |
FA5ASP5 |
FA10ASP5 |
FA15ASP5 |
5% |
FA0ASP10 |
FA5ASP10 |
FA10ASP10 |
FA15ASP10 |
10% |
FA0ASP15 |
FA5ASP15 |
FA10ASP15 |
FA15ASP15 |
15% |
d. Flowability test
Flowability tes dilakukan untuk mengetahui nilai
kekentalan (slump flow diameter) dan
kecepatan (T500) pada campuran mortar ECC. Alat uji yang
digunakan pada flowability tes adalah
kerucut abrams dan meja acrylic
persegi seperti terlihat pada Gambar 1. Tabel flowability dengan panjang sisi 1000 mm yang memiliki beberapa
tanda lingkaran, antara lain diameter 200 mm, 500 mm, 650 mm dan 850 mm. Pada
pengujian ini langkah yang perlu dilakukan adalah meletakkan kerucut Abrams
ditengah meja acrylic dan nantinya
akan diisi dengan mortar segar ECC tanpa getaran atau pemadatan. Pencatatan waktu dilakukan setelah kerucut abrams diangkat secara
vertikal, dan dicatat hasil T500 (detik) ketika aliran mortar ECC mencapai
garis 500 mm. Penyebaran maksimum (slump
flow diameter) aliran mortar ECC juga dicatat. Penyebaran horizontal
diukur dari nilai rata-rata kedua diameter dalam arah tegak lurus satu sama lain. Pengukuran diameter flowability mortar ECC segar dapat dilihat
pada Gambar 1. Prosedur pengujian flowability mortar ECC mengikuti standar EFNARC (2005).
����
Gambar 1. Slump flow test (EFNARC, 2005)
3. Prosedur pembuatan benda uji
Setelah dilakukan pengecekan terhadap
ketersediaan peralatan, serta penyediaan material yang dibutuhkan sudah
tersedia, maka selanjutnya dilakukan trial
mix dan pemeriksaan flowability
dari mortar ECC. Setelah itu, kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan benda uji untuk keperluan uji tekan. Adapun variasi persentase
fly ash dan abu sekam padi yang
digunakan dalam campuran ECC adalah 0%, 5%, 10% dan 15%. Jumlah benda uji dari
setiap variasi berjumlah 3 buah, yang masing-masing ditujukan untuk uji tekan
pada umur 3 hari sebanyak 48 buah Benda uji berbentuk paving block bentuk segi-delapan ukuran 200 mm x 200 mm x 60 mm terlihat
seperti Gambar 2. Beberapa tahapan kerja yang dilakukan pada proses pembuatan
benda uji dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2. Ukuran benda uji
Gambar 3. Proses pembuatan benda uji
Hasil dan Pembahasan
A. Pemeriksaan kandungan kimia material cementitious
Hasil pemeriksaan kandungan kimia
yaitu fly ash dan abu sekam padi dilakukan di Laboratorium Mineral dan Material
Lanjutan (Lab Pusat) FMIPA Universitas Negeri Malang. Dari hasil pengujian dapat diketahui
bahwa kadar SiO2 pada fly ash dan abu sekam padi masing-masing adalah 29,3% dan 89,6%
B. Flowability
Hasil uji aliran pada diameter slump
flow dan uji slump flow berbasis aliran EFNARC (2005) pada penelitian ini masih
dalam batas wajar dan memenuhi persyaratan yang ditentukan.
C. Kuat Tekan
Kuat tekan mortar paving block ECC diambil berdasarkan gaya tekan yang diberikan. Benda uji yang digunakan adalah
berbentuk segi delapan dengan panjang 200 mm lebar 200 mm dan tebal 60 mm.
Setiap variasi campuran mortar paving
block ECC memiliki tiga sampel. Pengujian dilakukan pada
umur 3 hari dengan menggunakan mesin uji tekan berkapasitas 1800 kN. Nilai kuat tekan merupakan nilai rata-rata dari ketiga sampel.
Prosedur pengujian sesuai dengan ASTM C39 Hasil uji tekan
semua campuran mortar paving block
ECC dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 4.
Tabel 4. Kuat tekan rata-rata paving block
ECC umur 3 hari
No |
Benda Uji |
Fly Ash |
Kuat Tekan
Rata - Rata Paving Block ECC (Mpa) |
|||
0 % ASP |
5 % ASP |
10 % ASP |
15 % ASP |
|||
1 |
HMA |
0% |
31.949 |
34.304 |
34.464 |
36.710 |
2 |
HMB |
5% |
33.826 |
34.762 |
35.864 |
36.867 |
3 |
HMC |
10% |
36.081 |
40.083 |
41.107 |
43.604 |
4 |
HMD |
15% |
37.661 |
44.978 |
46.822 |
39.234 |
Gambar 4. Kuat tekan rata-rata paving block
ECC umur 3 hari
Tabel 5. Kuat tekan paving block dari
berbagai Toko Bahan Bangunan
No. |
Lokasi Toko Bahan Bangunan |
Kuat Tekan Rata - Rata 3 hari�
(MPa) |
1 |
Lubuk Pakam |
15.169 |
2 |
Sunggal |
16.203 |
3 |
Sp. Selayang |
18.930 |
4 |
Amplas |
28.070 |
5 |
Berdikari |
28.182 |
6 |
Dr. Mansyur |
34.692 |
Gambar 5. Kuat tekan paving block dari
berbagai Toko Bahan Bangunan
Tabel 6. Ketentuan paving block standar SNI 03-0691-1996
Mutu |
Kuat Tekan
(MPa) |
Ketahanan Aus
(mm/menit) |
Penyerapan
Air rata-rata maks. |
||
Rata-rata |
Minimum |
Rata-rata |
Minimum |
( % ) |
|
A |
40 |
35 |
0.09 |
0.013 |
3 |
B |
20 |
17 |
0.13 |
0.149 |
6 |
C |
15 |
12.5 |
0.16 |
0.184 |
8 |
D |
10 |
8.5 |
0.219 |
0.251 |
10 |
Berdasarkan data hasil pengujian kuat
tekan rata-rata yang disajikan oleh Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6 dan Gambar 4,
Gambar 5 diperoleh bahwa paving block
ECC memiliki kuat tekan rata-rata yang paling besar pada variasi HMD 15-10 (FA
15% dan ASP 10%) sebesar 46.82 MPa.Sedangkan hasil pengujian kuat tekan dari
Toko Bahan Bangunan diperoleh kuat tekan rata-rata paling besar pada lokasi dr.
Masnyur sebesar 34.69 MPa. Perbedaan kuat tekan tersebut dapat dipengaruhi oleh
pada campuran paving block ECC dengan
variasi campuran fly ash dan abu
sekam padi dapat membantu meningkatkan kuat tekan paving block karena memiliki butiran yang cukup halus sehingga
mudah mengisi rongga� pada cetakan.
Sementara pada paving block dari Toko
Bahan Bangunan rata-rata campuran terbuat dari campuran pasir dan semen saja
dengan air yang dibuat secara konvensional sehingga dapat menyebabkan pori pori
yang cukup besar dan mempengaruhi kualitas kuat tekan. Berdasarkan hasil uji
tekan yang diperoleh, paving block
ECC tergolong Mutu A sesuai dengan standar SNI 03-0691-1996, sedangkan paving block dari Toko Bahan Bangunan
yaitu Mutu B.
D. Kondisi kerusakan paving block
ECC
Berdasarkan pengujian kuat tekan paving block ECC umur 3 hari diperoleh
kondisi kerusakan pada benda uji seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6. Dapat diamati
bentuk dan kondisi kerusakan aktual pada masing-masing benda uji.
Gambar 6. Kondisi kerusakan aktual paving
block ECC saat uji tekan umur 3 hari
Dapat diketahui bahwa kondisi
kerusakan aktual paving block ECC
pada campuran kode HMA variasi 0% FA dan 0-15% ASP diperoleh bahwa variasi 0%
FA dan 10% ASP memiliki kondisi kerusakan yang cukup besar dibandingkan dengan
campuran 0% FA dengan 0%,5%,15% ASP yang memiliki pola kerusakan hanya retak di
bagian sisi luar paving block saja.
Pada pengujian paving block ECC pada
campuran kode HMB variasi 5% FA dan 0-15% ASP diperoleh bahwa variasi 5% FA dan
0% ASP memiliki kondisi kerusakan yang besar pada bagian sisi-sisi paving block dibandingkan dengan
campuran 5% FA dengan 5%,10%,15% ASP yang memiliki pola kerusakan retak rambut
di bagian sisi luar paving block
saja.
Kesimpulan
��������� Berdasarkan
hasil uji komposisi kimia abu layang dan abu sekam padi yang dilakukan di
Laboratorium Mineral dan Bahan Lanjutan Universitas Negeri Malang diketahui bahwa
senyawa silika (SiO2) yang terkandung dalam abu layang dan abu sekam
padi adalah 29,30% dan 89,60%, sehingga fly
ash dan abu sekam padi dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada campuran
mortar ECC. Penggunaan fly ash
sebagai bahan tambahan pada campuran mortar ECC berpengaruh terhadap nilai slump flow. Dimana nilai slump-flow
yang dihasilkan semakin tinggi seiring dengan penambahan persentase penggunaan fly ash. Penggunaan
abu sekam padi sebagai material tambahan dalam campuran mortar ECC memberikan
pengaruh terhadap nilai slump-flow.
Dimana semakin tinggi persentase penggunaan abu sekam padi
maka nilai slump-flow semakin rendah.
Hal ini dikarenakan jumlah partikel abu sekam padi lebih
banyak dibandingkan semen maupun fly ash
dan dan juga lebih banyak menyerap air.
Penggunaan fly
ash sebagai bahan tambahan pada campuran mortar ECC dengan 15% FA
memberikan kuat tekan yang lebih tinggi pada umur 3 hari dibandingkan mortar
ECC tanpa penambahan fly ash (0% FA). Penggunaan abu sekam padi sebagai bahan tambahan
pada campuran mortar ECC dengan persentase 10% ASP menghasilkan kuat tekan yang
lebih tinggi dibandingkan persentase penambahan 0% ASP, 5% ASP dan 15% ASP
hingga umur 3 hari. Namun hasil kuat tekan yang dihasilkan
oleh penambahan abu sekam padi 5%, 10% dan 15% lebih besar dari pada kuat tekan
mortar ECC tanpa penambahan abu sekam padi 0%. Nilai kuat tekan optimum dihasilkan oleh mortar ECC
dengan persentase penambahan FA sebanyak 15% dan ASP sebanyak 10% yaitu sebesar
46,82 MPa. Pada penelitian ini, paving block ECC tergolong Mutu A sesuai dengan
standar SNI 03-0691-1996, sedangkan hasil uji tekan paving block dari Toko Bahan Bangunan sebesar
34,69 MPa tergolong Mutu B sesuai
dengan standar SNI 03-0691-1996.
Bakri, B. (2009). Komponen Kimia Dan Fisik Abu Sekam Padi Sebagai Scm
Untuk Pembuatan Komposit Semen. Universitas Hasanuddin, 5(1),
9�14. https://doi.org/10.24259/perennial.v5i1.184. Google Scholar
Chung, K. L., Ghannam, M., &
Zhang, C. (2018). Effect of specimen shapes on compressive strength of
engineered cementitious composites (ECCs) with different values of
water-to-binder ratio and PVA fiber. Arabian Journal for Science and
Engineering, 43(4), 1825�1837.
https://doi.org/10.1007/s13369-017-2776-8. Google Scholar
Copeland, K. (2011). Fly Ash
Properties and Uses. Blogs: Construction. Google Scholar
Djamaluddin, A. R., Caronge, M. A.,
Tjaronge, M. W., Lando, A. T., & Irmawaty, R. (2020). Evaluation of
sustainable concrete paving blocks incorporating processed waste tea ash. Case
Studies in Construction Materials, 12, e00325.
https://doi.org/10.1016/j.cscm.2019.e00325. Google Scholar
Habeeb, G. A., & Mahmud, H.
Bin. (2010). Study on properties of rice husk ash and its use as cement
replacement material. Materials Research, 13(2), 185�190.
https://doi.org/10.1590/S1516-14392010000200011. Google Scholar
Hambali, M., Lesmania, I., &
Midkasna, A. (2013). Pengaruh Komposisi Kimia Bahan Penyusun Paving Block
Terhadap Kuat Tekan dan Daya Serap Airnya. Jurnal Teknik Kimia, 19(4),
14�21. Google Scholar
Jeverson, O., Sulistyorini, D.,
Shulhan, M. A., & Agung, I. B. (2022). Karakterisik Paving Block dengan
Limbah Besi Tempa sebagai Agregat Tambahan dalam Agregat Halus. RENOVASI:
Rekayasa Dan Inovasi Teknik Sipil, 7(1), 83�88. Google Scholar
Komara, I., Suprobo, P., &
Faimun, F. (2021). Analisis Perilaku Material dan Komposisi Engineered
Cementitious Composite: Review Studi. Cantilever: Jurnal Penelitian Dan
Kajian Bidang Teknik Sipil, 10(2), 111�118.
https://doi.org/10.35139/cantilever.v10i2.103. Google Scholar
Marwan, M., Supriani, F., &
Afrizal, Y. (2017). Pengaruh Penggantian sebagian Semen dengan Abu Terbang (Fly
Ash) dan Abu Cangkang Lokan Terhadap Kuat Tekan Paving Block. Inersia:
Jurnal Teknik Sipil, 9(1), 1�8.
https://doi.org/10.33369/ijts.9.1.1-8. Google Scholar
Mosaberpanah, M. A., & Umar, S.
A. (2020). Utilizing rice husk ash as supplement to cementitious materials on
performance of ultra high performance concrete:�a review. Materials Today
Sustainability, 7(8), 100030.
https://doi.org/10.1016/j.mtsust.2019.100030. Google Scholar
Putra, A. K., Wallah, S. E., &
Dapas, S. O. (2014). Kuat tarik belah beton geopolymer berbasis abu terbang
(Fly Ash). Jurnal Sipil Statik, 2(7), 330�336. Google Scholar
Samad, S., & Shah, A. (2017).
Role of binary cement including Supplementary Cementitious Material (SCM), in
production of environmentally sustainable concrete: A critical review. International
Journal of Sustainable Built Environment, 6(2), 663�674.
https://doi.org/10.1016/j.ijsbe.2017.07.003. Google Scholar
Sandya, Y., & Musalamah, S. (2019).
penggunaan Abu Sekam Padi Sebagai Pengganti Semen Pada Beton Geopolimer. Educational
Building Jurnal Pendidikan Teknik Bangunan Dan Sipil, 5(2), 59�63.
https://doi.org/10.24114/ebjptbs.v5i2%20DES.16142. Google Scholar
Setiawan, P., Prihantono, S. T.,
& Bachtiar, G. (2010). Penggunaan Abu Sekam Padi dan Kapur Sebagai Bahan
Pengganti Sebagian Semen Komposit pada Pembuatan Paving Block. Menara:
Jurnal Teknik Sipil, 5(1), 66�82.
https://doi.org/10.21009/jmenara.v5i1.8066. Google Scholar
Thomas, M. D. A. (2007). Optimizing
the use of fly ash in concrete (Vol. 5420). USA: Portland Cement
Association Skokie. Google Scholar
Copyright holder : Harsan Ingot
Hasudungan, Muhammad Aswin (2022) |
First publication right
: Jurnal Syntax
Admiration This article is licensed under: |