Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 3 No. 11 November 2022 |
p-ISSN
: 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial
Teknik |
KONSERVASI
MERANTI DALAM UPAYA REVITALISASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KAWASAN TAMAN
WISATA ALAM (TWA) MUKA KUNING OLEH PT PERTAMINA PATRA NIAGA DPPU HANG NADIM
Resti
Lestari, Sandy Pradana
PT. Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim
Email: [email protected],
[email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 28 September 2022 Direvisi 18 November 2022 Disetujui 22 November 2022 |
Wujud kontribusi sebuah perusahaan dalam
meningkatkan kepercayaan masyarakat adalah melalui program Corporate Social
Responsibility yang lebih dikenal sebagai program CSR. Implementasi CSR
sendiri telah diatur secara eksplisit dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk melindungi dan
melestarikan ekosistem tanaman meranti yang terancam punah, memaksimalkan
pemanfaatan lahan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning, mengurangi
permasalahan perubahan iklim dan pemanasan global, pemberdayaan masyarakat di
sekitar, sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab PT Pertamina Patra Niaga
DPPU Hang Nadim terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. �Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
yang bersifat deskriptif. Dari data yang dihasilkan, Hubungan antar stakeholder yang terjalin dengan
baik baik dari masyarakat lokal, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam
(BBKSDA) Provinsi Riau yang dilakukan dalam pelaksanaan program CSR ini yang
menjadi kunci utama kelancaran program CSR PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang
Nadim. |
Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Keanekaragaman
Hayati, Konservasi, Tanaman Meranti, Pemberdayaan Masyarakat. |
|
Keywords: Corporate
Social Responsibility, Biodiversity, Conservation, Meranti Plants, Community
Development. |
ABSTRACT The
contribution of a company in increasing public trust is through its Corporate
Social Responsibility program, better known as the CSR program. The
implementation of CSR itself has been explicitly regulated in Law Number 40
of 2007 concerning Limited Liability Companies. This study aims to protect
and preserve the endangered meranti ecosystem, maximize land use in the Muka
Kuning Nature Tourism Park (TWA) area, reduce climate change and global warming
problems, empower the surrounding community, as well as a form of
responsibility for PT Pertamina Patra Niaga. DPPU Hang Nadim towards the
community and the surrounding environment. This study uses a descriptive
qualitative approach. From the data generated, the relationship between
stakeholders that is well established both from the local community, the Riau
Province Conservation and Natural Resources Center (BBKSDA) which is carried
out in the implementation of this CSR program is the main key to the smooth
running of the CSR program of PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim. |
Pendahuluan
Indonesia adalah salah satu negara
dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang tinggi, sehingga dikenal
dengan sebutan sebagai negara �Mega Biodiversity� setelah Brazil dan Madagaskar
(Dewi
et al., 2020).
Tingginya keanekaragaman flora di Indonesia merupakan kekayaan alam yang dapat
memberikan manfaat penting dan strategis sebagai modal dasar pembangunan
nasional dengan penerapan sustainability
development (Suryana &
Antara, 2021). Berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009, menjelaskan bahwa
pemanfaatan keanekaragaman hayati berkelanjutan adalah sebuah usaha atau
kegiatan pemanfaatan keanekaragaman hayati dengan cara
dan tingkat yang tidak menyebabkan kerusakan keanekaragaman hayati sehingga
potensinya dapat terjaga untuk pemenuhan kebutuhan generasi sekarang dan yang
akan datang.
Keanekaragaman hayati adalah aset
besar bagi pembangunan nasional dan daerah sehingga dibutuhkan pengolahan
secara terpadu dengan melibatkan seluruh elemen mulai dari pemerintah hingga
masyarakat (Purba
et al., 2020);
(Basri,
2013).
Penyelenggaraan pengelolaan keanekaragaman hayati harus dilaksanakan secara terpadu
dengan mengacu pada standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan
pemerintah dalam bentuk implementasi Program Penilaian Peringkat Kinerja
Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (Proper) (Zaman
et al., 2021).
Implementasi Proper bertujuan untuk mendorong perusahaan agar mematuhi
peraturan lingkungan hidup agar tercapai keunggulan lingkungan (environmental excellency) melalui
integrasi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan seperti konservasi sumber
daya alam dan menjaga keanekaragaman hayati, serta pelaksanaan etika bisnis dan
bentuk tanggung jawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan
masyarakat (Rianda,
2019).
Oleh karena itu, keanekaragaman hayati menjadi salah satu
komponen penting dalam penilaian Proper. Selain itu, isu lingkungan dan
konservasi sumber daya alam merupakan bentuk implementasi CSR kategori
pengungkapan lingkungan yang paling sering dikomunikasikan pada official
website perusahaan BUMN yaitu sebanyak 37 perusahaan (67,3%) membahas isu
lingkungan dan mengkomunikasikan program CSR yang berhubungan dengan konservasi
sumber daya alam (Nurjannah
et al., 2017).
PT. Pertamina
Patra Niaga DPPU Hang Nadim secara aktif berkontribusi dalam meningkatkan
keanekaragaman hayati dan mencegah kepunahan tanaman meranti.
Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah program
pembuatan Arboretum Dipterocarpaceae.
Arboretum merupakan suatu tempat berbagai jenis pohon ditanam dan dikembangkan
untuk tujuan penelitian dan edukasi (Gunawan,
2020).
Arboretum ini berada di kawasan Hutan Konservasi TWA Muka
Kuning, yang tepatnya berada di Kampung Tembesi Bengkel, Kelurahan Kibing,
Kecamatan Batu Aji, Batam. Lokasi tersebut juga
merupakan salah satu kawasan TWA Muka Kuning yang dikembangkan sebagai area
edukasi konservasi. Selain melakukan kontribusi berupa pembangunan
Arboretum, Pertamina DPPU Hang Nadim juga berkontribusi dalam inventarisasi
flora dengan melakukan penanaman beberapa jenis tanaman meranti diantaranya
adalah Shorea leprosula, Shorea
curtisii, Shorea robusta, Shorea parvifolia, dan tanaman kehutanan lainnya. Melihat kritisnya populasi tanaman meranti di sekitar wilayah
operasi, PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim kemudian berupaya untuk
melakukan peningkatan jumlah populasi tanaman meranti. Upaya ini
dilakukan dengan cara menyusun rencana penambahan 1000 tanaman meranti dengan
jenis diantaranya adalah Shorea leprosula,
Shorea curtisii, Shorea robusta, Shorea parvifolia, dan Dipterocarpus species
yang direncanakan penambahan sebanyak 200 tanaman untuk setiap jenis.
Tanaman Meranti atau yang masuk
dalam jenis Dipterocarpaceae
merupakan salah satu tumbuhan penyusun hutan hujan tropis di Indonesia yang
pemanfaatan kayunya masih menjadi primadona (Cahyani
& Hardjana, 2015).
Selain memiliki fungsi utama sebagai bahan pembuatan
konstruksi berat maupun ringan seperti furniture, tanaman meranti juga memiliki
banyak manfaat bagi alam. Salah satu manfaat krusial tanaman meranti
yang jarang diketahui adalah dapat menurunkan kadar karbon yang ada di udara
sehingga mampu menjadi solusi permasalahan pemanasan global dan usaha mitigasi
perubahan iklim (Legawa,
2021).
Namun, besarnya potensi manfaat yang dimiliki tanaman meranti
membuatnya banyak diburu. Adanya ancaman lingkungan seperti
illegal logging dan kebakaran hutan menjadikan beberapa spesies suku ini masuk
dalam daftar International Union for the Conservation of Nature and Natural
Resources (IUCN) Redlist. Oleh karena itu, implementasi program CSR
melalui program konservasi meranti dan pemberdayaan masyarakat sekitar
diharapkan dapat menjadi sebuah solusi dari permasalahan keanekaragaman hayati
yang ada (Pramudya,
2020).
Penelitian ini bertujuan untuk
melindungi dan melestarikan ekosistem tanaman meranti yang terancam punah,
memaksimalkan pemanfaatan lahan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning,
mengurangi permasalahan perubahan iklim dan pemanasan global, pemberdayaan
masyarakat di sekitar, sekaligus sebagai bentuk tanggung jawab PT Pertamina
Patra Niaga DPPU Hang Nadim terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan
Hutan Konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning, yang tepatnya berada di
Kampung Tembesi Bengkel, Kelurahan Kibing, Kecamatan Batu Aji. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian
dengan pendekatan kualitatif dipilih karena beberapa pertimbangan, yaitu karena
pendekatan kualitatif bersifat fleksibel, serta memberikan kemungkinan apabila
terjadi perubahan-perubahan dan fakta yang lebih mendasar (Moelong, 2018).
Teknik pengumpulan data primer yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain berdasarkan data yang
diperoleh dari:
a.
Wawancara,
yaitu percakapan antara periset sebagai seseorang yang membutuhkan data atau
informasi dengan informan sebagai seseorang yang diasumsikan memiliki informasi
penting tentang suatu objek. Dalam penelitian ini, informan yang dibutuhkan
untuk mendukung riset adalah perwakilan BBKSDA (Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam) Riau dan Kelompok Sadar Wisata Bumi Madani (Pokdarwis).
b.
Kuesioner,
yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi beberapa pertanyaan kepada responden untuk dijawab. Metode kuesioner
atau dikenal sebagai metode angket dapat diberikan secara langsung, internet,
hingga berupa form online.
c.
Dokumentasi,
yaitu data berupa pengambilan gambar di lapangan yang memuat aktivitas, perilaku,
tindakan, interaksi, hingga proses dalam organisasi atau masyarakat yang dapat
diamati.
Teknik pengumpulan data sekunder untuk mendukung data primer
yang didapatkan dari penelitian ini antara lain
bersumber dari:
a.
Company
Profile PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim
b.
Instansi
pemerintah yaitu BBKSDA Provinsi Riau
c.
Buku-buku
literatur yang digunakan, jurnal, majalah, situs resmi maupun data lain yang
didapat dari sumber sekunder
Hasil dan Pembahasan
A. Pembangunan Arboretum Dipterocarpaceae
Alasan utama dilakukan pembangunan Arboretum Dipterocarpaceae atau suku
meranti adalah adanya permasalahan open area akibat perambahan sehingga BBKSDA
dan PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim berperan serta dalam mengajak
masyarakat untuk membangun dan mengolah wilayah konservasi dan membangun hutan
kembali. Selain itu, karena jenis tanaman ini banyak
dimanfaatkan sebagai kayu. Beberapa anggota suku tanaman meranti ini
telah masuk dalam spesies yang terancam punah karna sering dieksploitasi diantaranya
adalah Shorea curtisii, Shorea acuminata,
Shorea bracteolata, Shorea parvifolia, Dipterocarpus sp, Vatica sp. Hal
tersebut mendasari PT Pertamina Patra Niaga melalui DPPU Hang Nadim pada
periode 2021/2022 memberikan bantuan dalam rangka konservasi berupa pembangunan
Arboretum Dipterocarpaceae kepada
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Balai Besar
Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau.
Arboretum ini berada di Kawasan Hutan
Konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning, tepatnya berada di Kampung
Tembesi Bengkel, Kelurahan Kibing, Kecamatan Batu Aji. Luas Arboretum Dipterocarpaceae yang dibangun adalah 2 hektar dengan
rincian 0,5 hektar sebagai kebun display dan 1,5
hektar sebagai kebun koleksi. Lokasi ini juga merupakan salah satu kawasan TWA
Muka Kuning yang dikembangkan sebagai area edukasi konservasi, sehingga dengan
adanya Arboretum Dipterocarpaceae
diharapkan dapat menambah nilai edukasi dan konservasi pada TWA Muka Kuning. Kegiatan eksplorasi koleksi dilaksanakan di TWA Muka Kuning,
sedangkan untuk kegiatan pembibitan berada berdampingan dengan lokasi
penanaman. Terdapat tiga roadmap pembangunan Arboretum Dipterocarpaceae diantaranya adalah:
1.
Eksplorasi
dan pembuatan bibit (2021 � 2023)
Kegiatan eksplorasi bibit dilakukan
oleh BBKSDA dan Kelompok Sadar Wisata Bumi Madani (Pokdarwis). Selain itu, untuk
memperbanyak jenis tanaman meranti yang diberdayakan dilakukan pertukaran bibit
dengan kelompok penggerak dari organisasi lainnya. Tujuan
dari penukaran jenis bibit agar jenis-jenis tanaman meranti yang ada dapat
tersebar dan mencapai ekosistem yang lebih luas.
2.
Penanaman
dan perawatan (2022 � 2023)
Kegiatan penanaman dan perawatan
dilakukan oleh BKSDA, Pertamina Hang Nadim, dan Pokdarwis. Kegiatan perawatan
dilakukan secara berkala dan selalu dikomunikasikan antar pemangku baik dari PT
Pertamina Hang Nadim, BBKSDA Provinsi Riau, hingga Pokdarwis TWA Muka Kuning.
Sedangkan untuk kegiatan penanaman yang sudah direalisasikan hingga Agustus
2022 adalah sebanyak 800 tanaman meranti dengan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Jenis Tanaman Meranti di TWA Muka Kuning per Agustus 2022
No |
Jenis Tanaman
Meranti |
Jumlah |
1 |
Shorea leprosula |
125 tanaman |
2 |
Shorea curtisii |
125 tanaman |
3 |
Shorea robusta |
125 tanaman |
4 |
Shorea parvifolia |
125 tanaman |
5 |
Tanaman kehutanan lainnya |
200 tanaman |
(Sumber: BBKSDA Provinsi
Riau)
3.
Pengembangan
dan pembukaan untuk umum (2024)
Pengembangan yang dilakukan berupa
pemberian pelatihan mengenai konservasi meranti dan kegiatan edukasi seperti
kunjungan sekolah, kegiatan pramuka, maupun organisasi lainnya. Kegiatan untuk
umum tentu berada dalam pengawasan pengurus wilayah konservasi TWA Muka Kuning.
Kegiatan edukasi yang sebelumnya sudah ada antara lain
pembangunan sanggar pramuka, rumah edukasi, tempat camping dilakukan
pengembangan dan perbaikan oleh PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim.
B. Status Konservasi Jenis-Jenis Tanaman dalam Arboretum Dipterocarpaceae
Kawasan TWA Muka Kuning sebagai
lembaga konservasi in-situ keanekaragaman hayati merupakan salah satu pilar
utama bagi usaha penyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari ancaman kepunahan,
salah satunya yaitu tanaman meranti. Satu jenis Dipterocarpaceae Indonesia yang telah dinyatakan punah adalah Dipterocarpus cinereus. Sebagian besar jenis Dipterocarpaceae
Indonesia masuk dalam kategori kritis, dimana 37 jenis diantaranya berasal dari
marga Shorea.
Berdasarkan Tabel 1 dapat kita lihat
bahwa hingga saat ini Kawasan Konservasi Meranti TWA Muka Kuning dapat
mengkoleksi 4 jenis Dipterocarpaceae
Indonesia yang terancam kepunahan. Menurut data (International
Union for Conservation of Nature�s) IUCN: Red List of Threatened Species
dapat diketahui status konservasi jenis tanaman meranti yang dikoleksi TWA Muka
Kuning yang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2
Status Konservasi Jenis Tanaman Meranti di TWA Muka Kuning
No |
Jenis Tanaman
Meranti |
The Redlist
Assessment |
Population Trend |
1 |
Shorea leprosula |
Near Threatened (NT) |
Decreasing |
2 |
Shorea curtisii |
Least Concern (LC) |
Decreasing |
3 |
Shorea robusta |
Least Concern (LC) |
Unspecified |
4 |
Shorea parvifolia |
Least Concern (LC) |
Decreasing |
(Sumber: The IUCN Red
List of Threatened Species, 2022)
Shorea leprosula masuk dalam data Redlist IUCN pada tahun 2017. Shorea leprosula terdaftar dengan status
�Hampir Terancam� atau �Near Threatened�. Populasi Shorea leprosula terus mengalami
penurunan dari tahun ke tahun. Di Indonesia, Shorea leprosula hanya ditemukan tersebar di pulau Sumatra dan
Kalimantan. Untuk jenis Shorea curtisii masuk dalam data
Redlist IUCN pada tahun 2017, dan terdaftar dengan status �Least Concern�. Populasi jenis ini juga
terus mengalami penurunan jumlah populasi. Populasi
ini hanya ditemukan di Pulau Kalimantan. Jenis Shorea
robusta dinilai dengan status �Least Concern� dalam data IUCN. Tren populasi jenis ini tidak dapat ditentukan. Jenis terakhir koleksi TWA Muka Kuning yaitu Shorea parvifolia
dengan status �Least Concern� dan jumlah populasi yang menurun. Jenis ini masih banyak ditemukan di Pulau Sumatera dan Pulau
Kalimantan.
C. Pengembangan Arboretum Dipterocarpaceae
di Kawasan TWA Muka Kuning
Berdasarkan hasil laporan tahunan
stakeholder engagement Pertamina DPPU Hang Nadim tahun 2020 � 2021 menentukan
tema cakupan salah satunya yaitu tema lingkungan dengan melakukan kegiatan CSR
bersama BBKSDA merancang kegiatan program perlindungan keanekaragaman hayati
yang akan dilaksanakan, serta membuat beberapa kegiatan yang membuat program
keanekaragaman hayati sekaligus dapat menjadi program pemberdayaan masyarakat. Kegiatan CSR ini bersifat community development diantaranya
melakukan kegiatan pelatihan untuk para kelompok sadar wisata dan bekerjasama
dengan BBKSDA. Kegiatan ini berupa pelatihan mengenai konservasi
meranti, materi terkait program peningkatan keanekaragaman hayati, kegiatan ini
merupakan kegiatan lanjutan dan bentuk pengembangan program konservasi yang
telah digulirkan sejak tahun 2021 yang sejalan dengan kebijakan pemerintah.
Terkait dengan program �Konservasi Meranti� dari BBKSDA dalam peningkatan
keanekaragaman hayati di kawasan TWA Muka Kuning. Pelatihan
dan pengembangan ini dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk menjadi lebih peduli terhadap lingkungan dan keanekaragaman
hayati sumber daya alam.
Berdasarkan laporan pelaksanaan
pembuatan Arboretum Dipterocarpaceae
di TWA Muka Kuning, Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim bersama BBKSDA dan
Pokdarwis merencanakan penambahan jumlah tanaman meranti dan menambah jenis
tanaman meranti yaitu Dipterocarpus sp. rencana penambahan jumlah tanaman
meranti dapat dilihat dengan rincian penambahan sebagai berikut:
Tabel 3
Rencana Penambahan Jenis Meranti di TWA Muka Kuning Tahun
2022
No |
Jenis Tanaman
Meranti |
Jumlah |
1 |
Shorea leprosula |
200 |
2 |
Shorea curtisii |
200 |
3 |
Shorea robusta |
200 |
4 |
Shorea parvifolia |
200 |
5 |
Dipterocarpus sp. |
200 |
(Sumber: BBKSDA Provinsi
Riau)
Terdapat jenis tambahan yang menjadi
rencana penanaman yaitu jenis Dipterocarpus sp. Jenis ini masuk dalam data
Redlist IUCN dengan status �Critically Endangered�. Tujuan perencanaan penambahan jenis tanaman meranti ini adalah
untuk mencegah kepunahan dan dapat mengembalikan populasi kehidupan tanaman
meranti jenis Dipterocarpus sp.
D. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelaksanaan Program Konservasi
Meranti
Secara umum, keterlibatan PT
Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim dalam konservasi meranti telah
menciptakan kemitraan multi-stakeholder antara BBKSDA, masyarakat setempat,
otoritas publik, akademisi, hingga organisasi-organisasi. Hal tersebut
sesuai dengan tren CSR, bahwa kompleksitas masalah sosial dan lingkungan
membutuhkan kemitraan antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat sipil.
Tanpa kompleksitas tersebut, tidak ada yang dapat mencapai
pembangunan berkelanjutan.
Gambar 1
Pelaksanaan Program Konservasi Meranti oleh Masyarakat
(Sumber: Dokumentasi
BBKSDA Riau)
Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, keterlibatan PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim dalam
konservasi ini telah menjalin kemitraan multi-stakeholder. Memang
pemberdayaan masyarakat sangat penting dalam konservasi ini, namun meningkatkan
kesadaran masyarakat tidak dapat diabaikan untuk mengoptimalkan ketercapaian
program konservasi ini.
Strategi pemberdayaan masyarakat pada
kawasan konservasi merupakan tanggung jawab seluruh pengelola kawasan
konservasi. Rumusan strategi pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan
konservasi diperoleh melalui identifikasi faktor internal (internal factor
analysis) dan faktor eksternal (eksternal factor analysis). Data mengenai faktor internal dan eksternal serta strategi dan
evaluasi pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui pendekatan metode kuesioner
yang bertujuan untuk menilai tingkat pemahaman dan kesadaran Kelompok Sadar
Wisata Bumi Madani. Pendekatan ini diterapkan agar
memudahkan dalam memperoleh informasi yang bersifat komprehensif dan menyeluruh.
Peran peneliti dalam pendekatan ini adalah sebagai fasilitator yang
memfasilitasi dan mengarahkan para pihak untuk memetakan faktor internal dan
eksternal terkait pengembangan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan
kawasan konservasi dan merumuskan strategi pemberdayaan masyarakat melalui
analisis SWOT.
1.
Faktor
Internal Pemberdayaan Masyarakat
Faktor internal terkait dengan
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan kawasan konservasi dikelompokkan ke
dalam kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kekuatan merupakan
potensi internal organisasi yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang pencapaian
tujuan program konservasi. Sementara itu, kelemahan
merupakan kondisi internal organisasi yang menghambat pencapaian tujuan program
konservasi. Dalam konteks pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan kawasan konservasi tujuan pemberdayaan meliputi 2 (dua) aspek
yaitu aspek sosial untuk meningkatkan akses dan kapasitas masyarakat dalam
pengelolaan kawasan konservasi, dan aspek lingkungan yaitu meningkatkan keanekaragaman
hayati dan kelestarian kawasan konservasi.
2.
Faktor
Eksternal Pemberdayaan Masyarakat
Strategi pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan kawasan konservasi harus mempertimbangkan faktor eksternal. Faktor eksternal
meliputi peluang-peluang (opportunities) yang dapat dimanfaatkan dalam
mendukung program pemberdayaan masyarakat dan ancaman (threat) yang harus
diatasi agar tujuan pemberdayaan masyarakat dalam konservasi dapat tercapai.
Strategi pemberdayaan masyarakat
dalam pengelolaan kawasan konservasi menerapkan diversifikasi strategi meliputi
strategi mengoptimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada, strategi
memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan, strategi memanfaatkan kekuatan
untuk mengatasi ancaman, dan strategi mengatasi ancaman dengan meminimalisir
kelemahan.
Rumusan strategi pemberdayaan masyarakat pada Kawasan Konservasi Meranti TWA
Muka Kuning disajikan dalam matriks SWOT Tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Matriks Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Internal Analysis Factor Summary Eksternal Analysis Factor Summary |
Kekuatan
(S) |
Kelemahan
(W) |
▪
Program konservasi mendapat dukungan potensial
dan finansial oleh PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim ▪
Legalitas kelembagaan pengelolaan Balai Besar
Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) yang telah diakui oleh para pihak ▪
Struktur organisasi dan kewenangan pengelolaan
yang jelas ▪
Terdapat nilai-nilai kearifan lokal pada
kelompok sadar wisata Bumi Madani |
▪
Pengetahuan dan kapasitas kelompok masyarakat
masih rendah dalam pengelolaan kawasan konservasi ▪
Kurang intensifnya pendampingan program
pemberdayaan dan pelatihan ▪
Terbatasnya jumlah dan kapasitas sumber daya
manusia (SDM) sebagai pengelola kawasan konservasi |
|
Peluang
(O) |
Strategi
(S � O) |
Strategi
(W � O) |
▪
Tersedia payung hukum pemberdayaan masyarakat
dan kemitraan konservasi ▪
Tersedia peraturan daerah tentang wilayah
konservasi TWA Muka Kuning ▪
Dukungan dan kemitraan oleh Pertamina DPPU
Hang Nadim |
▪
Penguatan dan pengembangan kerjasama dengan para
pihak dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat ▪
Koordinasi dan sinkronisasi program
pemberdayaan dengan stakeholder |
▪
Membangun kerjasama dengan para pihak untuk
peningkatan kapasitas masyarakat dan pendamping program dalam upaya
peningkatan nilai tambah (added value) ▪
Meningkatkan program pelatihan
pemberdayaan masyarakat dalam mengelola kawasan konservasi meranti |
Ancaman
(T) |
Strategi
(S � T) |
Strategi
(W � T) |
▪
Masih terdapat kelompok masyarakat yang belum
terlibat dalam memberikan masukan terhadap keputusan pengelolaan ▪
Adanya gangguan kawasan seperti perambahan,
penggembalaan, dan illegal logging ▪
Perubahan nilai-nilai kearifan lokal,
terbatasnya kondisi indukan meranti, dan menurunnya keanekaragaman hayati |
▪
Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam memberikan
masukan terhadap keputusan pengelolaan ▪
Penguatan kemitraan konservasi masyarakat ▪
Patroli partisipatif secara rutin dan
penegakan hukum di kawasan konservasi ▪
Melakukan upaya optimaliaasi peningkatan
keanekaragam hayati |
▪
Sosialisasi menyeluruh terhadap semua stakeholder pengelola kawasan
konservasi ▪
Peningkatan komunikasi dan penguatan peran
kelembagaan lokal di wilayah konservasi |
E. Pengaruh Adanya Program Konservasi Meranti terhadap Penurunan Karbon
Adanya pembangunan kawasan hutan
dengan menggunakan tanaman-tanaman asli setempat memiliki nilai komersial
tinggi untuk memperbaiki kondisi ekosistem hutan setelah pemanenan, serta
dengan tujuan untuk menghasilkan kayu secara berkelanjutan. Konservasi tanaman
meranti perlu dilakukan karena tanaman ini merupakan salah satu jenis tanaman
asli yang sesuai untuk ditanam dan dijadikan tanaman konservasi di kawasan
Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning. Dengan adanya
konservasi tanaman meranti ini, menyebabkan tidak tereksplornya pembangunan
kawasan hutan sebagai bentuk jasa terhadap lingkungan dalam menyerap CO2 dan
menyimpan karbon sebagai penyeimbang ekosistem dalam meminimalisir dampak dari
pemanasan global dan perubahan iklim.
Berdasarkan penelitian (Hardjana & Fajri, 2011) menjelaskan bahwa kemampuan tanaman
meranti yang berumur 1 � 6 tahun dengan diameter antara 2,96 � 8,27 cm dapat
menyerap gas karbon dari atmosfer dengan kisaran 0,54 � 10,17 ton/ha CO2. Hasil
tersebut sejalan dengan potensi tanaman meranti dalam menyimpan cadangan
karbon, dimana melalui tahapan fotosintesis, CO2 di udara diserap oleh tanaman
dengan bantuan cahaya matahari kemudian diubah menjadi karbohidrat, yang
selanjutnya didistribusikan ke seluruh organ tanaman yang ditimbun dalam bentuk
biomassa (Rahayu, 2007). Menurut (Heriansyah, 2005), menyebutkan bahwa potensi hutan
tanaman dalam menyerap CO2 dari atmosfer bervariasi menurut jenis, tingkat
umur, dan kerapatan tanaman.
Apabila dihubungkan dengan proses
pelepasan karbon ke atmosfer akibat adanya deforestasi, maka dengan adanya
konservasi dan pengembangan tanaman meranti diharapkan dapat mengurangi
konsentrasi pelepasan karbon di atmosfer, sehingga secara langsung hutan
konservasi juga dapat berfungsi sebagai media penyerap emisi dalam rangka
mengurangi dampak pemanasan global dan perubahan iklim. Hal
ini merupakan salah satu peran penting dari adanya pembangunan kawasan
konservasi tanaman meranti terhadap lingkungannya.
Kesimpulan
Pelaksanaan program Konservasi Meranti dalam melaksanakan
Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang Nadim
di Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Muka Kuning, Kota Batam, hingga
saat ini berjalan sesuai dengan harapan dan rencana. Pelaksanaan program
konservasi ini merupakan program CSR pelestarian dan peningkatan keanekaragaman
hayati yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat (community development).
Tahapan implementasi Program Konservasi Meranti diawali dengan pembangunan Arboretum Dipterocarpaceae dan dibentuk
tiga roadmap pelaksanaan yang terdiri dari eksplorasi dan pembuatan bibit,
penanaman dan perawatan, serta pengembangan dan pembukaan untuk umum. Program
berfokus pada peningkatan keanekaragaman hayati, serta peningkatan kapasitas,
kepedulian terhadap lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola
kawasan konservasi meranti. Hubungan antar stakeholder yang terjalin dengan
baik baik dari masyarakat lokal, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam
(BBKSDA) Provinsi Riau yang dilakukan dalam pelaksanaan program CSR ini yang
menjadi kunci utama kelancaran program CSR PT Pertamina Patra Niaga DPPU Hang
Nadim.
Basri, B. (2013). Penataan dan Pengelolaan Wilayah Kelautan Perspektif
Otonomi Daerah dan Pembangunan Berkelanjutan. Perspektif, 18(3),
180�187. https://doi.org/10.30742/perspektif.v18i3.44. Google Scholar
Cahyani, R. W., & Hardjana, A. K. (2015). Analisis vegetasi tegakan
benih pada tiga areal HPH di Kalimantan Timur. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon, 1(3), 597�601. https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010336. Google Scholar
Dewi, N. A., Kartijono, N. E., & Dewi, N. K. (2020). Pengembangan
Media Audio-Visual Pembelajaran Materi Keanekaragaman Hayati Indonesia di
Sekolah Menengah Atas. Bioma: Jurnal Ilmiah Biologi, 9(1),
87�101. https://doi.org/10.26877/bioma.v9i1.6036. Google Scholar
Gunawan, W. P. L. (2020). Penerapan Tema Arsitektur Neo-Vernakular Sunda
pada Sarana Rekreasi Tanaman Buah. Repository Tugas Akhir Prodi Arsitektur
Itenas, 5(1), 1�10. Google Scholar
Hardjana, A. K., & Fajri, M. (2011). Kemampuan Tanaman Meranti (Shorea
Leprosula) dalam Menyerap Emisi Karbon (CO2) di Kawasan Hutan IUPHHK-HA PT
ITCIKU Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 5(1),
39�46. https://doi.org/10.20886/jped.2011.5.1.39-46. Google Scholar
Heriansyah, I. (2005). Potensi hutan tanaman industri dalam mensequester
karbon: Studi kasus di hutan tanaman akasia dan pinus. Inovasi Online, 3(17),
1�12. Google Scholar
Legawa, A. T. (2021). Potensi Serapan Karbon Tanaman Meranti (Shorea
Sp.) Pada Variasi Tingkatan Muka Air Tanah Di Media Tanah Gambut.
Universitas Islam Indonesia. Google Scholar
Moelong, L. J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakartat:
Rosda Karya. Google Scholar
Nurjannah, N., Suwatno, S., & Damayanti, W. (2017). Komunikasi
Corporate Social Responsibility Pada Official Website Perusahaan Badan Usaha
Milik Negara. Jurnal ASPIKOM, 3(2), 311�325. Google Scholar
Pramudya, E. P. (2020). Mengupayakan Konservasi di Tengah Kompleksitas
Penggunaan Lahan: Ekologi Politik di Sembilang-Dangku. Zoological Society
of London (ZSL) Indonesia. Google Scholar
Purba, B., Nainggolan, L. E., Siregar, R. T., Chaerul, M., Simarmata, M.
M. T., Bachtiar, E., Rahmadana, M. F., Marzuki, I., & Meganingratna, A.
(2020). Ekonomi Sumber Daya Alam: Sebuah Konsep, Fakta dan Gagasan.
Medan: Yayasan Kita Menulis. Google Scholar
Rahayu, S. (2007). Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan. Bogor: World Agroforestry Centre. Google Scholar
Rianda, Y. P. (2019). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility dalam Perspektif Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap
Manajemen Laba (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia 2013-2017). Perpustakaan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Unpas Bandung. Google Scholar
Suryana, I. P. G. E., & Antara, I. G. M. Y. (2021). Pengembangan
Teknologi Informasi Geografi sebagai Media Eksplorasi Keanekaragaman Hayati
(Biodiversitas) di Indonesia. Jurnal Sistem Informasi Dan Komputer Terapan
Indonesia (JSIKTI), 3(4), 46�55. https://doi.org/10.22146/jsikti. Google Scholar
Zaman, N., Syafrizal, S., Chaerul, M., Purba, S., Bachtiar, E., Simarmata,
H. M. P., Basmar, E., Sudarmanto, E., Koesriwulandari, K., & Hastuti, P.
(2021). Sumber Daya dan Kesejahteraan Masyarakat. Medan: Yayasan Kita
Menulis. Google Scholar
Copyright holder : Resti
Lestari, Sandy Pradana (2022) |
First publication right
: This article is licensed under: |