Volume 4, No. 1 Januari 2023
p-ISSN 2722-7782 | e-ISSN 2722-5356
DOI: �https://doi.org/10.46799/jsa.v4i1.509 �
MEMAHAMI PERAN PEMIMPIN
SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
Muhammad Mashuri, Sukarna, Fatimatuzzahroh,
Diding Ahmad Kodir, Saepudin
Universitas Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon,
Indonesia
Abstrak: ��������
Di era modern globalisasi global, perubahan
semakin cepat dan dalam perkembangan pengetahuan, cara berpikir, perilaku dan
keterampilan baru, serta teknologi yang semakin maju, bahkan dalam kondisi
pasca pandemi Covid-19 saat ini, terus berlanjut. memajukan.
peluang untuk memperkenalkan Metode baru dan
pengaturan kerja baru untuk menjaga akuntabilitas dan produktivitas. Metode data sekunder yang digunakan disini sebagai metode
pengumpulan data yaitu penelitian literatur terhadap jurnal atau artikel
pendukung. Agen perubahan dibagi menjadi dua bagian, yaitu: Agen
perubahan eksternal-internal mencoba untuk mengintegrasikan orang-orang di
dalam dan di luar organisasi dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan
agen perubahan internal dan eksternal Untuk memulai proses perubahan, agen
perubahan menawarkan alternatif baru untuk masalah yang ada, menggambarkannya
dengan benar dan Menjelaskan pentingnya masalah untuk diselesaikan dan
meyakinkan pelanggan, bahwa mereka dapat memecahkan masalah tersebut.
�����������������������������������������������������������������������
Kata
Kunci: Agen Perubahan;
Pemimpin; Global; Inovasi.
Abstract:
In the modern era of
global globalization, changes are accelerating and the development of new
knowledge, ways of thinking, behavior and skills, as well as increasingly
advanced technology, even in the current post-Covid-19 pandemic conditions,
continues. advance. opportunities
to introduce new Methods and new work arrangements to maintain accountability
and productivity. The secondary data method used here as a data collection
method is literature research on supporting journals or articles. Change agents
are divided into two parts, namely: External-internal change agents try to
integrate people inside and outside the organization by considering the
strengths and weaknesses of internal and external change agents To start the
change process, change agents offer new alternatives to existing problems , describes it correctly and Explains the
importance of the problem to be solved and assures the customer, that they can
solve the problem.
Keywords: Change Agent; Leader;
Global; Innovation.
Article History�����������������������
Diterima��������� : Januari 2023
Direvisi����������������������� : Januari 2023
Publish������������ : Januari 2023
�����������
PENDAHULUAN
Di era globalisasi yang mendunia saat ini, perubahan
terus bergerak cepat baik itu dalam perkembangan ilmu pengetahuan, cara
berfikir, cara berperilaku dan kompetensi baru, serta teknologi yang semakin
canggih, termasuk dalam kondisi setelah pasca pandemi Covid-19 yang terjadi
saat ini yang menumbuhkan cara baru, metode baru, dan tatanan baru dalam
bekerja agar tetap akuntabel dan produktif. Pada intinya
bahwa, perubahan itu tidak dapat dielakkan.
Seorang agen perubahan
merupakan seorang atau tokoh ahli yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
klien dalam rangka melakukan perubahan sesuai dengan yangdiharapkan. Perubahan adalah suatu
fenomena yang pastiterjadi dan akan terus terjadi. Perubahan
merupakan pembawaan alamiah yang timbul dalam proses perjalanan kehidupan
manusia dan peradaban manusia. Yang namanya perubahan ataupun
perkembangan tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
hanya organisasi yang mampu beradaptasilah terhadap perubahan yang mampu
bertahan. Agen perubahan itu berfungsi meyakinkan target atau klien
perubahan untuk melakukan perubahan atau berinovasi sesuai dengan kebutuhan dan
sesuai dengan yang diharapkan. Bagi agen perubahan wajib memahami komunikasi
yang baik agar mampu menyampaikan pesan perubahan melalui orang-orang yang
tepat dengan model komunikasi yang mudah dipahami oleh target sehingga proses
perubahan berjalan efektif dan memberikan keuntungan yang nyata bagi pihak
manapun. Sering kita dengar salah satu tokoh dari agen
perubahan ini adalah mahasiswa.
Dikarenakan mahasiswa
merupakan tokoh perintis, penggerak, dan penggagas untuk melakukan perubahan
dan mempengaruhi seseorang kearah yang lebih baik lagi. Potensi
yang dimiliki oleh mahasiswa dapat membuat perubahan terhadap masyarakat dari
pembodohan. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh mahasiswa lebih
berfokus pada perubahan sosial seperti� melakukan gerakangerakan atau program
pemberdayaan masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan masyarakat
tersebut kearah yang lebih baik. Oleh karena itu, mahasiswa
dikenal sebagai salah satu tokoh dalam agen perubahan atau Agent of Change.
METODE
Metode data sekunder yang digunakan disini
sebagai metode pengumpulan data yaitu penelitian literatur terhadap jurnal atau
artikel pendukung. Menurut (Afifuddin
& Saebani, 2012), tinjauan pustaka merupakan alat yang
penting sebagai penelitian kontekstual karena karya sastra sangat bermanfaat
dan sangat bermanfaat untuk memberikan konteks dan makna dalam tulisan, dan
melalui tinjauan pustaka ini peneliti dapat memastikan. jelas
dan pembaca akan tahu mengapa apa yang akan Anda pelajari adalah masalah yang
sangat perlu dipelajari, baik dalam kaitannya dengan topik yang dipelajari
maupun dalam kaitannya dengan hubungan antara penelitian dan penelitian lain
yang relevan di setiap pengaturan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pemimpin dan Agen perubahan
1.
Pengertian Pemimpin
Dilihat dari sisi bahasa Indonesia �pemimpin�
sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, pemantau, pembimbing,
pengguru, penegak, ketua, kepala, penuntut, raja, tua-tua, dan sebagainya.
Sedangkan istilah pemimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran
seseorang berkaitan dengan kemampuannya memengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Pemimpin dalam bahasa inggris disebut
�leader�. Kegiatannya disebut kepemimpinan atau leadership (Yunasril, 2008). Dari kata dasar leader berarti pemimpin
dan akar katanya to lead yang terkandung dalam beberapa arti yang saling erat
berhubungan; bergerak lebih awal, berjalan diawal, mengambil langkah awal,
berbuat paling dulu, memelopori, mengarahkan fikiran-pendapat orang lain, dan
menggerakkan orang lain dalam pengaruhnya (Bahrudin & Umiarso, 2012).
Adapun pemimpin terbagi menjadi dua, yakni
pemimpin formal dan informal. Pemimpin formal ialah orang yang oleh
organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan
dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi,
dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai
sasaran organisasi (Kartini, 2009).
Sedangkan pemimpin informal ialah orang yang tidak
mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memliki kualitas unggul, ia mencapai kedudukan sebagai
orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau
masyarakat. Pemimpin yang baik harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan:
ia harus pandai beradaptasi (Djalal, 2008).
2.
Pengertian Agen Perubahan
Perubahan pada dasarnya bukanlah menerapkan
teknologi, metode, struktur, atau manajer-manajer baru. Perubahan pada
dasarnya adalah mengubah cara manusia dalam berpikir
dan berperilaku. Agen perubahan (The Change Agent) adalah
individu atau seseorang yang bertugas mempengaruhi target/sasaran perubahan
agar mereka mengambil keputusan sesuai dengan arah yang dikehendakinya.
Agen perubahan menghubungkan antara sumber perubahan (inovasi, kebijakan publik
dll) dengan sistem masyarakat yang menjadi target perubahan.
Didalam era globalisasi yang mendunia saat ini,
perubahan terus bergerak cepat baik itu dalam produk baru, pasar baru, cara berfikir dan kompentensi baru, serta teknologi yang
semakin canggih. Perubahan tersebutlah dapat menjadi peluang
atau mungkin bisa menjadi sebuah tantangan dalam menghadapi
persaingan-persaingan yang ketat. Menurut Soerjono Soekanto menyatakan,
pihak-pihak yang menghendaki perubahan dinamakan Agent of Change, yaitu
seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu
atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan (Soekanto, 1982).
Dalam rumusan (Havelock, 1973), agent of change yaitu orang yang membantu
terlaksananya perubahan sosial atau suatu inovasi berencana. Menurut Robbins
& Coulter dalam (A. Supriyanto, 2016), agen perubahan adalah orang yang
bertindak sebagai katalisator dan mengelola perubahan yang terjadi. Pengetian
lebih luas menurut Griffin dan Pareek dalam (Wibowo, 2016), bahwa agen perubahan adalah orang
professional yang tugasnya membantu masyarakat atau kelompok merencanakan
pembangunan atau membentuk kembali sasaran, fokus pada masalah, mencari
pemecahan yang mungkin, mengatur bantuan, merencanakan tindakan, yang dimaksud
untuk memperbaiki situasi, mengatasi kesulitan, dan mengevaluasi hasil dari
usaha yang terencana.
B. Tugas dan Fungsi Agen Perubahan
Tugas yang dilakukan oleh agen perubahan atau yang
biasa kita sebut dengan Agent of Change adalah sebagai berikut
:
1.
Menciptakan keinginan perubahan didalam masyarakat.
2.
Menciptakan keinginan perubahan dikalangan klien
lainnya.
3.
Menjalin dan membina hubungan dalam rangka
melakukan perubahan.
4.
Mendiagnosa permasalahan yang dihadapi masyarakat.
5.
Melaksanakan perubahan atau menerjemahkan keinginan
perubahan menjadi suatu tindakan yang nyata.
6.
Menjaga kestabilan perubahan (Juwita, 2019).
Selain tugas agen perubahan diatas berikut ini
merupakan fungsi-fungsi dari agen perubahan atau Agent of Change adalah sebagai
berikut:
1.
Catalyst (Penghubung), menggerakkan suatu
masyarakat untuk melakukan perubahan.
2.
Solution Giver (Memberikan solusi), memberikan
solusi dalam suatu pemecahan masalah yang terjadi.
3.
Process Helper (Memberikan pertolongan), sebagai
tokoh yang membantu dalam proses perubahan.
4.
Resources Linker (Sumber-sumber), sebagai
penghubung dengan sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang
terjadi (Juwita, 2019).
C. Jenis � jenis Agen Perubahan
Dibawah ini merupakan jenis-jenis dari agen perubahan,
terdapat 3 jenis yakni sebagai berikut :
1.
Agen perubahan internal
Agen perubahan internal adalah staff ahli
dari dalam organisasi yang secara khusus dilatih untuk melakukan pengembangan
organisasi.
2.
Agen perubahan eksternal
Agen perubahan eksternal adalah individu
dari luar organisasi yang ditugaskan untuk memberikan usulan mengenai
perubahan.
3.
Agen perubahan eksternal � internal
Agen perubahan eksternal-internal upaya memadukan
orang-orang dari dalam organisasi dan dari luar organisasi dengan mengambil
kelebihan dan kelemahan dari agen perubahan internal dan eksternal (Juwita, 2019).
D. Peranan Agen Perubahan
Seorang agen perubahan dalam melaksanakan
tugasnya memiliki peran-peran tertentu. Berikut ada 6 peranan agen perubahan dalam
proses mengenalkan sebuah inovasi kepada klien yakni sebagai berikut
:
1.
Untuk mengembangkan kebutuhan perubahan pada klien
2.
Untuk menciptakan hubungan pertukaran informasi
3.
Untuk menganalisis masalah klien
4.
Untuk menumbuhkan niat berubah pada klien
5.
Untuk menerjemahkan niat klien kedalam tindakan
6.
Untuk mencapai hubungan yang berulang-ulang (Juwita, 2019).
Dalam melaksanakan tugasnya agen perubahan
mempunyai peran-peran. Ada tujuh peran agen perubahan yang dapat
diidentifikasi dalam proses mengenalkan sebuah inovasi kepada suatu sistem
klien.
1.
Membangkitkan kebutuhan untuk berubah
Seorang agen perubahan awalnya sering membantu
klien menjadi sadar akan kebutuhan untuk merubah
sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk memulai proses perubahan, agen
perubahan mengusulkan alternatif baru dari masalah yang terjadi, menguraikan
dengan baik dan jelas pentingnya masalah tersebut untuk diatasi, dan meyakinkan
klien bahwa mereka mampu untuk menghadapi masalah tersebut. Agen
perubahan menilai kebutuhan klien sangat penting pada tahap ini dan juga
mencoba membantu klien untuk mendapat kebutuhan yang lebih baik.
2.
Memantapkan hubungan pertukaran informasi
Ketika kebutuhan akan
perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen perubahan harus mengembangkan
hubungan dengan kliennya. Agen perubahan dapat meningkatkan
hubungan dengan klien dengan sikap dapat dipercaya (credible), kompeten, dan
terpercaya (trustworthy) dan juga empati terhadap kebutuhan dan masalah klien.
Klien harus menerima agen perubahan sebelum mereka akan
menerima inovasi yang dipromosikannya. Inovasi dinilai pada
dasar bagaimana agen perubahan itu dirasakan oleh klien.
3.
Mendiagnosa masalah yang dihadapi
Agen perubahan bertanggungjawab untuk menganalisis
masalah para klien untuk menentukan� mengapa alternatif yang ada tidak
cocok dengan kebutuhan mereka. Dalam menujukesimpulan
analisis, agen perubahan harus melihat situasi dengan empatik dari sudut
pandang klien. Disini agen perubahan akan mencoba
untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi klien dan mencoba menemukan inovasi
yang paling tepat. Agen perubahan melihat masalah dengan
kacamata klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi
dan psikologi klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen perubahan.
4.
Membangkitkan kemauan klien untuk berubah
Setelah agen perubahan mengeksplorasi/menyelidiki
bermacam-macam kesempatan dari tindakan yang dapat mengantarkan klien mencapai
tujuan mereka, agen perubahan mencari cara agar mereka
tertarik dengan inovasi. Namun, cara yang digunakan
harus tetap berorientasi pada klien, artinya berpusat pada kebutuhan klien
jangan terlalu menonjolkan inovasi (tersirat).
5.
Mewujudkan kemauan dalam perbuatan
Agen perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap
klien dalam menyesuaikan saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para klien. Jaringan
interpersonal mempengaruhi dari pengamatan jarak dekat yang paling penting pada
tahap persuasi dan keputusan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Agen perubahan dapat secara efektif menstabilkan perilaku baru di
kalangan sistem klien melalui penguatan pesan kepada klien yang sudah
mengadopsi. Komunikasi interpersonal akan lebih
efektif kalau dilakukan antar teman yang dekat dan sangat bermanfaat kalau
dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap keputusan inovasi. Oleh kerena itu dalam hal tindakan agen perubahan yang paling tepat
menggunakan pengaruh secara tidak langsung.
6.
Menjagakestabilan penerimaan inovasi dan mencegah
tidak berkelanjutannya inovasi
Agen perubahan mungkin secara efektif
menstabilkan tingkah laku baru sampai menguatkan pesan kepada klien yang telah
mengadopsi, dengan demikian seperti �membekukan� tingkah laku/sikap baru dari
klien.
Bantuan ini diberikan ketika seorang klien sedang berada pada tahap
implementasi atau konfirmasi dalam proses keputusan inovasi.
7.
Mengakhiri hubunga ketergantungan
Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk
mengembangkan sikap memperbaharui diri ( self-renewing)
dalam bagian dari klien. Ketika perubahan telah terjadi pada
klien dan dipandang telah stabil, maka seorang agen perubahan harus dapat
menarik dirinya untuk keluar dari urusan dengan mengembangkan kemampuan klien
untuk menjadi change agent bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain,
change agent berusaha untuk merubah sistem klien dari posisi mempercayai change
agent menjadi mempercayai dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan mereka
sendiri (Sadida D, 2011).
E. Kepemimpinan pada Zaman Rasulullah SAW
Seorang pemimpin dinilai bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam kepemimpinannya. Pemimpin adalah seseorang yang diberi kedudukan tertentu dan
bertindak sesuai dengan kedudukannya tersebut. Pemimpin
juga adalah seorang ahli dalam organisasi/masyarakat yang diharapkan
menggunakan pengaruhnya dalam menjalankan misinya. Seorang
pemimpin itu bertugas untuk memimpin bukan untuk menggunakan kedudukan
kepemimpinanya, Itulah sesorang pemimpin. Jika melihat kebelakang kita
melihat sesosok manusia atau sesosok pemimpin yang merupakan contoh terbaik
dalam menghayati nilai-nilai kepemimpinan, yang tidak lain yaitu Nabi Muhammad
saw. Yang mana sejarah mengajarkan bahwa model kepemimpinan
Rasulullah benar-benar telah mampu mengubah raut sejarah dari yang semula
primitif menjadi beradab dalam waktu yang relatif cukup singkat. Nabi Muhammad telah mencontohkan bagaimana kepemimpinannya dapat
berhasil, beliau sebagai sosok ideal dapat dijadikan role model dalam berbagai
hal. Pengengkatan beliau sebagai Rasul adalah untuk memimpin manusia dan
alam serta dijadikan teladan (Sakdiah, 2016).
Firman Allah dalam QS. Al-Ahzab;
ayat 21 bahwa dalam diri Nabi terdapat keteladanan yang dapat dicontoh oleh
orang-orang di zamannya ataupun setelahny. Namun khilafah setelah beliau
memiliki karakter masing-masing dan diantaranya belum melaksanakan kepemimpinan
dengan sempurna, misal khalifah Usman bin Affan yang meninggal karena difitnah
masyarakat akibat ketidakcakapannya dalam memimpin (Murrad, 2009). Karenanya, untuk melihat kembali
bagaimana kepemimpinan Nabi Muhammad dilaksanakan, banyak rujukan yang dapat
dijadikan pedoman bagi umat muslim.
Al-Quran, hadis, karya-karya para ulama,
sejarah Islam, merupakan beberapa sumber yang dapat dijadikan rujukan untuk
mengetahui kehidupan dan biografi Rasulullah Saw. Kepemimpinan Nabi Muhammad
sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan rujukan keteladanan
kepemimpinan khususnya kepemimpinan dalam pendidikan dan dalam rangka
menciptakan pemimpin masa depan yang baik dan bermoral melalui keteladanan
Rasulullah Saw. dalam kehidupannya.
Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin
spiritual yang berjaya, sebaliknya merupakan ketua negara dan pentadbiryang
berjaya. Manakala dalam konteks pembawa perubahan baginda
telah Berjaya menghasilkan revolusi yang signifikan dalam cara
hidup dan pemikiran masyarakat Arab. Sifat kepemimpinan
pendidikan Nabi Muhammad Saw. diantaranya: disiplin wahyu, mulai dari
diri sendiri, memberikan keteladanan, komunikasi yang efektif, dekat dengan
umatnya, selalu bermusyawarah, memberikan pujian (Fauzi, 2016).
Secara umum, Nabi Muhammad Saw. adalah
gudangnya sifat-sifat kesempurnaan yang sulit dicari bandingannya. Sifat tersebut dapat menjadi figur untuk umat Islam. Dalam hal ini, peneliti mengelompokkan sifat nabi menjadi sifat
personal (pribadi) dan publik (umum).
1.
Sifat Personal Nabi Muhammad Saw.
a.
Jujur
Perkataan yang sesuai dengan perbuatan dapat
menimbulkan penghormatan dan kepercayaan oleh orang lain. Hal ini disebutkan
bahwa Nabi menghimpun kebaikan dalam dirinya yaitu: Rasulullah memiliki sifat
yang menonjol karena perkataan yang lemah lembut, akhlak yang utama, sifat
mulia, berkepribadian baik, paling terhormat dalam pergaulan dengan tetangga,
paling lemah lembut, paling jujur perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling
terpuji kebaikannya, paling baik amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling
bisa dipercaya hingga dijuluki Al-Amin (Al-Mubarakfuri, 2007). Gelar Al-Amin
menjadikannya dapat dipecaya oleh kalangan Quraish.
b.
Amanah
Amanah dapat diartikan benar-benar
menyampaikan sesuatu yang dia tugaskan untuk menyampaikannya. Diantara
bukti Nabi Muhammad bersifat amanah adalah menyebarluaskan risalah yang dipercayakan
kepada beliau oleh Allah Swt.
c.
Tabligh
Nabi Muhammad Saw.seorang penyampai risalah
Tuhan. Rasulullah menyampaikan pesan kepada umatnya dengan diawali adanya
perintah dari Allah Swt. Beliau tidak berbicara kecuali sesuai wahyu dari
Allah. Perintah berdakwah dating dari wahyu Allah.
Dakwah sembunyi-sembunyi dilakukan selama tiga tahun
dilanjutkan dengan dakwah terang-terangan. Wahyu yang
diturunkan melalui malaikat Jibril yang kemudian disampaikan kepada umat.
d.
Fathonah
Nabi Muhammad yang mendapat karunia dari
Allah dengan memiliki kecakapan luar biasadan kepemimpinan yang agung. Kesuksesan
Nabi Muhammad sebagai seorang pemimpin umat telah dibekali kecerdasan oleh
Allah Swt. Kecerdasan itu tidak saja diperlukan untuk memahami dan menjelaskan
wahyu Allah Swt.
e.
Kharismatik
Kepemimpinan Rasulullah merupakan
kepemimpinan yang digandrungi oleh setiap hati. Sosoknya
bertubuh ideal, berjiwa sempurna, berakhlak luhur, dan sifat yang terhormat.
Kesempurnaanya yang tidak dimiliki siapapun bahkan diakui
oleh musuh-musuhnya. Hal tersebut menyebabkan hati
tertawan dan rela untuk berjuang sampai titik darah penghabisan.16Kedudukan
Rasulullah ibarat ruh dan jiwa. Keterpikatan hati umat terhadap beliau
laksana tarikan magnet terhadap besi (Al-Mubarakfuri, 2007).
f. Keyakinan Diri yang
Kuat
Nabi Muhammad berasal dari bangsa Arab. Orang
Arab dikenal sebagai orang yang memiliki tekad yang tak pernah pudar.
g.
Komitmen Tinggi
Komitmen yang tinggi memberikan pengaruh
yang kuat dalam kepemimpinan. Nabi memberikan teladan bahwa beliau
selalu bangkit dalam keadaan apapun, bangkit untuk berdakwah kepada Allah,
memanggul beban yang berat di pundaknya, tidak mengeluh dlam melaksanakan beban
dan amanat, memikul beban kehidupan semua manusia, beban akidah, perjuangan dan
jihad di berbagai medan (Al-Mubarakfuri, 2007).
h.
Tekun, Pekerja Keras dan Militan
Dalam diri nabi memiliki jiwa pekerja keras,
terbukti ketika awal masa remaja, beliau bekerja menggembalakan kambing di
kalangan Bani Sa�ad bin Bakar dan di Mekkah dengan imbalan uang beberapa dinar.
Dan ketika berusia dua puluh lima tahun, beliau
berdagang ke Negeri Syam dengan modal dari Khadijah, Nabi berdagang dengan
jujur dan amanah sehingga dipercaya oleh Khadijah.
F. Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. dalam Pendidikan
Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw merupakan
kepemimpinan yang�
ideal jika dilihat dari berbagai rujukan perihal kepemimpinan
yang baik. Kepemimpinan Nabi Muhammad dapat dikategorisasikan
dalam salah satu tipe atau model kepemimpinan yang terbaru. Dijelaskan
sebagai sikap seorang pemimpin yang mampu mempengaruhi atau mengarahkan bawahan
dengan cara yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
(Tyas, 2019).
Melihat sifat publik Nabi Muhammad Saw. dimana
berkaitan dengan kepemimpinan, peneliti mengkategorisasikan sifat tersebut ke
dalam komponen kepemimpinan transformasional pendidikan, diantaranya:
1.
Sifat Nabi Muhammad Saw. memberikan
keteladanan, memulai dari diri sendiri,mampu menularkan dan mempengaruhi, serta
memiliki etika/nilai moral termasuk dalam kategori komponen idealized
influenced (pengaruh ideal kepemimpinan). Ketiga sifat tersebut dimaksudkan
bahwa perilaku pemimpin harus menjadi teladan dimana akan
menimbulkan penghormatan dan kepercayaan oleh bawahan.
2.
Sifat Nabi Muhammad Saw. memberikan
pujian (motivasi) termasuk dalam kategori komponen inspirational motivation
(motivasi yang inspirasional). Pemimpin yang memiliki sifat tersebut dapat
menumbuhkan kepercayaan diri, membuat hati tenang, dan mampu menginspirasi
komponen pendidikan untuk menjadi pemimpin atas dirinya sendiri.
3.
Sifat Nabi Muhammad Saw. yang
selalu musyawarah untuk memecahkan masalah termasuk dalam kategori komponen
intellectual simulation (stimulasi intelektual). Dalam musyawarah terdapat
proses curah pendapat sehingga ketika terjadi masalah, semua anggota dapat
memberikan kontribusinya. Dalam hal ini pemimpin menggali ide dan solusi dari
orang yang dipimpinnya dan bermuara pada solusi pemecahan masalah.
4.
Sifat Nabi Muhammad Saw. yang
dekat dengan umat dan berkomunikasi yang efektif termasuk dalam kategori
komponen individualized consideration (pertimbangan yang didasarkan pada
individu). Dekat dengan umat dimaksudkan bahwa perilaku kepemimpinan yang
mendekatkan diri kepada anggota dengan emosi, termasuk pendelegasian wewenang,
membina, membimbing, dan melakukan komunikasi yang efektif yang dapat
menumbuhkan komunikasi dua arah.
Disamping itu, sifat personal Nabi Muhammad Saw. juga dapat dikategorisasikan ke dalam dua komponen
kepemimpinan transformasional yaitu:
1.
Sifat Nabi Muhammad Saw. yang
jujur, amanah, tabligh, kharismatik, keyakinan diri yang kuat, komitmen tinggi,
dan tekun, pekerja keras, serta militan termasuk dalam kategori komponen
idealized influenced (pengaruh ideal kepemimpinan). Beberapa sifat tersebut ada
dalam komponen idealized influenced yang dapat menumbuhkan rasa hormat dan
percaya diri bagi orang yang dipimpinnya.
2.
Sifat Nabi Muhammad Saw. yang
cerdas/fathonah termasuk dalam kategori komponen intellectual simulation
(stimulasi intelektual). Fathonah termasuk kategori intellectual simulation
dikarenakan komponen ini membutuhkan kemampuan intelegensi dan rasionalitas
untuk memecahkan masalah dengan baik sehingga muncul inovasi yang kreatif.
G. Pengaplikasian Kepemimpinan Rasullah Saw pada
Generasi Y atau Generasi Milenial
Era Rasulullah saw memang sudah jauh berlalu
sebelum generasi milenial ada saat ini yang disebut juga Generasi Y, yaitu
mereka yang lahir di atas tahun� 80-an hingga 90-an. Namun, keteladanan
Rasulullah saw masih bisa dijadikan panutan hingga saat ini. Segala
ucapan dan perilaku Nabi masih relevan dengan yang terjadi di era yang jauh
lebih baikn modern seperti sekarang ini. Karena risalah islam diturunkan untuk hingga akhira zaman.
Generasi milenial ini juga disebut sebagai generasi
emas yang sangat potensial menjadi generasi bagi kebangkitan islam,
meskipun dalam mengelola masa muda agar memiliki karakter kuat dalam keagamaan,
merupakan suatu perjuangan yang tidak mudah dan sederhana. Sebab,
pertentangan yang paling berat dan sulit serta manantang dalam fase kehidupan
kita adalah menundukkan masa muda untuk tumbuh dalam beribadah dan menyembah
kepada Allah (syaabun nasya-a fi �ibadatillah) sesuai tujuan pencapaian manusia
itu sendiri.
Era globalisasi tentu saja membawa banyak
perubahan, baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Sisi positifnya
adalah pada saat sekarang ini informasi dan pengetahuan mudah diperoleh
meskipun juga mengalami masa yang cepat, sedangkan sisi yang lain bahwa
permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari semakin kompleks dan
sekaligus tidak pasti (Suryana, 2019).
Kompleksitas permaslahan seputar karakter
dan moralitas telah menjadi pemikiran sekaligus keprihatinan bersama. Krisis
karakter atau moralitas ditandai oleh meningkatnya kejahatan tindak kekerasan,
narkoba, pornografi, pornoaksi, serta pergaulan bebas yang sudah menjadi
patologi dalam masyarakat. Adapun krisis moral lainnya
yang sungguh nyata telah terjadi ialah perilaku korupsi yang telah mentradisi
ditengah-tengah masyarakat. Selain itu, krisis
kepercayaan pun terjadi pada kelompok elite masyarakat, yakni perilaku korupsi
yang semakin mengkhawatirkan.
Di era globalisasi ini, semakin banyak
tentangan disetiap sisi. Baik dalam dunia kerja,
kehidupan sehari-hari ataupun dunia pendidikan. Keberadaan
seorang pemimpin dalam organisasi ataupun individu sangat dibutuhkan untuk
membawa organisasii atau individu kepada tujuan yang ditetapkan.
Berbagai gaya kepemimpinan akan mewarnai perilaku
seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Krakteristik
generasi Y mendorong tren dimana anak muda sekarang lebih selektif dalam
memilih pekerjaan yang sesuai, dan hal ini tidak lepas dari sikap kepemimpinan
yang mereka miliki. Tahun 2020 hingga tahun 2030 diprediksi bahwa
Indonesia akan mencapai puncak populasi usia produktif sebesar 70% dari total
penduduk Indonesia, hal ini bisa menjadi keuntungan untuk perekonomian dan
kemajuan Indonesi apabila generasi milenial sebagai generasi dengan jumlah yang
besar dapat dikelola dengan baik sehingga dibutuhkan karakter pemimpin yang
cocok untuk generasi milenial (Ambarwati & Raharjo, 2018).
Nabi��
Muhammad�� SAW�� merupakan seorang�� manusia��
yang�� sempurna�� ciri� akhlaknya. Ini ditegaskan oleh Allah
dalam Firman-Nya (Al-Ahzab 33: 21) yang Artinya�
: �sungguh� telah ada� pada�
(diri)� Rasulullah� itu�
suri� teladan yang� baik�
bagimu� (yaitu)� bagi�
orang� yang mengharap� (rahmat)�
Allah� dan� (kedatangan)�
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
Berdasarkan firman Allah SWT. diatas,
dirumuskan Nabi Muhammad SAW penuh dengan�
sifat� diri� yang�
baik� dan� terpuji.�
Dalam� konteks� perilaku,�
baginda� selalu� bersikap terbuka� dan�
mendengar� buah� fikiran�
pengikut� dengan� mengamalkan�
prinsip� syura� dalam pengurusan dan pembuatan keputusan (Ishak, 2011).
Tafsir���
kepemimpinan��� dalam��� manajemen���
Pendidikan��� islam,��� Al-Qurthubi menyimpulkan� ayat�
30� surah� Al-Baqarah�
bahwa� hukumnya� wajib�
atas� pengangkatan seorang� khalifah�
dalam� memutuskan� perkara�
yang� diperselisihkan� manusia,�
menegakan hukum-hukum serta mengingatkan mereka terhadap hal-hal yang
keji dan penting. Hal ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik tanpa adanya
seorang pemimpin (Muhammad, 2017).
Dalam��� perspektif��� islam���
kepemimpinan��� merupakan��� kegiatan���
menuntun, membimbing, memandu� dan�
menunjukan� jalan� yang�
diridhoi� Allah� SWT.� Ada� beberapa sifat
kepemimpinan Rasulullah SAW yang sangat popular yaitu sebagai berikut:
1.
Shiddiq�
atau� Jujur� merupakan�
orang� yang� memiliki�
kejujuran� dan� selalu�
melandasi ucapan,�� keyakinan�� serta��
perbuatan�� berdasarkan�� ajaran��
Islam.�� Kejujuran�� yang dimaksud� adalah;�
Kejujuran� dalam� bersikap,�
kejujuran� dalam� bekerja,�
dan� kejujuran dalam keuangan (Hakim, 2007).
Allah
berfirman dalam Q.S Al-Taubah : 119, yang Artinya:
Wahai�� orang-orang�� yang��
beriman!�� Bertakwalah�� kepada��
Allah,�� dan Bersamalah kamu
dengan orang-orang yang beriman.
2.
Amanah�
adalah� memiliki� penuh�
tanggung� jawab,� bisa�
dipercaya,� memiliki� kualitas�
kerja� yang� baik�
dalam� melaksanakan� setiap�
tugas� dan� kewajiban.�
Dengan� amanah� maka�
akan� terhindar� tindakan�
kolusi,� korupsi,� dan� manipulasi� serta�
akan� dapat� memberikan�
kepercayaan� penuh� dari�
para� anggotanya� sehingga program-program kepemimpinan akan
dapat dukungan optimal dari para anggotanya.
Dalam
sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ad-Dailami, Rasulullah SAW, bersabda
yang� artinya��� bahwa�
amanah� akan� menarik�
rezeki� dan� sebaliknya�
khianat� akan mengakibatkan
kekafiran�.
3.
Tabligh�
merupakan� sejalan� dengan�
sifat� amanah� yaitu,�
memiliki� kemampuan� dalam menyampaikan�� dan��
sekaligus�� mengajak�� serta��
memberikan�� contoh�� kepada��
para anggotanya� atau� pihak�
lain,� melakukan� sosialisasi�
dengan� teman� kerja,�
mempunyai kemampuan untuk bernegoisasi, dan penuh keterbukaan. Hal ini
disampaikan dengan hikmah,�� sabar,�� argumentative�� dan��
persuasive�� akan�� menumbuhkan��
hubungan kemanusiaan yang semakin solid dan kuat.
4.
Fatonah�
adalah� Cerdas,� berbuat�
bijaksana,� mampu� menganalisa�
dan� mengambil keputusan yang� tepat�
dan� cepat,� mendapat�
kepercayaan� dari� yang�
dipimpin,� rajin, sungguh-sungguh,�� kreatif��
dan�� imajinatif,�� gembira,��
periang�� serta�� berani��
dalam bertindak (Nujuludin, 2017).
Di era milenial ini, media social adalah
alun-alun public digital (cacimaki dan puja puji datang silih berganti dalam
hitungan detik. Informasi dan pengetahuan yang mereka� peroleh�
kemudian� terakumulasi� dan�
melahirkan� persepsi� dan�
opini� terhadap sosok� pemimpin. Kompleksitas� permasalahan� seputar�
karakter� dan� moralitas�
telah dialami oleh generasi milenial, Oleh karena itu pemimpin di era
milenial / digital� ini harus menguasai
berbagai karakter kepemimpinan.
Karakteristik� kepemimpinan� berasal�
dari karakter� dan� temperamen.�
Keduanya menentukan��
bagaimana�� bereaksi,�� apa�� yang��
dirasakan,�� dan�� bagaimana��
berpikir. Kecerdasan�
Emosional� (EQ)� dapat�
memupuk� karakteristik� yang�
membentuk� dasar-dasar� kepemimpinan�
besar,� yakni� penyingkapan�
diri,� wawasan,� tanggung�
jawab pribadi dan agen perubahan. Berdasarkan� pemaparan� diatas,�
implementasi� sifat� kepemimpinan�
Rasulullah SAW.� adalah� sebuah�
solusi� untuk� membentuk�
pemimpin� milenial� yang�
berinsan kamil, yakni yang berwawasan / cerdas, jujur dan berwibawa (Patton, 2002).
KESIMPULAN
Pemimpin formal ialah orang yang oleh
organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan
dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi,
dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai
sasaran organisasi. Sedangkan
pengertian agen perubahan adalah orang professional yang tugasnya membantu
masyarakat atau kelompok merencanakan pembangunan atau membentuk kembali
sasaran, fokus pada masalah, mencari pemecahan yang mungkin, mengatur bantuan,
merencanakan tindakan, yang dimaksud untuk memperbaiki situasi, mengatasi kesulitan,
dan mengevaluasi hasil dari usaha yang terencana.
Agen
perubahan terbagi menjadi dua yaitu: Agen perubahan eksternal-internal upaya
memadukan orang-orang dari dalam organisasi dan dari luar organisasi dengan
mengambil kelebihan dan kelemahan dari agen perubahan internal dan eksternal
Dalam tujuan untuk memulai proses perubahan, agen perubahan mengusulkan
alternatif baru dari masalah yang terjadi, menguraikan dengan baik dan jelas
pentingnya masalah tersebut untuk diatasi, dan meyakinkan klien bahwa mereka
mampu untuk menghadapi masalah tersebut.
Kepemimpinan
Nabi Muhammad sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan
rujukan keteladanan kepemimpinan khususnya kepemimpinan dalam pendidikan dan
dalam rangka menciptakan pemimpin masa depan yang baik dan bermoral melalui
keteladanan Rasulullah Saw. Hal ini disebutkan bahwa Nabi menghimpun kebaikan
dalam dirinya yaitu: Rasulullah memiliki sifat yang menonjol karena perkataan
yang lemah lembut, akhlak yang utama, sifat mulia, berkepribadian baik, paling
terhormat dalam pergaulan dengan tetangga, paling lemah lembut, paling jujur
perkataannya, paling terjaga jiwanya, paling terpuji kebaikannya, paling baik
amalnya, paling banyak memenuhi janji, paling bisa dipercaya hingga dijuluki
Al-Amin .
Sisi
positifnya adalah pada saat sekarang ini informasi dan pengetahuan mudah
diperoleh meskipun juga mengalami masa yang cepat, sedangkan sisi yang lain
bahwa permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari semakin kompleks
dan sekaligus tidak pasti . Ini ditegaskan oleh Allah
dalam Firman-Nya (Al-Ahzab 33: 21) yang Artinya�
: �sungguh� telah ada� pada�
(diri)� Rasulullah� itu�
suri� teladan yang� baik�
bagimu� (yaitu)� bagi�
orang� yang mengharap� (rahmat)�
Allah� dan� (kedatangan)�
hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.
A.
Supriyanto. (2016). Manajemen Perubahan. Malang: Universitas Negeri
Malang.
Afifuddin, H., & Saebani, B. A. (2012). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Al-Mubarakfuri. (2007). Shafiyyurrahman. Al-Rahiq Al-Makhtum.
Lebanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.
Ambarwati, A., & Raharjo, S. T. (2018). Prinsip Kepemimpinan Character
of A Leader pada Era Generasi Milenial. PHILANTHROPY: Journal of Psychology,
2(2), 114�127. https://doi.org/10.26623/philanthropy.v2i2.1151.
Bahrudin & Umiarso. (2012). Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Djalal, D. P. (2008). Harus bisa: seni memimpin ala SBY.
International Committee of the Red Cross.
Fauzi, I. (2016). Manajemen Pendidikan Ala Rasulullah. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Hakim, A. (2007). Kepemimpinan Islami (Vol. 1). Semarang: Unissula
Press, cetakan.
Havelock, R. G. (1973). The change agent�s guide to innovation in
education. Educational Technology.
Ishak, S. (2011). Model kepemimpinan etika berlandas sirah Nabi Muhammad
SAW. Jurnal Hadhari, 3(2), 23�44.
Juwita, R. (2019). Artikel Konsep Dan Peranan Agen Perubahan.
INA-Rxiv.
Kartini, K. (2009). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Muhammad, M. (2017). Tafsir Ayat-Ayat Tentang Kepemimpinan dalam Manajemen
Pendidikan Is. Almufida: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 2(1),
138�157.
Murrad, M. (2009). Kisah Hidup Utsman Ibn Affan. Jakarta: Serambi
Ilmu Semesta.
Nujuludin, H. D. (2017). Agama membentuk kepribadian dan gaya kepemimpinan
pendidikan. Jurnal Pendidikan UNIGA, 7(1), 1�7.
https://doi.org/10.52434/jp.v7i1.51.
Patton, P. (2002). Keterampilan Kepemimpinan. Indonesia: PT. Mitra
Media.
Sadida D. (2011). Agen Perubahan. Sadidadalila.Wordpress.Com.
http://sadidadalila.wordpress.com/2011/05/22/agen-perubahan/.
Sakdiah, S. (2016). Karakteristik Kepemimpinan Dalam Islam (Kajian
Historis Filosofis) Sifat-Sifat Rasulullah. Jurnal Al-Bayan: Media Kajian
Dan Pengembangan Ilmu Dakwah, 22(1).
Soekanto, S. (1982). Sosiologi: suatu pengantar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Suryana, S. (2019). Pentingnya Kecerdasan Emosi bagi Kepemimpinan yang
Efektif di Era Milenial Revolusi 4.0. Jurnal Inspirasi, 10(1),
78�97.
Tyas, N. R. (2019). Model Kepemimpinan Pendidikan Nabi Muhammad SAW.
IAIN Ponorogo.
Wibowo. (2016). Manajemen Perubahan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Yunasril, A. (2008). Kepemimpinan Dalam Perspektif Islam. Bandung:
Angkasa.
Muhammad Mashuri, Sukarna, Fatimatuzzahroh, Diding Ahmad Kodir,
Saepudin (2023) |
First publication right: |
This article is licensed under: |