Jurnal Syntax Admiration |
Vol. 3 No. 11 November 2022 |
p-ISSN
: 2722-7782 e-ISSN : 2722-5356 |
Sosial
Teknik |
STUDI IN SILICO POTENSI DNA BARCODE BERBASIS DNA
KLOROPLAS (cpDNA) UNTUK IDENTIFIKASI VARIASI GENETIK Opuntis sp.
Annisa Aulia
Universitas Negeri Padang, Indonesia
Email: [email protected]
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima 04 Agustus 2022 Direvisi 19 November 2022 Disetujui 21 November 2022 |
Opuntis merupakan tumbuhan yang habitat aslinya di
gurun. Opuntis memiliki banyak species. Untuk mengidentifikasi jenis
dari Opuntis, maka dibutuhkan
metode yang tepat untuk menganalisis Opuntis,
salah satunya melalui DNA barcode
yang gennya terdapat pada kloroplas. Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh DNA Barcode berbasis DNA
kloroplas (cpDNA) untuk Identifikasi Variasi Genetik Opuntis sp. Metode yang dipakai yaitu dengan analisis in silico,
sekuens dari species Opuntis
diperoleh dari NCBI dengan lokus yang dipakai yaitu rbcL, ndhF, dan matK.
Setelah dilakukan pengumpulan data dari NCBI, dilakukan alignment menggunakan
aplikasi MEGA 11 dengan memilih clustalW, setelah disejejerkan dibuat
rekonstruksi pohon filogenetik menggunakan metode neighbor-joining (NJ). Dari
penelitian ini didapatkan bahwa gen ndhF mampu membedakan species Opuntis sampai tingkat species,
sedangkan gen rbcL dan gen matK memperlihatkan homologi yang tinggi pada
hasil penjajaran. Berdasarkan hasil
penelitian adalah Gen ndhF bisa digunakan dalam mengindentifikasi variasi
genetic tingkat keragamannya yang tinggi. |
Kata kunci: Opuntis; matK; rbcL; ndhF. |
|
Keywords: Opuntis;
matK; rbcL; ndhF. |
ABSTRACT Opuntis is a
plant whose natural habitat is in the desert. Opuntis has many species. To
identify the type of Opuntis, we need the right method to analyze Opuntis,
one of which is through DNA barcodes whose genes are found in chloroplasts.
This study aims to obtain a DNA barcode based on chloroplast DNA (cpDNA) for
Identification of Genetic Variations of Opuntis sp. The method used is in
silico analysis, sequences of Opuntis species were obtained from NCBI with
the loci used were rbcL, ndhF, and matK. After collecting data from NCBI,
alignment was carried out using the MEGA 11 application by selecting
clustalW, after aligning the phylogenetic tree reconstruction using the
neighbor-joining (NJ) method. From this study it was found that the ndhF gene
was able to distinguish Opuntis species to the species level, while the rbcL
gene and matK gene showed high homology in the alignment result. Based on the
results of the study, the ndhF gene can be used to identify genetic
variations with a high level of diversity . |
Pendahuluan
Opuntis
merupakan tumbuhan yang umumnya berduri dan habitatnya di gurun.
Menurut (Witt et al., 2020)
anggota evolusi dari subgenus Opuntis
pada lingkungan kering dan semi-kering menyebabkan perkembangan anatomi
adaptif, morfologi, dan ancaman fisiologi. Species Opuntis mempunyai perkembangan fenologi,
fisiologi, dan adaptasi struktural yang menguntungkan untuk hidup di lingkungan
gurun yang kering dimana memiliki keterbatasan air. Beberapa
jenis Opuntis yaitu Nopalea
cochenillifera, Opuntis ficus-indica,
Opuntis miller, Opuntis amyclaea, Opuntis
imbricata, Opuntis megacantha, dan Opuntis streptacantha.
Penelitian (Mondrag�n-Jacobo & P�rez-Gonz�lez, 2001)
menjelaskan distribusi utama dari species Opuntis
yaitu: a) Opuntis leucotricha
ditemukan pada ketinggian 1500 dan 2500 m dengan curah hujan tahunan 220-450
mm; b) Opuntis streptacantha
ditemukan di Zacatecas dan San Luis Potosi, dan sedikit pada Aguascalientes,
Durango, Jalisco dan Guanajuato; c) Opuntis
robusta berasosiasi dengan Opuntis
leucotricha dan Opuntis
streptacantha, banyak terdapat di Zacatecas, San Luis Potos�, Guanajuato,
Aguascalientes dan Jalisco; d) Opuntis
cantabrigiensis tersebar pada ketinggian 1500-2200 m dengan tanah berkapur yang
sedikit, banyak terdapat di Nuevo Le�n, Coahuila, Zacatecas, San Luis Potos�,
Hidalgo, Aguascalientes, Durango, Jalisco, Quer�taro dan Guanajuato; e) Opuntis rastrera banyak terdapat di
Coahuila, Nuevo Le�n, Zacatecas, San Luis Potos�, Durango and Aguascalientes;
f) Opuntis lindheimeri banyak
terdapat pada ketinggi 1000 m dengan curah hujan 400 mm, terdapat di Coahuila,
Nuevo Le�n and Tamaulipas; g) Opuntis
phaeacantha ditemukan di Coahuila dan bagian selatan Chihuahua dan Durango
dengan ketinggian 1500-1700 m dan curah hujan 200 mm; h) Opuntis engelmannii NE Zacatecas and SW Coahuila dengan ketinggian
1700-2200 m; i) Opuntis imbricata
ditemukan pada Coahuila, Zacatecas, San Luis Potos�, Chihuahua, Aguascalientes,
Durango, Jalisco dan Guanajuato; j) Opuntis
microdasys, memiliki morfologi tanpa duri sejati dan bulu pendek serta mudah
ditiup angin, ditemukan di Coahuila, bagian utara San Luis Potos� dan
Zacatecas; k) Opuntis violacea yakni
rumput pendek yang tumbuh di tanah liat yang dalam di Chihuahua, NW Coahuila
dan Timur Durango dengan curah hujan tahunan 200 mm, musim panas (suhu mencapai
45oC) dan musim dingin (-8oC); l) Opuntis
rufida adalah rumput yang tingginya mencapai 2 m tumbuh di tanah liat berkapur,
di lereng, atau di lembah dalam.
Salah satu cara untuk menentukan
keragaman genetik menurut (Su�udi, 2018)� yaitu dengan menggunakan DNA barcode. Menurut
(Rahayu & Jannah, 2019)
DNA barcode merupakan teknik dengan memanfaatkan sekuens DNA pendek untuk
mempermudah proses identifikasi suatu species. Pada
penelitian terdahulu, taksonomi hanya didasarkan pada morfologi, yang
menyebabkan hal tersebut kurang efektif. Pendapat ini juga didukung oleh
(Ghorbani et al., 2017);
(Raclariu et al., 2018)
yang menjelaskan pengelompokan yang hanya didasarkan persamaan morfologi bisa
menyebabkan salah dalam memilih species yang diinginkan, karena kebanyakan
species memiliki morfologi yang hampir sama. Maka dibutuhkan
DNA barcode untuk mengelompokkan species berdasarkan kesamaan gen.
Menurut (Rahayu & Jannah, 2019)
DNA barcode memiliki karakteristik yaitu sekuens DNA bersifat ortolog,
mempunyai variabilitas yang bisa membedakan antar species. Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam pemilihan jenis DNA barcode yaitu harus ada semua
taxa yang dibandingkan, memiliki pengetahuan tentang gen, tingkat evolusi gen
sesuai dengan taxon yang akan diteliti, mudah dalam melakukan alignment, serta
harus bersifat homolog. Menurut literatur yang dijabarkan (Rahayu & Jannah, 2019)
DNA barcode ini merupakan suatu untai DNA pendek yang unik yang mampu
menujukkan variasi genetik pada tiap species, DNA barcode ini mampu
mengidentifikasi kehidupan mulai dari telur, larva, pupa, hingga dewasa. DNA
barcode menurut (Rahayu & Jannah, 2019)
bisa diperoleh dari kloroplas (cpDNA), inti (nDNA), dan mitokondria (mtDNA).
Beberapa contoh nDNA yaitu 18S, 26S, ITS, dan adh. Sedangkan cpDNA contohnya adalah rbcL, rp116, ndhF, atpB, dan matK.
Gen yang banyak dipilih pada
pembuatan DNA barcode yaitu gen yang berasal dari kloroplas (cpDNA) hal ini karena
cpDNA memiliki karakteristik genom ukuran yang kecil, genom diturunkan secara
unparental dan tidak mengalami rekombinasi, serta lebih konservatif. DNA kloroplas memiliki bentuk sirkular dengan ukuran 85-2000 kb.
DNA kloroplas memiliki fungsi dalam mengontrol produksi RNA transfer (tRNA),
RNA ribosom (rRNA), serta sebagian besar protein yang
terdapat dalam kloroplas. Hal ini juga didukung oleh penelitian (Dong et al., 2014)
yang menyatakan DNA kloroplas (cpDNA) digunakan secara universal karena
karakteristiknya yang efektif untuk menganalisis keragaman dan evolusi dan
mampu mengidentifikasi species yang masih diragukan jenisnya. Penelitian lain
juga dikemukakan oleh (Kumar et al., 2022)
bahwa DNA barcode dari DNA kloroplas mampu mangidentifikasi spcies dengan cepat
dan mampu menjelaskan hubungan filogenetik antar species, contoh DNA kloroplas
yaitu trnH-psbA, trnCD, dll.
Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh DNA Barcode berbasis DNA kloroplas (cpDNA) untuk Identifikasi
Variasi Genetik Opuntis sp. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian mengenai Studi Insilico Potensi DNA Barcode berbasis DNA kloroplas
(cpDNA) untuk Identifikasi Variasi Genetik�
Opuntis sp. Dengan tujuan
memperoleh DNA Barcode berbasis DNA kloroplas (cpDNA) untuk Identifikasi
Variasi Genetik Opuntis sp.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode in
silico. Secara
umum, penelitian ini terdiri atas 3 tahapan yaitu : 1) pengumpulan sekuens
nukleotida dan mencari homologi, 2) penjajaran sekuens nukleotida, analisis
keragaman serta kekerabatan genetik Opuntis
(Anzani et al., 2021).
Analisis bioinformatika dari gen ndhF, rbcL, dan matK diperoleh dari sekuens
nukleotida di bank gen NCBI. Data yang didapat dari NCBI disimpan dalam format
FASTA. Sampel yang digunakan pada penelitian ini ada 19 species Opuntis yang diperoleh dari NCBI dengan
gen yang dianalisis yaitu ndhF, rbcL, dan matK. Uraian
species yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sekuens Gen ndhF, rbcL, dan matK dari species Opuntis sp. yang Diperoleh dari NCBI
Species |
Nomor Aksesi |
||
ndhF |
rbcL |
matK |
|
Opuntis
humifusa |
JF787463.1 |
MH549931.1 |
KJ772965.1 |
Opuntis
vaseyi |
JF787458.1 |
- |
JF786868.1 |
Opuntis
strigil |
JF787447.1 |
- |
JF786858.1 |
Opuntis
abjecta |
JF787455.1 |
- |
JF786865.1 |
Opuntis
dillenii |
JF787444.1 |
KF724213.1 |
HM851010.1 |
Opuntis
tortispina |
JF787454.1 |
- |
JF786864.1 |
Opuntis
pusilla |
JF787418.1 |
- |
KJ772966.1 |
Opuntis
camanchica |
JF787409.1 |
- |
JF786816.1 |
Opuntis
stricta |
JF787443.1 |
OK032475.1 |
KJ772967.1 |
Opuntis
monacantha |
JF787403.1 |
OK032476.1 |
OK032474.1 |
Opuntis
pottsii |
JF787414.1 |
- |
JF786824.1 |
Opuntis
engelmannii |
JF787375.1 |
MH749112.1 |
MH748957.1 |
Opuntis
cymochila |
JF787362.1 |
- |
JF786767.1 |
Opuntis
drummondii |
JF787365.1 |
- |
JF786770.1 |
Opuntis aurea |
JF787341.1 |
- |
JF786745.1 |
Opuntis
cubensis |
JF787361.1 |
- |
KC591775.1 |
Opuntis
cespitosa |
JF787354.1 |
- |
JF786760.1 |
Opuntis
macrorhiza |
JF787396.1 |
MK526261.1 |
JF786803.1 |
Opuntis
keyensis |
JF787387.1 |
- |
JF786794.1 |
Total Sampel |
19 |
Berdasarkan tabel 1. setelah dilakukan pengumpulan data
dari NCBI, dilakukan alignment menggunakan aplikasi MEGA 11 dengan memilih
clustalW, setelah disejejerkan dibuat rekonstruksi pohon filogenetik
menggunakan metode neighbor-joining (NJ) (Perwitasari et al., 2020)
dengan bootstrap 1000 dengan tujuan untuk rekonstruksi pohon filogenetik
berdasarkan data jarak evolusi minimum (Raudhah, 2021).
Hasil dan Pembahasan
Sequence DNA yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekuens
DNA kloroplas (cpDNA), karena memiliki jumlah serta variasi sekuens yang besar
pada suatu organisme tumbuhan, dengan yang dianalisis yaitu dehydrogenase
subunit F (ndhF), ribulosa-1,5-bifosfat carboxilase
(rbcL), dan maturaseK (matK).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan melalui penjajaran
sekuens gen rbcL, ndhF, dan matK dari species Opuntis sp. Tujuan dari penjajaran yaitu untuk mencari homologi dan
perbedaan dari sekuens, pada penelitian ini terdapat perbedaan nukleotida yang
dikarenakan terjadinya mutasi. Menurut (Warmadewi, 2017)
mutasi merupakan perubahan pada materi genetik (DNA maupun RNA), baik pada
tingkat gen (mutasi titik) ataupun kromosom (aberasi). Mutasi pada tingkat gen
bisa menyebabkan munculnya alel baru dan menjadi dasar munculnya variasi
species baru. Mutasi ini bertujuan untuk menghadapi perubahan
kondisi alam. Saat mutasi muncul terdapat 2 kemungkinan yaitu 1) saat
mutasi muncul, species tersebut lebih mudah beradaptasi dibanding sifat asli
yang dimilikinya, 2) saat mutasi muncul, species tersebut tidak mampu
beradaptasi di lingkungan baru dan berakibat punahnya spesies tersebut.
a) |
b) |
c) Gambar
1. Hasil penjejeran sekuens dari species Opuntis pada a) gen rbcL,
b) gen matK, c) gen ndhF. Tanda (*) menyimbolkan homologi,
tanda gap (-) menyimbolkan insersi dan delesi Pada
Gambar 1. terlihat bahwa variasi genetik yang dihasilkan gen rbcL memiliki
homologi yang tinggi, hal yang sama juga didukung oleh penelitian (Ingkiriwang et al., 2018); (Alshehri et al., 2019) dimana kemampuan gen rbcL dalam
membedakan tingkat species lemah, gen rbcL hanya bisa membedakan sampai
tingkat genus. Pada
Gambar 1. terlihat bahwa variasi genetik yang dihasilkan gen matK memiliki
homologi yang juga tinggi, penelitian (Rohimah et al., 2018) menyatakan gen gen matK dan rbcL
tidak bisa digunakan sebagai DNA barcode, karena memiliki tingkat homologi
yang tinggi. Menurut (Abbas et al., 2020) gen matK memiliki variasi yang
tinggi pada tingkat genus tetapi tidak pada tingkat species. Menurut (Perwitasari et al., 2020) homologi yang tinggi
mengindikasikan variasi genetik antar species rendah. Pada penelitian ini,
gen matK barcode species Opuntis
monacantha diperoleh dari lokus matK karena memiliki perbedaan urutan basa
nukleotida dibandingkan species lain. Dari
hasil alignment Gambar 1. terlihat bahwa gen ndhF
lebih spesifik dan menunjukkan keragaman genetik dari setiap species
dibandingkan dengan gen rbcL dan gen matK. Penjajaran pada sekuens gen ndhF
terlihat adanya gap (-), menurut (Tnah et al., 2019) menyatakan variasi panjang yang
berbeda pada tiap sekuens dikarenakan insersi, delesi, dan pengulangan
mononukleotida. Insersi dan delesi disimbolkan dengan kesenjangan (gap �-�),
hal ini disebut juga dengan mismatch (ketidakcocokan). Penelitian (Roslim & Fitriani, 2021); (Li et al., 2021); (Amar, 2020)
yang menyatakan bahwa gen ndhF mampu menentukan keragaman genetik Opuntis sp. karena divergensi urutan
asam aminonya 4x lebih besar dibandingkan dengan gen rbcL. Penelitian (Pang et al., 2019) membuktikan bahwa gen ndhF memiliki
tingkat variabilitas yang tinggi yaitu 4,82%, kemudian diikuti oleh gen
trnR-atpA (4,35%) dan matK-trnK-rps16 (4,02%). Ketepatan identifikasi gen
ndhF juga tinggi yaitu 83,33%, lalu diikuti oleh
matK-trnK-rps16 (79.17%) dan ycf1b (70.83%). Barcode Opuntis aurea diperoleh dari lokus ndhF karena memiliki banyak
perbedaan dari species lain, salah satunya pada
lokus ndhF terjadi insersi (penambahan) sekuens GTATTA pada species Opuntis aurea yang merupakan duplikasi
sekuens sebelumnya. Saat
rekonstruksi pohon filogenetik, digunakan bootstrap dengan ulangan 1000 kali,
hal ini menurut (Raudhah, 2021); (Priyadi et al., 2022) bertujuan untuk mendapatkan pohon
filogenetik dengan hasil yang lebih akurat. Pohon filogenetik dibuat untuk
melihat hubungan kekerabatan antar species, hal ini dinyatakan oleh (Raudhah, 2021) hubungan kekerabatan adalah status
intraspecies maupun interspecies dengan persentase kemiripan yang cukup
tinggi, sehingga suatu species bisa dibilang berkerabat. Total species yang
dianalisis yaitu 19 species masing-masing untuk gen dehydrogenase subunit F
(ndhF), ribulosa-1,5-bifosfat carboxilase (rbcL),
dan maturaseK (matK). |
a) |
b) |
c) Gambar
2. Pohon filogenetik a) gen rbcL, b) gen matK, c) gen ndhF |
Berdasarkan gambar 2. hasil
analisis pohon filogenetik Opuntis
berdasarkan gen rbcL, terlihat bahwa Opuntis
engelmannii berkerabat dekat dengan Opuntis
dillenii dan Opuntis monacantha
dengan nilai bootstrap 61. Kekerabatan Opuntis stricta dekat dengan Opuntis
macrorhiza dan Opuntis humifusa.
Pada gen matK, terlihat bahwa Opuntis
humifusa berkerabat dekat dengan Opuntis
drummondii, Opuntis tortispina, Opuntis strigil, Opuntis pusilla, dan Opuntis
camanchica dengan nilai bootstrap yaitu 65. Pada gen ndhF, terlihat bahwa Opuntis drummondii berkerabat dekat
dengan Opuntis cespitosa, Opuntis cubensis, Opuntis pusilla, dan Opuntis
abjecta dengan nilai bootstrap 64.
Dari pohon filogenetik bisa dilihat bahwa nilai bootstrap
paling tinggi yaitu 66 yang terdapat pada pohon filogenetik gen ndhF. Nilai
bootstrap yang tinggi dikarenakan species tersebut memiliki kekerabatan yang
dekat dengan susunan sekuens yang mirip. Menurut (Anzani et al., 2021)
tiap species yang memiliki hubungan kekerabatan yang dekat akan dikelompokkan
dalam satu percabangan yang sama. Berbeda dengan penelitian (Yang et al., 2017)
yang menyatakan bahwa DNA barcode yang cocok untuk analisis species tumbuhan
khususnya oaks yaitu gen psbA-trnA+matK-trnK+matK-yfc1+ITS+SAP. Perbedaan juga
terdapat pada penelitian (Tran et al., 2021)
gen yang cocok untuk dijadikan barcode pada tumbuhan khususnya anggrek yaitu
gen matK dan rbcL.
Kesimpulan
Dari penelitian ini didapatkan bahwa gen ndhF
mampu membedakan species Opuntis
sampai tingkat species, sedangkan gen rbcL dan gen matK memperlihatkan homologi
yang tinggi pada hasil penjajaran. Berdasarkan hasil penelitian adalah Gen ndhF bisa digunakan dalam
mengindentifikasi variasi genetic tingkat keragamannya yang tinggi.
BIBLIOGRAPHY
Abbas, B., Kabes, R. J., Mawikere, N. L., Ruimassa, R. M. R., &
Maturbong, R. A. (2020). DNA barcode of Metroxylon sagu and others palm species
using matK gene. Biodiversitas Journal of Biological Diversity, 21(9),
4047�4057. https://doi.org/10.13057/biodiv/d210916. Google Scholar
Alshehri, M. A., Aziz, A. T., Alzahrani, O., Alasmari, A., Ibrahim, S.,
Osman, G., & Bahattab, O. (2019). DNA-barcoding and species identification
for some Saudi Arabia Seaweeds using rbcL gene. J. Pure Appl. Microbiol,
13(4), 2035�2044. https://doi.org/0.22207/JPAM.13.4.15. Google Scholar
Amar, M. H. (2020). ycf1-ndhF genes, the most promising plastid genomic
barcode, sheds light on phylogeny at low taxonomic levels in Prunus persica. Journal
of Genetic Engineering and Biotechnology, 18(1), 1�10.
https://doi.org/10.1186/s43141-020-00057-3. Google Scholar
Anzani, A. N., Martiansyah, I., & Yuliani, N. (2021). Studi in silico
DNA barcoding pada bunga soka (Ixora). Prosiding Seminar Nasional Biologi,
7(1), 168�177. https://doi.org/10.24252/psb.v7i1.23693. Google Scholar
Dong, W., Cheng, T., Li, C., Xu, C., Long, P., Chen, C., & Zhou, S.
(2014). Discriminating plants using the DNA barcode rbc L b: an appraisal based
on a large data set. Molecular Ecology Resources, 14(2), 336�343.
https://doi.org/10.1111/1755-0998.12185. Google Scholar
Ghorbani, A., Saeedi, Y., & De Boer, H. J. (2017). Unidentifiable by
morphology: DNA barcoding of plant material in local markets in Iran. PloS
One, 12(4), 1�15. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0175722. Google Scholar
Ingkiriwang, M., Repi, R. A., & Nanlohy, F. N. (2018). Analisis
filogeni molekuler tanaman pala (Myristica sp) dari tahuna menggunakan gen rbcl
DNA kloroplas. JSME (Jurnal Sains, Matematika & Edukasi), 5(2),
137�144. Google Scholar
Kumar, S., Kaushik, R. A., Jain, D., Saini, V. P., Babu, S. R., Choudhary,
R., & Ercisli, S. (2022). Genetic diversity among local mango (Mangifera
indica L.) germplasm using morphological, biochemical and chloroplast DNA
barcodes analyses. Molecular Biology Reports, 49, 1�11.
https://doi.org/10.1007/s11033-022-07186-7. Google Scholar
Li, H., Xiao, W., Tong, T., Li, Y., Zhang, M., Lin, X., Zou, X., Wu, Q.,
& Guo, X. (2021). The specific DNA barcodes based on chloroplast genes for
species identification of Orchidaceae plants. Scientific Reports, 11(1),
1�15. https://doi.org/10.1038/s41598-021-81087-w. Google Scholar
Mondrag�n-Jacobo, C., & P�rez-Gonz�lez, S. (2001). Germplasm resources
and breeding Opuntis for fodder
production. In FAO Plant Production and Protection Paper (FAO). FAO. Google Scholar
Pang, X., Liu, H., Wu, S., Yuan, Y., Li, H., Dong, J., Liu, Z., An, C.,
Su, Z., & Li, B. (2019). Species identification of oaks (Quercus L.,
Fagaceae) from gene to genome. International Journal of Molecular Sciences,
20(23), 1�14. https://doi.org/10.3390/ijms20235940. Google Scholar
Perwitasari, D. A. G., Rohimah, S., Ratnasari, T., Sugiharto, B., &
Su�udi, M. (2020). DNA barcoding anggrek obat Dendrobium discolor Lindl.
Tanimbar menggunakan gen rbcL dan ITS. Buletin Penelitian Tanaman Rempah Dan
Obat, 31(1), 8�20.
https://doi.org/10.21082/bullittro.v31n1.2020.8-20. Google Scholar
Priyadi, A., Asih, N. P. S., & Erlinawati, I. (2022). Reconstructing
Phylogenies of Alocasia spp.(Araceae) Distributed in Indonesia for Conservation
Prioritization: Reconstructing phylogenies of Alocasia spp.(Araceae). Journal
of Tropical Life Science, 12(3), 317�323.
https://doi.org/10.11594/jtls.12.03.04. Google Scholar
Raclariu, A. C., Heinrich, M., Ichim, M. C., & de Boer, H. (2018).
Benefits and limitations of DNA barcoding and metabarcoding in herbal product
authentication. Phytochemical Analysis, 29(2), 123�128.
https://doi.org/10.1002/pca.2732. Google Scholar
Rahayu, D. A., & Jannah, M. (2019). DNA Barcode Hewan dan Tumbuhan
Indonesia. Jakarta: Yayasan Inspirasi Ide Berdaya. Google Scholar
Raudhah, F. C. (2021). Variasi genetik dan kekerabatan Kosambi
(Schleichera oleosa Merr.) di Malang Raya berdasarkan sekuen marka molekuler
gen rbcL (Large subunit ribulose 1, 5 biphosphat carboxylase/oxygenase).
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Google Scholar
Rohimah, S., Mukarramah, L., Sindiya, V., Veren Yuliana, S., Gita Ayu, K.,
& Su�udi, M. (2018). Eksplorasi Jenis dan Potensi DNA Barcode Anggrek
Thrixspermum Secara In Silico. Jurnal Biodjati, 3(2), 148�156.
https://doi.org/10.15575/biodjati.v3i2.3409. Google Scholar
Roslim, D. I., & Fitriani, A. (2021). Barkoding DNA pada Tumbuhan
Durik-Durik (Syzygium sp.) Asal Riau Menggunakan Daerah Gen ndhF. Jurnal
Bios Logos, 11(1), 41�46.
https://doi.org/10.35799/jbl.11.1.2021.31191. Google Scholar
Su�udi, M. (2018). Studi in silico potensi DNA barcode pada anggrek langka
Paphiopedilum. Biosfer: Jurnal Biologi Dan Pendidikan Biologi, 3(1),
20�26. https://doi.org/10.23969/biosfer.v3i1.1250. Google Scholar
Tnah, L. H., Lee, S. L., Tan, A. L., Lee, C. T., Ng, K. K. S., Ng, C. H.,
& Farhanah, Z. N. (2019). DNA barcode database of common herbal plants in
the tropics: a resource for herbal product authentication. Food Control,
95, 318�326. https://doi.org/10.1016/j.foodcont.2018.08.022. Google Scholar
Tran, T. K. P., Vu, T. T. T., & Widiarsih, S. (2021). Comparison of
matK and rbcL DNA barcodes for genetic classification of jewel orchid accessions
in Vietnam. Journal of Genetic Engineering and Biotechnology, 19(1),
1�8. https://doi.org/10.1186/s43141-021-00188-1. Google Scholar
Warmadewi, D. A. (2017). Buku Ajar Mutasi Genetik. In Mutasi Genetik
(Vol. 15, p. 16). Denpasar: Universitas Udayana. Google Scholar
Witt, A. B. R., Nunda, W., Makale, F., & Reynolds, K. (2020). A
preliminary analysis of the costs and benefits of the biological control agent
Dactylopius Opuntise on Opuntis stricta in Laikipia County,
Kenya. BioControl, 65(4), 515�523.
https://doi.org/10.1007/s10526-020-10018-x. Google Scholar
Yang, J., V�zquez, L., Chen, X., Li, H., Zhang, H., Liu, Z., & Zhao,
G. (2017). Development of chloroplast and nuclear DNA markers for Chinese oaks
(Quercus subgenus Quercus) and assessment of their utility as DNA barcodes. Frontiers
in Plant Science, 8, 816. https://doi.org/10.3389/fpls.2017.00816. Google Scholar
Copyright holder : Annisa
Aulia (2022) |
First publication right
: This article is licensed under: |